Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Mudhorobah dan Aplikasinya”

Tugas ini di ajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

FIQIH MUAMALAH

Dosen pengampu

Bpk: Asep Nuhdi, M.pd.

Robi maulana

Defring

Naufal

FAKULTAS ILMU TARBIAH AN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL (IAIN) LAA ROIBA BOGOR

TAHUN PELAJARAN 2023/20224


ABSTRAK

Produk penghimpunan dan pembiayaan di Bank syariah saat ini semakin


banyak jumlahnya seiring dengan pertumbuhan bank syariah di Indonesia.
Seperti yang diketahui bersama bahwa produk pembiayaan murabahah
menjadi produk yang paling banyak digunakan pada sektor pembiayaan,
sebaliknya mudharabah menjadi salah satu yang sedikit digunakan dalam
pembiayaan. Penulis tertarik menganilis terkait mudharabah dan
pengaplikasiannya di sektor perbankan. Secara syariah, perinsipnya
berdasar pada al-mudharabah. Mudharabah merupakan salah satu cara
menghapus sistem bunga pada bank-bank konvensional, terdapat dua jenis
mudharabah yaklni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadhah.
Rukun mudharabah meliputi pelaku, objek mudharabah, ijab-qabul dan
nisbah keuntungan. Keuntungan mudharabah akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan dalam kontrak. Jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut
ditanggung oleh pemilik modal, dengan syarat kerugian bukan karena
kesalahan mudhorib.
DAFTAR ISI

1.Abstrak.......................................................................................................................................

3.Daftar isi....................................................................................................................................

4.Pendahuluan.............................................................................................................................

5.Latar belakang..........................................................................................................................

Pembahasan.

1.Pengertian Mudhorobah..........................................................................................................

2.Jenis jenis mudhobah..............................................................................................................

3.Ketentuan pembiayaan mudhorobah ....................................................................................

4.Rukun dan Syarat pembiayaan...............................................................................................

5.Manfaat dan resiko..................................................................................................................

6.Penutup.....................................................................................................................................

7.Kesimpulan................................................................................................................................

8.Saran.........................................................................................................................................
Pendahuluan

Latar belakang.

Saat ini, pertumbuhan perbankan syaraiah di Indonesia sungguh sangat pesat. Hal ini
ditunjukkan dari pertumbuhan pangsa pasar dan total aset perbankan syaraiah, dari
hanya 0,2% pada tahun 2000 menjadi 1,3% pada Maret 2005. Sesuai dengan cetak
biru bank Indonesia mengenai perbankan syaraiah.

AI Nurul Hakim, Kediri Lombok Barat tahun 2011 diproyeksikan perbankan syaraiah akan
memiliki pangsa pasar 9,1%.Perlu diketahui, produk-produk perbankan syaraiah tidak
hanya ditujukan bagi orang islam, hakikatnya untuk semua orang dan semua golongan.
Jadi, siapapun dapat menjadi nasabah bank syariah sepanjang dapat mengikuti
persyaratan yang ada. Disebut syaraiah, karena praktek, produk serta jasa perbankan
yang ditawarkan, disesuaikan dengan hukum islam. Sehingga, sebenarnya perbankan
syariah merupakan salah satu alternatif bagi kita semua untuk menyimpan uang
(investasi) maupun melakukan pembiayaan/pinjaman. Hal ini terbukti dari lebih tingginya
pangsa pasar penyaluran kredit melalui konsep syaraiah secara relatif yakni 2,13%
dibandingkan dengan pangsa pasar total aset yang hanya 1,3% dari seluruh total
perbankan di Indonesia. Informasi terakhir, terdapat 3 bank umum syaraiah, 17 Unit
Usaha Syariah, dan 89 BPR syariah yang dapat melayani jasa perbankan syariah di
seluruh Indonesia.
1.pengertian Mudhorobah

Mudaharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian
memukul atau berjalan di sini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam menjalankan usaha.3. Secara teknis, mudharabah adalah suatu kontrak
kemitraan (partnership) yang berlandaskan pada pembagian hasil dengan cara
seseorang memberikan modalnya kepadayang lain untuk melakukan bisnis dan kedua
belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi
perjanjian bersama. Menurut Muhammad Antonio, landasan dasar syariah al-
Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Seperti dalam Q.S. al
-Muzzammil ayat 20 yang artinya “...dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi
mencari sebagaian karunia Allah...” Dan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh
Tabrani yang artinya “Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Muthalib jika memberikan dana kemitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan
agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada
Rasulullah saw dan Beliau pun membolehkannya” (HR. Thabrani).

Sedangkan menurut pendapat ulama (Ijma’) bahwa Imam Zailai menyatakan bahwa para
sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta yatim secara
mudharabah.

2.Jenis jenis Mudhorobah

Secara umum mudharabah terbagi dalam dua jenis, yakni mudharabah mutlaqah dan
mudharabah muqayyadhah. Berikut uraian singkatnya.

A. Mudharabah Mutlaqah (General Investment)

1.Shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya.


Mudharob diberi wewenang penuh mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat,
jenis usaha dan jenis pelayanan.

2.Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini yakni time deposit biaya.
B.Mudharabah Muqayyadhah

Mudharabah muqayyadhah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan


batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. Aplikasi
perbankan yang sesuai dengan akad ini adalah special investment.

Namun dalam praktek perbankan syariah modern kini dikenal dua bentuk mudharabhah
muqayyadhah, yakni on balance sheet dan off nbalancesheet.Dalam muqayyadhah on
balance sheet aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana
usaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa.
Sedangkan dalam muqayyadhah off balance sheetaliran dana berasal dari satu nasabah
investor kepada satu nasabah pembiayaan.

Aplikasi Mudharabah Dalam Perbankan Syariah.

Sejauh ini, skema mudharabah adalah skema yang berlaku antara dua pihak saja secara
langsung, yakni antara shahibul maal berhubungan langsung dengan mudharib. Skema
ini adalah skema standar yang dapat dijumpai dalam kitab-kitab klasik fikih islam dan
inilah praktek mudharabah yang dilakukan oleh Nabi saw dan para sahabat serta umat
muslim sebelumnya. Dalam ha ini, yang terjadi adalah investasi langsung (direct
financing) antara shahibul maal dengan mudharib dan tidak ada peran bak sebagai
perantara. Mudharabah seperti ini memiliki ciri bahwa antara sohibul maal dan mudharib
memiliki hubungan personal dan langsung serta dilandasi oleh rasa saling percaya.
Modus mudharabah seperti itu tidak efisien lagi dan kecil kemungkinannya untuk dapat
diterapkan oleh bank, karena beberapa hal yakni sistem kerja pada bank adalah
investasi berkelompok, banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah
besar dan lemahnya disiplin terhadap ajaran islam. Oleh karena itu, para ulama
kontemporer melakukan inovasi baru atas skema mudharabah, yaitu mudharabah yang
melibatkan tiga pihak. Tambahan satu ini adalah bank syaraiah. Dalam skema indirect
financingdi atas, bank menerima dana dari shahibul maal dalam bentuk dana pihak
ketiga (DPK), sebagai sumber dananya. Dana-dana tersebut dapat berbentuk tabungan,
atau simpanandeposito mudharabah dengan jangka waktu yang bervariasi. Selanjutnya
dana-dana yang sudah terkumpul disalurkan kembali oleh bank kedalam bentuk
pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan. Nah keuntungan dari penyaluran
pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik. Mudharabah
biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi
penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada tabungan berjangka dan deposito
spesial. Pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan pada pembiayaan modal kerja
dan investasi khusus. Pembiayaan mudharabah, pembiayaan modal investasi atau modal
kerja disediakan bank (shahibul maal) sedang nasabah menyediakan usaha dan
manajemennya (mudharib), keuntungan dibagi sesuai kesepakatan bersama
dalambentuk nisbah (prosentase) dari keuntungan. Persoalan yang mendasar dari
pembiayaan mudharabah adalah memudharabahkan lagi mudharabah.
Memudaharabahkan lagi modal mudharabah adalah pelanggaran dan baru boleh
disamping dengan surat tertentu yakni mudharabah pertama haruslah mudharabah
mutlak atau mudharabah terikat yang tidak terdapat syarat melarang untuk
memudharabhkan lagi, menjamin jika ada kerugian, memberikan bagian jika terdapat
keuntungan. Bagi mudharib yang menyerahkan modal mudharabah pada mudharib yang
lain, kewajiban untuk menjamin pada pemilik modal (shahibul maal) jika terjadi kerugian,
dan jika menguntungkan ketentuan pembagiannya menurut persyaratan shahibul maal.
Namun bank syariah adalah lembaga intermediasi tidak semestinya menjalankan sendiri
proyek yang dibiayai shahibul maal dan wajar jika menyalurkannya pada pihak lain.

3. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah

a. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif

b. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100%
kebutuhan suatu proyek (usaha) sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.

c. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

d. Mudhorib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama
dan sesuai dengan syariah, dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau
proyek namun memiliki hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

e. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.

f. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah,
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lali ataumenyalahi
perjanjian.

g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

h. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan dan mekanisme pembagian keuntungan di


atur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.

i. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

j. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya
yang telah dikeluarkan.

4. Rukun dan Syarat Pembiayaan

Seperti yang telah disebutkan di atas tentang rukun

mudharabah. Disini ada beberapa rukun atau syarat pembiayaan mudhorobah

a. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum

b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan halhal
berikut:

1) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad)

2) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak

3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi atau dengan menggunakan


cara-cara komunikasi modern

c. Modal ialah sejumlah uang dan atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha

dengan syarat sebagai berikut:

1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

2) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam
bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

3) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik
secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
d. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

1) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu
pihak

2) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan
pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentase (nisbah) dari
keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

3) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola
tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan yang
disengaja atau pelanggaran kesepakatan

e. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib0 sebagai perimbangan (muqabil) modal


yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

1) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudhorib, tanpa campur tangan penyedia dana,
namun ia memiliki hak untuk melakukan pengawasan.

2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharbah yakni keuntungan.

3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam
aktifitas itu.

4. Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan

a. mudharbah boleh dibatasi pada periode tertentu.

b. kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum tentu terjadi.

c. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad
ini bersifat amanah (yad alamanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian
atau pelanggaran kesepakatan.

d. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
5. Manfaat dan Resiko Mudharabah

a. Manfaat Mudharabah

1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat.

2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara
tetap, namun disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank hingga bank tidak
akan pernah mengalami negative spread.

3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha
nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar
halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar
terjadi itulah yang akan dibagikan.

5) Prinsip bagi hasil mudharbah musyarakah berbeda dengan prinsip bunga tetap
dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap
berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.

b. Resiko Mudharabah

Ciri khas pembiayaan mudharabah adalah rasa saling percaya yang tinggi antara
nasabah dan bank. Kenyataan ini menjadikan mudharabah sebagai pembiayaan yang
beresiko tinggi, karena bank ankan selalu menghadapi permasalahan asymmetric
information dan moral hazard.7 Beberapa resiko yang mungkin akan terjadi diantaranya
yakni side streaming, Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak, lalai dan kesalahan yang disengaja dan penyembunyian keuntungan oleh
nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
6.Penutup

Bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
operasional bank islam. Secara syariah, perinsipnya berdasar pada al-mudharabah.
Mudharabah merupakan salah satu cara menghapus sistem bunga pada bank-bank
konvensional, dengan mudharabah seorang investor menyerahkan dananya kepada
bank dalam bentuk deposito lalu pihak bank menyalurkan dana tersebut ke mudhorib
untuk dikelola dengan benar dan menghasilkan keuntungan yang nantinya akan dibagi
hasilkan.Ada dua jenis mudharabah yaklni mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadhah. Dalam melaksanakan akad mudharabah perlu diperhatikan rukun dan
syaratnya. Rukun mudharabah meliputi pelaku, objek mudharabah, ijab-qabul dan
nisbah keuntungan. Keuntungan mudharabah akan dibagi sesuai dengan kesepakatan
dalam kontrak. Jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik
modal, dengan syarat kerugian bukan karena kesalahan mudhorib. Dengan
diterapkannya sistem mudharabah pada bank-bank syariah, diharapkan dapat
membantu orang-orang yang mengalami kesulitan untuk menjalankan sebuah usaha,
dengan begitu kesejahteraan umat islam di indonesia khusunya dapat merata, dan tidak
ada istilah yang kaya makin kaya dan yang miskin tambah miskin. Namun pada
kenyataannya banyak masyarakat yang belum mengetahui apa dan bagaimana
mudharabah itu, dan tugas kitalah untuk mensosialisasikan hal tersebut.

7.Kesimpulan

1. Pada dasarnya pembiayaan mudharabah dalam ilmu fiqh adalah tidak ada jaminan,
karena mudharabah berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud alamanah) dimana prinsip
ini menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan. Akan tetapi untuk menghindari terjadinya
kemungkinan adanya penyimpangan dan untuk memberi rasa tenang bagi kedua pihak
(shahibul mal dan mudharib) maka lembaga keuangan syariah dapat meminta jaminan
kepada nasabah. Di Indonesia, praktek pengenaan jaminan untuk pembiayaan
mudharabah sah adanya baik berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
maupun menurut peraturan Bank Indonesia. Bahkan Majelis Ulama melalui lembaga
Dewan Syari‟ah Nasional (DSN) tertuang dalam fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan mudharabah (qiradh) juga membolehkan praktek jaminan tersebut.
Namun jaminan hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

2. Pada umumnya, jaminan pada perbankan syariah Indonesia adalah berupa benda
bergerak yang sebagian besar terikat fidusia. Namun dalam prakteknya pada BRI
Syariah Cabang Yogyakarta jaminannya adalah berupa perbuatan, yaitu kesanggupan
KOPKAR/KPRI (yang dalam perjanjian pembiayaan mudharabah bertindak sebagai
mudharib) untuk menagihkan kepada anggota KOPKAR/KPRI (end user) serta bersedia
memotong gaji anggotanya apabila anggota tersebut tidak memenuhi kewajibannya
dalam perjanjian pembiayaan tersebut.

8.Saran

Pembiayaan mudharabah secara tidak langsung adalah bentuk penolakan terhadap


sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam menghasilkan laba.
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya bahwa akad mudharabah merupakan
perjanjian kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola usaha tanpa memakai
agunan. Maka dari itu penulis menyarankan dalam praktek yang terjadi di Bank BRI
Syariah mengenai jaminan dalam pembiayaan mudharabah perlu adanya peraturan
khusus yang bersifat mengikat dan dilindungi, sekalipun jaminan tersebut adalah berupa
perbuatan (kesanggupan pihak KOPKAR/KPRI bertanggungjawab penuh terhadap
pengembalian pembiayaan tersebut kepada Bank BRI Syariah apabila suatu saat
anggotanya tidak memenuhi kewajibannya). Agar jaminan tersebut memiliki kekuatan
hukum sebagai antisipasi jika terjadi kesalahan atau kelalaian yang disengaja oleh salah
satu pihak sehingga dapat melindungi diri dari kerugian. Namun di sisi lain penulis
mengapresiasi penerapan pembiayaan mudharabah yang diterapkan Bank BRI Syari‟ah
sudah sesuai dengan fiqh muamalah karena menganut prinsip kepercayaan dimana
kedua pihak menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai