Anda di halaman 1dari 8

Pertemuan 4

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN EVALUASI PROGRAM

A. Model Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, desain, implementasi dan
dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.

Evaluasi program juga merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program
selanjutnya. Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat.
Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya
model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin
mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan
Dalam melaksanakan evaluasi program ini, ada beberapa model yang dapat dijadikan pedoman
dalam pelaksanaannya:

1. Model CIPP
Model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield (1985) merupakan
sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (a decision oriented
evaluation approach structured) untuk memberikan bantuan kepada administrator atau
leader pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan
memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para pengambil keputusan. Model evaluasi
CIPP ini terdiri dari 4 komponen yang diuraikan sebagai berikut:
a. Evaluasi Context , dilakukan pada tahap penjajagan menghasilkan informasi untuk
keputusan perencanaan (planning decission). Evaluasi konteks akan melihat bagaimana
kondisi kontekstual, apa harapan masyarakat, apa visi dan misi lembaga yang akan
dievaluasi.
b. Evaluasi Input, dilakukan pada tahap awal menghasilkan informasi untuk keputusan
penentuan strategi pelaksanaan program (structuring decission). Evaluasi input akan
melihat bagaimana kondisi input (masukan) baik raw input maupun instrumental input.
Raw input adalah input yang diproses menjadi output, untuk lembaga pendidikan adalah
siswa, peserta didik; Instrumental input seperti guru, fasilitas, kurikulum, manajemen,
adalah input pendukung dalam implementasi program.
c. Evaluasi proses, dilakukan selama program berjalan menghasilkan informasi tentang
pelaksanaan program; evaluasi proses akan melihat bagaimana kegiatan program berjalan,
partisipasi peserta, nara sumber atau guru, penampilan guru/instruktur pada PBM di kelas,
bagaimana penggunaan dana, bagaimanainteraksi guru dan siswa di kelas. Berapa persen
keberhasilan yang telah dicapai, dan memperkirakan keberhasilan di akhir program. Jenis
keputusan adalah pelaksanaan (implementing decission).
d. Evaluasi produk/ hasil, dilakukan pada akhir program, untuk mengetahui keberhasilan
program. Sejauh mana tujuan telah dicapai, hambatan yang dijumpai dan solusinya,
bagaimana tingkat keberhasilan program meliputi: efektivitas, efisiensi, relevansi,
produktivitas, dsb. Evaluasi produk menghasilkan informasi untuk keputusan kelanjutan
program (recycling decission). Evaluasi produk juga sebagai akuntabilitas pimpinan tentang
program yang menjadi tanggungjawabnya kepada stake holder.

Empat aspek dalam model evaluasi CIPP yaitu context, input, process, dan output
membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai:

1) Apa yang harus dilakukan (What should we do?) mengumpulkan dan menganalisa need
assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran.
2) Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?) sumber daya dan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi identifikasi
program eksternal dan material dalam mengumpulkan informasi.
3) Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?) Ini menyediakan informasi
bagi pengambil keputusan tentang seberapa baik program diterapkan. Dengan secara terus-
menerus monitoring program, pengambil keputusan mempelajari seberapa baik
pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staff dan
moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.
4) Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome dan membandingkannya pada
hasil yang diharapkan, pengambil-keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika
program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali.

Aspek dan Prosedur Pelaksanaan Evaluasi


Aspek Context Input Process Output
Objek Mendefinisikan Mengidentifikasi Mengidentifikasi Menghubungkan
(sasaran) operasional context, dan memperkirakan dan informasi
mengidentifikasi kapabilitas sistem, memperkirakan outcomes
dan memperkirakan strategi input yang di dalam proses dengan obyek
kebutuhan dan sekarang tersedia, tentang dan informasi
mendiagnosa dan mendesain kerusakan di context, input,
masalah, untuk implementasi dalam desain dan process
memprediksi strategi prosedur atau
kebutuhan dan implementasi,
peluang menyediakan
informasi
sebelum program
diputuskan dan
memperbaiki
dokumen even
prosedural dan
aktivitas
Metode Mendeskripsikan Mendeskripsikan Memonitoring Mendefinisikan
context, dan menganalisis setiap aktivitas operasional dan
membandingkan SDM dan sumber yang berpotensi mengukur
dengan yang daya material yang terdapat kriteria asosiasi
sebenarnya dan tersedia, solusi tantangan secara dengan obyektif
mengawasi input strategis, dan desain prosedural, dan dan
dan output, prosedur untuk memberikan membandingkan
membandingkan relevansi, tanda untuk hasil pengukuran
kemungkinan dan kemungkinan antisipasi, untuk dengan standar
ketidakmungkinan kegiatan yang dapat memperoleh sebelum
sistem kerja, dan dilaksanakan, dan informasi yang dilakukan
menganalisa kebutuhan ekonomi spesifik untuk antisipasi, dan
penyebab dalam rangkaian memutuskan menginterpretasi
ketidakmungkinan kegiatan suatu program, outcomes
dan ketidaksesuaian dan berdasarkan
kenyataan dengan mendeskripsikan dokumen
tujuan (harapan proses yang informasi
aktual context, input,
dan process
Hubungan Memutuskan dalam Memilih SDM Untuk Untuk
pengambila hal menyajikan sebagai pendukung, implementasi dan memutuskan
n keputusan perangkat, tujuan solusi strategis, dan memperbaiki dalam kegiatan
dengan asosiasi, dengan desain prosedural desain program secara kontinu,
proses mendiskusikan untuk perubahan dan prosedur menghentikan
perubahan kebutuhan dan struktur kerja untuk keefektifan (mengakhiri),
peluang, dan (aktivitas) proses kontrol modifikasi,
sasaran asosiasi mengatur
untuk perubahan kembali fokus
perencanaan perubahan
kebutuhan aktivitas dengan
tahapan materi
yang lain dalam
proses
perubahan untuk
mengatur
kembali aktivitas
perubahan

2. Model Evaluasi Model Kirpatrick


Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah “Kirpatrick
four levels evaluation model”. Model Kirikpatrick ini mengevaluasi program pelatihan. Evaluasi
terhadap efektivitas program pelatihan menurut Kirpatrick mencakup empat level evaluasi
yaitu:
a. Level 1: reaction.
Evaluating reaction atau mengevaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan adalah
aktivitas mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction) terhadap program
pelatihan yang dilaksanakan. Suatu program pelatihan dianggap efektif apabila proses
pelatihan dirasakan menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga
peserta pelatihan tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih.
b. Level 2: learning.
Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan
sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan. Oleh karena itu, untuk
mengukur efektitivitas program pelatihan maka ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur.
Tanpa adanya perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan
keterampilan pada peserta pelatihan maka program pelatihan dapat dikatakan gagal.
Penilaian evaluating learning ini ada yang menyebutnya dengan penilaian hasil (output)
belajar. Oleh karena itu, dalam pengukuran hasil belajar (learning measurement) dari
peserta pelatihan berarti penentuan satu atau lebih hal-hal berikut:
a. Pengetahuan apa yang telah dipelajari.
b. Sikap apa yang telah berubah.
c. Keterampilan apa yang telah dikembangkan atau diperbaiki dari peserta didik.

c. Level 3: behaviour.
Evaluasi pada level 3 atau evaluasi tingkah laku berbeda dengan evaluasi terhadap sikap
pada level 2. Penilaian sikap pada evaluasi 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi
pada diri peserta pelatihan saat kegiatan pelatihan berlangsung dilakukan sehingga lebih
bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku pada level 3 ini difokuskan pada
perubahan tingkah laku setelah peserta pelatihan kembali ke tempat kerjanya. Dalam hal
ini apakah perubahan sikap yang telah terjadi setelah peserta pelatihan mengikuti
pelatihan juga akan diimplementasikan setelah peserta pelatihan kembali ke tempat kerja,
sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat ekternal. Perubahan prilaku apa yang
terjadi di tempat kerja setelah peserta pelatihan mengikuti program pelatihan. Dengan
kata lain yang perlu dinilai adalah apakah peserta pelatihan merasa senang setelah
mengikuti pelatihan dan kembali ke tempat kerja. Bagaimana peserta dapat mentransfer
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan untuk
diimplementasikan ditempat kerjanya. Oleh karena yang dinilai adalah perubahan prilaku
peserta pelatihan setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi pada level 3 ini dapat
disebut dengan evaluasi terhadap outcome dari kegiatan pelatihan.
d. Level 4: result.
Evaluating result atau evaluasi hasil dalam level 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final
result) yang terjadi karena peserta pelatihan telah mengikuti suatu program pelatihan.
Termasuk dalam kategori evaluasi hasil akhir dari suatu program pelatihan ini diantaranya
adalah: a. Kenaikan produksi. b. Peningkatan kualitas. c. Penurunan biaya. d. Penurunan
kuantitas terjadinya kecelakaan kerja. e. Penurunan turnover. f. Kenaikan laba.

Selanjutnya Kirkpatrick menjelaskan bahwa untuk memperoleh gambaran yang komprehensif


terkait dengan evaluasi terhadap program pelatihan maka sekurang-kurangnya terdapat tiga
komponen yang dijadikan objek evaluasi yaitu:
(1) desain program pelatihan,
Desain program pelatihan di evaluasi dari aspek tujuan yang ingin dicapai ataupun
kompetensi peserta pelatihan yang akan dikembangkan, strategi pembelajaran yang akan
diterapkan pada kegiatan pelatihan, dan isi/materi program pelatihan:
a. Kompetensi yang akan dikembangkan. Salah satu aspek dari program pelatihan yang
dijadikan objek evaluasi adalah kompetensi peserta pelatihan yang akan
dikembangkan, khususnya kompetensi dasar dari materi pelatihan yang bersangkutan.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi dasar yang
akan dikembangkan yaitu antara lain: 1) Menunjang pencapaian kompetensi standar
kompetensi maupun kompetensi lulusan. 2) Jelas rumusan yang digunakan
(observable) yaitu mampu menggambarkan dengan jelas perubahan tingkah laku yang
diharapkan peserta pelatihan. 3) Mempunyai kesesuaian dengan tingkat
perkembangan peserta pelatihan.
b. Strategi pembelajaran. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai
strategi pembelajaran yang direncanakan pada proses pelaksanaan pelatihan yaitu
antara lain: 1) Kesesuaian dengan kompetensi yang akan dikembangkan pada diri
peserta pelatihan. 2) Kesesuaian dengan kondisi belajar yang diinginkan pada
pelaksanaan pelatihan. 3) Kejelasan rumusan, terutama mencakup aktivitas instruktur
maupun peserta pelatihan dalam proses pelatihan.
c. Isi/materi program pelatihan. Isi atau materi program pelatihan yang dimaksud adalah
pengalaman belajar yang akan disiapkan oleh instruktur maupun yang harus diikuti
peserta program pelatihan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai
isi program pelatihan yaitu antara lain: 1) Relevansi dengan kompetensi yang akan
dikembangkan pada peserta pelatihan. 2) Relevansi dengan pengalaman peserta
pelatihan dan lingkungan. 3) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta
pelatihan. 4) Kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia. 5) Keautentikan
pengalaman dengan lingkungan kerja atau institusi peserta pelatihan.
(2) Implementasi program pelatihan, dan
Implementasi program pelatihan. Selain desain program pelatihan, proses implementasi
program atau proses pelaksanaannya perlu dijadikan objek evaluasi, khususnya proses
belajar dan pembelajaran yang berlangsung di dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi proses belajar dan
pembelajaran pada kegiatan pelatihan yaitu: 1) Konsistensi dengan kegiatan yang
terdapat dalam program pelatihan dengan berbagai hal seperti konsistensi materi
pelatihan dengan tujuan pelatihan. 2) Keterlaksanaan oleh instruktur. 3) Keterlaksanaan
dari segi peserta pelatihan. 4) Perhatian yang diperlihatkan pada peserta pelatihan
terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. 5) Keaktifan para peserta pelatihan
dalam proses belajar. 6) Kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil
pembelajaran dalam situasi yang nyata. 7) Pola interaksi antara instruktur dan peserta
pelatihan. 8) Kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontiniu dari peserta
pelatihan.
(3) Hasil yang akan dicapai.
Hasil yang dicapai ini dapat mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek (output)
maupun mengacu pada pencapaian tujuan jangka panjang (outcome). Outcome program
pelatihan ini akan dinilai seberapa jauh peserta pelatihan mampu mengimplementasikan
kompetensi yang dipelajari sewaktu mengikuti pelatihan ke dalam dunia nyata dalam
memecahkan persoalan di tempat kerjanya.
Untuk mengevaluasi keberhasilan program pelatihan tidak cukup hanya dengan
mengadakan penilaian terhadap hasil belajar peserta pelatihan saja sebagai produk dari
sebuah proses pelatihan. Kualitas suatu produk pelatihan tidak terlepas dari kualitas
proses pembelajaran pada pelatihan itu sendiri. Evaluasi terhadap program pelatihan
yang disusun dan dilaksanakan instruktur sebaiknya menjangkau penilaian terhadap
program pelatihan yang menyeluruh meliputi:
(a) Desain pelatihan yang meliputi kompetensi yang dikembangkan untuk peserta
training, strategi pembelajaran yang dipilih dalam pelaksanaan pelatihan dan
isi/materi program pelatihan
(b) Implementasi program pembelajaran atau kualitas pembelajaran pada pelaksanaan
pelatihan
(c) Hasil program pelatihan.
Dalam mengadakan penilaian terhadap hasil program pelatihan tidak cukup terbatas
pada hasil jangka pendek atau output tetapi sebaiknya juga menjangkau outcome
dari program pelatihan tersebut.

3. CSE-UCLA Evaluation Model (Center for the Study of Evaluation, University of California at Los
Angeles).
Evaluasi model CSE-UCLA hampir sama dengan model CIPP, termasuk kategori evaluasi yang
komprehensif. Evaluasi CSE-UCLA melibatkan 5 tahapan evaluasi: Perencanaan,
Pengembangan, Pelaksanaan, Hasil, dan Dampak
a. Tahap pertama evaluasi dimulai dengan Needs Assessment, dimana evaluasi
mengidentifikasi ada tidaknya perbedaan antara status program atau kondisi kenyataan
(what is) dengan yang diharapkan (what should be). Apa problem yang dihadapi? Gap
apa yang ada dalam lembaga?
b. Tahap kedua perencanaan dan pengembangan (program planning and development),
melihat apakah program yang direncanakan sesuai untuk memenuhi kebutuhan atau
mencapai tujuan? Keputusan yang akan dimabil adalah pemilihan strategi untuk
mencapai tujuan program.
c. Tahap ketiga pelaksanaan, evaluasi terfokus pada implementasi program.
Evaluasi akan menjawab pertanyaan:
1) Apakah program berjalan sesuai dengan rencana?
2) Bagaimana penampilan para guru, siswa?
3) Bagaimana kesan dan sikap orang tua dan masyarakat?
4) Bagaimana proses belajar mengajar?
5) Jenis rekomendasi antara lain: Apa yang perlu dirubah, diperbaiki, dibenahi agar
pada tahap akhir program mencapai keberhasilan?
d. Tahap keempat hasil, evaluasi dilakukan terhadap hasil yang dicapai. Sejauh mana
program telah dapat mencapai tujuan yang direncanakan? Apakah hasil yang dicapai
sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan?
e. Tahap kelima dampak, evaluasi difokuskan pada penilaian terhadap kemanfaatan
program. Pertanyaan berkisar pada bagaimana keberadaan program? Bagaimana
manfaat program terhadap personal dan lembaga? Jenis rekomendasi pada tahap ini
adalah program perlu dikembangkan, diperpanjang, dimodifikasi, dikurangi atau bahkan
dihentikan.

4. Discrepancy Evaluation Model (DEM) oleh Provus.


Evaluasi model Discrepancy dikembangkan oleh Malcom Provus, focus pada pembandingan
hasil evaluasi dengan performansi standar yang telah ditentukan. Hasil evaluasi digunakan
untuk pengambilan kebijakan tentang program yang telah dilaksanakan: akan ditingkatkan,
akan dilanjutkan, atau dihentikan. Provus mengatakan “Evaluation is the process of (a)
aggreing upon program standar, (b) determining whether a discrepancy exist between some
aspect of the program, and (c) using discrepancy information to identify the weaknesses of
the program”.
Evaluasi program dengan model DEM melibatkan 4 tahap kegiatan sesuai dengan tahapan
kegiatan organisasi atau program yang akan dievaluasi:
a. Mengidentifikasi program (program definition), disini evaluasi focus pada penentuan dan
rumusan tujuan
b. Penyusunan program (program installation), evaluasi focus pada isi atau substansi
program, cara-cara, metode, mekanisme untuk mencapai tujuan
c. Pelaksanaan kegiatan program (program implementation), evaluasi difokuskan untuk
mengukur perbedaan yang terjadi antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah
ditentukan (standar).
d. Hasil yang dicapai program (program goal attainment), disini kegiatan evaluasi
menginterpretasikan hasil temuan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk
pembuatan keputusan. Keputusan dapat berupa revisi program dan atau melanjutkan
program kegiatan.
Evaluasi mengukur Performance pada setiap tahapan program, dan membandingkan dengan
Standar yang telah ditentukan. Pertanyaan evaluasi dalam Model DEM:
a. Apakah program sudah diidentifikasi dengan baik dan jelas?
b. Apakah program telah disusun dengan baik?
c. Apakah program dilaksanakan dengan baik, dan apakah tujuan pendukung (enabling
obyectives) dapat dicapai
d. Apakah tujuan akhir program telah dapat dicapai.

B. Ketepatan Penentuan Model Evaluasi


Dalam kaitannya dengan ketepatan dalam menentukan Model evaluasi yang akan
digunakan, maka sesuai dengan bentuk kegiatannya, program dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Program Pemrosesan
Program pemrosesan adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah
(input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (output). Contoh program
pemrosesan:
a. Program Pembelajaran
Program pembelajaran merupakan kegiatan yang mengubah siswa dari belum
menguasai ilmu menjadi mampu menguasai ilmu, melalui proses transformasi. Program
pembelajaran ini melakukan seluruh program yang sudah disusun dan direncanakan,
program akan dikatakan berhasil apabila mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas
tinggi, melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
kehidupan, diri, keluarga dan masyarakat
b. Program Kepramukaan
Program kepramukaan adalah program yang kegiatan utamanya untuk mengubah
anggotanya yang semula belum menguasai teori dan praktik kepramukaan menjadi
mahir dan mampu melakukan tugas mulia kepramukaan.
Ciri khusus program pemrosesan adanya sesuatu yang semula berada dalam kondisi awal
sebagai masukan, kemudian diolah dan ditransformasi menjadi suatu keluaran yang
dikehendaki oleh tujuan program
2. Program Layanan
Program layanan (service) adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas sesuai dengan tujuan program.
Contoh program layanan:
a. Program Perpustakaan
Program ini lebih menitikberatkan pada kepuasan pengguna perpustakaan (pelanggan)
melalui lengkapnya koleksi buku baik buku konvensional maupun digital, waktu
peminjaman buku yang sesuai kebutuhan pelanggan, denda yang diberikan tidak
memberatkan pelanggan. Keberhasilan program perpustakaan terlihat dari frekwensi
banyaknya yang keluar masuk perpustaakan perharinya.
b. Program Koperasi
Yang menjadi ciri utama program ini adalah jenis dari koperasi, apakah simpan pinjam,
atau koperasi konsumsi. Kedua jenis koperasi ini memiliki layanan yang berbeda. Untuk
simpan pinjam, berkaitan dengan anggota yang menyimpan dan anggota yang
meminjam. Akan terjadi kepuasan apabila pembukuan dilakukan secara terbuka, dan
mengetahui SHU yang akan mereka terima sesuai aturan yang sudah disepakati.
Koperasi konsumsi berkaitan dengan anggotayang merupakan pembeli, anggota akan
merasa puas apabila barang yang mereka butuhkan selalu ada dengan biaya murah dan
berkualitas tinggi.

3. Program Umum
Program ini berbeda dengan program pemrosesan dan layanan, karena pada program ini
tidak terlihat adanya input (masukan) yang diolah menjadi keluaran (output) sehingga tidak
ada raja yang akan dilayani, Contoh program umum :
a. Program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS)
b. Program Imunisasi di Sekolah
c. Program Penyuluhan Kesehatan
d. Program Penyuluhan Lalu Lintas
e. Dll
Untuk menentukan ketepatan dalam memilih model yang berkaitan dengan program,
maka perlu dilakukan analisis melalui pasangan antara model dan program, sehingga akan
ditemukan model yang tepat untuk program yang akan dilakukan, misalnya untuk proses
pembelajaran bisa saja menggunakan model CIPP, CSE-UCLA, Kirkpatrick, DEM. Demikian
juga untuk program layanan dan program umum, bisa menggunakan kesemua model
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai