Setelah saya menyaksikan video topik ini beberapa pemahaman baru yang menarik dan
meggugah untuk diri saya antara lain
ASESMEN SEBAGAI BUKTI PEMBELAJARAN
sesmen (assessment) adalah upaya untuk mendapatkan data/informasi dari proses dan
hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja mahasiswa, kelas/mata
kuliah, atau program studi dibandingkan terhadap
tujuan/kriteria/capaian pembelajaran tertentu
Dalam konteks assessment of learning, task (tugas kinerja) digunakan untuk memandu
peserta didik menunjukkan kinerja yang akan di nilai. Fokus utama asesmen disini adalah
capaian belajar peserta didik.
Dengan demikian maka, taks atau penilaian kinerja menjadi sarana untuk menunjukkan
kompetensi atau capaian belajar. Task dalam hal ini tidak berkedudukan sebagai alat
belajar. Oleh karena proses belajar peserta didik sudah terjadi.
Pada tes praktek, task atau tugas kinerja memiliki kedudukan yang mirip dengan
seperangkat soal pada UTS (ujian tengah semester) atau UAS (ujian akhir semester)
peserta didik.
Contoh penilaian atau asesmen kinerja sebagai assessment of learning adalah ujian
praktek di akhir semester atau di akhir jenjang sekolah.
Selain itu, dalam konteks asesmen fortmatif dan sumatif, Butler dan McMunn (2006)
memiliki pandangan yang sejalan. Task (tugas kinerja) pada asesmen formatif lebih di
tujukan untuk mendorong peserta didik mempelajari kompetensi yang menjadi tujuan
pembelajaran.
Sementara itu task pada asesmen sumatif di tunjukan untuk menguji capaian atau hasil
belajar peserta didik. Misi task (tugas kinerja) pada keduanya memiliki perbedaan
Assessment for learning juga dapat di manfaatkan oleh pendidik untuk meningkatkan
performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif,
misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh-contoh assessment
for learning (penilaian untuk proses belajar).
1. Terdiri dari dua fase yakni penilaian awal atau diagnostik dan penilaian formatif
2. Penilaian dapat di dasarkan pada berbagai sumber informasi (misalnya, portofolio,
pekerjaan yang sedang berjalan/unjuk kerja, pengamatan guru, komunikasi/percakapan)
3. Umpan balik lisan atau tertulis kepada peserta didik terutama deskriptif dan menekankan
perbaikan, mengidentifikasi tantangan, dan menunjuk ke langkah selanjutnya
4. sebagai pendidik, perlu memeriksa pemahaman mereka untuk menyesuaikan instruksi
kepada peserta didik
5. Tidak ada nilai atau skor yang di berikan, pencatatan yang di berikan dapat berupa
anekdot dan deskriptif
6. Terjadi sepanjang proses pembelajaran, dari awal program studi hingga saat penilaian
sumatif
Pada konteks assessment for learning, task (tugas kinerja) memiliki kedudukan yang
lebih dekat dengan assessment as learning. Fokus utama assessment for learning adalah
refleksi belajar peserta didik dan umpan balik perbaikan belajar.
Dengan demikian maka task (tugas kinerja) memiliki dua kedudukan yakni untuk
mengembangkan kompetensi dan untuk sarana peserta didik belajar. Peserta didik akan
meningkatkan kualitas pengerjaan task (tugas kinerja) mereka berdasarkan umpan balik
yang di berikan.
Menurut Stiggins dan Chappuis (2012) umpan balik di berikan untuk memperbaiki cara
belajar peserta didik.
Assessment as Learning (sebagai sarana pembelajaran)
Assessment as learning memiliki fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu
berfungsi sebagai formatif dan di laksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Peserta didik di beri pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri.
Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment
as learning.
Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat di libatkan dalam merumuskan
prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka
mengetahui dengan pasti apa yang harus di lakukan agar memperoleh capaian belajar
yang maksimal.
Di mulai ketika peserta didik menjadi sadar akan tujuan pengajaran dan kriteria kinerja
melibatkan
Penetapan tujuan, memantau kemajuan, dan merefleksikan hasil.
