Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 4

Des Mirati (G1D115065)


Richard Aprialdy S. (G1D115067)
Shilda Martia Humaira (G1D115069)
Fitrah Anggina Pulungan (G1D115071)
Andiza Aulia (G1D115073)
Chalisma Wulandari (G1D115077)
CONTRACEPTIVE
Avia Avivah (G1D115081)

UPDATE DAN
PENGGUNAANNY
A
DI BEBERAPA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
NEGARA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Defenisi Contraceptive Technology Update (CTU)

Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology


Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi
dan teknologi kontrasepsi.

Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah identik dengan


penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini
diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi
pelayanan dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas
yang kompeten, dan memberi manfaat maksimal bagi masyarakat atau
keluarga yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas.

Pemahaman tentang teknologi terkini, juga diharapkan dapat


mengurangi atau menghilangkan masalah barier medik diantara
petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat akses bagi
keluarga yang membutuhkan pelayanan KB

Contraceptive Update
Penemuan terkini Alat Kontrasepsi perkembangan teknologi memang terus berkembang
dan tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi. beberapa alat kontrasepsi diantaranya :
Kondom 'spray-on'
Jan Vinzenz Krause seorang penemu di Jerman telah membuat kondom dengan sistem
semprot. Dengan kondom ini, dijamin tak akan ada lagi yang bingung mencari kondom
yang sesuai sebab kondom akan menyesuaikan ukuran dengan sendirinya.
Untuk menggunakan kondom semprot ini, pria memasukkan penisnya ke dalam tabung
dan menekan tombol untuk menyemprotkan lateks cair dari cartridge yang bisa dilepas.
Karet lateks akan mengering dalam hitungan detik. Setelah selesai digunakan, kondom
ini bisa dilepas seperti kondom biasa. Waktu yang dibutuhkan agar lateks dapat
mengering adalah sekitar 20 - 25 detik.
Kondom Spray
Sebuah perusahaan Cina bernama Blue Cross Bio-Medicalmenawarkan suatu spray
kondom (foam condom) yang dibuat dari silver nanotech partikel. Alat kontrasepsi
terbaru dengan spray condom. Alat kontrasepsi ini tidak digunakan bagi laki-laki tetapi
digunakan oleh pihak wanita.
Penggunaannya busa spray tersebut disemprotkan ke vagina, setelah itu busa spray
akan membentuk semacam selaput dan mencegah konsepsi serta melindungi terhadap
infeksi.

Suntik KB untuk Pria


Keterlibatan laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia memang masih
rendah. Selain kondom, vasektomi (memotong saluran benih untuk menghambat
transportasi sperma) merupakan pilihan dari jenis kontrasepsi yang saat ini tersedia
untuk pria. Untuk mencari alternatif kontrasepsi terbaru, kini para ahli tengah meneliti
kontrasepsi pria yang lebih efektif, yakni suntikan testoteron. Berdasarkan uji coba
terhadap 1.045 pria sehat berusia 20-45 tahun di Cina, suntikan testoteron terbukti
efektif sebagai alat kontrasepsi pria.
MOW (Metode Operasi Wanita) tanpa Sayatan
Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa sayatan pada perut mulai
dikembangkan. Teknik tersebut menggunakan pendekatan histereskopi streilisasi wanita.
Sebelumnya, ada dua teknik operasi sterilisasi wanita pada umumnya, yaitu melalui
sayatan 10 cm pada perut (minilaparatomi) atau menggunakan teknik minim sayatan
1,5 2 cm pada perut (laparoskopi). Histreskopi adalah alat kedokteran yang terdiri atas
kamera mikro resolusi tinggi (high definition) dengan diameter 0,3 cm yang disertai
dengan working channel. Dengan histerekopi, dokter dapat melihat keadaan di dalam
rahim melalui monitor dan melihat secara tepat muara kedua saluran telur. Setelah
dokter menentukan saluran telur, alat steril yang sangat kecil dimasukkan melalui
working channel secara tepat ke dalam saluran telur dengan bimbingan histereskopi
secara tepat. Berbeda dari banyak alat kontrasepsi lainnya, alat mikrosteril ini tidak
mengandung hormon sehingga tidak akan mempengaruhi siklus haid alami setiap bulan.

RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)/Penghambatan


Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan
Metode ini pertamakali ditemukan di India oleh seorang profesor biomedis dari Indian
Institute of Technology bernama Sujoy K. Guha. RISUG terdiri dari campuran bubuk
stirena maleat anhidrida (SMA) dengan dimetil sulfoksida (DMSO). Gel yang dihasilkan
disuntikkan ke vas deferens untuk melapisi dinding vas deferens dan memblokir
lorongnya (lumen). RISUG disuntikkan melalui metode yang mengekspos vas deferens
seperti pada metode vasektomi tanpa pisau bedah. Setelah penerapan anestesi lokal,
dokter membuat lubang di kulit skrotum yang sangat kecil sehingga tidak memerlukan
jahitan tetapi membuat vas deferens mudah terlihat. Prosedurnya dengan menyuntikan
bahan sejenis polymer yang berbentuk gel ke dalam saluran vas deferens, sehingga gel
tersebut akan melapisi bagian dalam dinding vas deferens. Gel polymer tersebut
nantinya akan membunuh setiap sperma yang melewati saluran vas deferens sehingga
mencegah terjadinya kehamilan.
6. Pemanasan
Kenaikan suhu yang sebentar pada bagian testis dapat menekan pembentukan sperma
(spermatogenesis), sementara kenaikan suhu yang lebih lama dapat mempengaruhi
patologi testis dan terjadinya cryptorchidism, varicocele serta ketidaksuburan sementara.
Karena masih terdapat hal yang meragukan termasuk masalah keamanan dari metode
ini, maka penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan.
a. Suspensory
Alat ini dirancang untuk menjaga testis pada tempatnya, meningkatkan temperaturnya
yang berdampak pada berkurangnya produksi sperma.

b. External Heat
Sumber panas dari luar ini mirip dengan suspensory yaitu meningkatkan temperatur
disekitar alat vital untuk mengurangi produksi sperma. Karena tergantung dengan
temperatur tubuh, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingkan menggunakan
suspensory. Sauna, alat penghangat dan beberapa peralatan bisa digunakan untuk
membuat temperatur tubuh meningkat dan produksi sperma berkurang.
c. Pendekatan imunologis
Pada pendekatan imunologis terhadap kontrasepsi, maka tubuh akan dibuat untuk
menyerang spermanya sendiri. Akan tetapi pendekatan ini banyak mengundang
perdebatan karena ketidakpastian untuk memperoleh kesuburan kembali, selain itu
perbedaan species antara hewan dan manusia menyebabkan kesuksesan pada
percobaan dengan hewan lebih sulit untuk diadaptasikan ke manusia dibandingkan
metode lain. Sampai saat ini, metode ini pun masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
Metode Kontrasepsi Hormonal
a. Testosterone
Penelitian mengenai metode kontrasepsi hormonal untuk pria pada awalnya banyak
menggunakan testosterone yang digunakan untuk mengelabuhi otak sehingga
menghentikan produksi sperma. Tetapi hal tersebut ternyata tidak terlalu sukses apabila
dibandingkan dengan kerja pil kontrasepsi pada wanita yang dapat menghentikan
terjadinya ovulasi.

b. Prolaktin
hormon yang biasa terdapat pada wanita hamil untuk mengontrol produksi air susu
ternyata terdapat juga pada pria. Untuk dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi, tablet
yang dapat menghambat produksi prolaktin harus diminum setiap hari yang dibarengi
dengan suntikan/implant yang mengandung testosterone. Hal ini juga masih
menimbulkan perdebatan terutama mengenai tingkat kepatuhan pria untuk minum pil
tersebut setiap hari.
c. Desogestrel
Selain itu para peneliti di Manchester telah mengkombinasikan pemberian desogestrel
(digunakan pada pil kontrasepsi untuk wanita) dan koyo yang mengandung testosterone
untuk digunakan sebagai kontrasepsi pada pria. Cara kerjanya adalah : desogestrel
akan menghentikan produksi testosterone di testis sehingga produksi sperma juga
terhenti, sedangkan koyo testosterone akan menyediakan kebutuhan testosterone yang
diperlukan oleh bagian tubuh yang lain (tanpa adanya testosterone, maka pria akan
Kehilangan bulu-bulu di wajah dan payudara akan membesar). Akan tetapi kesuksesan
metode ini pada pria yang penggunakannya hanya sekitar 60 %. Oleh sebab itu, maka
penggunaan kontrasepsi hormonal pada pria sampi saat ini masih dalam tahap
penelitian lebih lanjut.
d. Suntikan progesteron
Pemberian hormon progesteron pada pria akan berdampak pada turunnya produksi
sperma.

Pil Kontrasepsi Non Hormonal


a. Ekstrak Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa)
Tanaman gandarusa memiliki sifat antispermatozoa, dan saat ini proses penelitian
tersebut sudah memasuki uji klinis. Menurut Drs. Bambang, cara kerja senyawa ekstrak
gandarusa ini mirip seperti metode hormonal KB. Yakni menurunkan aktifitas enzim
hialuronidase didalam spermatozoa, sehingga sel sperma tidak mampu menembus sel
telur.
b. Bahan BMS 189453 yang dapat mengeblok reseptor asam retinoat (suatu zat
untuk metabolisme vitamin A).
Pada suatu jurnal endokrinologi disebutkan penelitian eksperimental suatu bahan BMS
189453 yang dapat mengeblok reseptor asam retinoat (suatu zat untuk metabolisme
vitamin A). Vitamin A ini merupakan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan dalam proses
pembelahan dan kelangsungan hidup sel-sel sperma di testis. Cara kerja pil KB pria ini
berbeda dengan pil KB perempuan yang berisi hormon sintetis.
Para peneliti menyebutkan bahwa terdapat jalur yang berbeda antara fungsinya dalam
proses penglihatan dengan proses produksi sperma. Dalam suatu studi, peneliti
memberikan pil ini pada hewan coba. Hasil penelitian menunjukkan produksi sperma
berhenti sehingga menyebabkan hewan coba ini mengalami kemandulan selama 2-4
minggu. Hal ini menunjukkan bahwa obat ini mempunyai efek temporer.

c. Nifedipine
Adalah jenis obat yang termasuk calcium channel blockers (CCBs). Penelitian
menunjukkan CCBs bisa menghambat saluran kalsium dalam membran sel sperma. Hal
itu akan berdampak menghambat kerja sperma tetapi tidak berpengaruh pada
produksinya. Seseorang yang mengonsumsi nifedipine jumlah spermanya tetap tetapi
fungsinya menurun.
Ultrasound
Saat ini, peneliti dari Universitas North Carolina, AS, sedang menguji apakah gelombang
ultrasound bisa menjadi metode kontrasepsi baru bagi pria. Penelitian ini menemukan,
gelombang ultrasound di bagian testis diketahui cukup aman menghentikan produksi
sperma selama enam bulan. Prinsip kerjanya adalah menembakkan ultrasound ke testis
supaya produksi sperma turun sampai tingkat nol. Angka ini merupakan angka ideal
untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan. Namun, para peneliti masih
berkutat untuk mencari tahu cara mengembalikan kesuburan pria setelah melakukan
metode ini. Pasalnya, ada kemungkinan pria ingin memiliki anak lagi.
Implant Terkini
Susuk/implant disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam.
Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan
ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah
kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif
berupa hormon.

