Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 3 point D yang maksudnya

“Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan keragaman potensi

daerah dan lingkungannya. Undang-ndang tersebut merupakan undang-undang yang

mengatur dan mengelola pendidikan di Indonesia, dengan tujuan pengintegrasian

potensi alam daerah dan lingkungannya agar tetap lestari. Masuknya kearifan lokal ke

dalam kurikulum di sekolah merupakan salah satu komitmen sekolah dalam rangka

mewujudkan pendidikan karakter serta pelestarian kearifan lokal (Nadlir, 2014: 309).

Pengintegrasian kearifan lokal ke dalam kurikulum ini tidak menjadikan kerarifan

lokal menjadi mata pelajaran tersendiri di dalam pembelajaran di sekolah. Namun

kearifan lokal ini yang berisikan nilai-nilai, norma, kepercayaan atau keyakinan serta

jati diri mayarakat ditransfer ke dalam lingkungan sekolah. Pendidikan berbasis

kearifan lokal ini menjadikan pembelajaran menjadi konkret. Pemanfaatan

keunggulan lokal daerahnya dari aspek SDA, SDM, ekonomi, budaya, bahasa, bahkan

informasi dan teknologi menjadikan pelajaran dekat dengan siswa karena pelajaran

menjadi sesuatu yang konkret, karena siswa mendapatkan gambaran langsung. Oleh

karena itu pendidikan berbasis kearifan lokal mengajak kepada kita untuk selalu

dekat, menjaga, serta melestarikan kearifan lokal dalam masyarakat.

Kearifan lokal dalam masyarakat Indonesia sangat beragam, karena Indonesia

terdiri dari pulau-pulau walaupun terpisah tetapi terhubung dalam kesatuan negara

yang multikulktural. Di setiap provinsi di Indonesia memiliki suku, ras, dan

kebudayaan yang sangat beragam. Salah satunya di provinsi Jambi yang memiliki

banyak kearifan lokal yang tersebar dalam 9 kabupaten yang ada. Tebo merupakan
salah satu kabupaten di provinsi Jambi, dan memiliki kearifan lokal yang beragam.

Kearifan lokal yang ada antara lain Tari Nek Pung, Lukah Gilo, tradisi tutur Doak,

Sanggar Tunas Mudo, tradisi Bekarang di Tebat, dan masih banyak lagi. Tradisi

Bekarang di Tebat adalah tradisi yang belum diketahui banyak orang di luar daerah

Tebo Tengah. Tradisi Bekarang di Tebat merupakan tradisi yang kaya akan nilai-nilai

kebersamaan, gotong royong dan cinta alam, Bekarang di Tebat juga mengandung

nilai edukasi tentang bagaimana melestarikan alam dan menjaganya bisa dijadikan

bahan ajar atau sumber belajar. Namun dalam kenyataannya tradisi Bekarang di Tebat

belum terintegrasikan ke dalam pelajaran khususnya di SD.

Menurut Pornpimona, Wallaphab, & Prayuth (2014: 628) menyatakan, “to

encourage the development of school and community education and learning process

using local resources and knowledge. Local wisdom is important to stay close to the

school and interacted engages with of most learners”, (untuk mendorong

perkembangan sekolah dan pendidikan masyarakat dan proses pembelajaran dengan

menggunakan sumber daya dan pengetahuan lokal. Kearifan lokal penting untuk

dipertahankan dekat dengan sekolah dan berinteraksi dengan sebagian besar pelajar).

Pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan secara luas adalah bagian dari upaya

meningkatkan ketahanan nasional kita sebagai sebuah bangsa. Kearifan lokal tidak

akan mati karena penerus bangsa memiliki rasa nasionalisme, berbudi pekerti serta

arif. Oleh karena itu kearifan lokal di suatu tempat memiliki nilai-nilai yang sangat

penting bagi penerus bangsa. Sehingga untuk menciptakan penerus bangsa yang

berkarakter diperlukan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kearifan lokal.

Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala

usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa (Sudrajat, 2011: 49).

Pendidikan karakter menjadi usaha dalam membentuk karakter peserta didik sesuai
dengan nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Sehingga Pendidikan karakter sebagai

sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat

ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan

mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat (Omeri, 2015: 465).

Pendidikan karakter tidak hanya ada di lingkungan keluarga dan masyarakat, tetapi

dalam lingkungan pendidikan atau sekolah pendidikan karakter menjadi salah satu

tujuan dari proses belajar mengajar di sekolah. Dengan maksud menciptakan peserta

didik yang berkareakter. Oleh karena itu kearifan lokal di masyarakat menjadi sumber

belajar sekaligus bahan ajar pendidikan karakter di sekolah.

Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di sekolah dilakukan dengan cara

terintegrasi dengan pembelajaran. Bukan hanya pemberian sebuah penjelasan melalui

ceramah yang dilakukan berjam-jam. Akan tetapi pendidikan karakter berbasis

kearifan lokal pada saat ini memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Dengan pembuatan sebuah bahan ajar yaitu modul elektronik berbasis

kearifan lokal.

Menurut Ruffi menyatakan (2015: 19) “A learning module is a self-contained,

formally structured learning experience with a coherent and explicit set of learning

outcomes and assessment criteria”, (Modul pembelajaran adalah pengalaman belajar

mandiri dan terstruktur secara formal dengan serangkaian hasil pembelajaran dan

kriteria penilaian). Penggunaan modul dalam pembelajaran akan sangat membantu

peserta didik memahami pembelajaran, apalagi pembelajaran yang sudah terintegrasi

dengan kearifan lokal. Dengan memanfaatkan TIK untuk pembuatan E-Modul

menggunakan sebuah software yang mendukung berupa aplikasi Kvisoft Flipbook

Maker.
Penggunaan aplikasi Kvisoft Flipbook Maker untuk pembuatan E-Modul dapat

menarik minat siswa. Sejalan dengan itu, Divayana, dkk (2020: 1) menyatakan

“kvisoft flipbook maker can attract students to read and make them easier to gain

knowledge about the concepts of assessment and evaluation courses quickly whenever

and wherever they are”, (flipbook kvisoft maker dapat menarik minat siswa untuk

membaca dan memudahkan mereka memperoleh pengetahuan tentang konsep kursus

penilaian dan evaluasi dengan cepat kapanpun dan dimanapun mereka berada).

Dengan adanya modul elektronik ini guru akan mudah dalam mendapatkan bahan ajar

dan meyampaikan materi pembelajarn yang sesuai dengan kearifan lokal yang ada

sehingga tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif.

Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti melakukan penelitian

tentang “Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Kearifan Lokal Bekarang di

Tebat Menggunakan Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker Untuk Kelas V Tema 5

Sekolah Dasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusans masalah dari penelitian ini

adalah bagaimana cara mengembangkan modul elektronik dengan menggunakan

aplikasi Kvisoft Flipbook Maker berbasis Kearifan Lokal Bekarang di Tebat Tema

Ekosistem untuk kelas V Sekolah Dasar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, tujuan penelitian ini

adalah mengetahui bagaimana hasil modul elektronik dengan menggunakan aplikasi

Kvisoft Flipbook Maker berbasis Kearifan Lokal Bekarang di Tebat pada Tema

Ekosistem untuk kelas V Sekolah Dasar.

1.4 Spesifikasi Pengembangan


Adapun spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan

ini adalah sebagai berikut :

1. Modul elektronik ini disusun berdasarkan kompetensi dasar mata pelajaran

pada kelas V tema 5 Ekosistem subtema 2 Hubungan Antar Mahluk Hidup

Dalam Ekosistem pembelajaran ....

2. Modul elektronik ini berisi sampul (cover), kata pengantar, daftar

isi,petunjuk penggunaan modul, kompetensi inti, kompetensi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, peta konsep, materi, penilaian, glosarium,

daftar pustaka, biodata penulis.

3. Format modul elektronik: exe

4. Modul elektronik ini berisikan teks dengan jenis huruf Calisto MT Ukuran

12-18, gambar, video, animasi, pada tiap kegiatan pembelajaran.

1.5 Pentingnya Pengembangan

Adapun manfaat dari penelitian ini , adalah :

1. Bagi guru, menambah variasi dan kreativitas dalam mengajar maupun

merancang pengembangan bahan elektronik.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat dalam mengikuti pembelajaran

serta menumbuhkan rasa cinta terhadap kearifan lokal yang ada.

3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dalam pengembangan bahan

ajar elektronik.

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan modul elektronik ini didasarkan pada asumsi bahwa dengan

memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat

dibutuhkan sebuah inovasi dalam dunia pendidikan untuk menerapkan penggunaan

TIK dalam proses pemebelajaran. Dengan menggunakan modul elektronik ini dapat
menyajikan informasi yang memuat teks, gambar, video dan animasi, sehingga modul

ini sangat efektif digunakan dalam pembelajaran. Agar pengembangan lebih terarah

maka penulis memberikan batasan dalam pengembangan sebagai berikut :

1. Pengembangan elektronik ini terbatas pada kompetensi dasar kelas V

tema 5 Ekosistem subtema 2 Hubungan Antar Mahluk Hidup Dalam

Ekosistem pembelajaran 1 yang berbasis kearifan lokal Bekarang di Tebat.

2. Pengembangan ini menggunakan model pengembangan 4D, dan sampai pada

tahap pengimplementasikan.

3. Penggunaan modul elektronik ini hanya dapat digunakan di sekolah-

sekolah yang memiliki fasilitas yang menunjang dalam kegiatan

pembelajaran seperti laptop, proyektor dan ketersediaan jaringan

internet yang memadai.

1.7 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Modul elektronik adalah salah satu bahan ajar yang dibuat dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta dapat digunakan

secara mandiri oleh peserta didik.

2. Kvisoft Flipbook Maker merupakan flipbook pembuat e-book, e-katalog, dan

e-brosur yang halamannya dapat berbalik dan berputar.

3. Bekarang di Tebat adalah tradisi warga setempat memanen ikan di sawah

setelah musim panen padi dan merupakan sebuah kearifan lokal yang ada di

Desa Jati Belarik, Tebo Tengah, Kabupaten Tebo.

Anda mungkin juga menyukai