Anda di halaman 1dari 16

DAMPAK KABUT ASAP TERHADAP PEREKONOMIAN

PEDAGANG KAKI LIMA DI KAMBANG IWAK PALEMBANG

Disusun Oleh

ANNISA AYU RIZQI DZULQA’DAH

NIS 7599

KELAS X.9

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG 2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Annisa Ayu Rizqi Dzulqa’dah


Nis : 7599
Nama Pembimbing : Agus Yudiansyah,M.Pd
Judul Penelitian : “Dampak Kabut Asap Terhadap Perekonomian
Pedagang Kaki Lima Di Kambang Iwak Palembang”

Penguji, Palembang, Desember 2023


Pembimbing,

Fitriyedi, S.Ag.,M.S.I. Agus Yudiansyah, M.Pd


NIP 196808132005011003 NIP 199108152022211010

Mengetahui,
Kepala SMA Plus Negeri 17 Palembang

Dra. Hj.Purwiastuti Kusumastiwi, M.M


NIP 196805291994122001

ii
DAFTAR ISI

JUDUL………………....…..…………………..………………..……..………..…..i

HALAMAN PENGESAHAN……………..…………………...………...
……….........……..….ii

KATA PENGANTAR…….………..…..……….….………..........…..………......iii

DAFTAR ISI………..…………………..…………………..…….……………….iv

DAFTAR TABEL……...………………..………...………................…….....……v

BAB I PENDAHULUAN.……………..………….……...………….......………1-3
1.1.Latar Belakang……………...…………………………..………………….……1
1.2.Rumusan Masalah..…………………..…………………………………...……..3
1.3.Tujuan Penelitian…………..…………………………………………...……….3
1.4.Manfaat Penelitian…………….…..………………………………….……..…..3

BAB II LANDASAN TEORI……..………………….......………….....…..……4-


8
2.1.Landasan Teori…………............……………………………..…………..…….4
2.1.1.Pengertian Kabut Asap…...........……………………..……..…………….…..4
2.1.2.Macam-Macam Kabut Asap…………………..………..………………….….5
2.1.3.Dampak Kabut Asap…………..……………………...……………………….5
2.2.Pengertian Perekonomian…………………...…………...…………….……......6
2.2.1.Macam-Macam Perekonomian…………………………………………..……7
2.3.Pengertian Pedagang Kaki
Lima………………………………………………...8

BAB III PROSEDUR PENELITIAN.............................................………….9-10


3.1 Definisi Operasional…………………………………………………………….9
3.1.1 Kabut Asap………………………………………………………..….…...….9
3.1.2 Perekonomian..…………………………………………..........................……9
3.1.3 Pedagang Kaki Lima……..….……………..……..........…….…………..…...9
3.2 Variabel Penelitia……………………………………………………..……..….9
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….……..…..10
3.4 Metode Penelitian Kualitatif……………………………………….……..…....10
3.5 Subjek Penelitian ……...………………………..………………………...……
10
3.6 Teknik Pengumpulan Data ……………………...........……...………...…...
….10

iii
3.7 Teknik Analisis Data…………………………….………..………….
…….......10

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat Rahmat
dan karunia-Nya, laporan penelitian proposal yang berjudul “Dampak
Kabut Asap Terhadap Perekonomian Pedagang Kaki Lima Di Kambang
Iwak Palembang” ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Laporan
ini disusun untuk memenuhi tugas dalam kegiatan Bugemm (Budaya gemar
Membaca dan Menulis) di SMA Plus Negeri 17 Palembang pada tahun
pelajaran 2023/2024

Dengan telah selesainya laporan ini, penulis menyampaikan terimakasih

1. Ibu Dra. Hj. Purwiastuti Kusumastiwi, M. M, selaku Kepala SMA Plus


Negeri 17 Palembang yang telah memberikan kemudahan berupa
administrasi dan sarana yang penulis perlukan.
2. Kepada Bapak Agus Yudiansyah,M.Pd, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan laporan ini.
3. Ibu Siti Rochma S.Pd,Gr selaku wali kelas yang telah memberikan motivasi
dalam penulisan laporan ini.

Palembang, 2023/2024
Penulis

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kabut asap ialah kondisi polusi udara yang sudah memasuki tahap
berbahaya yang terbentuk karena suhu dingin membuat uap air berkondensasi
dan kadar kelembaban mendekati 100%. Kabut asap juga bisa di artikan
sebagai kasus pencemaran udara berat. Kabut asap bisa terjadi dalam jangka
waktu berhari-hari hingga hitungan bulan karena beberapa penyebab yaitu
salah satunya pembakaran hutan. Selain itu, kabut asap berdampak pada
kesehatan tubuh dan juga lingkungan. Bentuk contoh dampak kabut asap pada
kesehatan ialah menyebabkan iritasi pada mata, hidung, tenggorokan serta
peradangan dan infeksi. Lalu, dampaknya pada lingkungan menyebabkan
polusi pada air bersih dan tanaman sayuran, buah-buahan dan makanan yang
tidak tertutup. Tetapi, dampak kabut asap tersebut bisa dihadapi apabila kita
menjaga kesehatan dan imun tubuh.
Menurut KBBI kabut asap merupakan campuran antara kabut dan
asap yang banyak terdapat di daerah industri. Kabut asap merupakan
campuran asap, gas, dan bahan kimia yang menyebabkan kesulitan untuk
bernafas dan berbahaya bagi kesehatan (cambridge dictionar). Kabut asap
termasuk jenis dari polusi udara, yang pada awalnya dinamai campuran antara
asap dan kabut di udara (Science Daily). Kabut asap terbentuk dari suspensi
di lapisan atmosfer partikel debu kering, garam, aerosol, atau kabut fotokimia
yang sangat kecil. Dengan itu kabut asap tidak dapat dirasakan atau dilihat
secara individual dengan mata telanjang (Encyclopedia Britannica).
Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kabut asap ialah
kondisi polusi udara saat sudah memasuki tahap berbahaya yang dimana
kabut asap tersebut berdampak bagi kesehetan tubuh dan juga lingkungan.
Kabut asap tidak dapat dirasakan atau dilihat secara individual dengan mata
telanjang. Walaupun kabut asap tidak bisa dilihat secara individual tetapi
agregat mengurangi visibilitas horizontal dan memberikan penampilan
opalescent pada atmosfer. Keadaan ini mengharuskan masyarakat
memberlakukan protokol kesehatan ketat. Kabut asap tersebut bisa kita
hadapi dengan cara melakukan upaya-upaya yang bisa mengurangi kabut asap
tersebut. Salah satu contohnya mulai dari pemakaian masker, mencuci tangan
dengan sabun atau hand sanitizer dan menjaga jarak atau social distancin.
Lalu, upaya lainnya dapat kita lakukan dengan menjaga dan melestarikan
lingkungan sekitar agar tidak tercemar polusi kabut asap.
Saat ini kabut asap yang menyebar demikian cepat yang menyebabkan
lahirnya banyak penyakit. Salah satu penyakit yang menyebar karena dampak
dari kabut asap tersebut ialah yang biasa kita kenal sebagai pandemi Covid
19. Penyebaran virus ini menyebabkan timbulnya kekhawatiran masyarakat.
Keadaan ini mengharuskan masyarakat memberlakukan protokol kesehatan
ketat. Hal ini juga memaksa pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan
masyarakat, seperti PPKM. Dalam PPKM juga diatur mengenai tata cara jual
beli termasuk pembatasan kegiatan berdagang, hal ini tentu berlaku juga bagi
PKL yang menyebabkan banyaknya pedagang yang tidak dapat menjual
barang dagangannya. Ketika mereka tidak dapat menjual dagangannya tentu
akan berpengaruh pada pendapatan mereka dan Jika pendapatan mereka
berkurang tentu saja akan mempengaruhi keadaan ekonomi mereka.
Istilah Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah tidak asing lagi dan sering
didengar. Keberadaan pedagang kaki lima bukanlah hal baru yang ada
dikehidupan masyarakat. Sebagian masyarakat menganggap bahwa
keberadaan mereka sangat membantu terutama dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Menurut Peraturan Walikota Palembang dikatakan bahwa
Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disebut PKL adalah pelaku usaha
mikro. Usaha mikro ialah badan yang melakukan usaha perdagangan
menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan
prasarana kota, fasilitas sosial, umum, lahan dan bangunan milik pemerintah
yang bersifat sementara. Akan tetapi, sebagian masyarakat justru menganggap
keberadaan PKL menjadi sumber berbagai macam masalah. Salah satunya
menyebabkan kemacetan sampai mengganggu kenyamanan dan keamanan
bahkan dianggap menjadi sumber kejahatan.

2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima di sekitar kawasan
Kambang Iwak pada masa pencemaran kabut asap?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi
pedagang kaki lima di seputar kawasan Kambang Iwak pada masa
pencemaran kabut asap?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan daripada penelitian ini adalah:
1. Untuk menggambarkan dan mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang
kaki lima di seputar kawasan Kambang Iwak di masa pencemaran kabut
asap.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sosial
ekonomi pedagang kaki lima di seputar kawasan Kambang Iwak di masa
pencemaran kabut asap.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang saya lakukan memiliki manfaat:
1. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti
tentang pendapatan ekonomi pedagang kaki lima di seputar kawasan
Kambang Iwak pada masa pencemaran kabut asap.
2. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima di seputar
kawasan Kambang Iwak yang terdampak pencemaran.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Pengertian Kabut Asap
kabut adalah kumpulan uap air yang mengambang di udara, senyawa
kabut didominasi oleh uap air. Pagi hari kabut sering ditemukan berupa
embun pagi dan jika terakumulasi di udara akan berubah menjadi hujan.
Sedangkan asap adalah suatu senyawa yang terdiri dari berbagai jenis gas,
kadangkala juga mengandung zat padat dan polutan zat pencemar (Irwan
Prayitno, 2014). Kabut asap tentulah gabungan keduanya bersenyawa,
berwarna lebih gelap, mengambang di udara dan sulit terurai. Kabut
biasanya berwarna putih atau abu-abu dan memiliki tekstur yang lembut
seperti awan. Sementara itu, asap biasanya berwarna abu-abu atau hitam dan
memiliki tekstur yang kasar. Selain itu, kabut biasanya terbentuk pada pagi
hari atau malam hari ketika suhu udara rendah dan kelembapan tinggi.
Sedangkan asap dapat terbentuk kapan saja ketika ada pembakaran (Lanud
Roesmin Nurjadin, 2023).
Sedangkan asap menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO),
adalah salah satu jenis polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan
dan pembakaran biomassa. Asap adalah suspensi partikulat dan gas di udara
yang dikeluarkan ketika suatu bahan mengalami pembakaran atau pirolisis,
bersama dengan jumlah udara yang masuk atau tercampur ke dalam massa.
Kabut asap merupakan fenomena di mana udara yang berkabut bercampur
dengan asap. Dalam meteorologi fenomena ini disebut sebagai SMOG yang
merupakan singkatan dari smoke (asap) dan fog (kabut). SMOG juga
menjelaskan fenomena udara kabut karena proses fotokimia saat senyawa
organik dan nitrogen oksida bereaksi secara kimiawi dengan sinar matahari
untuk menghasilkan ozon.

4
2.1.2. Macam-macam Kabut Asap
Kabut akan muncul ketika uap air mengalami proses pencairan atau
mengembun. Selama kondensasi, molekul uap air bergabung menjadi
tetesan air kecil di udara. Kabut dapat terlihat oleh mata karena tetesan-
tetesan air yang tebal berkumpul menjadi seperti awan.
Tempat yang paling berkabut di dunia adalah Grand Banks di lepas
pantai pulau Newfoundland, Kanada. Hal ini dikarenakan tempat ini
merupakan pertemuan arus Labrador yang dingin dari utara dengan arus
Teluk yang hangat dari selatan. Daratan yang paling berkabut di dunia
terletak di Point Reyes, California dan Argentina, Newfoundland yang
diselimuti kabut lebih dari 200 hari dalam setahun.
Ada beberapa macam kabut:
 Kabut Adveksi
 Kabut Angin
 Kabut Basah
 Kabut Es
 Kabut Lembah
 Kabut Radiasi
 Kabut Uap
 Kabut Udara Tropis

2.1.3. Dampak Kabut Asap


Kabut asap dapat menyebabkan berbagai gangguan pernapasan seperti
batuk, pilek, dan sesak napas. menyebabkan iritasi tenggorokan, hidung, dan
mata. Kabut asap menyebabkan polusi pada air bersih, tanaman sayuran,
buah buahan, dan makanan yang tidak ditutup. Kabut asap memperburuk
kondisi lingkungan sehingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akan
mudah terjadi.
Kabut asap dapat menyebabkan terbatasnya jarak pandang pilot,
nakhoda, masinis, supir (pengendara mobil), atau pengendara sepeda motor,
sehingga sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan transportasi, baik di
udara, darat, sungai, maupun laut.

5
2.2. Pengertian Perekonomian
Sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengatur dan
mengalokasikan sumber daya, jasa dan barang yang dimilikinya baik kepada
individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara
sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana
cara sistem itu mengatur faktor produksinya (Abraham Maslow). Dalam
beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.
Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut dipegang oleh
pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua
sistem ekstrem tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara
sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian
terencana memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor
produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar,
pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang maupun
jasa melalui penawaran dan permintaan.
2.2.1. Macam-Macam Perekonomian
1. Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi tradisional sesuai namanya, terdapat di kehidupan
masyarakat yang masih cenderung tradisional atau kuno. Mereka masih
memproduksi barang sendiri dengan menggunakan cara-cara sederhana demi
memenuhi kebutuhan hidup. Adapun ciri-ciri sistem perekonomian tradisional
adalah teknologi rendah, produktivitas rendah, belum punya motivasi untuk
mengembangkan harta yang dimiliki dan sulit berubah.
2. Sistem Ekonomi Pasar/Liberal/Kapitalis
Sistem ekonomi pasar mengedepankan jumlah permintaan dan
penawaran dalam pasar. Sistem tersebut dikenal juga dengan sistem
perekonomian liberal karena adanya kebebasan bagi masyarakat untuk
melakukan kegiatan ekonomi. Tidak sekedar itu, dalam sistem ekonomi pasar,
kepemilikan modal yang berperan paling besar dalam lingkungan sehingga
sering disebut dengan sistem perekonomian kapitalis.

