DOSEN PEMBIMBING :
Gadis Octory, S.IKom, M.IKom
NIDN : 0314108803
ANGGOTA MAHASISWA :
KETUA Refriano Achmad F. NIM : 44522010001
Hijru Arsyinullah NIM : 44122010087
Kayyisa Aufa Meidina Rahma NIM : 44322010070
Putri Amanda Sari NIM : 44322010071
Ami Rahma Darmanet NIM : 44322010101
ABSTRAK ................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 4
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 5
RINGKASAN ............................................................................................................................ 6
1. Urgensi ............................................................................................................................ 6
2. Tujuan Karya ilmiah ....................................................................................................... 6
3. Luaran yang Ditargetkan ................................................................................................. 6
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 7
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 7
Rumusan Masalah .................................................................................................................. 8
B. Tinjauan Pustaka ............................................................................................................. 9
1. Komunikasi interpersonal ............................................................................................... 9
Pendekatan Negosiasi pemecahan masalah.......................................................................... 19
1. State Of The Art dan Kebaruan ..................................................................................... 20
Konsep Untuk Menjawab Permasalahan .......................................................................... 20
Pengujian Hipotesis .......................................................................................................... 20
Jurnal Riset Terdahulu ...................................................................................................... 21
2. Kerangka Berfikir ......................................................................................................... 25
3. Rencana Target Luaran ................................................................................................. 26
METODE & PROFIL OBJEK WAWANCARA ...................................................................... 27
JADWAL KAJIAN ILMIAH ................................................................................................... 28
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN KORELASI ILMU DAN HASIL
WAWANCARA .................................................................................................................... 29
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 30
Dokumentasi Wawancara ..................................................................................................... 39
Susunan Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ........................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 41
Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul .......................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR
Dari penelitian ini terdapat urgensi yang penting karena adanya karya ilmiah
ini, orang tua dan mahasiswa bisa memahami proses negosiasi dalam beragumentasi
terhadap persepsi dan harapan, dalam karya ilmiah negosiasi interpersonal ini,
keterbukaan komunikasi adalah kunci untuk memahami persepsi, tujuan dan
harapan.antara mahasiswa dan orang tua
Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi negosiasi yang dilakukan antara mahasiswa dan orang tua
yang belum menyelesaikan konflik tersebut?
2. Bagaimana cara mengatasi perbedaan pendapat terhadap persepsi, tujuan, dan
harapan dari kedua belah pihak?
3. Dampak positif dan dampak negatif terhadap strategi negosiasi interpersonal
antara mahasiswa dan orang tua ?
B. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi interpersonal
1.1. Pengertian komunikasi interpersonal
Pada dasarnya, manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup karena
manusia merupakan makhluk sosial. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Untuk
dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, seseorang memerlukan komunikasi.
Oleh karena itu, komunikasi adalah proses menyampaikan pesan kepada
komunikan oleh komunikator.
Komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana pesan disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang memiliki dampak atau efek
tertentu (Lasswell, 2013:9). Menurut Dedy Mulyana, komunikasi juga adalah
proses berbagi makna melalui prilaku verbal dan nonverbal. Komunikasi dapat
didefinisikan sebagai setiap perilaku yang melibatkan dua orang atau lebih
(Mulyana, 2008:3). Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan baik secara verbal maupun non-verbal yang melibatkan dua orang
atau lebih melalui media yang memiliki efek tertentu.
Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang
bersifat impersonal menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan
di antara para pelaku komunikasi. Menurut Sendjaja (2004), pertemuan
interpersonal seringkali dimulai dengan diskusi tentang hal-hal umum seperti
umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah, dan sebagainya. Pada akhirnya,
diskusi berkembang ke hal-hal spesifik seperti kebiasaan dan kesukaan, yang
menunjukkan adanya komunikasi interpersonal.
Menurut Mulyana (2005:73) komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara orang orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik verbal maupun nonverbal. Komunikasi ini menunjukkan bahwa orang-orang
yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan secara spontan
mengirimkan dan menerima pesan baik verbal maupun nonverbal.
Sedangkan menurut De Vito (2013), komunikasi interpersonal didefinisikan
sebagai pesan yang dikirim oleh seorang atau sekelompok orang (komunikator)
dan diterima oleh orang lain (komunikan), dengan dampak dan tanggapan
langsung.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang terjadi secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal,
di mana sekurang-kurangnya dua orang berbicara satu sama lain secara tatap
muka dan atau melalui media.
1.2. Fungsi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi memiliki 2 fungsi, yaitu:
1. Fungsi Sosial
a) Sebagai kebutuhan biologis dan psikologis
Kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup sejak
lahir. Kita perlu berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis kita, seperti makanan dan minuman, serta
kebutuhan psikologis kita, seperti keberhasilan dan kebahagiaan.
Selain itu, kita dapat meningkatkan kesehatan mental kita dan
memenuhi kebutuhan emosional kita melalui komunikasi. Kita belajar
tentang apa itu cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat,
rasa bangga, bahkan kebencian dan iri hati. Komunikasi
memungkinkan kita untuk memahami berbagai aspek perasaan itu dan
membandingkannya satu sama lain.
b) Mengembangkan hubungan timbal balik
Komunikasi melalui proses aksi-reaksi atau sebab-akibat. Setelah
seseorang menyampaikan pesan, baik secara lisan atau nonverbal,
orang yang menerima pesan bertindak dengan memberikan jawaban
verbal atau menggunakan kepala, orang pertama bertindak lagi setelah
menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan seterusnya.
Oleh karena itu, hubungan timbal balik ini membantu orang
berkomunikasi satu sama lain dengan lebih baik, meningkatkan
harapan.
c) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
Komunikasi sangat penting untuk membangun identitas diri,
aktualisasi diri, dan kelangsungan hidup. pembangunan keyakinan diri
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa diri kita, yang hanya
bias dari informasi yang diberikan kepada kita oleh orang lain.
Penyataan eksistensi din orang berfungsi sebagai cara untuk
menunjukkan eksistensinya. Ini adalah apa yang disebut aktualisasi
diri atau pernyataan eksistensi diri. Berbicara menunjukkan
keberadaan kita.
d) Menangani konflik
Untuk berkomunikasi dengan baik, kita harus memahami situasi dan
kondisi, serta sifat lawan bicara. Sejauh yang kita ketahui, setiap
individu berfungsi seperti radar yang melingkupi lingkungannya.