Macam Implant
a. Non Biodegradable Implan
a) Norplant (6 kapsul), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 5 tahun.
b) Norplant-2 (2 batang), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 3 tahun.
c) Norplant 1 batang, berisi hormon ST 1435, daya kerja 2 tahun.
d) Norplant 1 batang,1 batang berisi hormon 3 keto desogestrel, daya kerja 2,5 4
tahun.
Saat ini di Indonesia sedang di uji coba IMPLANON, implant 1 batang dengan panjang 4
cm, diamater luar 2 mm, terdiri dari suatu EVA (Ethylene Vinyl Acetate) berisi 60 mg 3
ketodesogestrel yang dikelilingi suatu membran EVA, berdaya kerja 2 3 tahun.
b. Biodegradable
Yang sedang diuji coba saat ini :
a) Copronor PP
Suatu kapsul polymer berisi hormon levronorgastel dengan daya kerja 18 bulan.
b) Pellets
Berisi norethindrone dan sejumlah kecil kolesterol,daya kerja 1 tahun
Yang Paling Sering Dipakai
1. Norplant
a. Dipakai sejak tahun 1987
b. Terdiri dari 6 kapsul silastik (karet silicone) yang berisi dengan hormon levonorgestrel
dan uung ujung kapsul ditutup dengan silastik adhesive
c. Sangat efektif untuk mencegah kehamilan 5 tahun
d. Saat ini norplan yang paling banyak dipakai

2. Implanon
a. Dipakai sejak tahun 1987
b. Terdiri dari 2 batang silatik yang padat panjang tiap batang 40 mm, diameter 2,4 mm
c. Masing masing batang diisi dengan 68 mg 3 ketodesogastrel di 2 matriks batang
d. Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun
3. Jadena dan indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgastrel dengan lama kerja 3 tahun.

Penggunaan Contraceptive di Beberapa Negara


Indonesia
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam
pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil
penelitian diketahui alasan dikemukakan oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi,
alasan yang cukup menonjol adalah karena masalah kesehatan yang di timbulkan dari
efek samping ber- KB, karena masalah agama dan sosial budaya juga karena alasan
yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi (BKKBN, 2010).
Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi implant di seluruh dunia
masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, dan IUD, terutama di negara-negara
berkembang. Persentase pengguna alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil yaitu 30,5%,
IUD yaitu 15,2% sedangkan implant di bawah 10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi
lainnya sebesar 11,7% (Safrina, 2012). Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan
terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh
masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant.
Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ke tahun.
Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah
mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan
aman (Manuaba, 2010).

Jumlah peserta KB di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 35.202.908 (74,87%),


metode kontrasepsi non MKJP lebih banyak penggunanya yaitu sebesar 84,74%,
sedangkan peserta yang menggunakan MKJP hanya sebesar 15.26% (BKKBN, 2014).
Dengan presentase penggunaan alat kontrasepsi IUD (11,07%), MOW (3,52%), MOP
(0,69%), kondom (3,15%), implant (10,46%), pil (23,58%) dan injeksi (47,57%)
(Kemenkes RI, 2013).
Penggunaan Kontrasepsi di Beberapa Negara
Pengguna kontrasepsi di dunia menurut World Health Organization (WHO) lebih dari
100 juta wanita menggunakan kontrasepsi yang memiliki efektifitas, dengan pengguna
kontrasepsi hormonal lebih dari 75% dan 25% menggunakan non hormonal. Dan
pengguna kontrasepsi di dunia pada tahun 2005 mencapai 89%. Tahun 2007 angka
pengguna KB modern di perkotaan mencapai 58% sedangkan di pedesaan mencapai
57% (Kemenkes RI, 2014). Di Afrika tercatat sebanyak 82% penduduknya tidak
menggunakan kontrasepsi. Di Asia Tenggara, Selatan, dan Barat sebanyak 43% yang
menggunakan kontrasepsi (Nirwana, dkk., 2012).
Di Afrika tercatat, sekitar 82 % penduduknya tidak berkontrasepsi. Di Asia Tenggara,
Selatan, dan Barat, hanya 43 % yang sadar kontrasepsi. Negeri maju di Asia Timur,
seperti Jepang dan Korea Selatan, selangkah lebih sadar, hanya 20 % warganya yang
menolak kontrasepsi. Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi
implant di seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, dan IUD, terutama di
negara-negara berkembang. Persentase pengguna alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%,
pil yaitu 30,5%, IUD yaitu 15,2% sedangkan implant di bawah 10% yaitu 7,3%, dan alat
kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (Safrina, 2012).

