Anda di halaman 1dari 17

TUGAS EVALUASI GENETIK DAN DESAIN PEMULIAAN

Dosen Pengampu :

Prof. Dr.Ir. Gatot Ciptadi, DESS., IPU.,ASEAN Eng

TEMA :
PENGEMBANGAN AYAM LOKAL BERBULU BUTIH DALAM RANGKA

PEMENUHAN BUDAYA DI KABUPATEN MANGGARAI PROPINSI NTT

DISUSUN OLEH:
YOHANA FIGETRI SANGGUR,

PROGRAM STUDI MAGISTER

ILMU TERNAK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023
RINGKASAN

Pengembangan galur ayam kampung berbulu putih bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas dan adaptabilitas ayam kampung dalam konteks lingkungan peternakan di Indonesia.

Melalui proses seleksi genetik dan pemuliaan selektif, galur baru ini dikembangkan dengan fokus

pada sifat-sifat unggul termasuk pertumbuhan yang cepat, konversi pakan efisien, dan ketahanan

terhadap penyakit. Teknologi pemuliaan modern, seperti rekayasa genetika, telah diintegrasikan

untuk mempercepat proses pemuliaan dan mencapai tingkat kualitas genetik yang lebih tinggi.

Selain itu, penyesuaian terhadap kondisi lingkungan lokal, seperti iklim dan jenis pakan yang

tersedia, menjadi bagian integral dari pengembangan galur ayam kampung berbulu putih. Kemitraan

yang erat antara pemerintah, lembaga riset, dan sektor swasta mendukung upaya ini dengan

menyediakan sumber daya dan pendanaan yang diperlukan.

Galur ayam kampung berbulu putih diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap

industri peternakan di Indonesia dengan meningkatkan efisiensi produksi, ketahanan ternak, dan

kesejahteraan peternak. Pendidikan dan pelatihan peternak juga menjadi aspek penting dalam

memastikan adopsi yang sukses dan optimal dari galur ayam kampung berbulu putih ini di berbagai

tingkatan peternakan. Dengan pendekatan holistik dan berkelanjutan, diharapkan pengembangan

galur ayam kampung berbulu putih dapat memberikan dampak positif dalam menghadapi tantangan

peternakan di masa depan. Pengembangan galur ayam kampung berbulu putih dapat menjadi Sumber

Daya Genetik yang berkembang di Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur. Galur

Ayam kampung berbulu putih dengan bobot badan serta pertumbuhan badan yang tinggi dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat untuk kebutuhan adat dan budaya setempat.


ABSTRAK

Ayam kampung adalah ayam lokal yang tidak memiliki karakteristik khusus. Produktifitas

ayam kampung apabila di bandingkan dengan ayam ras masih tergolong rendah. Ayam kampung

memiliki warna bulu beragam antara lain warna putih, hitam, coklat kemerahan, kuning atau

kombinasi warna tersebut. Kebutuhan ayam kampung berbulu putih semakin tinggi seiring

banyaknya ritual adat budaya yang dijalankan masyarakat Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa

Tenggara Timur. Sifat kualitatif terkait warna bulu putih tersebut masih langka pada ayam kampung

sehingga dibutuhkan suatu desain pemuliaan untuk memenuhi kebutuhan. Seleksi merupakan suatu

kegiatan dalam memilih ternak yang secara genetic memiliki keunggulan untuk selanjutnya

bereproduksi. Persilangan adalah proses perkawinan pada ternak ayam jantan dan ayam betina dari

rumpun yang berbeda. Pembentukan Grand Parent Stock melalui 4 pure line sehingga terbentuk

struktur pembibitan yang jelas. Pembentukan yang terdiri dari dua pure line galur jantan dan dua

pure line galur betina.


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang mampu memenuhi ketersediaan pangan hewani

yang dapat meningkatkan status gizi masyarakat. Usaha peternakan telah berkembang dalam berbagai

komoditi baik pada komoditi ternak ruminansia, ternak unggas maupun aneka ternak. Ayam merupakan

komoditi ternak unggas yang memiliki manfaat sebagai sumber protein hewani. Ayam local merupakan salah

satu jenis ternak unggas yang telah lama berkembang dan di pelihara di Indonesia. Sistem pemeliharaan yang

mudah, biaya pakan yang murah serta kemampuan adaptasi lingkungan menjadi keunggulan ayam local.

Ayam local Indonesia mempunyai keragaman sangat besar dan bervariasi dalam warna bulu, kulit, paruh,

bentuk tubuh, penampilan produksi, pertumbuhan, dan reproduksinya. Keanekaragaman ayam muncul dari

sistem pemeliharaan dan perkawinan yang tidak terkontrol dari generasi ke generasi serta faktor adaptasi

lingkungan. Proses adaptasi dapat memunculkan sifat dan penampilan baru kemudian diwariskan secara

genetik dari generasi ke generasi (Sidadolog, 2007)

Pengembangan galur ayam local di Indonesia terdapat beberapa yang dipelihara masyarakat antara

lain ayam kampung super, kampung super balitnak (KUB), dan ayam kampung. Ayam kampung adalah ayam

lokal yang tidak memiliki karakteristik khusus. Pemeliharaan ayam kampung pada Masyarakat untuk

mendapatkan daging, telur maupun sebagai tabungan. Produktitas ayam kampung apabila di bandingkan

dengan ayam ras masih tergolong rendah. Peningkatan produktivitas pada ayam kampung dapat melalui

proses seleksi pada sifat tertentu yang memiliki nilai ekonomis (Putri dkk,2018). Ayam kampung memiliki

ciri tubuh yang berukuran kecil dengan mencapai berat badan 1,4 kg pada umur 4 bulan dan produksi telurnya

mencapai 135 butir/tahun. Ayam kampung memiliki warna bulu beragam antara lain warna putih, hitam,

coklat kemerahan, kuning atau kombinasi warna tersebut.

Selain untuk kebuthan ekonomi, ayam kampung juga untuk pemenuhan adat dan budaya pada daerah

tertentu termasuk Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Manggarai merupakan salah satu contoh yang

memanfaatkan ayam kampung berwarna putih untuk ritual adat budaya. Peningkatan produktivitas melalui

proses seleksi dan perkawinan pada sifat bulu berwarna putih menjadi bentuk desain pemuliaan ternak.

Keberhasilan program desain pemuliaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan ayam kampung putih untuk

keperluan adat budaya di Kabupaten Manggarai, Flores Propinsi Nusa Tenggara Timur.
BAB II

PEMBAHASAN

Sumber Daya Genetik Ayam Lokal

Sumber daya genetic ayam local berada di hampir seluruh wilayah yang ada di Indonesia,

baik yang memiliki penampilan spesifik maupun tanpa spesifik. Salah satu jenis ayam local yang

tidak memiliki ciri spesifik serta dengan beragam penampilan yaitu ayam kampung. Pengembangan

domestikasi ayam local masih terbilang terbatas akibat masih rendahnya produktivitas ayam local.

Sistem pemeliharaan tradisional serta pemberian pakan seadanya menyebabkan masalah

produktivitas ayam local. Upaya peningkatan produktivitas ayam local khususnya ayam kampung

dapat melalui program seleksi serta daya dukung manajemen pemeliharaan optimal. Program seleksi

terhadap sifat unggul pada ayam local yang selanjutnya melalui proses pembiakan atau perkawinan.

Sifat unggul dalam hal ini antara lain warna bulu, pertambahan bobot badan, produksi daging atau

telur yang tinggi serta daya tahan tubuh yang kuat.

Program pemuliaan terarah merupakan suatu upaya pengembangan ketersediaan bibit yang

kualitas dan kuantitasnya terjamin dan berkesinambungan. Peningkatan produktivitas melalui seleksi

dan perkawinan pada sifat unggul dapat memenuhi ketersediaan bibit unggul ayam local. Perkawinan

dalam program ini melaui perkawinan silang untuk meningkatkan produktivitas melalui pewarisan

genetic unggul pada keturunannya. Perkawinan silang memiliki tujuan untuk menghasilkan ayam

yang unggul pada sifat tertentu seperti warna bulu, bobot badan ataupun kombinasi sifat lainnya.

Ketersediaan sumber daya local menjadi salah satu sarana produksi dalam pengembangan

ayal local di Indonesia. Pengembangan ayam local berbasis sumber daya lokal penting dilakukan

untuk mendukung kemandirian penyediaan pangan sumber protein hewani asal ternak ayam

nasional. Besarnya tingkat ketergantungan terhadap impor dalam industri ayam ras menjadi salah

satu alasan kuat mengenai pentingnya pengembangan ayam lokal berbasis sumber daya lokal dalam

pembangunan peternakan ayam nasional yang mendukung bagi pewujudan kemandirian pangan.
Badan Pusat Statistik tahun 2022 Salah satu sumber kekayaan genetik ternak local Indonesia

adalah ayam kampung. Sebagian besar populasi ayam kampung berada di Pulau Jawa dan Sumatera

sebesar 37,73 persen dan 26,92 persen. Provinsi dengan populasi ayam kampung terbesar yaitu Jawa

Tengah dan Jawa Timur masing-masing sebesar 40,02 juta ekor dan 38,14 juta ekor. Peningkatan

tertinggi populasi ayam kampung dalam enam tahun terakhir terjadi pada tahun 2021 yaitu sebesar

3,80 persen dibandingkan dengan tahun 2020. Untuk rata-rata pertumbuhan selama periode waktu

tersebut pertumbuhannya hanya mencapai 1,78 per tahunnya

Pengembangan potensi ayam local dalam hal produktivitas dipengaruhi factor internal dan

eksternal. Selain dengan perbaikan ransum dan manajemen pemeliharaan, Upaya peningkatan

produktivitas ayam lokal dapat melalui peningkatan mutu genetiknya. Peningkatan mutu genetik

ayam lokal dilakukan dengan berbagai macam penelitian dan kegiatan berbagai elemen masyarakat

yang berusaha untuk memenuhi keperluan akan daging unggas dan peduli terhadap kelestarian serta

pengembangan jenis unggas (Urfa, 2017). Dalam pengembangan ayam lokal terdapat dua titik

simpul yang menjadi kendala dalam pengembangannya, pertama terdapatnya fenomena kelangkaan

bibit di kalangan peternak, kedua masih rendahnya kinerja produksi (daging dan telur) ayam lokal.

Kelangkaan bibit dapat dipecahkan dengan mengaktifkan peran institusi-institusi perbibitan

peternakan milik pemerintah baik pusat dan daerah. Perbaikan kinerja produksi dapat dilakukan

dengan pendekatan tiga perbaikan, yaitu perbaikan mutu genetik (breeding), pakan, serta

manajemen. Seluruh perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya lokal

yang ada dan telah teruji melalui penelitian untuk meningkatkan kinerja produksi (daging dan telur)

ayam local (Hidayat,2012).

Nataamijaya (2010) menyatakan bahwa jenis ayam yang dapat dimanfaatkan untuk dua

kepentingan sekaligus dapat disebut sebagai ayam dwiguna. Selanjutnya bahwa dalam menghasilkan

galur atau rumpun baru dapat melalui pendekatan persilangan untuk memanfaatkan sumber daya

genetik ternak. Salah satu syarat dalam penetapan rumpun adalah populasi tersebut memiliki

karakteristik sifat kualitatif yang dapat dibedakan dengan rumpun lain (Mentan, 2014). Ayam
kampung merupakan ayam yang paling umum dipelihara masyarakat, akan tetapi produksi telurnya relatif

lebih rendah (17,61 butir/periode) daripada ayam arab dan bangkok. Produksi telur ayam arab mencapai

22,50 butir/periode dan merupakan produktivitas tertinggi dibanding jenis ayam lain, akan tetapi ayam arab

masih belum populer dipelihara masyarakat (8,33%) (Kartika dkk,2016).

Ayam Kampung untuk Kebutuhan Budaya


Kabupaten Manggarai adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pulau Flores Propinsi

Nusa Tenggara Timur. Kabupaten ini menjadi salah satu kabupaten dengan berbagai kearifan local

serta beragam adat dan budaya. Kearifan lokal, adalah sesuatu hal yang esensial bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara. Bahwa kalau kita telusuri lahirnya Pancasila sebagai dasarnegara, idelogi

nasional yang adalah budaya bangsa itu bahwa pancasila digali berdasarkan nilai-nilai yang hidup di

tengah masyarakat, bangsa Indonesia yaitu nilai adat istiadat, kebudayaan, dan kepercayaan, asas

kenegaraan, kebersamaan, gotong royong, toleransi, dan sebagainya (Kansil,2005). Dalam

menjalankan ritual adat, masyarakat membutuhkan ternak seperti ternak kerbau, babi maupun ayam.

Kebutuhan ayam kampung berbulu putih semakin tinggi seiring banyaknya ritual adat budaya yang

dijalankan masyarakat.

Pengolompokan ternak berdasarkan karakteristik genetic eksternal meliputi sifat kualitatif

dan kuantitatif sehingga setiap individu dapat terlihat jelas perbedaannya. Sifat kuantitatif adalah

sifat yang dapat diukur, sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak pasangan gen dan sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karakterisasi sumber daya genetik sangat penting dilakukan.

Tahapan karakteristik genetik eksternal merupakan cara dasar untuk menentukan jenis ternak yang

diwariskan pada generasi berikutnya. Karakteristik genetic eksternal yang diamati meliputi sifat

kualitatif seperti warna bulu bentuk jengger dan warna shank. Sifat-sifat kualitatif dan beberapa

sifat kuantitatif ayam kampung jantan dan betina masih bervariasi. Sifat-sifat kualitatif warna bulu

ayam kampung jantan yang dominan adalah tipe bulu liar, bentuk jengger tunggal dan warna kulit

kaki/shank kuning/putih. Sifat-sifat kualitatif warna bulu ayam kampung betina yang dominan adalah

warna bulu hitam, bentuk jengger pea dan warna kulit kaki kuning/putih (Subekti .K. 2011)
Sifat-sifat Kualitatif Ayam Kampung

a. Warna Bulu Ayam Kampung

Persentase warna bulu tertinggi pada ayam kampung yang diamati adalah warna bulu

berwarna hitam (91,12%) dan sisanya sebesar 8,88% adalah warna bulu putih dan coklat.

Kusuma (2002) yang menyatakan persentase fenotipe tertinggi warna bulu pada ayam

kampung adalah warna bulu hitam sebesar 79,25% dan sisanya sebesar 20,75% adalah warna

bulu putih dan coklat (T. Sartika, 2008).

Sifat kualitatif terkait warna bulu putih tersebut masih langka pada ayam kampung

sehingga dibutuhkan suatu desain pemuliaan untuk memenuhi kebutuhan. Desain pemuliaan

dengan memilih ayam kampung dengan bulu berwarna putih dan melalui perkawinan silang.

Fatmona dkk (2020) menyatakan keragaman sifat kualitatif ayam kampung jantan dan betina

dicirikan oleh warna bulu. Warna bulu dominan yang ditemukan pada ayam kampung di

Kecamatan Pulau Ternate adalah hitam baik pada jantan maupun betina dengan masing-

masing frekuensi 18% dan 16%. Persentase warna bulu putih pada ayam kampung masih

terbilang lebih rendah daripada warna bulu hitam.

Tabel 1. Warna Bulu Ayam Kampung


No Fenotipe Jenis kelamin
1. Jantan Betina

1. Putih 5 (10 %) 10 (10 %)

2. Hitam 7 (14 %) 50 (50 %)

3. Emas 11 (22 %) 12 (12%)

4. Putih keperakan 0 (0 %) 2 (2 %)

5. Tipe bulu liar 19 (38 %) 5 (5 %)

6. Coulombian 3 (6 %) 4 (4%)

7. Liar 5 (10 %) 17 (17%)

Subekti dkk.2011. sifat kualitatif warna bulu pada ayam Kampung di Kecamatan Sungai pagu
Ayam kampung memiliki sifat kualitatif yang seragam hanya pada warna bulu dan

kerlip bulu ayam kampung jantan, sedangkan pada warna bulu ayam kampung betina, kerlip

bulu ayam kampung betina, corak bulu, pola bulu warna shank, tipe jengger, warna cuping,

warna mata memperlihatkan tingkat keberagaman yang tinggi.

Tabel 2. Frekuensi gen ayam kampung


No Sifat Fenotipe Jenis kelamin
1. Jantan (11 ekor) Betina (7 ekor)

1. Warna bulu Putih 0.00 0.15


berwarna 1.00 0.85
2. Corak bulu Polos 0.48 0.71

Lurik 0.52 0.29

3. Pola bulu Hitam 0.00 0.23

Liar 0.40 0.00

Columbian 0.60 0.77

4. Kerlip bulu Perak 0.00 0.29

Emas 1.00 0.71

5. Warna shank Kuning/putih 0.15 0.86

Hijau/hitam 0.85 0.14

6. Tipe jengger Kapri 0.20 0.07

Tunggal 0.80 0.93

Frekuensi gen seragam pada ayam kampung dan hanya ditemukan pada ayam kampung jantan untuk

sifat warna bulu dan kerlip, sedangkan untuk sifat warna bulu ayam kampung betina, kerlip bulu ayam

kampung betina, corak bulu, pola bulu, warna shank, dan tipe jengger beragaman. Nei dan Kumar (2000)

menyatakan bahwa suatu populasi dikatakan polimorfik (beragam) jika memiliki frekuensi alel di atas 0.01.

Keragaman pada sifat kualitatif yakni warna bulu dapat menjadi peluang dalam melakukan seleksi

berdasarkan sifat warna bulu. Desain pemuliaan dengan melakukan seleksi pada sifat warna bulu pada ayam

kampung dapat menjadi harapan dalam pemenuhan ayam kampung berbulu putih.
PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUMBER DAYA GENETIK AYAM KAMPUNG

Ayam Kampung atau ayam buras (Gallus gallus domesticus) merupakan hasil domestikasi

ayam Hutan Merah (Gallus gallus). Hal ini dapat diketahui dengan melihat jarak genetik antara ayam

Kampung dan ayam Hutan Merah lebih dekat dibandingkan dengan ayam Hutan Hijau (Gallus

varius) (Sulandari et al, 2007a). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keragaman baik

karakter fenotip maupun tingkat produktivitas ayam hasil persilangan beberapa kelompok terseleksi

untuk pembentukan rumpun baru ayam kampung khas ternate masih dalam kategori tinggi, maka

upaya seleksi perlu dilakukan secara kontinyu untuk memperoleh strain ayam kampung khas ternate

(Talebe dkk,2021). Strategi pemuliaan ayam kampung untuk memperoleh bibit yang baik, salah

satunya dengan melakukan seleksi. Pada ayam kampung, seleksi sangat tepat untuk dilakukan

mengingat variasi genetik maupun fenotipe ayam kampung cukup tinggi (Sartika,2012)

Pemurnian dan persilangan menjadi salah satu langkah untuk meningkatan kualitas dan

kuantitas pada rumpun ayam local. Program dsain pemuliaan melalui pemurnian ayam local dengan

tujuan untuk melestarikan dan mngmbangkan Sumber Daya Genetik ayam local. Pengembangan dan

peningkatan mutu ayam local pada akhirnya mendapatkan manfaat dalam hal pemenuhan kebutuhan

masyarakat. Pemenuhan kebutuhan masyarakat pada ayam local dengan produktivitas yang baik

memberikan keberamanfaatan pada aspek ekonomi dan budaya.

Pelaksanaan program pemurnian terdiri dari tiga langkah, langkah pertama adalah identifikasi

karakteristik spesifik ayam lokal. Ayam lokal yang ada di Indonesia berjumlah lebih dari 30 rumpun

dengan karakteristik spesifik yang berbeda-beda, belum seluruhnya dikenal umum. Tergantung

tujuan pemanfaatan ayam lokal, karakteristik yang perlu diidentifikasi adalah bentuk kepala, warna

bulu, paruh, jengger, pial, warna kaki, dan suara. Langkah kedua adalah pengembangbiakan pada

populasi dasar untuk mencapai populasi yang aman untuk dimanfaatkan. Langkah ketiga yaitu

seleksi kinerja sekurang-kurangnya 30% kurangnya 4 generasi sampai menghasilkan bibit murni.

Pada ketiga langkah angka 1, 2 dan 3 di atas harus selalu dilakukan pencatatan.
SELEKSI/PEMURNIAN
Seleksi merupakan suatu kegiatan dalam memilih ternak yang secara genetic memiliki

keunggulan untuk selanjutnya bereproduksi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.

Seleksi akan mengubah frekuensi gen, yaitu frekuensi gen-gen yang diinginkan akan meningkat dan

frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan akan menurun. Perubahan frekuensi gen ini akan

meningkatkan rataan fenotipe dari ternak terseleksi dibandingkan dengan rataan fenotipe sebelum

diseleksi. Selanjutnya dinyatakan bahwa respons seleksi adalah perbedaan rataan nilai fenotipik anak

dengan rataan nilai fenotipik tetua sebelum diseleksi. Tingginya intensitas seleksi tergantung dari

populasi ternak seleksi. Balitnak telah melakukan seleksi ayam Kampung selama 6 generasi dengan

intensitas seleksi sebanyak 50% terbaik, saat ini telah menghasilkan rataan produksi telur henday

50% dengan puncak produksi 65 – 70% (Sartika,2012).

Untuk memudahkan seleksi sebaiknya dipilih paling banyak dua kriteria seleksi, sebagai

seleksi utama. Seleksi pada pemurnian ayam kampung dengan populasi dasar untuk seleksi pada

pemurnian bibit ayam kampung berjumlah minimal 500 ekor induk ayam. Berikut skema perkawinan

pemurnian

♂ G0 x ♀ G0,

FG0 (turunan populasi dasar, dibesarkan 1000 DOC) menghasilkan (500 induk, 50 jantan

G0), diamati produksi telur selama 6 bulan, setelah itu seleksi 30% terbaik, jadi ada 150 induk

ayam terbaik, pilih 30 ekor jantan terbaik untuk dikawinkan (rasio ♂ : ♀ = 1 : 5) dan ditetaskan

untuk menghasilkan G1.

♂ G1 x ♀ G1

F G1 (turunan generasi G1, dibesarkan 1000 DOC) Menghasilkan (500 induk dan 50 jantan FG1)

diamati produksi telur selama 6 bulan, setelah itu seleksi 30% terbaik untuk betina, jadi ada 150

induk ayam terbaik, pilih 30 ekor jantan terbaik untuk dikawinkan (rasio ♂ : ♀ = 1 : 5) dan ditetaskan

untuk menghasilkan G2
♂ G2 x ♀ G2

F G2 (turunan generasi G2, dibesarkan 1000 DOC) menghasilkan (500 induk, dan 50 jantan FG2)

diamati produksi telur selama 6 bulan, lalu seleksi 30% terbaik utk betina, jadi ada 150 induk ayam

terbaik, pilih jantan 30 ekor terbaik untuk dikawinkan (rasio ♂ : ♀ = 1 : 5) dan ditetaskan untuk

menghasilkan G3.

♂ G3 x ♀ G3

F G3 (turunan generasi G3, dibesarkan 1000 DOC) Menghasilkan (500 induk dan 50 jantan FG3,)

diamati produksi telur selama 6 bulan, setelah itu, seleksi 30% terbaik, jadi ada 150 induk ayam

terbaik, pilih 30 ekor jantan terbaik untuk dikawinkan (rasio ♂ : ♀ = 1 : 5), dan ditetaskan untuk

menghasilkan G4 dan seterusnya dengan metode yang sama sampai produksi stabil menjadi galur

produksi telur

G0 = Ayam lokal (populasi dasar) G1...n = Generasi ke-1....ke-n

Tabel 3. Kriteria seleksi ayam lokal


Kriteria seleksi galur betina Kriteria seleksi galur jantan
Sifat Kuantitatif Mengeram Sifat Kuantitatif FCR
Produksi telur Pertumbuhan
Fertilitas Fertilitas
Daya tetas Daya tetas
FCR Mortalitas
Pertumbuhan Produksi telur
Mortalitas
Sifat Kuantitatif Warna bulu Warna bulu
Kulit kaki Kulit, kaki
Postur tubuh Postur tubuh

Sartika.2012. Ketersediaan Sumberdaya Genetik Ayam Lokal dan Strategi Pengembangannya untuk
Pembentukan Parent dan Grand Parent Stock
CROSS BREEDING/PERSILANGAN
Persilangan adalah proses perkawinan pada ternak ayam jantan dan ayam betina dari rumpun

yang berbeda. Proses persilangan melalui suatu mekanisme yang terstruktur sesuai perencanaan

untuk mndapatkan hasil persilangan yang spesifik dengan tujuan tertentu. Persilangan berdasarkan

sifat genetic yang unggul dari tetua dengan harapan agar hasil persilangannya lebih unggul dari

rumpun murninya. Persilangan pada ayam kampung dengan tujuan meningkatkan produktivitas

ayam kampung serta mendapatkan hasil keturunan yang memiliki bulu berwarna putih. Hasil

persilangan tersebut pada akhirnya akan memenuhi kebutuhan ayam putih demi keberlangsungan

adat dan budaya yang ada pada daerah Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur. Selain

itu, hasil persilangan dengan performa yang llebih baik dari ttua dapat menjadi Sumber Daya Genetik

di daerah Kabupaten Manggarai.

Hasnelly Zainal dan Triwardhani (2014) menyatakan bahwa pelaksanaan persilangan

dilakukan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Menggunakan rumpun pada kondisi populasi aman dan /atau terkendali;

b. Menggunakan rumpun/galur ayam murni yang mempunyai spesifikasi jelas;

c. Untuk menghasilkan final stock, dilakukan persilangan satu tahap dari rumpun berbeda;

d. Melakukan pencatatan pada setiap pelaksanaan persilangan;

e. Menjamin kelestarian Sumber Daya Genetic ayam local

Langkah – Langkah pelaksanaan persilangan sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi dari rumpun/galur murni yang akan disilangkan;

b. Melakukan persilangan antar rumpun/galur yang berbeda dengan pola perkawinan yang jelas

dan benar;

c. Melakukan pengembangbiakan hasil Silangan untuk disebarluaskan di luar wilayah


pemurnian;
d. Melakukan pengendalian dalam pemanfaatan ayam local murni yang digunakan untuk
menjadi tetua dalam melaksanakan program persilangan untuk mencegah pengurasan
populasi bibit ayam murninya.
PEMBENTUKAN GRAND PARENT STOCK

Pembentukan Grand Parent Stock melalui 4 pure line sehingga terbentuk struktur pembibitan

yang jelas. Pembentukan yang terdiri dari dua pure line galur jantan dan dua pure line galur betina.

Dalam hal ini ayam Super adalah salah satu galur betina pure line dengan keunggulan bobot badan,

dan pertumbuhan bobot badan serta galur lainnya untuk pure line jantan adalah dapat dipilih ayam

Kampung dengan sifat kualitatif dalam mengahsilkan bulu berwarna putih. Pemilihan galur-galur

tersebut didasarkan pada penampilan performannya dan jarak genetic dari keempat galur tersebut.

Seleksi terus menerus dalam setiap pembentukan galur murni seperti pada pemurnian ayam

kampung. Terdapat ciri spesifik yang khas misalnya bobot badan dan pertambahan bobot badan pada

galur betina dan warna bulu putih pada galur jantan.

Pembentukan galur murni (pure line) dapat dilakukan dari rumpun yang ataupun rumpun

yang berbeda melalui Reciprocal recurrent selection dengan cara berikut

1. Line cross breeding/linecrossing (between line within breed crossing)

2. Kombinasi hasil persilangan dengan performans terbaik

Hasil akhir pembentukan Grand Parent Stock hasil dari persilangan 4 galur yang berbeda

membentuk Grand Parent dengan produk untuk menghasilkan pure line dan Parent Stock untuk

menghasilkan hybrid.

Program pengembangan bibit terutama dalam pembentukkan Grand Parent Stock maupun

Parent Stock ayam lokal, sebaiknya melibatkan swasta yang bergerak dalam pembibitan, terutama

yang telah berpengalaman dalam perbanyakan GPS ayam ras, agar prosedur perbanyakannya dapat

diaplikasikan secara langsung. Selain itu, usaha perbibitan memerlukan modal besar sehingga

keterlibatan swasta yang mempunyai modal kuat sangat dibutuhkan. Realisasi saat ini, Badan

Litbang Pertanian telah mengembangkan pusat pembibitan ayam KUB-1 di 10 provinsi, sehingga

dalam waktu dekat diharapkan penyediaan DOC ayam kampung potong telah tersedia di pusat-pusat

pembibitan di setiap provinsi. Selain itu, ayam KUB-1 telah dilisensi oleh swasta untuk perbanyakan

bibit, sehingga permintaan bibit dapat disuplai oleh pihak swasta tersebut (Sartika,2014)
BAB III

KESIMPULAN

Pengembangan galur baru pada ayam kampung di Indonesia merupakan upaya untuk

meningkatkan produktivitas, ketahanan, dan kualitas ayam kampung yang sesuai dengan kebutuhan

peternak modern. Pengembangan galur ayam kampung berbulu putih dengan bobot badan serta

pertambahan bobot badan yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan adat di Kabupaten Manggarai.

Seleksi Genetik dilakukan untuk memilih ayam kampung yang memiliki sifat-sifat unggul, seperti

pertumbuhan cepat, ketahanan terhadap penyakit, dan reproduksi yang baik. Tujuan utama adalah

meningkatkan daya produktif ayam kampung dan mengurangi sifat-sifat yang tidak diinginkan.

Pemuliaan Selektif dilakukan dengan memilih induk yang memiliki kualitas genetik terbaik untuk

dijadikan Parent Stock berikutnya. Penerapan teknologi modern dalam pemuliaan, seperti teknologi

rekayasa genetika, dapat digunakan untuk mempercepat proses pemuliaan dan mencapai hasil yang

lebih unggul. Penggunaan teknologi reproduksi seperti inseminasi buatan juga dapat meningkatkan

efisiensi pemuliaan.

Pengembangan galur baru juga mencakup ketahanan terhadap penyakit tertentu yang sering

menyerang ayam kampung. Pemilihan ayam dengan ketahanan genetik terhadap penyakit dapat

membantu meningkatkan kesehatan dan daya tahan ternak. Galur baru dapat dihasilkan dengan

mempertimbangkan faktor lingkungan di Indonesia, seperti iklim, jenis pakan lokal, dan kondisi

peternakan. Ayam yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan setempat

diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Kerjasama antara pemerintah, lembaga riset,

dan sektor swasta dapat mempercepat pengembangan galur baru. Investasi dari pihak swasta dapat

membantu dalam pembiayaan penelitian dan pengembangan serta mempercepat adopsi teknologi.

Pendidikan dan pelatihan kepada peternak mengenai manajemen ternak yang baik, termasuk

penerapan galur baru, dapat meningkatkan efektivitas usaha peternakan. Pengembangan galur baru

pada ayam kampung di Indonesia memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak,

termasuk pemerintah, lembaga riset, dan sektor swasta


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2022. Peternakan Dalam Angka.Badan Pusat Statistik

Fatmona S. & Nursjafani.2020. Keanekaragaman Fenotipe Ayam kampung (Gallus gallus domesticus) di

Kota Ternate. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Vol 18 (1)

Hasnelly Zainal, Triwardhani.2014. Cross breeding pada Ayam Lokal untuk Meningkatkan Produksi

Daging Satu Kilogram pada Umur 12 Minggu.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan

Veteriner. 515-521

Hidayat, C., 2012. Pengembangan Produksi Ayam Lokal Berbasis Bahan Pakan Lokal. Wartazoa. Vol. 22

(2)

Kansil, C.S.T., dan Christine, S.T.K. 2005. Pancasila dan UUD 1945. Jakarta: Pradnya Paramita

Kartika. A. A., Kanthi. A. Widayati, Burhanuddin, Maria U., Achmad F. 2016. Eksplorasi Preferensi

Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Ayam Lokal di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Jurnal Ilmu

Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 21 (3): 180 -185. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI).

http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI

Nataamijaya, A.G. 2010. Pengembangan Potensi Ayam Lokal untuk Menunjang Peningkatan

Kesejahteraan Petani. Jurnal Litbang Pertanian 29 (4): 131-138

Nei, M, dan S. Kumar .2000. Molecular Evolution and Phylogenetics. New York (US): Oxford University

Press, Inc

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia.2014. Penetapan dan Pelepasan Rumpun Atau Galur

Hewan. Menteri Pertanian Republik Indonesia. Nomor 117/Permentan/SR.120/10/2014

Putri. A.B. S. R.N., Gushairiyanto & Depison. 2018. Bobot Badan dan Karakteristik Morfometrik

Beberapa Galur Ayam Lokal. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 7(3):256-263.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/peternakan-tropis

Sidadolog JHP. 2007. Pemanfaatan dan kegunaan ayam lokal Indonesia. Dalam buku Keragaman Sumber

Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Editor: Kusumo Diwyanto dan

Siti Nuramaliati Prijono. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Edisi Pertama. Hal.:27-42

Subekti.K., & Firda .A. 2011. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu

Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. 15 (2)


Sulandari., S., M.S.A. Zein, S. Paryanti dan T. Sartika. 2007a. Taksonomi dan asal usul ayam domestikasi.

dalam: Diwyanto, K dan S.N Prijono (Edt.). Keanekaragaman sumber daya hayati ayam local

Indonesia: Manfaat dan potensi. LIPI Press. hlm. 7-24

Talebe.Y.B., Sri U., & Abdurrahman H. 2021. Performans Kualitatif dan Kuantitatif Ayam Hasil

Persilangan Beberapa Kelompok Terseleksi untuk Pembentukan Rumpun Baru Ayam

Kampung Khas Ternate Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol 19 (2)

Urfa, S., H. Indrijani., & W Tanwiriah. 2014. Model Kurva Pertumbuhan Ayam Kampung Unggul Balitnak

(KUB) Umur 0-12 Minggu. Jurnal Ilmu Ternak.Vol.17, No.1

Anda mungkin juga menyukai