Anda di halaman 1dari 19

Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner ....

Aguswan Khotibul Umuam

PIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM VISIONER


DAN ORIENTASI TOTAL QUALITY

Oleh:
Aguswan Khotibul Umam
STAIN Jurai Siwo Metro
Email: Kaguswan@yahoo.co.id

Abstract
Every leader of Islamic educational institution is demanded to have
sharp and deep vision, value, and norm. Therefore, his staffs can
regularly adapt and follow the change of age. It suggests that the
role of progressive leader is very crucial for that process. Another
demand is that the leader must be able to realize his leadership
vision and mission through his rational and operational work
program.
Operationally, the implementation of progressive leadership in
Islamic educational institution is by creating quality culture and total
quality. The orientation and actualization quality culture can be
acquired through the implementation of progressive leadership in
Islamic education institution.

Key word: Leader, Institution, Islamic Education, Orientation, Total


Quality

A. PENDAHULUAN
Upaya untuk menciptakan manusia Indonesia yang sempurna,
baik pada dimensi spiritual, intelektualitas, maupun tanggung jawab
sosialnya adalah merupakan cita-cita yang amat mulia pada tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).1 Tujuan mulia
tersebut akan tercapai dengan mengharapkan pada perencanaan
sistem pendidikan nasional yang baik dan didukung oleh
implementasi yang nyata dan penuh tanggung jawab oleh seluruh
pihak yang berkompeten di Indonesia. Namun, perlu disadari bahwa
dalam proses pencapaian cita-cita pendidikan nasional terdapat

1
Yaitu pada Undang-Undang Sisdiknas No. 20. Tahun 2003, pasal 3.

Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 112


Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

berbagai hambatan, sebagaimana diungkapkan oleh Tillar (2002)


yaitu “terdapat tiga dinamika perubahan yang berimplikasi pada
kehidupan manusia, yakni perubahan globalisasi, demokratisasi, dan
kemajuan teknologi informasi”.2
Kemampuan masing-masing lembaga pendidikan dalam
mengikuti serta menfilterisasi ketiga perubahan tersebut secara
dinamis, adalah menjadi penentu sukses tidaknya pencapaian cita-
cita pendidikan nasional melalui masing-masing lembaga pendidikan
secara riil, termasuk pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di
Indonesia.
Di era globalisasi dan persaingan bebas dibutuhkannya
kemampuan-kemampuan sumber daya manusia yang mumpuni,
sebagaimana kriteria yang dikemukakan oleh Abudin Nata (2003)
yaitu “manusia yang kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral
baik, mandiri atau penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu
berkomunikasi dan memanfaatkan peluang serta menjadikan orang
lain sebagai mitra”. 3 Kriteria-kriteria SDM tersebut menjadi penentu
eksistensi lembaga-lembaga pendidikan, spesifikasinya pada
lembaga pendidikan Islam di Indonesia agar tetap eksis secara
fungsional di tengah-tengah kehidupan global serta persaingan bebas.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam hendaknya mengapresiasi
dan memberikan dukungan penuh terhadap kebijakan pemerintah
Indonesia yang telah menetapkan peraturan untuk mengalokasikan
APBNnya minimal 20% khusus untuk pendidikan selain gaji
pendidik dan pendidikan kedinasan, serta bersama-sama mengawal
kebijakan tersebut sehingga tepat sasaran dan secara spesifik
memberikan manfaat yang besar bagi penciptaan SDM muslim yang
Kamil melalui penyelenggaraan pendidikan Islam pada lembaga-
lembaga pendidikan Islam.
Aspek apresiasi serta dukungan terhadap kebijakan pemerintah
tersebut diwujudkan dengan penyelenggaraan sistem pendidikan
Islam yang inovatif oleh aktor-aktor kependidikan Islam di Indonesia
sebagai bentuk nyata jihad fisabilillah melalui kancah dan ranah
Tarbiyah Islamiyah. Pengembangan nilai-nilai keislaman harus
menjadi prioritas dan terinternalisasi pada semua komponen

2
Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Untuk
Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2002) h. 472.
3
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h, 170.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 113
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

kependidikan Islam di Indonesia, dan menjadikan pendidikan Islam


sebagai prioritas utama bagi wadah pembinaan generasi Islam yang
berkualitas dan memegang teguh prinsip-prinsip keIslaman dalam
konteks kehidupan nyata.
Sebagaimana di ungkapkan oleh Tilaar (2003) bahwa
“pendidikan telah dijadikan prioritas utama dan pertama oleh banyak
negara sebagai fondasi membangun masyarakat yang lebih
demokratis, terbuka bagi perubahan-perubahan global dan
4
menghadapi masyarakat global”.
Melalui wadah lembaga pendidikan Islam, para pendidik Islam
dapat menyiapkan generasi Islam untuk memenuhi kualifikasi
sebagai “anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan
kreatifitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi juga
memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu berdaptasi dan
merespon problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar
ajaran Islam”. 5 Dalam konteks ini, pendidikan Islam sebagai bagian
dari sub sistem pendidikan Islam memiliki peluang yang besar dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional serta menyiapkan SDM
bangsa yang berkualitas, karena pendidikan Islam adalah pendidikan
yang seimbang dan dinamis.
Sebagaimana diungkapkan oleh Malik Fajar (2003) bahwa
terdapat indikasi minimnya ketertarikan masyarakat terhadap
lembaga pendidikan Islam. Hal ini bukan karena telah terjadi
pergeseran nilai atau ikatan keagamaannya yang memudar,
melainkan karena sebagian besar lembaga pendidikan Islam di
Indoensia kurang menjanjikan dan kurang responsif terhadap
tuntutan dan permintaan saat ini dan saat mendatang. Padahal, paling
tidak ada tiga hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam
memilih lembaga pendidikan yaitu: nilai (agama), status sosial dan
cita-cita. Masyarakat yang terpelajar akan semakin beragam
pertimbangannya dalam memilih pendidikan bagi anak-anaknya. Hal
ini berbeda dengan kondisi “tempo dulu” yang masih serba terbatas
dan keterbelakang. Pada masyarakat yang sudah semakin terdidik,
pada umumnya lebih rasional, pragmatis dan berpikir jangka
panjang. 6