6
3. Sistem Ekonomi Terpusat/Sosialis
Menurut Karl Marx, sistem perekonomian ini dijalankan oleh
pemerintah sebagai pemegang kontrol dalam menentukan faktor produksi. Jadi
jenis dan jumlah barang yang diproduksi serta alat-alat produksi pun dikuasai
negara begitu pula dengan pembagian dan jenisnya.
4. Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ini merupakan campuran dari sistem ekonomi pasar dan
terpusat yaitu pemerintah dan swasta memiliki peran dan proporsi yang sama
dalam membangun negara.
5. Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem perekonomian ini hanya dianut oleh Indonesia ini hanya
dianut oleh Indonesia. Pada sistem perekonomian pancasila, sistem
perekonomian didasarkan pada asas kekeluargaan dan gotong royong dari, oleh
dan untuk rakyat di bawah pengawasan pemerintah. Landasannya
menggunakan pancasila, pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945 pasal 27, 33
dan 34.
2.3. Pengertian Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disingkat dengan kata PKL
adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak.
Secara “etimologi”atau bahasa, pedagang biasa diartikan sebagai jenis
pekerjaan yang berkaitan dengan jual beli. Pedagang adalah orang yang
bekerja dengan cara membeli suatu barang yang kemudian barang tersebut
dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi sehingga mendapat keuntungan
dari barang tersebut. Kaki lima diartikan sebagai lokasi berdagang yang tidak
permanen atau tetap. Dengan demikian, pedagang kaki lima dapat diartikan
sebagai pedagang yang tidak memiliki lokasi usaha yang permanen atau tetap.
istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah
dengan rumah, arti yang kedua adalah lantai (tangga) dimuka pintu atau di
tepi jalan (W.J.S Poerwadarminta). Arti yang kedua ini lebih cenderung
diperuntukkan bagi bagian depan bangunan rumah toko, dimana di jaman
silam telah terjadi kesepakatan antar perencana kota bahwa bagian depan dari

7
toko lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan dijadikan suatu jalur
dimana pejalan kaki dapat melintas. Namun ruang selebar kira-kira lima kaki
itu tidak lagi berfungsi sebagai jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah
berubah fungsi menjadi area tempat jualan barang-barang pedagang kecil,
maka dari situlah istilah pedagang kaki lima dimasyarakatkan.

Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku


usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana
usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas
sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta
yang bersifat sementara/tidak menetap. Pedagang kaki lima merupakan salah
satu jenis perdagangan dalam sektor informal, yakni operator usaha kecil
yang menjual makanan, barang dan atau jasa yang melibatkan ekonomi uang
dan transaksi pasar, hal ini sering disebut dengan sektor informal
(Muhammad Ruslan, 2023).

8
BAB IIl
PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional


3.1.1 Kabut Asap
Kabut asap merupakan fenomena di mana udara yang berkabut
bercampur dengan asap. Dalam meteorologi fenomena ini disebut sebagai
SMOG yang merupakan singkatan dari smoke (asap) dan fog (kabut).
3.1.2 Perekonomian
Sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengatur dan
mengalokasikan sumber daya, jasa dan barang yang dimilikinya baik kepada
individu maupun organisasi di negara tersebut. Sebuah perekonomian
terencana memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor
produksi dan alokasi hasil produksi.
3.1.3 Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disingkat dengan kata PKL
adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan
gerobak. Pedagang adalah orang yang bekerja dengan cara membeli suatu
barang yang kemudian barang tersebut dijual kembali dengan harga yang
lebih tinggi sehingga mendapat keuntungan dari barang tersebut.
3.2 Variabel Penelitian
Dalam penilitian ini peniliti menggunakan variable penelitian:
1. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah sebuah variabel yang tidak dapat
menjawab dari tujuan penelitian, namun dapat memengaruhi hasilnya.
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah kabut asap
2. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi variabel
lainnya dan variabel yang diduga sebagai sebab munculnya variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian kali ini adalah perekonomian

9
pedagang kaki lima di kambang iwak.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2024,
tempat penelitian di Kambang Iwak Palembang.
3.4 Metode Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi. Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mendapatkan
informasi apapun dari suatu peristiwa dengan mengamati secara langsung.
3.5 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dipilih secara purposive, kriteria yang
dipakai dalam menentukan subjek penelitian yang akan menjadi narasumber
adalah sebagai berikut :

1. Subjek merupakan pedagang kaki lima yang ada di Kambang Iwak


Palembang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat


digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini,
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Narasumber adalah
subjek yang telah dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis kualitatif.
Teknik analisis data kualitatif adalah teknik yang menjabarkan data analisis
secara naratif dan fokus pada pengamatan yang mendalam. Dalam penelitian
ini, data dari hasil analisis kualitatif berupa data perokonomian pedagang kaki
lima di Kambang Iwak Palembang

10
11

Anda mungkin juga menyukai