Evaluasi program merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, desain, implementasi dan
dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Evaluasi program juga merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program
selanjutnya. Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat.
Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya
model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin
mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan
Dalam melaksanakan evaluasi program ini, ada beberapa model yang dapat dijadikan pedoman
dalam pelaksanaannya:
1. Model CIPP
Model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield (1985) merupakan
sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (a decision oriented
evaluation approach structured) untuk memberikan bantuan kepada administrator atau
leader pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan
memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para pengambil keputusan. Model evaluasi
CIPP ini terdiri dari 4 komponen yang diuraikan sebagai berikut:
a. Evaluasi Context , dilakukan pada tahap penjajagan menghasilkan informasi untuk
keputusan perencanaan (planning decission). Evaluasi konteks akan melihat bagaimana
kondisi kontekstual, apa harapan masyarakat, apa visi dan misi lembaga yang akan
dievaluasi.
b. Evaluasi Input, dilakukan pada tahap awal menghasilkan informasi untuk keputusan
penentuan strategi pelaksanaan program (structuring decission). Evaluasi input akan
melihat bagaimana kondisi input (masukan) baik raw input maupun instrumental input.
Raw input adalah input yang diproses menjadi output, untuk lembaga pendidikan adalah
siswa, peserta didik; Instrumental input seperti guru, fasilitas, kurikulum, manajemen,
adalah input pendukung dalam implementasi program.
c. Evaluasi proses, dilakukan selama program berjalan menghasilkan informasi tentang
pelaksanaan program; evaluasi proses akan melihat bagaimana kegiatan program berjalan,
partisipasi peserta, nara sumber atau guru, penampilan guru/instruktur pada PBM di kelas,
bagaimana penggunaan dana, bagaimanainteraksi guru dan siswa di kelas. Berapa persen
keberhasilan yang telah dicapai, dan memperkirakan keberhasilan di akhir program. Jenis
keputusan adalah pelaksanaan (implementing decission).
d. Evaluasi produk/ hasil, dilakukan pada akhir program, untuk mengetahui keberhasilan
program. Sejauh mana tujuan telah dicapai, hambatan yang dijumpai dan solusinya,
bagaimana tingkat keberhasilan program meliputi: efektivitas, efisiensi, relevansi,
produktivitas, dsb. Evaluasi produk menghasilkan informasi untuk keputusan kelanjutan
program (recycling decission). Evaluasi produk juga sebagai akuntabilitas pimpinan tentang
program yang menjadi tanggungjawabnya kepada stake holder.
Empat aspek dalam model evaluasi CIPP yaitu context, input, process, dan output
membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai:
1) Apa yang harus dilakukan (What should we do?) mengumpulkan dan menganalisa need
assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran.
2) Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?) sumber daya dan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi identifikasi
program eksternal dan material dalam mengumpulkan informasi.
3) Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?) Ini menyediakan informasi
bagi pengambil keputusan tentang seberapa baik program diterapkan. Dengan secara terus-
menerus monitoring program, pengambil keputusan mempelajari seberapa baik
pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staff dan
moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.
4) Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome dan membandingkannya pada
hasil yang diharapkan, pengambil-keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika
program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali.
c. Level 3: behaviour.
Evaluasi pada level 3 atau evaluasi tingkah laku berbeda dengan evaluasi terhadap sikap
pada level 2. Penilaian sikap pada evaluasi 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi
pada diri peserta pelatihan saat kegiatan pelatihan berlangsung dilakukan sehingga lebih
bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku pada level 3 ini difokuskan pada
perubahan tingkah laku setelah peserta pelatihan kembali ke tempat kerjanya. Dalam hal
ini apakah perubahan sikap yang telah terjadi setelah peserta pelatihan mengikuti
pelatihan juga akan diimplementasikan setelah peserta pelatihan kembali ke tempat kerja,
sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat ekternal. Perubahan prilaku apa yang
terjadi di tempat kerja setelah peserta pelatihan mengikuti program pelatihan. Dengan
kata lain yang perlu dinilai adalah apakah peserta pelatihan merasa senang setelah
mengikuti pelatihan dan kembali ke tempat kerja. Bagaimana peserta dapat mentransfer
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan untuk
diimplementasikan ditempat kerjanya. Oleh karena yang dinilai adalah perubahan prilaku
peserta pelatihan setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi pada level 3 ini dapat
disebut dengan evaluasi terhadap outcome dari kegiatan pelatihan.
d. Level 4: result.
Evaluating result atau evaluasi hasil dalam level 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final
result) yang terjadi karena peserta pelatihan telah mengikuti suatu program pelatihan.
Termasuk dalam kategori evaluasi hasil akhir dari suatu program pelatihan ini diantaranya
adalah: a. Kenaikan produksi. b. Peningkatan kualitas. c. Penurunan biaya. d. Penurunan
kuantitas terjadinya kecelakaan kerja. e. Penurunan turnover. f. Kenaikan laba.
3. CSE-UCLA Evaluation Model (Center for the Study of Evaluation, University of California at Los
Angeles).
Evaluasi model CSE-UCLA hampir sama dengan model CIPP, termasuk kategori evaluasi yang
komprehensif. Evaluasi CSE-UCLA melibatkan 5 tahapan evaluasi: Perencanaan,
Pengembangan, Pelaksanaan, Hasil, dan Dampak
a. Tahap pertama evaluasi dimulai dengan Needs Assessment, dimana evaluasi
mengidentifikasi ada tidaknya perbedaan antara status program atau kondisi kenyataan
(what is) dengan yang diharapkan (what should be). Apa problem yang dihadapi? Gap
apa yang ada dalam lembaga?
b. Tahap kedua perencanaan dan pengembangan (program planning and development),
melihat apakah program yang direncanakan sesuai untuk memenuhi kebutuhan atau
mencapai tujuan? Keputusan yang akan dimabil adalah pemilihan strategi untuk
mencapai tujuan program.
c. Tahap ketiga pelaksanaan, evaluasi terfokus pada implementasi program.
Evaluasi akan menjawab pertanyaan:
1) Apakah program berjalan sesuai dengan rencana?
2) Bagaimana penampilan para guru, siswa?
3) Bagaimana kesan dan sikap orang tua dan masyarakat?
4) Bagaimana proses belajar mengajar?
5) Jenis rekomendasi antara lain: Apa yang perlu dirubah, diperbaiki, dibenahi agar
pada tahap akhir program mencapai keberhasilan?
d. Tahap keempat hasil, evaluasi dilakukan terhadap hasil yang dicapai. Sejauh mana
program telah dapat mencapai tujuan yang direncanakan? Apakah hasil yang dicapai
sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan?
e. Tahap kelima dampak, evaluasi difokuskan pada penilaian terhadap kemanfaatan
program. Pertanyaan berkisar pada bagaimana keberadaan program? Bagaimana
manfaat program terhadap personal dan lembaga? Jenis rekomendasi pada tahap ini
adalah program perlu dikembangkan, diperpanjang, dimodifikasi, dikurangi atau bahkan
dihentikan.
3. Program Umum
Program ini berbeda dengan program pemrosesan dan layanan, karena pada program ini
tidak terlihat adanya input (masukan) yang diolah menjadi keluaran (output) sehingga tidak
ada raja yang akan dilayani, Contoh program umum :
a. Program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS)
b. Program Imunisasi di Sekolah
c. Program Penyuluhan Kesehatan
d. Program Penyuluhan Lalu Lintas
e. Dll
Untuk menentukan ketepatan dalam memilih model yang berkaitan dengan program,
maka perlu dilakukan analisis melalui pasangan antara model dan program, sehingga akan
ditemukan model yang tepat untuk program yang akan dilakukan, misalnya untuk proses
pembelajaran bisa saja menggunakan model CIPP, CSE-UCLA, Kirkpatrick, DEM. Demikian
juga untuk program layanan dan program umum, bisa menggunakan kesemua model
tersebut.