Anda di halaman 1dari 15

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peraturan-peraturan Lalu Lintas

Pengertian lalu lintas menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sebagai
prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan
dengan fasilitas pendukungnya. Dalam lalu lintas terdapat 3 sistem komponen yang saling berkaitan
dalam lalu lintas yaitu diantaranya, manusia, kendaraan, dan jalan.

Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman,
cepat, tertib, dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di
jalan diatur dengan peraturan perundang-undangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas
menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas, dan pengendalian arus di persimpangan. Kegiatan
penetapan kebijaksanaan lalu lintas antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan
maksimum dan/atau minimum. larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau perintah bagi pengguna
jalan. Berikut pasal-pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang perlu ditaati oleh pengguna jalan, antara lain:

1) Pasal 105 "Setiap orang yang menggunakan Jalan wajib a. Berperilaku tertib; dan/atau

b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, mambahayakan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan Jalan.

2) Pasal 106 ayat (1)

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya
dengan wajar dan penuh konsentrasi,"

3) Pasal 106 ayat (2)

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib


mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda."

4) Pasal 106 ayat (3)

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan tentang
persyaratan teknis dan laik jalan."

5) Pasal 106 ayat (4)

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan:"

a. rambu perintah atau rambu larangan:

b. Marka Jalan;

c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas:

d. gerakan Lalu Lintas;

e. berhenti dan Parkir,

f. peringatan dengan bunyi dan sinar,

g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau


h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.

Pasal 106 ayat (5)

"Pada saat diadakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang mengemudikan
Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:"

a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba

Kendaraan Bermotor;

b. Surat Izin Mengemudi;

c. bukti lulus uji berkala; dan/atau

d. tanda bukti lain yang sah.

7) Pasal 106 ayat (8)

"Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda

Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional

Indonesia."

8) Pasal 106 ayat (9)


"Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tanpa kereta samping

dilarang membawa Penumpang lebih dari 1 (satu) orang."

"Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dilakukan oleh:"

a. Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

9) Pasal 264

10) Pasal 265 ayat (1)

"Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 264 meliputi pemeriksaan:"

a. Surat Izin Mengemudi. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan
Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor, atau Tanda Coba Kendaraan Bermotor, b. tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji;

c. fisik Kendaraan Bermotor,


d. daya angkut dan/atau cara pengangkutan barang; dan/atau

c. izin penyelenggaraan angkutan.

2.2 Denda dan Saksi Pelanggaran Lalu Lintas

Secara etimologi sanksi berarti tindakan hukum untuk memaksa orang menepati janji atau sebagai
tindakan hukuman. "Menurut Karni dalam bukunya "Ringkasan tentang Hukum Pidana", menyatakan
bahwa hukuman atau sanksi adalah: "Suatu sengsara (mara atau nestapa) yang kita harus merasai, oleh
karena kita melakukan perbuatan atau menimbulkan peristiwa yang dilarang dan diancam oleh hukum.
Sanksi pada umumnya adalah alat pemaksa agar seseorang mentaati norma-norma yang berlaku. Sanksi
terhadap pelanggaran norma keagamaan misalnya ialah bahwa terhadap pelanggar kelak akan
mendapat siksa neraka, contoh lain sanksi terhadap pelanggar norma kesusilaan ialah pengucilan dari
pergaulan masyarakat yang bersangkutan.

Sanksi denda adalah salah satu dari sanksi pokok dalam stelsel pidana Indonesia. Pidana denda
merupakan salah satu jenis pidana pokok yang diancamkan dan terutama ditujukan terhadap harta
kekayaan atau harta benda dari seseorang pelaku karena melanggar ketentuan Undang-undang Hukum
Pidana yang berlaku. Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana pokok dalam hukum pidana
Indonesia yang merupakan bentuk pidana tertua dan lebih tua dari pidana penjara dan setua pidana
mati. Pidana denda terdapat pada setiap masyarakat, termasuk masyarakat primitif walaupun
bentuknya bersifat primitif karena sejak aman Majapahit mengenal pidana denda. Pidana denda sendiri
adalah hukuman berupa kewajiban bagi seseorang yang telah melanggar larangan dalam rangka
mengembalikan keseimbangan hukum atau menebus kesalahan dengan pembayaran sejumlah uang
tertentu.

Bukti pelanggaran disingkat tilang adalah denda yang dikenakan oleh Polisi kepada pengguna jalan yang
melanggar peraturan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, yang disahkan DPR pada 22 Juni 2009. Berikut daftar tilang untuk kendaraan bermotor
terhadap pelanggaran lalu lintas, seperti dikutip dari situs web Polri. 1. Setiap pengendara kendaraan
bermotor yang tidak memiliki SIM dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda
paling banyak Rp1 juta (Pasal 281). 2. Setiap pengendara kendaraan bermotor yang memiliki SIM namun
tak dapat menunjukkannya saat razia dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda
paling banyak Rp250 ribu (Pasal 288 ayat 2).

3. Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp500 ribu (Pasal 280).

4. Setiap pengendara sepeda motor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan seperti spion,
lampu utama, lampu rem, klakson, pengukur kecepatan, dan knalpot dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp250 ribu (Pasal 285 ayat 1).

5. Setiap pengendara mobil yang tidak memenuhi persyaratan teknis seperti spion, klakson, lampu
utama, lampu mundur, lampu rem, kaca depan, bumper, penghapus kaca dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp500 ribu (Pasal 285 ayat 2).

6. Setiap pengendara mobil yang tidak dilengkapi dengan perlengkapan berupa ban cadangan, segitiga
pengaman, dongkrak. pembuka roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp250 ribu (Pasal 278),

7. Setiap pengendara yang melanggar rambu lalu lintas dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2
bulan atau denda paling banyak Rp500 ribu (Pasal 287 ayat 1).

8. Setiap pengendara yang melanggar aturan batas kecepatan paling

tinggi atau paling rendah dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp500 ribu (Pasal 287 ayat 5). 9. Setiap pengendara yang tidak
dilengkapi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda


paling banyak Rp500 ribu (Pasal 288 ayat 1).

10. Setiap pengemudi atau penumpang yang duduk disamping pengemudi mobil tak mengenakan sabuk
keselamatan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp250
ribu (Pasal 289).

11. Setiap pengendara atau penumpang sepeda motor yang tak mengenakan helm standar nasional
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp250 ribu (Pasal 291
ayat 1).

12. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama
pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah). (Pasal 293 ayat 1).

13. Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang
hari sebagaimana dimaksud dalam pasal 107 ayat(2) dipidana dengan kurungan paling lama 15 (lima
belas) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah). (Pasal 293 ayat 2). 14. Setiap
pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau balik arah tanpa memberi isyarat lampu dipidana
kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp250 ribu (Pasal 294).

Dalam Penegakan Hukum di Indonesia ada undang-undang yang dikhususkan untuk mengatur tentang
anak yang terlibat hukum seperti UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU
SPPA). UU SPPA ini merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak ("UU Pengadilan Anak") yang bertujuan agar dapat terwujud peradilan yang benar-benar
menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Menurut
UU SPPA, seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu tindakan, bagi
pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 tahun (Pasal 69 ayat (2) UU SPPA) dan Pidana, bagi
pelaku tindak pidana yang berumur 15 tahun ke atas.

Dalam hukum pidana pelanggaran lalu lintas juga ada aturan tersendiri untuk mereka yang belum cukup
umur yang melanggar. Contohnya anak yang belum cukup umur yang nekat mengendarai motor bisa
juga dihukum pidana. Berikut adalah pasal undang-undang yang mengatur pelanggar lalu lintas yang
masih dibawah umur :
⚫ UU Nomor 22 Tahun 2009 pasal 77 ayat 1. Pasal itu mengatur bahwa siapapun yang mengemudikan
kendaraan bermotor dibutuhkan Surat Izin Mengmudi (SIM) sesuai dengan kendaraan yang
dikemudikan.

UU Nomor 22 Tahun 2009 pasal 81, yang menyebutkan tentang persayaratan usia yang layak
mendapatkan SIM. Untuk mendapatkan SIM C dan SIM A, pengemudi harus berusia minimal 17 tahun.
Sedangkan untuk mengurus SIM BI minimal usia yang dipersyaratkan adalah 20 tahun, SIM B2 minimal
berusia 21 tahun.

⚫ UU Nomor 22 Tahun 2009 pasal 281. Dalam pasal ini juga disebutkan soal anacaman hukuman bagi
pengendara motor yang tidak memiliki SIM. Bahwa, pengemudi yang tidak menunjukkan SIM bisa
terjerat pidana kurungan penjara selama maksimal 4 (empat) bulan, atau denda maksimal 1 juta rupiah.

⚫ UU Nomor 22 Tahun 2009 pasal 310. Disebutkan bahwa, jika dalam kegiatan berkendara tersebut
mengakibatkan kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, ada ancaman pidana yang pasti akan jatuh
ke mereka yang tak memiliki SIM. Pidana tersebut adalah denda 1 juta hingga 12 juta rupiah hingga
kurungan penjara 6 bulan sampai 6 tahun.

Beberapa aparat kepolisian masih salah kaprah dalam menerapkan tindakan terhadap anak yang
melakukan pelanggaran lalu lintas. Hal ini dikarenakan keseluruhan berkas perkara tilang, tidak pernah
dikualifir berdasarkan usia. Melainkan langsung diproses dan keseluruhannya dijatuhi sanksi berupa
pembayaran sejumlah denda. Hal ini tentu bertentangan dengan nafas UU SPPA dimana penanganan
terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, haruslah mengedepankan penerapan restoratif justice,
dimana anak yang melanggar ditindak dengan mengedepankan diversi.

Penindakan lanjutan terhadap anak yang melakukan pelanggaran lalu lintas, tidak dibedakan antara
pelanggar anak dan pelanggar dewasa. Upaya dan peranan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam
menanggulangi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak di bawah umur yaitu untuk
menanggulangi terjadinya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah, yaitu dengan cara
melakukan sosialisasi penyuluhan tertib berlalu lintas di sekolah-sekolah, agar mereka paham tentang
berkendara baik dan benar. Jika masih ada yang melanggar, maka di lakukan upaya represif, upaya ini
diambil oleh aparat kepolisian untuk menindak langsung anak dibawah umur yang melakukan
pelanggaran lalu lintas dan berguna untuk memberi efek jera terhadap anak dibawah umur yang
melakukan pelanggaran. Beberapaaparat kepolisian masih salah kaprah dalam menerapkan tindakan
terhadap anak yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Hal ini dikarenakan keseluruhan berkas perkara
tilang, tidak pernah dikualifir berdasarkan usia. Melainkan langsung diproses dan keseluruhannya
dijatuhi sanksi berupa pembayaran sejumlah denda. Hal ini tentu bertentangan dengan nafas UU SPPA
dimana penanganan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, haruslah mengedepankan
penerapan restoratif justice, dimana anak yang melanggar ditindak dengan mengedepankan diversi.

2.3 Pelanggaran Lalu Lintas

Pengertian lalu lintas dalam kaitannya dengan lalu lintas jalan, Ramdlon Naning menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas jalan adalah perbuatan atau tindakan yang bertentangan
dengan ketentuan- ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas. 2 Pelanggaran yang dimaksud
di atas adalah pelanggaran yang sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-undang Nomor 22 Tahun
2009 yang berbunyi:

1. Berperilaku tertib dan/atau

2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan. Dari berbagai pengertian di atas
dapat diartikan bahwa pelanggaran adalah suatu perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan
ketentuan undang-undang ini biasanya suatu perbuatan yang dalam pemenuhan akibat hukumnya
dikenakan sanksi yang berupa sanksi administrasi, denda maupun kurungan. Jenis dan sanksinya adalah
seperti berikut:

1) Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) Pasal 281 UU 22/2009 - Pengemudi yang tidak memiliki
SIM sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan diancam dengan pidana kurungan
paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000.

) Tidak Memiliki Surat Tanda Nomer Kendaraan (STNK)

Pasal 288 ayat 1 UU 22/2009 - Pengemudi yang tidak memiliki STNK atau Surat Tanda Coba Kendaraan
Bermotor diancam pidana

kurungan 2 bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000. 3) Tidak Memasang Tanda Nomer Kendaraan

Pasal 280 UU 22/2009 - Pengemudi yang tidak memasang Tanda


Nomor Kendaraan saat berkendara diancam pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling
banyak Rp. 500.000

4) Melebihi Kecepatan Berkendara

Pasal 287 ayat 5 UU 22/2009 - Pengemudi yang pada melebihi aturan kecepatan berkendara, baik
kecepatan minimum maupun kecepatan maksimum diancam pidana kurungan paling lama 2 bulan atau
denda paling banyak Rp. 500.000

5) Tidak Menggunakan Sabuk Pengaman

Pasal 289 UU 22/2009 - Pengemudi atau penumpang di samping pengemudi yang tidak mengenakan
sabuk keselamatan diancam pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000

6) Tidak Menggunakan Helm SNI

Pasal 291 ayat 1 UU 22/2009- Pengemudi kendaraan roda dua yang tidak menggunakan helm Standar
Nasional (SNI) pada saat berkendara diancam pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp. 250.000

7) Tidak Menyalakan Lampu Utama Pada Malam dan Siang Hari Pasal 293 ayat 1 UU 22/2009 -
Pengemudi yang tidak menyalakan lampu utama saat berkendara pada malam hari diancam dengan
pidana kurungna paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000

Pasal 293 ayat 2 UU 22/2009 - Pengemudi yang tidak menyalakan lampu utama saat berkendara pada
siang hari diancam dengan pidana kurungna paling lama 15 hari atau denda paling banyak Rp. 100.000

8) Tidak Mematuhi Rambu Lalu Lintas

Pasal 287 ayat 1 UU 22/2009 - Pengemudi yang tidak mematuhi rambu lalu lintas atau marka jalan
diancam pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000

Adapula pelanggaran berlalulintas yang kerap dilakukan oleh pengendara yang khususnya masih berada
dibawah persyaratan umur. Sudah jelas bahwa orang yang diizinkan mengendarai motor di jalan raya
adalah yang suda punya SIM (Surat Izin Mengemudi). Selain itu, bocah-bocah yang nekat mengendarai
sepeda motor di jalan raya bisa sangat berbahaya, karena masih sangat labil. Adapun faktor-faktor yang
mendorong pengemudi dibawah umur yaitu:

a. Faktor Internal

• Orangtua
Keluarga adalah faktor terpenting dari permasalahan penggunaan kendaraan bermotor oleh
anak di bawah umur. Apabila tidak terdapat ketegasan pada orang tua dan mengizinkan, maka anak-
anak dapat menganggap hal yang diizinkan oleh orangtuanya yaitu berarti hal yang benar dan tidak
merasa terbebani ketika membawa kendaraan di jalan raya. Ekonomi Kebanyakan keluarga yang
memiliki perekonomian menengah ke atas, memiliki kendaraan bermotor. Dan terlebih lagi, ada
beberapa orang tua yang memberikan motor kepada anaknya dikarenakan menghitung-hitung daripada
menyewa jasa ojek setiap harinya yang pastinya akan menjadi lebih boros.

• Kebutuhan Pribadi Pada poin yang satu ini paling sering anak-anak terdorong untuk menggunakan
kendaraan bermotor karena jarak yang ditempuh lumayan jauh, jadi mereka kerap berfikir untuk
menempuh jarak tersebut lebih baik menggunakan kendaraan bermotor. Karena selain lebih efisien, hal
tersebut lebih menghemat tenaga.

b. Faktor Eksternal

⚫ Teman Sebaya

Gengsi adalah hal yang kerap terjadi di pergaulan anak-anak zaman sekarang. Pada hal ini, banyak anak-
anak yang tidak mau kalah mewah daripada teman-temannya. Maka dari itu mereka memberanikan diri
untuk membawa kendaraan bermotor.

⚫ Lingkungan

Pada faktor ini sering menjadi alasan utama di karenakan, rumah dari anak-anak tersebut yang kerap
jauh dari sekolah mereka. Dengan alasan tersebut, kebanyakan anak lebih memilih untuk berkendara
menggunakan motor tanpa adanya pengawasan dari orangtua.

• Peraturan yang Kurang Tegas

Masih banyak ditemukan sekolah ataupun tempat umum, yang menolerir anak-anak dibawah umur
untuk menggunakan motor sebagai kendaraan sehari-harinya. Maka dari itu anak-anak merasa leluasa
karena mengingat kembali tidak adanya larangan yang tegas dari pihak sekolah ataupun sebagainya.

2.4 Kasus-kasus Pelanggaran Lalu Lintas Anak di Bawah Umur 17 Tahun Berbagai aturan, sanksi maupun
denda sudah dimuat dan dikeluarkan untuk membuat situasi lalu lintas tetap kondusif, namun pada
kenyataannya masih banyak pengguna jalan yang tidak mengindahkan aturan-aturan tersebut.
Terutama pada era ini, anak dibawah umur mendominasi pelanggaran lalu lintas yang terjadi. Banyak
anak dibawah umur berkeliaran di jalan raya, dimana hal demikian tentu tidak diperbolehkan, karena
syarat seseorang untuk boleh berkendara di jalan raya adalah kepemilikan surat berkendara yang
lengkap, sedangkan usia mereka belum memenuhi untuk mendapatkan surat- surat tersebut.

Berbagai kasus pelanggaran yang terjadi, tidak hanya merugikan si pelaku saja, namun juga merugikan
orang lain. Bahkan seringkali terjadi kecelakaan yang membuat orang lain terluka atau bahkan tewas.
Berikutmacam-macam kasus pelanggaran pada anak di bawah umur yang sering

terjadi.

1) Menerobos Lampu Merah

Lampu lalu lintas (traffic light) merupakan sebuah komponen yang paling utama dalam pengaturan lalu
lintas. Namun pelanggaran terhadap lampu lintas ini justru menempati posisi pertama sebagai jenis
pelanggaran yang paling sering dilakukan pengguna kendaraan bermotor. Tidak hanya anak dibawah
umur saja, banyak orang dewasa yang juga melakukan jenis pelanggaran satu ini. Sedang terburu-buru
serta tidak melihat lampu sudah berganti warna, adalah motif yang sering terlontar dari si pelanggar.

Gambar 1. Pengendara Bermotor Menerobos Lampu Merah

2) Tidak Menggunakan Helm

Helm merupakan salah satu perlengkapan yang utama bagi pengendara bermotor. Sebagaimana
kepala merupakan organ tubuh yang paling vital pada manusia, maka helm digunakan untuk safety first
bagi si pengendara. Namun lagi-lagi jenis pelanggaran yang satu ini menempati posisi kedua sebagai
pelanggaran yang sering dilakukan oleh pengendara bermotor, terutama anak di bawah umur. Jarak
tempuh yang dekat sering mereka jadikan alasan mengapa melakukan jenis pelanggaran ini.

Gambar 2. Pengendara Sepeda Motor Anak dibawah Umur Tidak Memakai Helm 3) Tidak Membawa
Surat Berkendara yang Lengkap
Aksi tilang yang dilakukan pihak kepolisian juga sering terjadi terhadap pengendara yang tidak
membawa surat-surat berkendara seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) serta Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK). Berbagai operasi yang tengah gencar dilakukan aparat acapkali mendapati
pelanggaran semacam itu. Banyak diantara mereka yang belum memiliki SIM karena belum cukup usia
atau masih dibawah umur, namun memaksakan diri untuk mengendarai sepeda motor. Hal ini tentunya
bisa membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain karena kemungkinan skill yang mereka
punyai masih belum layak digunakan untuk berkendara.

Gambar 3. Pengendara Sepeda Motor Anak dibawah Umur Ditilang Polisi

4) Berkendara sambil Bermain Ponsel

Pada zaman sekarang ini, tidak ada yang bisa terlepas dari ponsel, bahkan anak dibawah umur pun
sudah banyak yang menggunakanya. Tidak jarang dari mereka yang bermain ponsel sambil berkendara,
mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan selain menggangu kosentrasi sendiri, juga
membahayakan orang lain. Polisi berhak menilang setiap orang yang mengemudikan kendaraan
bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan
yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan.

Gambar 4. Aksi Remaja Berkendara sambil Bermain Ponsel

5) Muatan Berlebih

Kendaraan roda dua tidak di desain membawa lebih dari dua orang, namun banyak dari anak-anak
dibawah umur mengendarai motor dengan penumpang lebih dari satu orang. Hal ini tentu saja
membahayakan bagi pelaku dan orang lain yang disekitarnya

Gambar 5. Anak dibawah umur Berboncengan Lebih dari Satu Orang

6) Balap Liar

Aksi balap liar merupakan salah satu aksi yang sangat meresahkan warga, terlebih jenis pelanggaran ini
banyak dilakukanoleh anak-anak dibawah umur. Mereka melakukan balap motor di jalanan umum yang
dipakai banyak pengendara jalan. Mereka tidak tahu bahwa yang mereka lakukan, sangat mengancam
jiwa mereka dan juga pengendara yang lain.

Gambar 6. Aksi Remaja Balap Liar di Jalanan Umum

7) Mengemudi diatas Kecepatan Normal

Meski kendaraan sudah dirancang kecepatanya dengan sedemikian rupa, tapi tak jarang yang
mengendarainya hingga melebihi batas normal pada tempatnya. Terlebih ego anak dibawah umur
belum bisa dikendalikan, sehingga banyak terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh
pengendara/pengemudi ugal-ugalan.

Seperti contoh kasus yang paling terkenal adalah peristiwa tabrakan yang melibatkan anak musisi
ternama indonesia yaitu Ahmad Dani, dimana anaknya AQJ yang baru berusia 13 tahun sudah membawa
kendaraan mobil di atas kecepatan normal hingga akhimya menabrak mobil lain dan terjadi kecelakaan
hingga menewaskan beberapa orang yang menjadi korban kecelakaan tersebut.

Gambar 7. Peristiwa Kecelakaan Dul Jaelani

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelanggaran lalu lintas di Indonesia masih banyak ditemukan pelanggaran lalu lintas entah itu dilakukan
oleh orang dewasa, remaja atau anak dibawah umur. Meskipun aturan berlalu lintas telah diatur secara
jelas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, peraturan
yang berlaku juga selalu ditegakkan oleh penegak hukum di Indonesia, dengan denda dan sanksi yang
jelas untuk pelanggar.

Kesimpulan makalah kami lebih memfokuskan pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan banyak anak
dibawah umur mengendarai kendaraan bermotor, hal ini sudah menjadi suatu hal yang sangat biasa
terjadi di kehidupan sehari hari. Padahal saat anak dibawah umur mengendarai kendaraan bermotor
sudah jelas melanggar peraturan lalu lintas, karena tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan tidak
jarang juga anak dibawah umur terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.

3.2 Saran

Dalam menanggulangi pelanggaran dibawah umur adalah dengan meningkatkan kesadaran


masyarakat atau khususnya orang tua dengan memberikan edukasi dan sosialisasi pengertian tentang
tertib berlalu lintas.

Anda mungkin juga menyukai