Anda di halaman 1dari 18

Anatomi Fisiologi Manusia Semester 117

SISTEM REPRODUKSI 2
KELOMPOK 6

Shindi 1304620002
Mira Wisda Handayani 1304620006
Fitria Miga Suryaningsih 1304620070

Senin, 29 November 2022


TABLE OF CONTENTS
1
MEKANISME EREKSI
2
MEKANISME EJAKULASI
3
MEKANISME KONTRASEPSI
4
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
Reproduction System

01 // ERECTION
● Refleks ereksi adalah suatu refleks spinal yang dipicu oleh stimulasi
mekanoreseptor yang sangat sensitif di glans penis, yang menutupi ujung penis.
● Ereksi dihasilkan ketika tambahan darah memasuki organ dan tekanan darah di
dalam organ meningkat.
● Pembengkakan jaringan erektil penis oleh darah akibat vasodilatasi hebat
arteriol-arteriol penis yang dipicu oleh rangsang parasimpatis dan penekanan
mekanis vena
● Struktur anatomi penis terpenting yang menentukan fungsi ereksi adalah kedua
korpora kavernosa
● Ereksi menyebabkan penis mampu untuk penetrasi ke dalam vagina dan
mengeluarkan ejakulat.
Reproduction System

01 // ERECTION MECHANISM
Reproduction System

02 // EJACULATION
● Pada fase ejakulasi akan terjadi pengeluaran cairan semen yang
mengandung sperma.
● Ejakulasi dilakukan oleh refleks spinal.
● Ejakulasi terjadi jika tingkat perangsangan menguat sampai ke puncak.
● Tujuan dari ejakulasi yaitu menghantarkan sel sperma atau spermatozoa
yang diproduksi oleh testis ke dalam saluran reproduksi wanita untuk
membuahi sel telur atau ovum wanita.
● Respons ejakulasi berlangsung 2 fase : emisi dan ekspulsi
Reproduction System

02 // EJACULATION MECHANISM
Reproduction System

03 // CONTRACEPTION
Kontrasepsi adalah upaya mencegah atau
mengontrol kehamilan yang tidak diinginkan melalui
berbagai alat, praktik seksual, bahan kimia,
obat-obatan, ataupun prosedur pembedahan (Jain &
Muralidhar, 2011).

● Food & Drug Administration telah menyetujui 20 metode kontrasepsi yang meliputi 10 metode
kontrasepsi hormonal wanita, 8 metode kontrasepsi reversibel, dan 2 metode kontrasepsi darurat.
● Metode kontrasepsi permanen yang disetujui oleh FDA adalah operasi sterilisasi untuk wanita dan
pria dan implan sterilisasi untuk wanita (Casado dkk., 2019).
● Umumnya bentuk kontrasepsi adalah alat kontrasepsi dalam rahim (Intrauterine Devices [IUD]),
sterilisasi wanita, kontrasepsi oral kombinasi (COC), kondom pria, ritme, penarikan, suntikan, dan
sterilisasi pria (Hapgood dkk., 2017) .
Reproduction System

03 // CONTRACEPTION METHOD
Metode Kontrasepsi Tradisional Menurut Jain, R. & Muralidhar, S. (2011)
● Coitus Interruptus atau Penarikan
Melibatkan penarikan penis dari vagina sesaat sebelum ejakulasi, sehingga mencegah air mani masuk ke
dalam vagina. Namun, ini bukan metode yang dapat diandalkan dan mungkin gagal jika air mani keluar
sebelum ejakulasi atau tertinggal di organ seks luar. Maka dari itu, dibutuhkan pengendalian diri, baik secara
emosional maupun fisik.
● Amenore Laktasi
Melakukan hubungan seksual ketika wanita dalam fase menyusui, karena dipercaya bahwa saat menyusui
wanita mengeluarkan hormon yang dapat mencegah pembuahan selama sekitar 6 bulan dengan catatan jika
tidak ada menstruasi dan menyusui penuh siang dan malam. Namun, nyatanya wanita mengalami aktivitas
menyusui yang tidak teratur dan sebanyak 60% wanita mulai menstruasi pada bulan ke-3.
● Ritme
Di mana melakukan hubungan seksual di luar masa subur wanita. Metode ini memerlukan prediksi ovulasi
dengan mencatat pola menstruasi, suhu tubuh, dan perubahan lendir serviks. Namun, metode ini tidak dapat
digunakan oleh wanita yang memiliki periode menstruasi tidak teratur, setelah melahirkan, atau selama
tahun-tahun menjelang menopause.
Reproduction System

03 // CONTRACEPTION METHOD
Metode Kontrasepsi Modern Menurut Jain, R. & Muralidhar, S. (2011)
● Kondom Pria
Sebuah karet tipis atau selubung lateks yang digulung pada penis yang ereksi sebelum berhubungan.
Kondom mencegah air mani memasuki vagina dengan tingkat keefektifan 95% jika digunakan dengan benar.
● Kondom Wanita
Sebuah kantong yang terbuat dari selubung lateks dengan satu cincin di setiap ujungnya. Cincin ujung
tertutup dimasukkan ke dalam vagina dan berfungsi sebagai jangkar internal agar tidak berpindah posisi.
● Pil Oral
Wanita mengkonsumsi pil yang berisi hormon estrogen dan progesteron untuk mencegah pelepasan
telur, penebalan lendir serviks, dan mengubah motilitas tuba falopi dengan keefektifan 100% selama <12 jam.
● Suntikan
Menghambat ovulasi dan meningkatkan viskositas sekresi serviks untuk membentuk penghalang sperma
dengan tingkat keefektifan 99%.
● Pil Darurat
Pil yang diminum dalam waktu 3 hari setelah melakukan hubungan seksual tanpa pelindung untuk
mencegah ovulasi, pembuahan, atau implantasi sel telur yang dibuahi.
Reproduction System

03 // CONTRACEPTION METHOD
Metode Kontrasepsi Bedah Menurut Jain, R. & Muralidhar, S. (2011)
● Intrauterine Devices
Alat plastik kecil fleksibel yang dimasukkan ke rahim setelah menstruasi, aborsi, atau 6 minggu setelah
melahirkan untuk mencegah sel telur yang telah dibuahi menetap di dalam rahim. Mengandung ion tembaga
yang memiliki aktivitas spermisida dengan tingkat keefektifan 95–98% dan dapat dilepaskan kembali jika
menginginkan kehamilan.
● Sterilisasi Wanita (Tubektomi)
Tuba falopi dipotong dan ujungnya diikat untuk mencegah sperma bertemu dengan sel telur secara
permanen.
● Sterilisasi Pria (Vasektomi)
Vasa deferensia yang membawa sperma dari testis ke penis disumbat agar mencegah sperma dilepaskan
ke dalam air mani pada saat ejakulasi.
● Implant Hormonal
Kapsul Norplant ditanamkan di bawah kulit lengan atas wanita melalui operasi kecil untuk menekan
ovulasi, menciptakan lendir serviks yang kental yang dapat mencegah sperma memasuki serviks dan juga
menciptakan lapisan endometrium yang tipis dan atrofi.
Reproduction System

03 // CONTRACEPTION MECHANISM
Menurut Wright dkk (2020):
● Kontrasepsi berbasis hormon mengandung progesteron sintetik (progestin) atau kombinasi antara
progestin dan estrogen sintetik
● Efek dari progestin adalah mencegah ovulasi, yakni dengan cara mengurangi sintesis LH secara
langsung dan membatasi sensitivitas folikel terhadap FSH pada fase folikel awal. Sehingga,
perkembangan folikel yang buruk dapat menyebabkan produksi estradiol berkurang untuk
merangsang mekanisme umpan balik positif yang diperlukan untuk lonjakan LH. Efek lain dari
progestin adalah dan penebalan lendir serviks
● Efek dari estrogen sintetik adalah menekan pelepasan LH atau membatasi sekresi gonadotropin
dari hipofisis dan memperkuat efek dari kontrasepsi progesteron sintetik untuk mencegah ovulasi
03 // CONTRACEPTION MECHANISM
Reproduction System

DISORDERS OF THE
REPRODUCTIVE SYSTEM
Kanker Serviks (Cervical Cancer)
Penyebab:
- Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
- Hubungan seksual saat <20 tahun, karena meningkatnya proses metaplasia sel
skuamosa yang berisiko terjadinya peningkatan transformasi atipik skuamosa
menjadi Neoplasia Intraepitel Serviks
- Penggunaan pil kontrasepsi jangka panjang, karena regulasi transkripsi DNA
virus dapat mengenali hormon di dalam pil kontrasepsi, sehingga meningkatkan
karsinogenesis virus
Gejala: Pendarahan, keputihan yang berbau busuk, nyeri, kebocoran urin dan
feses dari vagina, berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan, anemia
Dampak: Kelelahan, menopause dini, infertilitas, memendeknya ukuran vagina,
menurunnya elastisitas dan lubrikasi vagina, mengalami gangguan kepuasan dan
intimasi, kurangnya percaya diri dan rasa femininitas
Pencegahan:
- Penyuluhan Reproductive Organ Self Examination (ROSE)
- Deteksi dini kanker serviks bagi wanita (30-49 tahun) melalui pemeriksaan Pap
Smear atau Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
- Pemberian vaksin Human Papilloma Virus (HPV)
Penyembuhan: Kemoterapi, radioterapi, bedah, atau kombinasi dari ketiganya
Impotensi
Penyebab:
- Gangguan psikologis, cemas, stress dan gangguan mental
- Diabetes
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Penuaan

Gejala: Ketidakmampuan untuk ereksi yang terjadi secara reguler dan berulang

Pencegahan: Menjalani gaya hidup sehat dan mengatasi penyakit yang dapat menyebabkan impotensi.

Penyembuhan:
- Berhenti merokok merupakan salah satu cara mengurangi kemungkinan terjadinya disfungsi ereksi
- Contoh obat golongan ini adalah sildenafil, vardenafil dan tadalafil
- Penyuntikan obat alprostadil
- Psikoterapi
Infertilitas pada Pria
Penyebab:
- Semen dan Sperma : jumlah sperma yang rendah (dibawah 15 juta sperma), motilitas
sperma yang rendah, dan juga bentuk sperma yang abnormal. Selain itu, Kualitas semen
yang buruk juga tidak mampu membawa sperma dengan efektif.
- Faktor genetik, Varikokel, Kebiasaan tidak sehat, gangguan hormonal.

Gejala: Disfungsi ereksi, Masalah dengan ejakulasi, Perubahan pada kedua testis, dan
Ketidakseimbangan hormon.

Pencegahan: Mengobati infeksi di organ reproduksi, Menghindari rokok dan alkohol, zat
adiktif, serta obat yang mempengaruhi jumlah sperma.

Penyembuhan: Tindakan pembedahan /operasi Varikokel, memberikan suplemen vitamin,


tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma, menghentikan obat-obatan yang
diduga menyebabkan gangguan sperma, menjalani teknik reproduksi bantuan.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti., Andrijono., & Gayatri. (2011). Perubahan Keluhan Seksual (Fisik dan Psikologis) Pada Perempuan Pasca Terapi Kanker Serviks Setelah
Intervensi Keperawatan. Jurnal Ners. 6(1): 68-75.
Agustinus, dkk. (2018). Biologi Reproduksi Pria. Surabaya: Airlangga University Press.
Casado-Espada, NM., Alarcon, DE., Iglesia-Larrad, JI., Bote-Bonaechea, B.,Montejo, AL. (2019). Hormonal Contraceptives, Female Sexual
Dysfunction, and Managing Strategies: A Review. Journal of Clinical Medicine. 8(908): 1-22. DOI: 10.3390/jcm8060908.
Hapgood, JP., Kaushic, C. & Hel, Z. (2017). Hormonal Contraception and HIV-1 Acquisition: Biological Mechanisms. Endocrine Reviews. 39(1): 36-78.
DOI: 10.1210/er.2017-00103.
Jain, R. & Muralidhar, S. (2011). Contraceptive Methods: Needs, Options and Utilization. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India. 61(6):
626–634. DOI: 10.1007/s13224-011-0107-7.
Ningsih, DPS., Pramono, D. & Nurdiati, D. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di rumah sakit Sardjito
Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. 33(3): 125-130.
Suprapti, Sulastri. (2020). Buku ajar Patologi Reproduksi. Malang: Literasi Nusantara.
Sherwood, Lauralee. (2010). Human Physiology: From Cells to Systems 7th edition. Pacific Grove, Calif: Brooks/Cole.
Triharini, M., dkk. (2019). Pemberdayaan Perempuan Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pelatihan Metode Reproductive Organ Self
Examination (Rose) Sebagai Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Serviks. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan. 1(1): 14-20.
Winarni & Kanthi. (2020). Mengenal Lebih Dini Kanker Leher Rahim Bersama Forum Kajian dan Komunikasi Muslimah. GEMASSIKA: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. 4(2). 186-196.
Wright, AA., Fayad, GN., Selgrade, JF., Olufsen, MS. (2020). Mechanistic Model of Hormonal Contraception. PLoS Computational Biology. 16(6): 1-23.
DOI: 10.1371/journal. pcbi.1007848.
KELOMPOK 2_SISTEM REPRODUKSI 2

THANKS!

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai