UUD 1945 dibentuk agar setiap warga negara mematuhi hukum dan menjadi sebuah landasan
hukum yang mengatur setiap aktivitas warga negara Indonesia. Seluruh peraturan perundang
undangan yang ada di Indonesia harus bersumber dari UUD 1945 ini.
Hingga kini ada 21 Bab, 73 Pasal, 170 Ayat, 3 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Pasal Aturan
Tambahan. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 memiliki sifat mengikat seluruh unsur negara di
Indonesia.
Jadi baik pemerintah, lembaga masyakarat, dan semua warga negara harus patuh pada
peraturan yang ada di dalam UUD 1945.
Kewenangan Presiden dalam pembentukan Perpu dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Melihat kewenangan presiden itu dari teori hukum tata darurat negara dan dari teori
pembatasan kekuasaan. Dalam hukum tata negara darurat ada yang disebut dengan “
kekuasaan berdaulat ”. Hal ihwal Kegentingan yang Memaksa dari Perpu memaknai bahwa
Perpu merupakan sutau produk hukum tata negara darurat. Dalam UUD 1945, darurat itu
adalah Bahaya dan Genting. Kewenangan untuk menanggulangi, mengatasi, dan mengelola
keadaan darurat terletak di tangan kepala negara. Di Indonesia yang menganut sistem
presidensial, kewenangan tersebut berada di tangan Presiden.
Selanjutnya melihat dari sudut pandang yang lain yakni batasan teori kekuasaan.
Kewenangan Presiden dalam pembentukan Perpu merupakan kewenangan derivatif yang
bersumber dari kewenangan legislatif. Presiden seharusnya hanya memangku kekuasaan
eksekutif. Namun dalam keadaan darurat, fungsi legislasi diberikan untuk mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara
yang ada hanya dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi legislasi tersebut. UUD 1945
menunjukkan bahwa kewenangan presiden dalam pembentukan Perpu merupakan kekuasaan
turunan dari kekuasaan legislatif yang didelegasikan melalui UUD dan UUD 1945
mensyaratkan hal ihwal Kegentingan yang Memaksa dalam penggunaan kekuasaan tersebut
meskipun Perpu hanya berlaku sampai persetujuan di DPR dan untuk selanjutnya
keberlakuannya ditentukan oleh DPR.
Dalam sejarah pembentukan Perpu di Indonesia, dari tujuh presiden yang menggunakan
kewenangan tersebut, Perpu-Perpu yang dibentuk pada umumnya melakukan pengaturan di
bidang ekonomi dan menunjukkan kriteria-kriteria antara lain: bersifat mendesak karena
keterbatasan waktu, mengandung unsur terjadinya krisis, adanya persyaratan hukum, adanya
aturan yang tidak mampu sehingga perlu penyempurnaan, serta berkepanjangannya
pemberlakuan suatu ketentuan undang-undang. Kriteria-kriteria yang menjadi alasan dalam
pembentukan Perpu ini tidak terpenuhi secara kumulatif dan cenderung lebih menampakkan
unsur kemendesakan semata dan sangat sedikit menunjukkan unsur terjadinya krisis.
Proses pembentukan Perpu dilihat dari unsur kegentingan yang memaksa harus dapat
mengawasi dan membatasi penggunaan hak subyektif Presiden, sehingga perlu dirumuskan
undang-undang yang tidak hanya menjelaskan mengenai kriteria minimum yang diperlukan
untuk membentuk Perpu, namun juga harus mengikat DPR dalam pertimbangannya
memberikan persetujuan atau tidak terhadap Perpu yang digunakan. Ini digunakan untuk
menghindari Despotisme. Depotisme berasal dari kata dasar despot yang berarti penguasa
tunggal yang melakukan sekehendak hati; kepala negara atau raja yang menjalankan
kekuasaan dengan sewenang-wenang. Despotisme berarti pemerintahan seorang lalim; sistem
pemerintahan dengan kekuasaan tidak terbatas dan sewenang-wenang.
2.4 Peraturan pemerintah dalam lingkup hukum Indonesia
Peraturan ini tidak boleh menciptakan suatu wewenang kecuali yang telah diatur dalam
undang-undang.
Dapat dikatakan, fungsi Peraturan Pemerintah adalah sebagai instrumen untuk mengadakan
pengaturan lebih lanjut untuk melaksanakan undang-undang.
PP Nomor 1 Tahun 2022 tentang Register Nasional dan Pelestarian Cagar Budaya,
Secara umum, pengertian peraturan daerah dapat disebut juga sebagai instrumen aturan yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah di
masing-masing daerah otonom dari masing-masing bagian yang telah ditentukan. Menurut
Prof. Dr. Jimmly Asshiddiqie, SH., pengertian peraturan daerah adalah sebagai salah satu
bentuk aturan pelaksana undang-undang sebagai peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi. Kewenangan peraturan daerah bersumber dari kewenangan yang telah ditentukan
suatu undang-undang. Meski demikian, peraturan daerah juga dapat dibentuk untuk mengatur
hal-hal yang kewenangan untuk mengatur hal-hal tersebut tidak diatur secara eksplisit oleh
suatu undang-undang. Hal tersebut dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan ketentuan UUD
1945 sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (3) dan (4).