Menyiratkan kepemilikan dan tanggung jawab peserta didik untuk menggerakkan
pemikirannya ke depan (metakognisi)
Terjadi selama proses pembelajaran
Dalam konteks assessment as learning, task (tugas kinerja) lebih di tujukan sebagai
sarana belajar. Pengerjaan task (tugas kinerja) di maksudkan untuk memberi pengalaman
belajar peserta didik. Peserta didik dapat menguasai kompetensi tertentu setelah
mengerjakan task tersebut.
Task (tugas kinerja) di gunakan untuk melatih kemampuan belajar belajar dan
membentuk peserta didik sebagai individu pebelajar. Salah satu contoh dari asesmen
kinerja sebagai assessment as learning adalah asesmen praktikum sehari-hari dan
asesmen proyek.
Worksheet atau lembar kerja siswa (LKS) atau lembar kerja peserta didik (LKPD)
merupakan contoh task (tugas kinerja) yang di pakai sebagai sarana belajar peserta didik.
Asesmen di lakukan ketika peserta didik mengerjakan task (tugas kinerja) atau ketika
suatu produk telah di hasilkan dari task tersebut. Peserta didik mempelajari kompetensi
baru melalui pengerjaan task (tugas kinerja) tersebut.
METODE ASESMEN
Mengamati dan mendokumentasikan hasil pekerjaan dan penampilan anak dalam waktu satu
tahun akan memungkinkan seorang pendidik untuk mengakumulasikan catatan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan informasi yang ada, melalui penggunaan
asesmen dalam praktek psikologi, para pendidik dapat mulai merencanakan kurikulum yang
tepat dan efektif untuk setiap anak. Catatan assesment ini juga merupakan suatu alat penting
yang dapat dibagi dengan orang tua sehingga dapat mengikuti kemajuan anak di sekolah,
mengerti tantangan dan kekuatan yang dihadapi anak, dan merencanakan bagaimana mereka
dapat membantu anak di rumah.
Metode assesmen dalam psikologi anak memiliki kemiripan tujuan asesmen dalam psikologi
klinis yang memiliki macam – macam asesmen dalam psikologi klinis untuk menyediakan
para pendidik, orang tua, dan keluarga dengan informasi kritis mengenai perkembangan dan
pertumbuhan anak. Pentingnya metode assesmen dalam psikologi anak antara lain:
- Menyediakan catatan pertumbuhan anak dalam semua bidang yaitu kognitif, fisik atau
motorik, bahasa, sosial emosional, dan pendekatan belajar.
- Mengidentifikasi anak yang mungkin membutuhkan dukungan tambahan dan
menentukan apakah perlu ada intervensi atau penyediaan dukungan tambahan.
- Membantu para pendidik merencanakan instruksi individu untuk anak atau kelompok
anak yang berada dalam tahap perkembangan yang sama.
- Mengenali kekuatan dan kelemahan dalam program dan mendapatkan informasi
mengenai sebaik apa program tersebut memenuhi tujuan dan kebutuhan anak.
- Menyediakan pengertian bersama diantara para pendidik dan orang tua atau keluarga
untuk digunakan sebagai strategi untuk mendukung anak.
ASESMEN DIAGNOSTIK
merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam menguasai materi atau kompetensi tertentu serta penyebabnya
- Tujuan asesmen diagnostik
merupakan penilaian/asesmen yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk
mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, dan
kelemahan model belajar peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai
dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam
Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen yang dilakukan secara spesifik
dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi,
kekuatan, dan kelemahan model belajar peserta didik sehingga pembelajaran dapat
dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam.
Hal tersebut akan memberikan dampak positif, guru jadi dapat menyesuaikan dan bisa
menentukan metode atau model pembelajaran untuk menyampaikan materi capaian
pembelajaran dengan kemampuan siswa. Paradigma pendidikan di masa depan adalah
pembelajaran harus menyenangkan dan adanya kebermanfaatanya bagi
pengembangan skill, karakter, dan psikosomatik hidupnya.
Dalam hal sekolah penggerak atau pun penguatan Profil Pelajar Pancasila perlu dibentuk
tim penyusun asesmen diagnostik sekolah, untuk mengetahui karakteristik peserta didik
secara umum dan menyeluruh. Kemudian seluruh guru mata pelajaran harus melakukan
asesmen diagnostik karena asumsinya belum tentu peserta didik menyukai atau
memahami semua mata pelajaran yang diampunya. Peserta didik menyukai satu pelajaran
tetapi kurang memahami di pelajaran lainnya, sehingga bisa dilakukan pemetaan dengan
kemampuan kompetensinya.
Semakin banyak guru mata pelajaran melakukan asesmen diagnostik secara berkala maka
akan semakin banyak data dan akan baik dalam memberikan layanan yang terkait dengan
karakteristik peserta didik. Biasnya capaian pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya karena kondisi ekonomi dan kondisi sosial lingkungan
peserta didik. Dengan demikian siapa saja yang perlu dibantu atas ketertinggalan capaian
pembelajaran dan instrumen apa saja yang mesti disiapkan untuk menanganinya.
- Muncul suatu pertanyaan dari penulis yang mengemuka: “Penilaian atau asesmen
diagnostik seperti instrument, parameter atau alat ukur apa dengan menghadapi
kenyataan dilapangan yang bisa digunakan dengan keberagaman karakteristik mata
pelajaran dan juga kompetenesi mindset siswa yang beragam atau berbeda-beda?”.
- Secara generik akan diperoleh peta karakteristik peserta didik masing-masing, terkait
dengan mata pelajaran dengan diadakannya asessmen diagnostik memang tidak ada alat
ukur yang tepat karena tergantung dari kemampuan siswanya yang berbeda-beda. Kalau
kita perhatikan setiap tahunnya suatu sekolah pasti akan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda pula, sehingga “guru perlu menemukan sebuah acara atau alat
ukur/instrument yang bisa direvisi atau dimodifikasi” dari tahun ke tahun.
- Sekali lagi diharapkan sekolah harus mampu membentuk tim yang melibatkan pemangku
kebijakan/stakeholder, kepala sekolah, guru-guru, dan orang tua untuk berkumpul dalam
satu ruangan dan dilatih oleh instruktur kemudian bisa didampingi oleh tim ahli untuk
mempersiapkan semuanya. Baik itu assement sekolah dalam hal kognitif, psikomotor,
apaktif dan lainnya.
- Dengan asessmen diagnostik kemampuan atau karakteristik peserta didik bisa
mempengaruhi metodologi dan model pembelajaran terbaik apa yang bisa diterapkan dan
sesuaikan dengan capaian pembelajaran peserta didik yang terbarukan atau kekinian,
bukan lagi teoritis semata tetapi juga kepada skill dan sikap. Dengan hal ini asesmen
diagnostik bisa diterapkan dengan mengutamakan keberagaman siswa sebagaimana
hakikat pendidikan sepanjang hayat. Guru sebagai fasilitator pembelajaran akan tahu
hasil asesmen diagnostik maka apapun model pembelajaran akan sangat mudah
diterapkan terhadap kaberagaman karakteristik peserta didik. Baik itu tutor sebaya, peer
teaching dan lainnya.
- Mengenai metode atau model pembelajaran sebenarnya tidak ada satu pun yang baku
atau paling cocok dan bahkan yang terbaik. Tetapi yang ada adalah bagaimana guru bisa
mengemas menggunakan berbagai model atau metode yang bervariasi, mampu menggali
kreativitas, inovasi, eksplorasi, improvisasi dan komunikasi yang harmonis dengan
peserta didik. Apabila kita sudah mengenal karakteristik siswa yang beragam harus
memperhatikan mayoritas terlebih dahulu dari hasil asesmen diagnostik dari tipe
kecenderungan anak belajar seperti apa, sehingga bisa mentukan keinginan anak seperti
apa dan bagaimana guru bisa menggunakan model atau metode yang bervariasi.
- Pengaruh assessment diagnostik dimasa luring dan daring dapat digunakan untuk
memetakan kemampuan siswa secara cepat. Salah satunya adalah mengetahui
karakteristik dari aspek pemahaman terhadap materi. Mana siswa yang sudah paham,
mana siswa yang sudah cukup paham dan mana yang belum paham mengenai capaian
materi. Dari karakteristik yang sudah diketahui melalui asesmen, maka guru akan bisa
menentukan dan memilih metode atau model pembelajaran yang tepat, guru juga dapat
memilih alat, bahan atau media yang akan digunakan secara tepat, guru juga dapat
menyesuaikan materi dengan kemampuan rata-rata siswanya. Stidak ada tiga pengaruh
dari asessment diagnostik :
1. Pembelajaran akan dapat berlangsung dengan suasana yang kondusif dan efektif.
2. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dari awal sudah dapat diidentifikasi.
3. Terjalinnya komunikasi yang epektif antara guru dan orang tua atas informasi
capaian siswa secara berkala sehingga terjadi simbosismutualisme.
4. Pada akhirnya penulis menyimpulkan perlu adanya asesmen secara berkala,
setidaknya ada dua jenis asesmen diagnostik dalam pencapaian kompetensi siswa
5. Assesment diagnostik kognitif. Untuk mengetahui capaian kompetensi. Metode
untuk melakukan assesment diagnostik kognitif sudah tentu dilakukan melalui tes
untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik secara berkala.
6. Assesment diagnostik non kognitif. Untuk mengatui aspek psikologis atau
emosional peserta didik juga dapat menilai aktivitas peserta didik.
ASESMEN HARIAN
Beragam teknik evaluasi dan penilaian PAUD dapat dilakukan guna mengumpulkan
informasi tentang perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini di sekolah PAUD. Cara
mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan
perkembangan dan pertumbuhan anak berdasarkan standar kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang harus dicapai oelh anak usia dini.
Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator PAUD pencapaian hasil belajar
yang memuat berbagai aspek perkembangan. Indikator-indikator pada setiap kompetensi dasar
merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian dengan menggunakan alat dan
cara penilaian serta serangkaian prosedur.
Pelaksanaan Penilaian HARIAN PAUD
Penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:
1. Merupakan pengumpulan data dan informasi yang terkait langsung dengan kegiatan yang
dilakukan anak sehari-hari.
2. Menggunakan checklist (√) skala capaian perkembangan yang telah ditetapkan dalam
RPPH. Checklist (√) skala capaian perkembangan berisi indikator perkembangan untuk
mengukur ketercapaian tujuan dan kompetensi dasar yang ditetapkan di RPPM
3. Menggunakan catatan anekdot anak untuk mencatat perilaku anak pada saat berkegiatan,
baik saat bermain di kegiatan inti maupun kegiatan rutin.
4. Menggunakan data/informasi dari catatatn hasil karya anak
LEMBAR AMATAN
Umpan balik yang efektif merupakan bagian integral dari sebuah dialog instruksional
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan dirinya sendiri, dan
bukanlah sebuah praktik yang terpisahkan.
Terkait dengan umpan balik yang efektif ini, Black dan Wiliam mencatat tiga komponen
penting yaitu:
Umpan balik diberikan sebagai respons atas kinerja siswa. Kinerja siswa adalah
kesanggupan siswa untuk dapat menunjukkan penguasaannya atas berbagai tujuan
pembelajarannya. Guru harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai secara jelas dan dapat mengkomunikasikannya pada awal pembelajaran, baik
tentang wilayah materi, indikator kurikuler maupun penguasaan tujuan.
Salah satu metode yang cukup efektif untuk memastikan bahwa siswa memahami tujuan
pembelajarannya yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam menetapkan “kriteria
keberhasilan” yang bisa dilihat atau didengar. Misalnya, guru dapat memperlihatkan
beberapa contoh produk sebagai tujuan pembelajaran yang patut ditiru oleh para siswa,
menunjukkan kalimat-kalimat yang benar dengan ditulis menggunakan huruf kapital,
kesimpulan yang diambil dari data, penyajian tabel atau grafik dan sejenisnya.
Apabila para siswa telah dapat memahami tentang kriteria keberhasilan pembelajarannya,
mereka akan terbantu untuk mengarahkan belajarnya dan mereka akan lebih mampu
untuk melaksanakan proses pembelajarannnya
Selain memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan pembelajaran, guru juga perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami indikator dari tingkat
penguasaan tujuan pembelajarannya, baik secara lisan, tertulis maupun dalam bentuk
lainnya
(2) Evidence about present position
Istilah ”bukti” di sini menunjuk kepada informasi atau fakta tentang kinerja yang
berkaitan dengan tujuan pembelajaran, khusunya tentang sejauhmana tujuan
pembelajaran telah tercapai dan sejauhmana tujuan pembelajaran itu belum tercapai
Grant Wiggin mengemukakan bahwa umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian
atau celaan, persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan
nilai atau makna. Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang menggambarkan apa
yang telah dilakukan dan tidak dilakukan siswa. Selain itu, bahwa umpan balik juga harus
bersifat obyektif, deskriptif dan disampaikan pada waktu yang tepat yakni pada saat
tujuan pembelajaran masih segar dalam benak siswa.
Salah satu cara pemberian umpan balik yang cukup bermakna yaitu dengan
membandingkan produk siswa dengan kriteria keberhasilan telah telah dikomunikasikan
sebelumnya. Contoh sederhana pemberian umpan balik yaitu dengan membuat sebuah
format tentang “Daftar Kriteria Keberhasilan”. Dalam daftar tersebut, guru dapat
memberikan tanda + (plus) untuk menunjukkan tentang kriteria yang telah berhasil
dipenuhi siswa dan memberikan catatan tertentu untuk yang belum dipenuhinya.
(3) Some understanding of a way to close the gap between the two.
Umpan balik yang efektif yaitu harus dapat memberikan bimbingan kepada setiap siswa
tentang bagaimana melakukan perbaikan. Black dan Wiliam menegaskan bahwa setiap
siswa harus diberi bantuan dan kesempatan untuk melakukan perbaikan. Guru tidak
hanya memberikan umpan balik yang mencerminkan tentang kinerja yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran siswanya, tetapi juga harus dapat memberikan strategi dan
tips tentang cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan, serta kesempatan untuk
menerapkan umpan balik yang diterimanya.
Wiggins meyakini bahwa melalui siklus umpan balik ini dapat menghasilkan keunggulan
kinerja siswa. Oleh karena itu, siswa harus senantiasa memiliki akses rutin terhadap
kriteria dan standar-standar tugas yang harus dituntaskannya; mereka juga harus
memperoleh umpan balik dalam upaya menyelesaikan tugas-tugasnya, mereka harus
memiliki kesempatan untuk memanfaatkan umpan balik untuk memperbaiki kerjanya
serta mengevaluasi kembali terhadap standar
LAPORAN HASIL BELAJAR PAUD
MENGANALISIS DAN MENGOLAH HASIL ASESMEN PAUD
Kegiatan tindak lanjut asesmen serta mendiskusikan hasilnya dengan orang tua peserta
didik perlu dilakukan merupakan bentuk program deteksi dini tumbuh kembang anak,
diantaranya yaitu sebagai berikut.
Deteksi pertumbuhan anak
Deteksi perlu dilakukan untuk melihat tanda anak sehat seperti yaitu berat badan naik,
anak bertambah tinggi, kemampuan bertambah sesuai umur, bersih, dan jarang sakit.
Untuk melihat hasil asesmen biasanya lembaga pendidikan untuk mempermudah
pendidik untuk mendapat hasil yang lebih akurat dengan mengadakan kegiatan kerjasama
dengan Pos Pengembangan Anak Usia Dini (Pos PAUD) untuk mendapatkan pelayanan
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) setiap enam bulan
sekali. Dengan pelayanan SDIDTK tenaga kesehatan anak menentikan status gizi anak,
stunting (tinggi badan anak lebih pendek dibanding umurnya) atau tidak,
perkembangannya sesuai umur atau tidak, dan adakah ditemukan gangguan perilaku atau
gangguan emosional. Selanjunya pada saat pemeriksaan rambut jika ditemukan rambut
yang tidak bersih,kusut, dan berkutu, pemerikasaan mata jika ditemukan mata anak yang
sayu seperti kurang mengkonsumsi sayur dan buah, pemeriksaan telinga jika ditemukan
telinga anak yang kotor, pemeriksaan hidung jika ditemukan anak yang sering pilek,
pemerikasaan mulut jika ditemukan gigi anak kotor, bolong, pemeriksaaan kulit jika
ditemukan kulit anak kering, sering gatal-gatal, memerah karena alergi, pemeriksaan
kuku tangan, dan kaki untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Pelaksanaan kegiatan
deteksi dini tumbuh kembang anak dilakukan secara terprogram, diintegrasikan dengan
kegiatan pembelajaran, dan setelah diketahui hasilnya apabila dipandang perlu dirujuk
kepada tenaga kesehatan atau psikolog. Pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang di
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh pendidik
apalagi orang tua. Selain perkembangan anak yang telah berkembang, pendidik dan orang
tua perlu memahami dan mengetahui hal apa saja yang belum muncul dalam
perkembangan serta kelemahannya.
Deteksi perkembangan sosial emosional dan kemandirian
Deteksi dini ini berhubungan dengan kemampuan bersosialisasi dan pengendalian emosi
serta kemampuan mandiri anak. Perkembangan sosial dan emosional anak harus
memperhatikan proses bermain anak yang dipengaruhi oleh beberapa aspek
perkembangan kognitif, motorik, sebagai wilayah sosial dan emosional anak. Tanggung
jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan mengetahui hakhaknya, mentaati
aturan, mengatur diri sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan
sesama, perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya,
memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang lain.
Bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan. Hambatan yang mungkin terjadi
misalnya ketika anak kurang konsentrasi/pemusatan perhatian, sulit berinteraksi dengan
orang lain, mudah menangis/cengeng, sering marah jika keinginannya tidak dituruti.
Deteksi perkembangan bahasa
Deteksi dini ini dilakukan untuk melihat hambatan yang berhubungan dengan
kemampuan berbahasa yang meliputi kemampuan membedakan suara yang bermakna
dan tidak bermakna (bahasa reseptif), bicara (bahasa ekspresif), komunikasi (pragmatik).
Memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan memahami cerita, perintah, aturan,
menyenangi, dan menghargai bacaan. Mengekspresikan bahasa, mencakup kemampuan
bertanya, menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang
diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan dalam
bentuk coretan. Keaksaraan, mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi
huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.
Deteksi perkembangan fisik motorik kasar dan motorik halus
Deteksi dini ini dilakukan untuk melihat kondisi anak peserta didik Menurut Suyadi
(2009) yang menyatakan kondisi peserta didik yang bermasalah pada aspek fisik-
motorik, seperti halnya permasalahan tangan kidal, buta, tuli, bisu, terlalu kurus atau
gemuk. Deteksi dini pada motorik kasar dilakukan untuk melihat hambatan yang
berhubungan dengan keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh dengan menggunakan
otot-otot besar. Mencakup kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi, lentur,
seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan. Deteksi dini pada
motorik halus dilakukan untuk melihat hambatan yang melibatkan gerakan bagian tubuh
tertentu yang memerlukan koordinasi yang cermat antara otototot kecil/halus dan mata
serta tangan. Mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk
mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk. Kesehatan dan
perilaku keselamatan, mencakup berat badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia
serta kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat, dan peduli terhadap keselamatannya.
Deteksi perkembangan kognitif.
Deteksi dini pada aspek kognitif dilakukan untuk melihat hambatan yang berhubungan
dengan aspek kematangan proses berpikir. Seperti belajar dan pemecahan masalah,
mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman
dalam konteks yang baru. Berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola,
berinisiatif, berencana, dan mengenal sebabakibat. Berpikir simbolik, mencakup
kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal
huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk
gambar. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Piaget (Suhada, 2016) yang menurutnya
anak usia dini yang sudah mencapai tahap oprasional konkret (concrete operations),
dimana anak bisa menggunakan berbagai oprasional mentalnya seperti penalaran,
memecahkan masalah konkret, serta mampu mempertimbangkan sesuatu sesuai situasi
yang sedang dihadapinya.
Deteksi dini pada perkembangan seni
Deteksi dini pada perkembangan seni meliputi kemampuan mengeksplorasi dan
mengekspresikan diri. seni merupakan suatu bentuk ataupun ragam dari suatu keindahan
yang dibuat oleh seseorang dan direfleksikan dalam suatu karya yang mana bentuk dan
isinya memberikan nilai untuk mempengaruhi dan menimbulkan serta mebangkitkan
pengalaman dari perasaan seseorang yang melihat maupun mendengarkannya. Kegiatan
seni merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak usia dini. Kegiatan seni
memberikan kesempatan bagi anak untuk mampu menciptakan dan menggabungkan
materi dengan cara yang mungkin tidak pernah dibayangkan guru. Pemenuhan kebutuhan
anak untuk berekspresi itu mendapat bimbingan dan pembinaan secara sistematis dan
terencana. Agar kesempatan berekspresi yang diberikan kepada anak benar-benar
mempunyai arti dan bermanfaat baginya. Menurut Suyadi (2017) seni dalam pendidikan
anak usia dini mempunyai kontribusi, seni dapat membantu anak menyadari bahwa
betapa luasnya kehidupan manusia, melihat dengan beragam cara yang berbeda, dengan
seni manusia dapat mengekspresikan perasaan, menyampaikan makna dan dapat
mengembangkan bentuk pemikiran komperehensif yang sangat cerdas. Sausa (2012)
menjelaskan dalam paradigma baru tentang otak-seni merupakan kumpulan dari berbagai
area keilmuan lainnya. Dengan demikian, seni juga dapat membantu mengembangkan
kemampuan kognitif maupun kemampuan lainnyayang menguntungkan anak didik dalam
segala aspek pendidikannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
perkembangan zaman yang terus berubah-ubah ini. Dari hal tersebut tentunya kita dapat
memasukkan pembelajaran seni menjadi bagian dari perkembangan anak usia dini, dan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran terhadap perkembangan anak
usia dini tentunya harus ada asesmen untuk mengetahui tingkat perkembangan seni anak
tersebut. Hasil tersebut merupakan hasil deteksi-deteksi yang perlu dipahami pendidik
PAUD dalam melaksanaan penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah. Kerjasama
antara pendidik dengan orang tua dalam pendidikan anak usia dini adalah hal yang sangat
penting karena pembelajaran bukan hanya dilakukan di sekolah saja, namun juga di
rumah dan lingkungan sekitar peserta didik. Terutama sebagian besar waktu peserta didik
berada di rumah bersama keluarga dan lingkungan sekitarnya dibandingkan di sekolah.
Asesmen juga harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: dilakukan
secara individual dengan membandingkan perkembangan peserta didik saat ini dengan
perkembangan sebelunya, pendidik perlu mempertimbangkan adanya perbedaan dalam
perkembangan, pengalaman, dan budaya peserta didik, bukan dilakukan dalam situasi tes,
melainkan alamiah, kemajuan tentang anak dilaporkan dalam konteks individual
sehubungan dengan tahapan uisanya, dan bukan merupakan sistem ranking.
2. Setelah saya menyaksikan video-video pada topik ini pemahaman dan keterampilan yang
ingin saya pelajari lebih dalam diantaranya adalah
“Pemahaman dan keterampilan yang saya pelajari dari topik diantaranya adalah
- Berusaha merancang dan melaksanakan penilaian capaian perkembangan anak usia dini
dan mengolah data hasil penilaian perkembangan anak sesuai kurikulum merdeka
belajar .
- Menyusun standar kompetensi perkembangan sesuai dengan usia kalenser masing masing
murid. Walaupun secara normative anak memiliki standar perkembangan yang relatif
sama namun dalam proses pencapaiannya, setiap anak memiliki keunikan tempo dan
irama perkembangan masing masing .
- Ingin mencapai proses asesmen yang benar serta perlu memberikan gambaran secara apa
adanya ,kontinyu dan terus menerus ,bermakna yaitu menemukan dan mengungkap
informasi atau keterangan yang bermakana bagi anak,orang tua dan lembaga paud ,
memberikan pendampingan program yang sesuai
3. Pertanyaan/kebingungan yang masih saya miliki terkait video-video pada topik ini
adalah
“ kita sebagai fasilitator/pendidik yang saya hadapi saat ini, menghadapi anak didik yang
baru mengenal pendidikan (paud) sangat berbeda dengan murid yang sudah bisa
berimajinasi dalam belajar,dan pembelajaran ,saya masih mengikuti pelatihan dan belum
menguasai pembelajaran sepenuhnya”