Pada tahun 1982 di Amerika Serikat ada sekitar 27 persen wanita pasangan
usia subur dan 13 persen laki-laki yang menggunakan metode kontrasepsi
mantap. Setiap tahun terdapat sekitar 700 ribu wanita dan 400 ribu pria yang
mengadopsi kontrasepsi mantap tersebut adalah adanya kekuatiran terhadap
efek sampingan pemakai pil dan IUD (McCharty, 1987). Jika dibandingkan
dengan keadaan negara lain, jumlah pemakai kontrasepsi mantap di Indonesia
masih relatif kecil. Selain kepercayaan terhadap pandangan agama, faktor lain
yang menjadi penyebab dari rendahnya pemakai tersebut ialah karena
kampanye pemakaian teknik ini belum dilakukan secara luas.
Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa
perilaku seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan
kepada 33.943 di 24 negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de
Toulouse tersebut, menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif
semenjak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sementara
82% lainnya, menggunakan alat kontrasepsi. Penggunaan yakni kondom dan
pil, juga relatif sering dilakukan oleh remaja AS dan Eropa. Yakni mulai 2,6% di
Kroasia dan 28,8% di Kanada. Hasil survei menunjukkan bahwa presentasi
penggunaan alat kontrasepsi tertinggi dan efektif adalah di Eropa Barat.

Secara global, pada tahun 2009, sekitar 60% jumlah pasangan yang menikah
dan mampu mempunyai anak menggunakan kontrasepsi. Berbagai metode
yang digunakan sangat bervariasi di antara negara. Metode yang paling banyak
digunakan di negara maju adalah kondom dan kontrasepsi oral, sedangkan di
Afrika adalah kontrasepsi oral dan di Amerika Latin serta Asia sterilisasi. Di
negara berkembang secara keseluruhan, 35% kontrasepsi menggunakan
metode sterilisasi pada perempuan, 30% menggunakan AKDR, 12% dengan
kontrasepsi oral, 11% dengan kondom, dan 4% dengan sterilisasi pada lakilaki.
Walaupun lebih jarang digunakan di negara maju dibandingkan dengan di
negara berkembang, jumlah perempuan yang menggunakan AKDR sampai
dengan tahun 2007, mencapai kurang lebih 180 juta. Menghindari hubungan
seks saat masa subur digunakan oleh sekitar 3,6% perempuan dalam usia
subur, dengan pengguna yang terbanyak 20% berada di wilayah Amerika
Selatan. Sampai dengan tahun 2005, terdapat 12% pasangan yang
menggunakan kontrasepsi pada laki-laki (kondom ataupun vasektomi) dengan
tingkat yang lebih tinggi di negara maju. Penggunaan kontrasepsi untuk laki-laki
menurun pada rentang waktu tahun 1985 dan 2009. Penggunaan kontrasepsi
di antara perempuan di Afrika Sub-Sahara meningkat dari 5% pada tahun 1991
menjadi sekitar 30% pada tahun 2006.

Per tahun 2012, 57% perempuan usia subur ingin melakukan pencegahan
kehamilan (867 dari 1520 juta). Sekitar 222 juta perempuan mengalami
kesulitan untuk mengakses alat kontrasepsi, 53 juta di antaranya berada di
Afrika sub-Sahara dan 97 jutanya berada di Asia. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya 54 juta kehamilan tanpa rencana dan kematian ibu hamil mencapai
hampir 80.000 orang dalam satu tahun. Dengan adanya hukum yang ketat
mengenai aborsi di Afrika Sub-Sahara, banyak perempuan menjadi pelaku
aborsi tanpa izin untuk kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga
menyebabkan terjadinya sekitar 2-4% aborsi yang tidak aman setiap tahun.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai