Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992
merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada
seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada
kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam
melakukan interaksi dengan lingkungan (Kemenkes, RI 2014).

Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang Panjang dan pada
umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013). Salah satunya adalah penyakit
Hipertensi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas batas normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan juga angka kematian (mortalitas). Tekanan darah fase
sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan
fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,
2014).

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan hasil


pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun mencapai 34,1% (Riskesdas, 2018).
Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia berdasarkan data dari kemenkes 2017 pada
usia >18 tahun prevalensi penyakit hipertensi sebesar 27.3% (kemenkes RI, 2017).
Pada tahun 2018 prevalensi penyakit hipertensi sebesar 34.1% (Riskesdas, 2018).

Diet atau pola makan yang tidak tepat menyebabkan asupan zat gizi yang
dikonsumsi menjadi tidak terkontrol dan berdampak pada meningkatnya tekanan darah.
Natrium, kalium, kalsium, dan magnesium diketahui sebagai zat gizi yang berperan
penting dalam perkembangan penyakit hipertensi. Peningkatan asupan natrium
menyebabkan tubuh menahan cairan yang meningkatkan volume darah. Berbeda
dengan natrium, kalium lebih berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah melalui
vasodilatasi, menyebabkan penurunan retensi perifer total dan peningkatan curah
jantung. Kalsium dan magnesium bekerja dengan menghambat terjadinya penyempitan
pembuluh darah yang menyebabkan penurunan resistensi perifer sehingga terjadi
penurunan tekanan darah. Serat merupakan jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat
berkaitan dengan pencegahan terjadinya tekanan darah tinggi terutama jenis serat
kasar (crude fiber). Diet tinggi serat 25-30 gram per hari dapat mengikat asam empedu
sehingga dapat menurunkan penyerapan lemakdan kolesterol didalam pembulu darah,
yang nantinya dapat menurunkan resiko tekanan darah tinggi (Hipertensi). Sehingga
perlu adanya inovasi makanan dan minuman fungsional guna menurunkan kadar
natrium dalam tubuh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diangkat bagaimana daya terima smoothies pisang
ambon, kurma, dan tomat yang memiliki kandungan serat tinggi sebagai minuman
alternatif penderita hipertensi.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi formula smoothies pisang ambon,
kurma dan stroberi dengan mengganti buah stroberi dengan buah tomat.
D. Manfaat
1. Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai suatu pengembangan ilmu pengetahuan
kesehatan khususnya gizi terutama tentang bolu smoothies tinggi kalium dan serat
berbahan dasar pisang ambon, kurma dan tomat sebagai alternatif minuman
penederitas hipertensi.
2. Aplikatif
Penelitian digunakan penulis untuk menambah pengetahuan dan pembaca dapat
memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi dan yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah

DAPUS
Kemenkes, RI. 2014. INFODATIN. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
LANSIA. Jakarta.
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Kemenkes RI. 2018.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang
Kemenkes RI
Winarno, F. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi, Berbasis Sumber Daya Lokal. Available at:
https://doi.org/10.32662/gatj.v1i1.165.

Anda mungkin juga menyukai