4
Tilaar, (2003), Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari
Prespektif Studi Kultural, Magelang: Indonesiatera, 2003), h, 279.
5
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, hal. 171.
6
Malik Fajar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3N, 1998), h. 8.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 114
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

Menyikapi kegalauan masyarakat Indonesia terutama pada


masyarakat muslim yang mengalami krisis kepercayaan dan minat
yang rendah terhadap eksistensi lembaga-lembaga pendidikan Islam,
sehingga cenderung keberadaan sekolah-sekolah di bawah
Kementerian Agama seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah dan juga berimplikasi pada level
perguruan tinggi Islam yaitu PTAIN dan PTAIS menjadi lembaga
kelas dua untuk diminati oleh masyarakat Islam Indonesia. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menciptakan
kepemimpinan kependidikan Islam pada setiap lembaga pendidikan
Islam yang handal dan benar-benar siap bersaing dengan lembaga-
lembaga pendidikan lainnya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam kepemimpinan
pendidikan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam yaitu
pengangkatan pimpinan lembaga pendidikan bukan karena unsur
kolusi dan nepotisme atau faktor keturunan, tetapi lebih
mempertimbangkan aspek kemampuan untuk melaksanakan
“pekerjaan (job), tanggung jawab (responsibility), dan peran (role)
sebagai pemimpin lembaga pendidikan Islam”.7
Setiap pimpinan lembaga pendidikan Islam dituntut untuk
memiliki ketajaman visi dan kedalaman nilai serta normatif, sehingga
setiap anggota lembaga pendidikan Islam yang dipimpinnya dapat
berkesinambungan dalam mengikuti dinamika perubahan zaman.
Artinya secara prinsip, peran pemimpin visioner sangat menentukan
kesinambungan dan dinamisasi suatu lembaga pendidikan Islam.
Tuntutan kepemimpinan pendidikan Islam di lapangan yaitu
seorang pemimpin harus menjadi pimpinan yang ideal, yang harus
dapat menjabarkan visi dan misi kepemimpinannya ke dalam
program kerja yang nyata, rasional dan operasional. Sodiqin (2009)
menyebutkan bahwa “banyak sekali visi dan misi yang mandul dan
tidak menjadikan inspirasinya dalam memimpin. Kondisi ini
menghawatirkan karena visinya hanya sebagai simbol semata.”8
Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam perlu menyiapkan
diri lebih dini agar tetap survive di kancah kompetensi dengan
lembaga-lembaga pendidikan lainnya, karena mengelola suatu

7
Said Aqil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an dalam
Pendidikan Islam, (Jakarta: LP3N, 1998), h. 8.
8
Sodiqin, A, Kepeminpinan Visioner, (Medik, no. 3 September-Desember,
2009) h. 26.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 115
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

lembaga pendidikan bukanlah hal yang mudah. Di samping upaya


mempertahankan eksistensi kelembagaan, seorang pimpinan lembaga
pendidikan juga dituntut oleh melakukan pengembangan secara
sistematik dan sistemik, yang mengikuti aspek ideologis (visi dan
misi), kelembagaan dan langkah operasionalnya serta mencerminkan
pertumbuhan (growt), perubahan (change) dan pembaharuan
(reform). Jika hal ini tidak dilakukan, maka dinamika suatu lembaga
pendidikan cenderung statis dan bahkan bisa mengalami penyusutan
minat hingga gulungtikarnya suatu lembaga pendidikan.
Pendidikan Islam harus dikelola dengan sistem terbuka (open
system). Para pimpinan lembaga pendidikan Islam dituntut bersikap
terbuka dalam mengembangkan pendidikan, dan secara dinamis
mampu merespon berbagai perubahan dan tuntutan masyarakat
muslim, sebagaimana di kemukakan Malik Fajar, bahwa “ dunia
pendidikan mengalami ketidaksepadanan dengan dunia luar
terutama industri dan teknogi”. 9
Berdasarkan kerangka inilah, maka faktor kepemimpinan dalam
lembaga pendidikan Islam yang berbasis masyarakat sangat
dibutuhkan peran nyatanya. Agar visi pendidikan Islam dapat
diterjemahkan lebih kontekstual, fungsional dan solutif, maka
pimpinan lembaga pendidikan Islam dituntut untuk melaksanakan
kepemimpinan yang efektif, yang berperan memberikan arahan
kepada semua unsur personalia dalam mencapai tujuan
penyelenggaraan kelembagaan pendidikan Islam secara maksimal.
Pada prinsipnya kepemimpinan visioner merupakan
kepemimpinan yang berdasarkan visi, yaitu: “Kemampuan untuk
melihat realitas, memberi pemimpin keyakinan diri yang dibutuhkan
untuk mencurahkan perhatiannya secara terus-menerus untuk
meyakinkan orang lain bahwa visi tersebut akan menjadi kenyataan.
Dalam konteks ini, visi merupakan kekuatan dalam (inner force)
yang memberikan energi kepada pemimpin untuk bertindak”.10
Pada konteks lembaga pendidikan Islam yaitu kekuatan dalam
dalam (inner force) yang memberikan energi kepada pemimpin
untuk bertindak dalam mengemban amanah visi dan misi lembaga
pendidikan Islam yang menjadi tanggungjawabnya. Di sini nilai-nilai
adalah dimensi kritis dan efektifitas kepemimpinan karena
9
Malik Fajar, Visi pembaharuan, h. 91-92.
10
Hendro Kusnoto, The Best Manajement Practice, (Jakarta: PT Gramedia,
2001), h 41.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 116
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

merupakan dasar untuk meyakinkan seluruh personalia lembaga


pendidikan dalam mengarahkan perilaku anggota lembaga
pendidikan.
Dengan demikian, pengembangan lembaga dipengaruhi oleh
komitmen akan nilai-nilai yang melatarbelakanginya. Sedangkan
pemimpin merupakan orang yang paling ahli dalam mempromosikan
dan melindungi nilai-nilai tersebut. Pemimpin yang berhasil adalah
adalah mereka yang mampu “mempersonifikasikan nilai-nilai yang
dianutnya serta menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam
organisasinya”. 11
Selanjutnya, pada tulisan ini akan menguraikan tentang arti
kepemimpinan visioner, kepemimpinan visioner dalam Islam,
kepemimpinan visioner dan aplikasinya dalam kepemimpinan
kelembagaan pendidikan, dan pimpinan lembaga pendidikan Islam
visioner dan total quality.
B. PEMBAHASAN
1. Arti kepemimpinan visioner
Menurut Kusnoto kepemimpinan visioner yaitu kepemimpinan
yang berdasarkan visi. Kemampuan untuk melihat realitas, memberi
pemimpin keyakinan diri yang dibutuhkan untuk mencurahkan
perhatiannya secara terus-menerus untuk meyakinkan orang lain
bahwa visi tersebut akan menjadi kenyataan. Dalam konteks ini, visi
merupakan kekuatan dalam (inner force) yang memberikan energi
kepada pemimpin untuk bertindak.12 Lebih lanjut Kusnoto
menjelaskan bahwa pengembangan organisasi dipengaruhi oleh
komitmen akan nilai-nilai yang melatar belakanginya. Pemimpin
merupakan orang yang paling ahli dalam mempromosikan dan
melindungi nilai-nilai tersebut. Pemimpin yang berhasil adalah
mereka yang mampu mempersonifikasikan nilai-nilai yang dianutnya
serta menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam organisasinya. 13
Menurut Kotter kepemimpinan yang baik ialah ketika pemimpin
itu mampu: (1) menggerakkan orang pada satu arah yang benar-benar
merupakan minat jangka panjang mereka, (2) tidak menyia-nyiakan
sumber daya yang langka, (3) tidak membangun sisi gelap
keberadaan mereka sebagai manusia. Pemimpin harus memahami

11
Ibid.
12
Kusnoto, H, The Best Manajement Practice, Jakarta: PT Gramedia, 2001), h.
41.
13
Ibid, h. 39-40.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 117
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

bahwa kepemimpinan merupakan pengembangan visi dan strategi,


maka perlu orang-orang yang relevan di belakang strategi-strategi
ini, serta secara intensif dilaksanakan pemberdayaan SDM organisai
untuk membuat visi ini berhasil secara maksimal.14
Lebih lanjut Kotter15 menjelaskan tentang kepemimpinan
visioner, bahwa suatu gaya kepemimpinan yang dijalankan seorang
pemimpin harus berdasarkan pada visi organisasi berbasis nilai yang
diciptakan dan diyakini oleh anggotanya demi menciptakan iklim
kepemimpinan yang efektif dan terjadinya perubahan.
Kepemimpinan efektif akan tercapai jika memperhatikan 2 (dua) hal
penting yaitu: 1) membuat agenda untuk perubahan yang mencakup:
(a) suatu visi yang dapat dan seharusnya menjadi seperti apa bentuk
organisasi tersebut; (b) suatu visi yang memperhitungkan minat
jangka panjang; (c) strategi untuk mencapai visi, dan (d) strategi
yang memperhitungkan semua kekuatan organisasi dan lingkungan
yang relevan, dan 2) membangun jaringan pelaksanaan yang kuat,
meliputi: (a) hubungan yang mendukung dengan sumber kekuatan
utama yang diperlukan untuk melaksanakan strategi; (b) hubungan
yang cukup kuat untuk mendatangkan kerjasama, kerelaan, dan
kerjasama tim, (c) kelompok inti yang bermotivasi tinggi, dan (d)
suatu kelompok inti yang membuat visi ini menjadi kenyataan.
Nanus menyebutkan bahwa16: 1) kepemimpinan yang visioner
membutuhkan empat keseimbangan: (a) mampu berhubungan secara
terampil dengan para staf dan karyawan (dalam organisasi) yang
mengharapkan bimbingan, dorongan dan motivasi; b) mampu
memanfaatkan lingkungan eksternal secara maksimal dan
berhubungan secara terampil dengan pihak-pihak di luar organisasi
yang mempengaruhi keberhasilan organisasi; c) mampu membentuk
dan mempengaruhi semua aspek operasi organisasi termasuk
pencapaian visi, kualitas sistem pengendalian, struktur organisasi,
dan sistem informasi; d) mampu dan cerdik dalam menyiasati masa
depan, yakni memperkirakan dan menyiapkan diri atas perubahan
yang terjadi akibat globalisasi, reformasi dan pelaksanaan

14
Kotter, J. P, The Leadership Factor (terjemahan: Hari Suminto), Jakarta: PT
Premlindo, 1997), h. 16-17.
15
Ibid, h. 20.
16
Burt Nanus, Visionary Leadership: Creating a Compelling Sense of
Direction for Your Organization. (San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers,
1992), h. 23.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 118
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

pemerintahan terhadap organisasi yang dipimpinnya dimasa depan;


2) kepemimpinan visioner mampu menghubungkan visi orang-orang
lain (karyawan) melalui cara-cara persuasif yang dapat
mempengaruhi mereka untuk mengubah persepsi mereka tentang apa
yang penting bagi mereka dan bagi organisasi; 3) Kepemimpinan
visoner memiliki keahlian dan otoritas untuk mengendalikan
perubahan baik secara langsung maupun tidak langsung; 4)
kepemimpinan visioner menjalin hubungan yang komunikatif dengan
bawahan serta meyakinkan bawahan bahwa kepentingan mereka
menjadi bagian dari visi organisasi serta memiliki andil untuk
mengimplementasikannya, 5) kepemimpinan visioner selalu
menunjukkan inisiatif dan kemauan besar mewujudkan visi. Mereka
digerakkan oleh orientasi kepada prestasi dan memiliki ambisi,
energi, ketekunan serta sikap pro aktif dalam kadar yang tinggi, 6)
kepemimpinan visioner tidak melihat kekuasaan sebagai hal statis
yang harus dipertahankan melainkan sesuatu yang bisa diciptakan
dan didistribusikan kepada bawahan tanpa mengurangi kekuasaannya
sendiri, 7) kepemimpinan visioner mampu: (a) membangun
kepercayaan diri para bawahannya, (b) mengkomunikasikan suatu
keyakinan akan kemampuan mereka untuk sukses, (c) memberikan
atau mendelegasikan wewenang; (d) menciptakan tantangan; (e)
mengembangkan akuntabilitas di lingkungan organisas; (f) menerima
umpan balik; (g) memberi imbalan terhadap pencapaian visi
organisasi.
Berdasarkan penjabaran kepemimpinan visioner yang
dikemukakan di atas menunjukkan bahwa untuk mengelola visi dan
misi diperlukan kepemimpinan visioner. Kepemimpinan tersebut
memiliki sikap, nilai, kemauan, keterampilan dan perilaku organisasi,
serta melihat kedepan bagi kemajuan organisasi.
Mariane dan Bush menjelaskan bahwa pemimpin visioner
yaitu “pemimpin yang bekerja berdasarkan visi yang jelas. Visi
adalah gambaran masa depan organisasi yang diperoyeksikan. Hal ini
berkaitan erat dengan tujuan organisasi yang diekspresikan dalam
istilah-istilah nilai (value) dan menjelaskan arah organisasi yang
diinginkan, serta pemimpin tersebut harus mampu memberikan
inspirasi para anggotanya”.17

17
Mariane, C & Bush, T, Leadership and Strategic. (London: Sage
Publication, 2000) hal 10.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 119
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

Siagian menjelaskan bahwa18 pemimpin visioner yaitu


pemimpin yang dapat mentrasformasikan nilai visi yang dimilikinya
kepada seluruh anggotanya. Proses transformasi nilai ini dilakukann
melalui empat tahap yaitu: a) berbagi visi, dimana para anggota
organisasi akan menerima tantangan visi yang jelas, jika visi itu
bermakna bagi mereka dan diyakini akan memperbaiki kondisi
masyarakat, b) memberdayakan individu, para anggota perlu merasa
bahwa mereka berkepentingan dalam terwujudnya visi baru tersebut
dan bahwa mereka berpartisipasi dalam merumuskannya, c)
pengakuan kerja, suatu visi yang efektif harus menentukan tujuan
untuk kinerja yang menantang, tetapi sekaligus menyediakan saluran
umpan balik yang aktual, obyektif dan tepat waktu, d) menghargai
kinerja, suatu visi yang efektif menghargai kinerja yang memuaskan
dan penghargaan dimaksud mencakup pula dukungan manajemen
kepada para bawahannya mengambil resiko, memberikan kebebasan
bertindak meskipun tindakan itu mungkin berakibat pada kesalahan
dan menyediakan informasi guna mendukung pengambilan
keputusan hingga pada tingkat yang paling bawah.
Pemimpin visioner dalam proses pengorganisasian anggotanya
harus mampu menjalin harmonisasi dan komunikasi untuk
menggalang komitmen organisasi, sebab visi organisasi hanya akan
berhasil jika semua anggotanya memiliki komitmen yang kuat dalam
mewujudkan komitmen organisasi yang telah disepakati.
Pemimpin visioner secara efektif harus mampu
mentransformasikan berbagai perubahan rasional dalam
organisasinya. Pemimpin visioner dapat menunjukkan karakteristik
pemimpin yang transformis. Mariena dan Bush menyebutkan ada 4
ciri pemimpin yang transformis yaitu:
a) memberikan stimulant ketertarikan pada kolega dan bawahan
untuk melihat kinerja mereka dari perspektif baru, b) membangun
kesadaran terhadap misi dan visi organisasi, c) mengembangkan
kemampuan kolega dan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi, dan
d) memberikan motivasi pada para kolega dan anggota untuk
memperhatikan dampak hasil kerja mereka terhadap keuntungan
yang didapat oleh kelompoknya. 19

18
Siagian, S. P, Teori Pengembangan Organisasi. (Jakarta: Bumi Aksara.
1998), h.22.
19
Mariane & Bush, Loc Cit, h. 23.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 120
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

Pemimpin visioner yang berkarakteristik transformis, menurut


Komariah dan Triatna yaitu: 20 a) pemimpin yang memiliki wawasan
jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan
organisasi bukan untuk saat ini tetapi di masa datang, b) pemimpin
sebagai agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu yang
memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik, berusaha
memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja
cepat semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan
pembawa perubahan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa seorang
pemimpin visioner yang berkarakteristik transformis yaitu
mempunyai tujuan dan visi misi yang jelas, serta memiliki gambaran
yang menyeluruh terhadap organisasinya di masa depan. Pemimpin
dalam hal ini berani mengambil langkah-langkah yang tegas tetapi
tetap mengacu pada tujuan yang telah ditentukan guna keberhasilan
organisasinya. Gaya kepemimpinan transformasional mempunyai
karakteristik transparansi dan kerjasama. Yuliawani, dkk
menyebutkan tentang ciri dari gaya kepemimpinan transformasional,
yaitu: a) adanya kesamaan yang paling utama, yaitu jalannya
organisasi tidak digerakkan oleh birokrasi, tetapi oleh kesadaran
bersama, b) para pelaku lebih mementingkan kepentingan organisasi
daripada kepentingan pribadi, dan (c) adanya partisipasi aktif dari
para pengikut atau orang yang dipimpinnya.21
Lebih lanjut Komariah dan Triatna menjelaskan bahwa22 seorang
pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi sebagai
nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh
staf sehingga para staf mempunyai rasa memiliki dan komitmen yang
tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Tugas pemimpin yaitu
mentransformasikan nilai organisasi untuk membantu mewujudkan
visi organisasi. Seorang transformasional adalah seorang yang
mempunyai keahlian diagnosis, selalu meluangkan waktu dan
mencurahkan perhatian dalam upaya untuk memecahkan masalah
dari segala aspek dengan tetap mampu mengakomodir semua
kepentingan anggota.

20
Komariah, A & Triatna, C, Visionary Leadership; Menuju Sekolah Efektif.
(Jakarta: Bumi Aksara. 2006), h.78.
21
Bustari, Kepemimpinan Transformasional, (http://eprints.uny.ac id/2916/1/5.
2011), diunduh 15 Juni 2011.
22
Komariah, A & Triatna, Loc. Cit
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 121
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

Bernard Bass dan Bruce Avolio (1994) menunjukkan efek


kepemimpinan transformasional sebagai :
1. Menstimulasi orang lain utnuk melihat pekerjaan mereka dari
sudut pandang yang baru
2. Mengetahui visi dan misi organisasi
3. Meningkatkan kemampuan orang lain
4. Memotivasi orang lain di luar minat pribadi mereka yang
menguntungkan kelompok atau organisasi. 23
Bass dan Avolio menjelaskan kepemimpinan transformasional
dalam hal perilaku pemimpin, menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional memiliki satu atau lebih
perilaku berikut ini:
1. Pengaruh yang ideal: pemimpin bersikap sebagai role model dan
dikagumi, dihormati, dan dipercaya. Cara yang dilakukan
pemimpin melakukan ini adalah dengan mempertimbangkan
kebutuhan orang lain di atas kepentingan diri sendiri, berbagi
resiko dengan bawahannya, konsisten, dan bertindak sesuai nilai
dan moral.
2. Motivasi inspirasional: pemimpin memotivasi dan menginspirasi
dengan memberikan makna dan menantang bawahannya untuk
bekerja lebih baik dan semangat tim nya meningkat. Perilaku
pemimpin yang sesuai dengan ini adalah dengan melibatkan
orang lain dalam kegiatan yang berlandaskan visi,
menyampaikan harapan dengan jelas, dan bersikap penuh
komitmen pada tujuan dan visi.
3. Stimulasi intelektual: pemimpin menstimulasi orang lain untuk
lebih inovatif dan kreatif. Pemimpin mendukung inovasi dan
kreatifitas dengan cara menerima ide-ide baru dari orang lain,
tidak membeberkan kesalahn orang lain secara umum, dan
mendorong orang lain untuk mencoba pendekatan yang lain
4. Pertimbangan individu: pemimpin transformasional
mempertimbangkan kebutuhan individu untuk berprestasi dan
tumbuh dengan bertindak sebagai mentor atau pelatih. Perilaku
kepemimpinan yang mempertimbangkan masing-masing
individu meliputi menerima perbedaan indivisu dan
mensupervisi sesuai dengan kebutuhan individu, mendorong

23
Bass, B.M., & Avolio, B.J, Improving organizational affectiveness through
transformational leadership. (Thousand Oaks, CA : Sage, 1994), h. 33.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 122
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

terjadinya komunikasi 2 arah, mendengarkan, dan


mendelegasikan. 24
Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah atau madrasah
perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua
potensi yang ada di sekolah atau madrasah dapat berfungsi secara
optimal. Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai
gaya “kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan,
dan mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja
atas dasar sistem nilai (value system) yang luhur, sehingga semua
unsur yang ada di sekolah, (guru, siswa, orang tua siswa, masyarakat
dan sebagainya) bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara
optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah”. 25
Pada hakekatnya efektivitas sekolah terdiri dari dimensi
manajemen dan kepemimpinan, proses manejemen yang
menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan, pengelolaan
kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian kegiatan,
monitoring, dan evaluasi sedangkan proses kepemimpinan yang
menghasilkan keputusan keputusan kelembagaan, pemotivasian staf,
dan penyebaran inovasi.
2. Kepemimpinan Visioner dalam Islam.
Menurut Islam semua orang adalah pemimpin dan selalu
ditekankan untuk amanat terhadap apa yang dipimpinnya dan semua
pemimpin akan dituntut pertanggungjawabannya dihadapan Alloh
SWT. Pemimpin yang memperoleh amanat baik dengan cara
mengajukan diri sebagai pemimpin maupun karena diangkat atau
ditunjuk untuk melaksanakan jabatan pimpinan suatu lembaga
pemerintahan atau organisasi kemasyarakatan, spesifikasinya bagi
seorang pemimpin muslim seharusnya dapat menunjukkan pola
kepemimpinan yang visioner dan berkarekter transformis yang
dilandasi nilai-nilai kepemimpinan dalam Islam.
Beberapa nilai-nilai kepemimpinan dalam Islam yang perlu
diperhatikan yaitu: Pertama, seorang pemimpin muslim visioner
harus mengetahui pentingnya peran seorang pemimpin dalam suatu
organisasi. Kedua, pemimpin muslim visioner harus dapat
mencontoh dan menginternalisasikan nilai-nilai kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW dalam proses berorganisasinya meliputi: (a) sifat
24
Ibid, h. 35.
25
Agus Sujito, Kepemimpinan pada Sekolah Berstandar Internasional, Varia
Pendidikan, Vol. 22, No. 1, Juni 2010, 49-64.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 123
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

“sidik”, jujur, benar dan selalu menjaga diri dari perbuatan salah dan
tercela, (b) sifat “fathonah”, cerdas, memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang luas, intelektual dan profesional, (c) sifat
“amanah”, kredibilitas dan dedikasinya diakui, terpercaya dan legal;
d) sifat “tabligh”, yaitu komunikator yang komunikatif yang didasari
nilai-nilai kebenaran Islam.
Ketiga, pemimpin muslim visioner harus dapat menunjukkan
prinsip amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu dapat menunjukkan visi
untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran secara
maksimal. Keempat, pemimpin muslim visioner yang memahami dan
melaksanakan kewajiban untuk menegakkan kebenaran. Seperti
terdapat dalam QS, Al Isra’ (81), “Katakanlah ya Muhammad!,
“telah datang kebenaran (Islam) dan telah lenyap yang bathil
(kekafiran), sesungguhnya yang bathil itu akan lenyap”. Juga
terdapat dalam QS Ali Imran, (60), yaitu “Kebenaran itu dari
Tuhanmu, karena itu janganlah engkau termasuk salah seorang yang
ragu-ragu dalam menegakkan kebenaran”.
Kelima, pemimpin muslim visioner yaitu pemimpin yang
mengetahui dan melaksanakan kewajiban untuk menyampaikan
amanah kepemimpinan kepada anggotanya secara baik. Disebutkan
dalam QS. An Nisa’ (58), “Sesungguhnya Alloh memerintahkan
kamu untuk menyampaika amanat kepada yang berhak
menerimanya”.
Keenam, pemimpin muslim visioner yaitu pemimpin yang
mengetahui dan melaksanakan kewajiban untuk menegakkan
keadilan. Disebutkan dalam QS. An Nisa, (58) yaitu “Jika kamu
menghukum di antara manusia, hendaklah menghukum (mengadili)
dengan adil” dan juga pada QS. Al A’raf, (29), yaitu “Katakanlah ya
Muhammad, Tuhanku memerintahkan kalian untuk berlaku adil”.
Abd al-Malik al-Juwaini. Al-Juwaini, yang juga dikenal sebagai
Imam al-Haramain, dalam bukunya al-Irsyad menyebutkan kriteria
seorang pemimpin ideal dalam Islam yaitu: 26 a) mampu berijtihad
sehingga dia tidak perlu lagi bertanya kepada orang lain dalam
mengatasi problem-problem zamannya, b) mampu mengatasi
perkara-perkara yang penting dan membetulkannya, c) tangguh
dalam menyiapkan anggotanya dan mengatasi tugas-tugas penting, d)
memiliki kejelian terhadap semua persoalan umat, dan e) berani

26
Ibid.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 124
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

bertindak dalam menjatuhkan hukuman dan sanksi secara benar dan


adil.
3. Kepemimpinan Visioner dan Aplikasinya dalam
Kepemimpinan Kelembagaan Pendidikan
Setiap pemimpin dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berorganisasi, berbangsa dan bernegara, dituntut untuk memiliki
ketajaman visi dan dan kedalaman nilai serta normatif, sehingga
setiap anggota masyarakatnya dapat berkesinambungan dalam
mengikuti dinamika perubahan zaman.
Seorang pemimpin sejati harus dapat mengikuti dinamika
organisasi setuasi tuntutan zaman dan konteks budaya masyarakat
yang ada. A Hasyim Ali menjelaskan bahwa sebuah organisasi pada
dasarnya akan selalu mengalami perubahan karena organisasi adalah
sistem yang terbuka, yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Adanya perkembangan di berbagai kehidupan masyarakat menuntut
sebuah organisasi untuk selalu menyesuaikannya. Lingkungan umum
organisasi dalam masyarakat meliputi faktor-faktor teknologi,
ekonomi, hukum, politik, kependudukan, ekologi, dan kebudayaan. 27
Senada dengan ungkapan di atas, Komariah dan Cepi menjelaskan
bahwa kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi
melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya
sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang
ada atau tidaknya tidak menjadi masalah tetapi keberadaannya
memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi.28 Pada
konteks kepemimpinan kependidikan Islam, maka pemimpin
lembaga pendidikan Islam yang visioner harus dapat eksis
memainkan peranannya sebagai seorang pemimpin dan penggerak
organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen organisasi
yang baik.
4. Pimpinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner dan Total
Quality
Secara operasional penerapan kepemimpinan visioner di
lembaga pendidikan Islam yaitu dengan menciptakan budaya mutu
sekolah. Menurut B. Suryosubroto terdapat 5 hal perwujudan dari
budaya mutu sekolah yaitu:

27
A. Hasymi Ali, Organisasi dan Manajemen 2. (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), h. 89.
28
Loc Cit, h. 40.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 125
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

1. Struktur, yaitu susunan kepengurusan yang diproporsikan sesuai


dengan disiplin keilmuannya.
2. Fokus, bahwa keberadaan organisasi tersebut telah diakui secara
tegas baik secara hukum ataupun memiliki nilai plus di mata
masyarakat, hal ini terkait dengan nilai balik dari masyarakat yang
akan memberikan kepercayaan dan minat untuk memakai produk
yang dipasarkan. Dalam konteks pendidikan, masyarakat akan
memberikan kepercayaan kepada sekolah untuk memasukkan
anak-anak mereka belajar di sekolah tersebut. Pada umumnya
masyarakat selalu mengincar sekolah-sekolah berkualitas.
3. Komunikasi, yaitu sebuah interaksi harmonis yang dilakukan baik
secara internal organisasi (setiap orang yang terlibat dalam
organisasi ataupun eksternal (masyarakat sebagai konsumsi).
Dalam hal ini pembagian tugas sering dijumpai, bahwa yang
mengerjakan tugas-tugas hanya orang-orang tertentu (single
aktor), hal ini mungkin disebabkan komunikasi yang terputus
serta ketidak tegasan pengelola dalam menegakkan kedisiplinan.
4. Gaya (style), yaitu sebuah organisasi yang berjalan di atas nilai-
nilai dan tidak bersifat pragmatis. Sekolah yang menjalankan
pendidikan di tingkatan praktis haruslah mengindahkan nilai-nilai
yang berlaku di lingkungan sosialnya, kemudian menjadikannya
rujukan dalam menformulasikan draf kerja yaitu kurikulum yang
menpresentasikan kepentingan semua pihak (steak holder).
5.
Responsif, artinya keterbukaan dalam menerima berbagai saran
atau kritik yang konstruktif. Hal ini dappat dijadikan bahan
evaluasi terhadap berbagai macam aktivitas kerja yang telah
dilakukan sebelumnya, dengan harapan pada waktu selanjutnya
dapat lebih optimal dalam bekerja. 29
Dalam perkembangannya, budaya budaya mutu di lembaga
pendidikan akan di pengaruhi oleh isu-isu kekinian yang terus
berlangsung setiap harinya. Terkait dengan permasalahan penciptaan
budaya mutu di lembaga pendidikan, John West dan Burnham
mengidentifikasikan 8 faktor yang mempengaruhi prosesi
pengembangan budaya mutu di sekolah yaitu:
1. Nilai-nilai dan tugas, yang termasuk di dalamnya masyarakat
(publik), unsur-unsur yang terdapat dalam lingkungan sosial,

29
Johns West dan Burham, Managing Quality in School, (London: Prentice
Hel, 1988), h. 99.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 126
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

mengerti akan apa yang diperbuat. Roda lembaga pendidikan


disesuaikan yang dikeluarkan oleh kebijakan pemerintah,
2. Struktur organisasi, artinya bahwa struktur organisasi tersusun
secara herarki dengan berbagai macam komponen yang
melengkapinya dan dapat dipertanggung jawabkan
keberadaannya,
3. Komunikasi, interaksi harmonis yang harus diciptakan di antara
kelompok-kelompok kerja atau unsur antar individu dalam sharing
informasi yang berkualitas,
4. Pengambilan keputusan yang didasari mupakat, dalam artian
bahwa keputusan tersebut merupakan representasi dari aspirasi
semua pihak dalam rangka peningkatan kualitas,
5. Tempat kerja haruslah nyaman dan dapat memberi suasana fresh
yang tentunya diharapkan dapat menimbulkan gairah kerja yang
optimal,
6. Rekrutmen dan seleksi, yaitu memilih dan memilah secara slektif
dalam menempatkan setiap individu dalam menangani bidang
kerja yang telah diatur (job discription),
7. Perencanaan kurikulum yang dinamis, mudah dipahami dan
fleksibel,
8. Pengelolaan pendanaan dan sumber dana secara profesional dan
tepat guna,
9. Perhatikan terhadap kesejahteraan dan kedisiplinan secara efektif
dalam berbagai hal yang terkait,
10. Komunitas, yakni hubungan berkualitas yang dibangun atas
dasar kerjasama yang harmonis dan secara kebersamaan terhadap
semua relasi kerja dan juga internal lembaga pendidikan. 30
Pada proses penciptaan budaya mutu lembaga pendidikan yang
berkualitas, Total quality hanyalah sebuah sarana, artinya harus dapat
diaplikasikan dalam konteks yang spesifik dan riil pada
pengembangan mutu dilembaga pendidikan. Terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menciptakan budaya mutu di sekolah
yaitu:
1. Pemahaman terhadap lingkungan lembaga pendidikan dengan
berbagai macam hal yang terkait di dalamnya,

30
Ibid, h. 100-101.
Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 127
Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

2. Hubungan yang terjalin antara pembelajaran dan pengajaran serta


peran serta guru yang diaplikasikan secara gamblang dan
konsisten,
3. Pusat karakteristik pembelajaran, hal ini terkait dengan relasi antar
individu yang menjadi komunitas dalam lingkungan lembaga
pendidikan,
4. Struktur dan sistem yang dibuat kiranya dapat menfasilitasi
pembelajaran dan dapat mengekspresikan prinsip-prinsip dalam
pembelajaran,
5. Setiap orang di lembaga pendidikan adalah guru, dalam artian
transformasik pengetahuan tidak hanya berlangsung di dalam
kelas sebagaimana umumnya proses belajar mengajar formal,
seorang guru yang mengajar murid-muridnya lebih luas lagi
seorang mutid dapat menyampaikan pengetahuannya kepada
teman-temannya yang lainnya, atau paling tidak dapat
mengaplikasikan pengetahuannya untuk diri sendiri,
6. Belajar lebih baik dari mengajar, artinya proses mencari
pengetahuan adalah merupakan hal yang mutlak walaupun
seseorang telah memiliki profesi, karena kebutuhan akan
pengetahuan adalah ekspresi alamiah yang akan dialami oleh
setiap individu.
Pada aktualisasi budaya mutu dilembaga pendidikan inilah
secara spesifik dapat ditemukan dari penerapan atau implementasi
prinsip-prinsip kepemimpinan visoner. Disamping itu juga dapat
terlihat pada karakteristik pemimpin visioner yang terlihat pada
proses transformasi visi kepemimpinannya kepada seluruh anggota
lembaga pendidikan, penciptaan komunikasi yang harmonis serta
gaya yang diterapkannya adalah gaya kepemimpinan transformatif.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpullkan:
1. Setiap pimpinan lembaga pendidikan Islam dituntut untuk
memiliki ketajaman visi dan kedalaman nilai serta normatif,
sehingga setiap anggota lembaga pendidikan Islam yang
dipimpinnya dapat berkesinambungan dalam mengikuti dinamika
perubahan zaman. Artinya secara prinsip, peran pemimpin
visioner sangat menentukan kesinambungan dan dinamisasi suatu
lembaga pendidikan Islam.
2. Tuntutan kepemimpinan pendidikan Islam di lapangan yaitu
seorang pemimpin harus menjadi pimpinan yang ideal, yang

Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 128


Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

harus dapat menjabarkan visi dan misi kepemimpinannya ke


dalam program kerja yang nyata, rasional dan operasional.
3.
Terdapat lima hal perwujudan dari budaya mutu sekolah yaitu:
struktur, fokus, atau legalitasnya di akui, komunikasi, gaya (style)
yang dinamis, dan responsif.
4. Terdapat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan perwujudan
budaya mutu di sekolah dan terdapat pula hal-hal yang harus
diperhatikan oleh pimpinan lembaga pendidikan Islam dalam
prosesi pencapaian total quality.
5. Secara operasional penerapan kepemimpinan visioner di lembaga
pendidikan Islam yaitu dengan menciptakan budaya mutu dan
total quality di sekolah. Pada orientasi dan aktualisasi budaya
mutu inilah secara spesifik dapat ditemukan dari penerapan
prinsip-prinsip kepemimpinan visioner dilembaga pendidikan
Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Agus Sujito, Kepemimpinan pada Sekolah Berstandar Internasional,
Varia Pendidikan, Vol. 22, No. 1, Juni 2010, 49-64.
Bass, B.M., & Avolio, B.J, Improving organizational affectiveness
through transformational leadership. Thousand Oaks, CA :
Sage, 1994.
Burt Nanus, Visionary Leadership: Creating a Compelling Sense of
Direction for Your Organization, San Francisco, CA: Jossey-
Bass Publishers, 1992.
Bustari, Kepemimpinan Transformasional, (http://eprints.uny.ac
id/2916/1/5. 2011), diunduh 15 Juni 2011.
Hasymi Ali, Organisasi dan Manajemen 2. Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Hendro Kusnoto, The Best Manajement Practice, Jakarta: PT
Gramedia, 2001.
Johns West dan Burham, Managing Quality in School, London:
Prentice Hel, 1988.
Komariah, A & Triatna, C, Visionary Leadership; Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Kotter, J. P, The Leadership Factor (terjemahan: Hari Suminto),
Jakarta: PT Premlindo, 1997.

Jurnal Tarbawiyah Volume 11 Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 129


Pempinan Lembaga Pendidikan Islam Visioner .... Aguswan Khotibul Umuam

Kusnoto, H, The Best Manajement Practice, Jakarta: PT Gramedia,


2001.
Malik Fajar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3N,
1998.
Mariane, C & Bush, T, Leadership and Strategic. London: Sage
Publication, 2000.
Ritzer, G. & Goodman, D.J, Modern Sociological Theory, 6th
Edition. Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 117.
Said Aqil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an dalam
Pendidikan Islam, Jakarta: LP3N, 1998.
Siagian, S. P, Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi
Aksara. 1998.
Sodiqin, A, Kepeminpinan Visioner, Medik, no. 3 September-
Desember, 2009.
Sudrajat, A, Kepemimpinan dan masalah Legitimasi dalam
Perspektif Islam, artikel.
http://www.google.co.id/#q=kepemimpinan+dalam+islam.pdf
&hl=id&prmd=ivns&ei=AAH4TfeRBI6evgP0womDDA&sta
rt=10&sa=N&fp=3eb28525e9b8942e&biw=1263&bih=570,
2011). diambil 15 Juni 2011.
Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Untuk Indonesia, Jakarta: PT Grasindo, 2002.
Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Prespektif
Studi Kultural, Magelang: Indonesiatera, 2003.
Undang-Undang Sisdiknas No. 20. Tahun 2003, pasal 3.

*Aguswan Khotibul Umam, Lektor pada Mata Kuliah Supervisi


Pendidikan Islam di STAIN Jurai Siwo Metro, Pendidikan
terakhir pada MSI Studi Islam, Konsentrasi Psikologi
Pendidikan Islam UMY tahun 2004, sekarang kandidat
Doktor pada program S3 Psikologi UGM Yogyakarta.

Jurnal Tarbawiyah Volume 11Nomor 1 Edisi Januari-Juli 2014 130

Anda mungkin juga menyukai