Manusia bias sangat sensitif terhadap bahasa tubuh, ekspresi wajah,
postur, gerakan, dan intonasi suara, yang membantu orang memberi
penekanan pada kebenaran, ketulusan, dan ketepatan komunikasi
sehingga dapat mempengaruhi cara orang lain memandangnya. Oleh
karena itu, komunikasi antarpribadi membantu mengurangi atau
mencegah konflik di suatu organisasi atau kelompok masyarakat.
2. Fungsi Pengambilan Keputusan
a) Manusia berkomunikasi untuk berbagi informasi
Komunikasi sangat efektif digunakan dalam proses memberi atau
bertukar informasi karena dapat mewakili informasi yang diinginkan
dalam pesan yang disampaikan.
b) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
Komunikasi yang berfungsi seperti ini memiliki muatan persuasif,
yaitu pembicara ingin pendengarnya percaya bahwa fakta atau
informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui.
Komunikasi yang menghibur secara tidak langsung mendorong orang
untuk melupakan masalah hidup mereka.
1.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas komunikasi interpersonal terjadi jika dua orang atau lebih
yang berinteraksi mencapai pemahaman atau persepsi yang sama tentang
sesuatu, komunikasi interpersonal efektif. Pada akhirnya, komunikasi akan
berlangsung dalam suasana yang menyenangkan (Rakhmat, 2000).
Berikut efektivitas dalam komunikasi interpersonal:
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas dalam keterbukaan ini akan mengacu pada paling tidak
sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Komunikator interpersonal yang bersifat efektif wajib dapat
terbuka dengan lawan bicaranya. Hal tersebut tidaklah berarti
bahwa kamu harus membukakan seluruh isi riwayat hidupnya.
Aspek keterbukaan ini mengarah pada kesediaan komunikator
untuk dapat bereaksi secara jujur dengan stimulus yang datang.
Aspek ketiga menyangkut pada “kepemilikan” perasaan serta
pikiran. Terbuka pada artinya adalah mengakui dalam perasaan
serta pikiran yang dilontarkan yaitu milik kita serta kita pula
bertanggung jawab atasnya.
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mengartikan empati merupakan
sebagai ”kemampuan seseorang untuk bisa „mengetahui‟ apa saja yang
sedang dialami pada orang lain ketika saat tertentu. Berempati adalah
merasakan sesuatu sama seperti orang lain yang mengalaminya, berada di
sebuah kapal yang sama dan juga merasakan perasaan yang sama
begitupun dengan cara yang sama.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan yang dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Konsepnya dilakukan
berdasarkan oleh karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak bisa berlangsung pada suasana yang tidak dapat mendukung. Kita
bisa memperlihatkan sikap mendukung nya dengan bersikap deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategic, provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif (positiveness)
Kita dapat mengkomunikasikan sikap positif kita pada komunikasi
interpersonal dengan dua cara:
Dengan menyatakan sikap positif kita secara positif bisa
mendorong orang menjadi teman berinteraksi. Sikap positif yang
mengacu sedikitnya dua aspek dari sebuah komunikasi
interpersonal.
Perasaan positif untuk situasi komunikasi ini pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (Equality)
Tidak akan pernah ada dua orang yang bisa benar-benar setara dalam
semua hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, dalam komunikasi
interpersonal ini akan lebih efektif jika suasananya setara. Maksudnya,
diperlukan pengakuan secara diam-diam bahwa pada kedua pihak sama-
sama bernilai atau berharga, serta bahwa masing-masing pihak ini
memiliki sebuah hal yang penting untuk bisa disumbangkan.
2. Komunikasi keluarga
Keluarga adalah kelompok atau kumpulan orang yang hidup bersama sebagai
satu kesatuan atau unit masyarakat terkweil. Mereka biasanya tinggal bersama
dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan
bersama dalam satu periuk (Talibo dan Boham, 2017).
Keluarga didefinisikan oleh Galvin dan Brommel sebagai sekelompok orang
yang terikat oleh perkawinan, darah, dan komitmen; mereka berbagi kehidupan
bersama untuk waktu yang lama dan berbagi harapan masa depan (Prabandari dan
Rahmiaji:2019).
Keluarga melakukan komunikasi yang merupakan pertukaran arti, dan
keluarga dapat belajar menjadi wadah emosi bagi anggotanya (Nurhajati dan
Wadyaningrum, 2012:240).
Keluarga memerlukan komunikasi yang baik untuk membangun hubungan
yang baik antar anggotanya. Ada beberapa karakteristik yang dapat dipahami dari
komunikasi keluarga yang baik dan efektif (Wood, 2016:352-355) dalam
(Prabandari dan Rahmiaji, 2019):
a. Setiap anggota keluarga memiliki keadilan dan kesetaraan.
Masing-masing anggota memiliki hak dan perlakuan yang sama.
b. Terdapat keakraban dan kedekatan yang terjalin antaranggota keluarga.
c. Komunikasi yang terbuka antar orang tua dan anak, serta adanya sikap
saling menghargai
d. Terdapat kesediaan pada masing-masing anggota untuk mengesampingkan
masalah-masalah kecil demi menjaga hubngan tetap baik.
3. Negosiasi
3.1.Pengertian Negosiasi
Kata "negosiasi" berasal dari kata tonegotiate, to be negotiating dalam
bahasa Inggris yang berarti "merundingkan, memicarakan kemungkin tentang
suatu kondisi, dan atau tawar menawar". Dalam bahasa Inggris, kata
"negotiable" berarti "dapat dirundingkan, dibicarakan, dapat ditawarkan", dan
"negotiation" yang berarti "proses atau tindakan untuk merundingkan,
membicarakan, atau mencapai kesepakatan dengan orang lain" (Sujana,
2004:9).
Kemudian negosiasi adalah jenis komunikasi dua arah yang bertujuan
untuk mencapai kesepakatan ketika kedua belah pihak memiliki kepentingan
yang sama dan berbeda. Negosiasi merupakan tawar menawar untuk
mencapai kesepakatan dengan orang lain melalui interaksi dan komunikasi
yang dinamis dengan tujuan mencapai penyelesaian atau solusi masalah yang
dihadapi kedua belah pihak (Tjoneng, 2017:95).
Seperti yang dijelaskan di atas, negosiasi adalah proses tawar menawar
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyelesaikan masalah atau
konflik sampai pada tahap keputusan bersama.
3.2. Tahapan negosiasi
Pada dasarnya proses negosiasi diharapkan dapat mencapai
kesepakatan kedua belah pihak. Leonard Greenhagh menggambarkan tahapan
dari negosiasi tersebut dalam beberapa langkah, yaitu (Wulandari, 2018:32-
34):
1) Preparation (persiapan)
Memutuskan apa yang penting, mendefinisikan tujuan, berfikir selangkah
lebih maju bagaimana bekerja dengan pihak lain.
2) Relationship Building (Pembinaan Hubungan)
Mulai mencari tahu tentang pihak lain, memahami bahwa antara kita dan
pihak lain memiliki persamaan dan perbedaan, membangun
komitmenuntuk mencapai keuntungan bersama sebagai hasil dari
negosiasi.
3) Information Gathering (Pengumpulan Informasi)
Mempelajari apa yang dibutuhkan dari suatu masalah, tentang pihak lain
dan kebutuhannya, yang mungkin dikerjakan dari model EKANBARU
penyelesaian dan tentang bagaimana jika ternyata gagal dalam mencapai
kesepakatan dengan pihak lain.
4) Information Using (Penggunaan Informasi)
Pada saat ini negosiator merangkai kasus yang mereka inginkan
sebagaimana untuk penyelesaian ataupun kesepakatan yang akan
dilakukan, dan juga dapat melebar sebagaimana kebutuhan dari
negosiator.
5) Bidding (Penawaran)
Penawaran adalah proses dimana tiap pihak mempertahankan penawaran
awal mereka dan kemudian melalui bergerak ke beberapa penewaran
berikutnya.
6) Clossing The Deal (Menutup Penawaran)
Tujuannya di sini adalah untuk membangun komitmen yang akan dicapai
bersama di fase pembuka. Antara negosiator dan pihak lainnya harus
memastikan dirinya bahwa kesepakatan dapat diterima dengan baik dan
menyenangkan.
3.3. Tujuan negosiasi
Setiap kegiatan atau aktivitas negosiasi pasti memiliki tujuan yang
ingin dicapai oleh pihak-pihak yang melakukan negosiasi. Adapun tujuan
negosiasi ini diantaranya sebagai berikut:
1) Untuk dapat mencapai suatu kesepakatan yang diangggap menguntungkan
semua pihak.
2) Untuk bisa menyelesaikan suatu masalah serta juga dapat menemukan
solusi dari masalah yang sedang dihadapi pihak-pihak yang bernegosiasi.
3) Untuk bsa mencapai suatu kondisi yang saling menguntungkan bagi
pihak-pihak yang bernegosiasi yang mana semuanya mendapatkan
manfaat (win-win solution).
4. Strategi negosiasi
Menurut Lewicki (2010), ada sejumlah faktor yang dapat memengaruhi
strategi negosiasi, termasuk hubungan negosiasi dengan pihak ketiga dan hasil
dari negosiasi tersebut. Berdasarkan variabel ini, terbentuk lima jenis strategi
negosiasi, yaitu:
1) Collaborative (win-win)
Strategi negosiasi collaborative, juga dikenal sebagai win-win solution
adalah strategi yang menghasilkan keuntungan maksimal bagi kedua pihak
yang bernegosiasi. Ketika pihak yang melakukan negosiasi tahu bahwa kerja
sama ini akan berlangsung lama, strategi kolaboratif sering digunakan. Untuk
menggunakan strategi ini, para pihak harus berkomitmen untuk dapat saling
percaya, terbuka, dan bekerja sama yang tinggi. Mereka juga harus dapat
saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama.
2) Competitive (win-lose)
Strategi negosiasi kompetitif, juga dikenal sebagai win-lose
negotiation, berfokus pada hasil negosiasi daripada kolaborasi atau hubungan
kerja sama. Hasil negosiasi ini lebih mementingkan keuntungan dan sumber
daya negosiator yang menerapkan strategi ini. Strategi ini biasanya
digunakan untuk menjalin kerjasama dalam jangka waktu yang singkat,
strategi ini biasanya digunakan karena keinginan untuk mendapatkan
keuntungan yang paling besar tanpa mempertimbangkan konsekuensi di
masa depan dari kerjasama yang terjalin.
Strategi competitive dintandai dengan kedua belah pihak tidak percaya
satu sama lain. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mendorong pihak lawan
untuk menyerah dan menerima penawaran, sehingga pihak tersebut dapat
memenuhi kebutuhannya.
3) Accommodating (lose to win)
Strategi negosiasi accommodating atau lose to win merupakan strategi
yang dilakukan apabila hubungan dari sebuah kerjasama lebih diprioritaskan
ketimbang hasil dari negosiasi. Negosiator yang menggunakan strategi ini
lebih mempertimbangkan untuk membangun dan memperkuat citra kerjasama
dan menganut prinsip apabila pihak kedua puas, maka akan lebih mudah
untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Selain itu, negosiator yang
menggunakan strategi accommodating menargetkan sesuatu di masa yang
akan datang. Pola pikirnya adalah kerugian yang disebabkan pada negosiasi
sekarang akan menghasilkan keuntungan jangka panjang di masa yang akan
datang. Strategi accommodating bisa digunakan untuk menghasilkan rasa
saling ketergantungan. Strategi ini membuat keadaan seakan terus mengalah
menghasilkan kerugian, maka negosiator yang menggunakan strategi ini harus
pandai dalam mengendalikan kerugian.
4) Avoiding (lose-lose)
Strategi Avoiding atau lose-lose sangat jarang digunakan oleh para
negosiator namun strategi ini dapat bermanfaat pada situasi tertentu. Strategi
ini bukan bermaksud untuk rugi tapi menghindari kerugian. Strategi ini
biasanya dapat dilakukan ketika dalam kondisi negosiasi yang terus memakan
uang, waktu, maupun dapat mempertaruhkan hubungan kerjasama.
Negosiator yang menggunakan strategi avoiding berpikir bahwa
kebutuhannya bisa dipenuhi tanpa harus melakukan negosiasi. Faktor
pendukung lainnya yaitu hasil dari negosiasi yang bernilai sangat rendah
bahkan hubungan kerjasama yang tidak menjadi prioritas dibanding biaya
yang harus dikeluarkan.
5) Compromising (split the different)
Strategi compromising atau split the different ini merupakan gabungan
dari beberapa strategi negosiasi yang bertujuan untuk memperhitungkan dan
menganalisa efek dari negosiasi yang merangkap hubungan kerjasama dan
keuntungan yang di dapat dari negosiasi tersebut.
5. Pengambilan keputusan (Decision Making)
5.1.Pengertian pengambilan keputusan
Keputusan dibuat ketika seseorang harus membuat prediksi untuk masa
depan, memilih antara dua opsi atau lebih, atau memperkirakan frekuensi
kejadian berdasarkan sedikit informasi (Suharman S., 2005).
Menurut J. Reason (1990), pengambilan keputusan dapat dianggap
sebagai hasil dari proses kognitif atau mental yang menghasilkan pilihan
untuk memilih apa yang harus dilakukan. Reason mengatakan setiap proses
pengambilan keputusan selalu menghasilkan keputusan akhir. Sementara
menurut ahli lain, G.R Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang mungkin.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengambilan keputusan (decision making) merupakan suatu proses pemikiran
dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan dari prediksi kedepan.
5.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Menurut Terry factor-faktor yang mempengaruhi dalam Pengambilan
keputusan, yaitu :
a. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud yang emosional maupun
yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan.
Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi tetapi
harus lebih mementingkan kepentingan.
c. Membuat alternatif-alternatif tandingan.
d. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini
harus diubah menjadi tindakan fisik.
e. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup.
f. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil
yang baik.
g. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu
benar.
h. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian
kegiatan mata rantai berikutnya.
a. Faktor budaya, yang meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas
social
b. Faktor social, yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan
status
c. Faktor pribadi, yang termasuk usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri
d. Faktor psikologis, yang meliputi motivasi, presepsi, pengetahuan,
keyakinan dan pendirian.
5.3. Proses Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Kotler (2003) menjelaskan proses pengambilan keputusan antara lain
sebagai berikut :
1) Identifikasi
Dalam hal ini diharapkan mampu mengidentifikasi masalah yang
ada dalam suatu keadaan.
2) Pengumpulan dan penganalisis data
Pengambilan keputusan diharapkan dapat mengumpulkan dan
menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
3) Pembuatan Alternatif
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu
dipikirkan cara-cara pemecahannya.
4) Pemilihan salah satu alternative terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan
masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau
rekomendasi titik dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang
lama karena hal ini menentukan alternatif dipakai akan berhasil atau
sebaliknya.
5) Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seseorang mengambil keputusan
harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika
menerima dapat yang negatif, ia juga mempunyai alternatif yang lain.
6) Pemantauan dan pengevalusian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya seseorang tersebut dapat
mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.
Jadi proses pengambilan keputusan terstruktur atas identifikasi
masalah, pengumpulan dan analisis data, pembuatan alternatif-alternatif
kebijakan, pemilihan salah satu alternatif terbaik, pelaksanaan keputusan,
pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.
Pengujian Hipotesis
H0 : Strategi negosiasi yang diterapkan antara mahasiswa dengan orang tua berhasil.
H1 : Strategi negosiasi yang diterapkan antara mahasiswa dengan orang tua tidak
berhasil.
Jurnal Riset Terdahulu
Tabel 4. 1 Tabel Jurnal Riset Terdahulu
Judul: Pola Komunikasi Keluarga Metode: Pendekatan Hasil dari karya ilmiah tersebut adanya
di Mata Generasi Z kualitatif dengan metode implementasi pola komunikasi dalam
studi kasus dan teknik keluarga mereka. Kebersamaan adalah
Nama Peneliti: Desi Yoanita
analisis tematik (Thematic tidak terjadi secara otomatis, harus ada
Terbitan: Vol. 12, No. 1, Juli Analysis) komitmen untuk mengupayakannya.
2022, 33-42 DOI: Instant messaging merupakan
Teknik Pengumpulan data:
10.9744/scriptura.12.1.33-42 penunjang terjalinnya komunikasi yang
ISSN 1978-385X (Print) / ISSN FGD daring karena penelitian berkesinambungan dalam keluarga.
2655-4968 (Online) dilakukan saat pandemi Temuan juga memperlihatkan peran Ibu
Covid-19 sebagai jembatan komunikasi anak
Link Jurnal: dengan Ayah. Setiap keluarga memiliki
https://scriptura.petra.ac.id/index.p batasan tentang seberapa terbuka
hp/iko/article/view/24694 mereka satu sama lain. Ada topik-topik
yang bebas diangkat dalam diskusi
keluarga, namun ada juga topik-topik
yang tidak dibicarakan. Anak
memahami ketika orang tua memilih
tidak menceritakan masalah keluarga
demi menghindarkan anak dari stressor.
IDENTITAS JURNAL PROSEDUR PENELITIAN HASIL PENELITIAN
Judul: Kontribusi Orangtua Metode: Penelitian ini Karya ilmiah mengenai kontribusi
melalui Komunikasi Interpersonal menggunakan metode orangtua melalui komunikasi
Terhadap Coping Stress kuantitatif interpersonal yang telah dilakukan ini
Mahasiswa Akhir di Fakultas Ilmu mendapatkan hasil yang positif, yaitu
Sosial dan Politik Universitas Sam terdapat kontribusi komunikasi
Ratulangi Teknik Pengumpulan data: interpersonal orangtua terhadap coping
stress mahasiswa akhir sehingga dapat
Nama Peneliti: Reyvani S. Teknik pengumpulan data diartikan jika komunikasi interpersonal
Suryono, Mariam Sondakh, dan pada penelitian ini orangtua dilakukan dengan baik maka
Meiske Rembang dikumpulkan memakai daftar akan menghasilkan coping stress yang
angket atau pertanyaan baik pula. Namun dari hasil pengujian
Terbitan: Vol. 5 Nomor 1, 2023
tertulis secara terstruktur, koefisien determinasi didapati bahwa
[e-ISSN 2685 6999]
biasa disebut kuesioner. kontribusi yang dihasilkan sangat
Link Jurnal: rendah yaitu hanya 13,6%. Hal ini dapat
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/ind disebabkan karena coping stress
ex.php/actadiurnakomunikasi/artic merupakan upaya yang berorientasi
le/view/49068 kepada diri sendiri, dimana individu
mencari cara terbaik untuk mengurangi
rasa stres yang ditimbulkan dari
tekanan. Variabel yang terdapat dalam
penelitian ini ialah Komunikasi
Interpersonal sebagai variabel X dan
memiliki 5 indikator yaitu keterbukaan,
empati, dukungan, sikap positif, dan
kesetaraan. Sementara Coping Stress
sebagai variabel Y memiliki 7 indikator
yaitu instrumental action, cautiosness,
negotiation, escapism, minimization,
self blame dan seeking meaning yang
menjadi dasar dalam penyusunan angket
penelitian.
Judul: Komunikasi Interpersonal Metode: Penelitian ini Studi ini mengeksplorasi keterbukaan
Mahasiswa Laki-Laki Kepada menggunakan pendekatan anak laki-laki terhadap orang tua dalam
Orang Tua Di Stisip Widyapuri kualitatif komunikasi interpersonal. Dalam
Mandiri Sukabumi penelitian ini, kami melihat tiga aspek:
Teknik Pengumpulan data:
kemauan untuk terbuka, membuka diri,
Nama Peneliti: Fitri Annisa
Teknik pengumpulan data dan mengakui perasaan serta pikiran.
Rachmah, dan Fitri Natalia
pada penelitian ini Temuan menunjukkan bahwa mayoritas
Terbitan: No. 2 Volume 7 No. 2 menggunakan teknik mahasiswa laki-laki cenderung memilih
untuk tidak terbuka kepada orang tua
Agustus 2023 wawancara mereka. Beberapa alasan termasuk
jarangnya interaksi di rumah, tidak
adanya alat komunikasi, preferensi
STRATEGI NEGOSIASI
PERBEDAAN
KONFLIK
PENDAPAT
Internal:
1. Pahami tujuan Eksternal:
PENDEKATAN
masing-masing KOMUNIKASI Melibatkan pihak
pihak eksternal yang
2. Komunikasi terbuka netral
3. Jaga Emosi
4. Mencari Solusi
1. Metode karya ilmiah ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam
(indepth interview)
2. Partisispan : partisipan penelitian adalah orang tua dan mahasiswa yang memiliki
perbedaan persepsi,tujuan, dan harapan. Partisipan dipilih dengan teknik purposive
sampling berdasarkan kriteria tersebut.
3. Tahapan riset :
1) Persiapan (penyususnan instrumen wawancara, menentukan partisipan)
2) Pengumpulan data ( melakukan wawancara mendalam kepada partisipan, mencatat
hasil wawancara)
3) Analisis Data (Transkrip hasil wawancara, melakukan koding, menemukan tema )
4) Interpretasi data
5) Penarikan kesimpulan.
4. Luaran : Luaran karya ilmiah berupa jurnal, poster , dan video
5. Indikator Capaian :
1) Jumlah partisipan wawancara sesuai target dan sesuai kriteria
2) Terlaksananya tahapan pengumpulan dan analisis data
3) Tersusunnya artikel ilmiah sesuai standar publikasi jurnal.
JADWAL KAJIAN ILMIAH
1. Bagaimana anda menggambarkan pola negosiasi interpersonal anda dengan orang tua
anda?
2. Apa peran negosiasi dalam membangun hubungan anda dengan orang tua anda?
3. Bagaimana anda menilai efektivitas negosiasi antara anda dan orang tua dalam
memecahkan masalah atau konflik?
4. Apakah ada perubahan dalam pola negosiasi sejak anda dengan orangtua anda saat
menjadi mahasiswa?
5. Bagaimana anda menyampaikan aspirasi atau keinginan pribadi saat bernegosiasi
dengan orang tua anda?
6. Apakah perbedaan nilai atau pandangan antara anda dan orang tua mempengaruhi
negosiasi interpersonal?
7. Bagaimana cara menyeimbangkan keinginan pribadi anda dalam bernegosiasi untuk
memilih jurusan atau karier dengan ekspektasi dan harapan orang tua?
8. Bagaimana strategi yang efektif untuk bernegosiasi dengan orang tua mengenai
rencana studi, termasuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang?
9. Bagaimana cara bernegosiasi dalam membangun kepercayaan dengan orang tua anda
dalam membuat keputusan yang memengaruhi pendidikan atau masa depan?
10. Apa yang harus dilakukan jika ada perbedaan pandangan saat bernegosiasi antara
anda dengan orang tua anda terkait pilihan mata kuliah, perguruan tinggi, atau jalur
karier?
PEMBAHASAN
1. Pertanyaan: Apa peran negosiasi dalam membangun hubungan diri sendiri dengan
orang tua anda?
Jawaban: Oke, sebelumnya, negosiasi itu sendiri kan digunakan untuk menjembatani
dua kepentingan berbeda, ya. Agar terjadi suatu kesepakatan jendela kedua belah
pihak. Nah, apa sih peran negosiasi dalam membangun hubungan diri sendiri dengan
orang tua? Oke, misalkan aku nih. Misalkan, ayahku maunya tuh aku kuliah di
Perguruan Tinggi Negeri, sedangkan aku maunya di Universitas Mercubuana. Karena,
satu, jaraknya dekat. Yang kedua, ada program beasiswanya. Lalu, bagaimana sih
supaya negosiasi aku dengan orang tua aku berjalan lancar, aku menawarkan win-win
solution. Bagaimana jika aku bisa mendapatkan program beasiswa itu, beasiswa 4
tahun full, ayahku jadinya tidak perlu membayar uang kuliah selama 4 tahun full.
Nah, jadi menurut aku, peran negosiasi dalam membangun hubungan aku dengan
orang tua aku itu sangat penting. Jadi kita sama-sama menemukan apa yang kita
inginkan, apa yang menjadi kepentingan bagi masing-masing individu antara aku dan
orang tua aku. Dua-duanya menguntungkan.
Analisis: menurut analisis kelompok kami terhadap jawaban dari pertanyaan nomor
1, yaitu bahwa negosiasi ini sangat penting untuk membangun hubungan Amirah dan
orangtuanya, karena sama sama bisa menemukan apa yang saling diingikan dari
kedua belah pihak. Untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan Amirah
dan orangtua nya, dengan menawarkan win win solution yaitu Amirah mendapatkan
program beasiswa 4 tahun full sehingga orang tuanya percaya Amirah bisa berkuliah
di Universitas Mercu Buana dan tidak memaksa Amirah untuk berkuliah di Perguruan
Tinggi Negeri.
Secara keseluruhan dari analisis tersebut terdapat pendekatan yang diambil adalah
positif dan mengarah pada upaya untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh
kedua belah pihak, sehingga mendukung pembangunan hubungan yang sehat antara
Amirah dan orang tuanya.
2. Pertanyaan: Bagaimana anda menilai efektivitas negosiasi antara anda dan orang
tua dalam memecahkan masalah atau konflik?
Jawaban: Menurut aku cukup efektif ya negosiasi antara aku dan orang tua untuk
memecahkan masalah atau konflik. Yang penting kita itu bernegosiasi itu
menjelaskannya dengan jelas dan tepat. Nada suara kita juga perlu diperhatikan,
terutama kita pernegosiasi dengan orang tua ya kan. Makadar itu perlu diperhatikan
karena nada suara sendiri juga bisa membantu kita untuk mendapatkan apa yang kita
inginkan atau malah merusaknya. Maka dari itu penting untuk nada suara untuk
mencapai efektifitas pernegosiasi. Selain itu juga kita harus mendengarkan apa yang
disampaikan oleh orang tua kita atau lawan bicara dengan baik. Jangan sampai
memotong gitu ya kan, menyalah. Padahal yang ingin disampaikan belum tentu sama
dengan apa yang kita pikirkan. Terkadang seperti itu, jadi gak efektif gitu. Misalkan
dijelaskannya baru sampai ok, tapi kita udah potong, ternyata predikatnya belum
dijelaskan. Nah, jadi gak nyampe gitu. Gak sama ya kan, gak efektif negosiasinya.
Dan yaudah, tidak terjadi kesepakatan bersama yang menyenangkan. Makadar itu
untuk mencapai efektifitas negosiasi, pentingnya diperhatikan kejelasan dalam
menjelaskan. Terus nada suara dan selalu menghargai lawan bicara saat berbicara.
Jadi kenapa sebelumnya aku bilang cukup efektif? Karena terkadang kita tidak sama-
sama mencapai kepentingan yang kita ingin capai. Tidak mencapai kesepakatan
bersama. Kadang berat belah gitu kan, jadi kayak misalkan mungkin harus aku yang
mengalah, atau orang tua aku yang mengalah, dan mengerti gitu. Apa yang jadinya
inginnya aku, atau sebaliknya. Makadar itu, sebenarnya negosiasi itu cukup efektif.
Walaupun tidak mencapai kesepakatan bersama. Karena selain bisa membangun
hubungan baik antara aku dan orang tuaku, itu juga bisa menumbuhkan masing-
masing rasa kepercayaan satu sama lain. Jadi jelas gitu kan, apa sih yang dimau anak
ini, apa sih yang dimau orang tua aku, kenapa aku harus seperti itu, kenapa aku harus
seperti ini, oke aku akan melakukannya. Kurang lebih. Jadi cukup efektif jika ada
negosiasi antara aku dan orang tuaku.
Analisis: menurut analisis kelompok kami terhadap jawaban dari pertanyaan nomor
2, yaitu cukup efektif , walaupun tidak mencapai kesepakatan bersama. Karena selain
bisa membangun hubungan baik antara Amirah dan orang tuanya, itu juga bisa
menumbuhkan masing-masing rasa kepercayaan satu sama lain. yang terpenting saat
bernegosiasi antara Amirah dan orangtua nya seperti melakukan komunikasi yang
jelas dan tepat dengan topic yang dibahas, nada suara juga harus diperhatikan karena,
sebagai elemen penting dalam negosiasi, terutama ketika berhadapan dengan orang
tua. penggunaan nada suara yang tepat dapat membantu membangun suasana positif
dan mendukung tujuan negosiasi, setelah itu harus menjadi pendengar yang baik saat
bernegosiasi dengan orang tuanya dengan tidak memotong perkataan orang tuanya
dan saling menghargai dari kedua
belah pihak.
3. Pertanyaan: Apakah ada perubahan dalam pola negosiasi sejak anda dengan
orangtua anda saat menjadi mahasiswa?
Jawaban: Tentu ada perubahan pola negosiasi antara saya dan orang tua saya
semenjak saya jadi mahasiswa. Mungkin yang sebelumnya saya lebih pasif. Semenjak
saya jadi mahasiswa juga, saya jadi lebih berani mengeluarkan pendapat saya sendiri
atau keinginan saya sendiri. Jadi pola komunikasinya lebih asertif bervariasi.
Analisis: menurut analisis kelompok kami terhadap jawaban dari pertanyaan nomor
3, yaitu adanya perubahan pola komunikasinya lebih asertif bervariasi, seperti di saat
bernegosiasi antara Amirah dan orang tuanya pada saat menjadi mahasiswa Amirah
menjadi lebih berani mengeluarkan pendapatnya saat mempunyai keinginannya
sendiri.
Secara keseluruhan dari analisis tersebut yaitu menunjukkan evolusi dalam pola
komunikasi dalam bernegosiasi antara Amirah dan orang tua nya seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya Amirah sebagai mahasiswa, hal ini
mencerminkan eksplorasi diri Amirah dalam fase kehidupan yang kritis.
Jawaban: Cara saya menyampaikan aspirasi atau keinginan pribadi saat bernegosiasi
dengan orang tua, pertama-tama aku lihat dulu keadaan mereka saat psikologi aman,
mood aman, terus cara financial juga stabil. Jadi kan biasanya financial ngaruh ke
mood tuh. Pokoknya di saat mereka lagi stable ya. Habis itu, kita sampaikan secara
sopan, jelas, dan tenang. Setelah itu, kalau aku biasanya mental sama orang tua aku
tuh, kalau bisa dari egois dan momen aku sendiri, karena kalau aku terlalu menekan,
nggak mikirin keadaan orang tua aku juga, ya pasti ayahku jadi, atau mamaku juga
jadi, kurang setuju sama keinginan atau aspirasi yang aku sampaikan.
Analisis: menurut analisis kelompok kami terhadap jawaban dari pertanyaan nomor
4, yaitu cara Amirah menyampaikan keinginannya, yang Amirah lakukan melihat
keadaan apakah mood orang tua nya sedang baik apa buruk, keadaan financial, serta
psikologis mereka karena itu sangat berpengaruh pada saat Amirah menyampaikan
keinginannya, jika orang tuanya sedang stabil Amirah langsung menyampaikan
keinginannya secara sopan, jelas, dan tenang, pada saat orang tuanya tidak setuju
terhadap keinginan Amirah, Amirah bisa bersikap egois tanpa memikirkan keadaan
orang tuanya.
5. Pertanyaan: Apakah perbedaan nilai atau pandangan antara Anda dan orang tua
mempengaruhi negosiasi interpersonal?
Jawaban: Sangat mempengaruhi ya, misalkan di bidang pendidikan. Orang tua kita
zaman dulu kan tahunya kalau mau sukses ya kita minimal harus S1, dan bekerja di
perusahaan yang besar. Sedangkan, zaman sekarang itu, semuanya sudah serba digital.
Bahkan kita kerja dari rumah, work from anywhere, work from house itu bisa, from
home also. Terus, yang penting kita punya skill, skill kita apa nih, design. Dari rumah
pun bisa, dan kliennya pun bisa dari mana saja. Bisa jadi dari luar negeri kah, dari
negara sendiri, dan itu lebih menguntungkan. Apalagi kalau misalkan kita punya klien
dari luar negeri. Nah, orang tua kita tuh nggak faham itu. Jadi, mikirnya ya kalau di
rumah, ya juga itu safe. Cuman gimana caranya kita memberi pemahaman, dan
bagaimana orang tua kita mendengarkan apa yang kita sampaikan dengan baik. Untuk
hal itu kita harus jelas, dan kita juga harus kasih tahu sih, akhirnya itu seberapa sih.
Kayak gimana sih cara kerjanya supaya nggak jadi clash gitu kan. Antara kita dengan
orang tua kita, jadi saling memahami. Ini berpengaruh sekali sih, perbedaan
pandangan dan nilai itu terhadap negosiasi antara kita dengan orang tua.
Analisis: menurut analisis kelompok kami terhadap jawaban dari pertanyaan nomor
5, yaitu antara pandangan Amirah dan orang tuanya sangat berpengaruh seperti di
bidang pendidikan dari pandagan orang tuanya jika ingin sukses harus mendapat gelar
S1, dan bekerja di perusahaan besar, sedangkan dari pandangan Amirah zaman
sekarang sudah digital bukan hanya bidang pendidikan saja yang dikejar tetapi
memiliki skill yang menguntungkan seperti design, tetapi balik lagi bagaimana cara
Amirah memberikan pemahaman terhadap pandangan Amirah dan orang tuanya agar
tidak terjadi permasalahan saat bernegosiasi terhadap pandangan yang berbeda.
Jawaban: Mungkin kita gabisa sepenuhnya memenuhi ekspektasi atau harapan orang
tua kita, tapi disisi lain, kita bisa menunjukkan dengan cara, misalkan aku nih ya, aku
kuliahnya memang ekonomi manajemen, tapi aku sebenernya punya skill dan hobi di
bidang lain, sebenernya aku emang dari awal pengen broadcast, tapi karena satu dan
lain hal aku masuk di ekonomi manajemen. nah gimana sih caranya keinginan pribadi
aku tetap terlaksana? aku bisa meluangkan waktuku untuk kerja sampingan atau
freelance di bidang tersebut yaitu fotografi dan videografi dsb. jadi, disaat orang tua
aku berekspektasi atau berharap aku sukses di jurusan kuliah yang mereka inginkan,
disisi lain aku berkarir di bidang yang aku inginkan, jadi seimbang gitu orang tua aku
maunya apa dan aku tetap bisa menjalani apa yang aku mau juga, seperti itu sih, yang
penting dua duanya berjalan dengan lancar, jangan sampe ada yang miss dan
selesaikan dengan baik masing-masing dari pekerjaannya.
Jawaban: Strategi paling efektif ya? Mungkin dari awal-awal sudah sering bahas,
kalo misalkan untuk bernegosiasi perlu menjelaskan secara detail apa yang menjadi
keinginan kita. Nah mungkin strategi yang paling efektif selain dijelaskan, adakalanya
kita bisa buat sebuah perjanjian antara aku dengan orang tua supaya mereka lebih
yakin gitu, untuk menambah keyakinan mereka terhadap apa yang aku ingin aku
ambil keputusannya, yang aku ingin jalani baik untuk tujuan jangka panjang maupun
jangka pendek. Nah selain itu, untuk jangka pendeknya mungkin kita bisa buktikan
dengan nilai-nilai terbaik kita, kegiatan-kegiatan positif kita, supaya orang tua kita tuh
ikhlas gitu dengan keputusan kita. Lalu untuk jangka panjangnya kita bisa lagi-lagi
memberikan pembuktian-pembuktian atas janji-janji yang kita buat sebelumnya
dengan orang tua kita dapat kita tepati gitu. Kita juga sukses di bidang tersebut, karir
tersebut, untuk jangka panjangnya. Maka menurut aku, strategi yang efektif itu selain
memberikan win-win solution, manfaat yang sama-sama menguntungkan, mungkin
bisa ditambah dengan membuat sebuah perjanjian.
Analisis: Menurut Amirah, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan, seperti
menjelaskan secara detail apa yang menjadi keinginannya serta membuat perjanjian
antara Amirah dengan kedua orang tuanya agar semakin yakin terhadap keputusan
yang dipilih oleh anaknya. Strategi untuk tujuan jangka pendek yang dipakai Amirah
adalah membuktikan dengan nilai-nilai terbaik yang bisa didapatkan serta
menjalankan kegiatan-kegiatan positif agar orang tuanya dapat menerima keputusan
Amirah. Secara tidak langsung Amirah menerapkan strategi win-win solution.
Jawaban: Menurut aku, sebelum kita bernegosiasi ada baiknya kita memupuk
kepercayaan orang tua kita dengan beberapa pembuktian yang jelas. Misalkan, aku
suka bahasa inggris, di jaman SMA, aku memberi beberapa bukti kalau aku
berprestasi sekali di bidang tersebut. Aku bisa lomba debat atau lomba sampai tingkat
nasional, aku bisa ikut lomba news presenter, news anchor. Nah terus pada akhirnya,
misalkan kita ingin membuat keputusan di zaman kuliahnya ingin masuk ke sastra
inggris, "Ayah aku ingin masuk jurusan sastra Inggris" mungkin dipikiran orang tua
kita seperti "hah sastra, nanti anak saya kerja apa" gitu kan, nah mungkin memang ada
beberapa pertanyaan yang tumbuh di dalam pikiran mereka, tapi di sisi lain kita telah
memupuk beberapa pembuktian kan, "oh iya tapi kan anak saya memang
berkemampuan di bidang tersebut, pada zaman SMA anak saya udah beberapa kali
ikut lomba, berprestasi dan menang juara satu, ada gitu prestasinya di bidang
tersebut". Jadi, mereka udah percaya 50%, nah sisanya gimana sih supaya
kepercayaan orang tua kita bener bener percaya gitu sama keputusan dan keinginan
kita yang mempengaruhi pendidikan atau masa depan kita? Sisanya, saat kita
negosiasi kita jelaskan kenapa harus keputusannya seperti itu, kita jelaskan dengan
jelas, dengan tenang, apa benefitnya, apa impact kedepannya, dijelaskan secara rinci
dan detail, seperti itu. Kalo misalkan aku yakin sih kurang lebih 80-90% mungkin
orang tua kita akan setuju dengan keputusan kita. Maka dari itu, yaitu jawabannya
adalah kita perlu beberapa pembuktian sebelum kita bernegosiasi.
Analisis: Menurut Amirah cara membangun kepercayaan orang tuanya adalah dengan
memberikan bukti yang jelas, seperti saat SMA dulu, Amirah sangat berprestasi dalam
bidang bahasa inggris. Amirah mengikuti banyak lomba debat sampai juara tingkat
nasional. Selain itu, Amirah juga mengikuti lomba news presenter dan news anchor.
Dengan bukti prestasi tersebut, yang awalnya orang tuanya meragukan akhirnya bisa
diyakinkan walaupun baru setengah, belum sepenuhnya. Amirah mengatakan, sisanya
kepercayaan dapat dibangun dengan cara menjelaskan secara detail dan rinci
keputusan yang ingin diambil, seperti menjelaskan apa saja benefit dan impact yang
akan didapatkan. Selain menjelaskan dengan jelas, Amirah perlu menjelaskan dengan
tenang, agar tidak ada konflik yang ditimbulkan.
9. Pertanyaan: Apa yang harus dilakukan jika ada perbedaan pandangan saat
bernegosiasi antara diri sendiri dengan orang tua, terkait pilihan mata kuliah,
perguruan tinggi, atau jalur karier?
Jawaban: case ini kurang lebih jawaban aku sama ya, sama di nomor 1 tentang
pendidikan atau pemilihan perguruan tinggi. jadi, disaat ada perbedaan pandangan
saat bernegosiasi dengan orang tua kita, ya seperti itu, aku menawarkan sesuatu yang
bersifat win-win solution dikala orang tua aku lebih yakin dengan pilihan mereka, aku
juga berpendirian teguh dengan pilihan aku, dan aku menjelaskan kenapa aku harus
milih perguruan tinggi itu atau jalur karier tersebut, ya aku jelasin, untungnya apa sih
dari pemilihan jalur karier tersebut atau perguruan tinggi yang aku inginkan, aku
jelasin supaya orang tua aku dapat mengerti kenapa aku memilih itu dan apasih
untungnya untuk anakku, untuk orang tua aku sendiri kedepannya. Jadi, kita juga kalo
milih sebisa mungkin harus bijak, bijak untuk kebaikan masing-masing, kebaikan
bersama. Tapi, kalo misalkan tidak menemukan jalan yang sama, mungkin adakalanya
ya perbedaan pandangan itu tetap ada dan pada akhirnya semua masih pada
kepercayaan masing-masing, misalnya ayah aku lebih percaya anaknya di perguruan
tinggi ini atau dengan jalur karier seperti ini lebih baik, nah aku juga masih
berpendirian teguh "ah tidak, aku lebih baik di jalur karier ini" karena sejatinya yang
tau diri aku sendiri ya aku gitukan kurang lebih, ya mungkin emang orang juga bisa
melihat skill atau talenta yang kita miliki, tapi pada akhirnya yang menjalani itu kita
sendiri. Jadi, aku sih disaat ada perbedaan pandangan saat bernegosiasi seperti itu ya
mungkin aku akan berusaha menjelaskannya, keuntungannya seperti apa, bagaimana
kalo misalkan kurang bisa diterima, ya aku tetep berusaha untuk memberikan manfaat
bagi semuanya.
Analisis: Dalam mengatasi perbedaan pandangan dalam hal pendidikan dan karir
antara Amirah dengan orang tuanya yaitu dengan cara win-win solution. Amirah
menuruti permintaan orang tuanya yang ingin anaknya berkuliah dengan jurusan
ekonomi manajemen, tetapi dalam hal karir, Amirah berusaha berpegang teguh pada
keputusannya, karena menurut Amirah, yang menjalani itu semua pada akhirnya
adalah diri sendiri. Amirah berusaha meyakinkan orang tuanya bahwa keputusan yang
diambil Amira adalah benar dengan cara menjelaskan apa saja benefit yang
didapatkan, baik untuk orang tuanya maupun untuk Amirah sendiri. Amirah
mengatakan bahwa keputusan yang diambil harus bijak dan untuk kebaikan bersama.
Jawaban: Awalnya aku menjelaskan, mengutarakan pendapat aku, nah orang tua aku
mendengarkan. Setelah itu, biasanya Ayah aku memberikan pertanyaan-pertanyaan
kayak "itu penting gak buat kamu?" atau "apa tidak sebaiknya seperti ini seperti itu?"
lalu aku biasanya tetep pada pendirian aku dan aku menjelaskan benefit-benefit dari
keinginan aku. Lalu mungkin Ayah aku akhirnya "oh yaudah, oke boleh, tapi dengan
cara gini gini gini". Jadi polanya tuh gitu, seperti tarik ulur. Kadang Ayah aku oke,
kadang tidak terlalu setuju tapi pada akhirnya beliau menyetujuinya, karena ya
mungkin demi kebaikan anaknya sendiri.
Analisis: Amirah menggambarkan pola negosiasi antara dirinya dengan orang tuanya
seperti tarik ulur. Awalnya Amirah mengutarakan pendapat dan keinginannya, lalu
orang tuanya meyakinkan Amirah dengan bertanya apakah hal itu penting atau tidak
bagi Amirah. Lalu biasanya orang tuanya mencoba memberikan opsi lain tetapi
Amirah tetap pada pendiriannya. Walaupun orang tuanya menyetujui keputusan
Amirah, Orang tuanya tetap memberikan pendapatnya sebagai orang tua yang
menginginkan keputusan terbaik untuk anaknya.
Dokumentasi Wawancara
Gambar 1. 2 Dokumentasi Wawancara Melalui Sosmed
Susunan Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Tabel 4. 3 Tabel Susunan Tim Peneliti dan Pembagian Tugas