Anda di halaman 1dari 9

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai metode penelitian, meliputi jenis penelitian yang
digunakan, subjek penelitian, desain pengembangan yang digunakan, teknik dan instrumen
pengumpulan data, serta teknik analisis data. Seluruhnya akan dibahas secara rinci sebagai
berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development atau
penelitian dan pengembangan. Penelitian pengembangan atau R&D adalah metode penelitian
yang menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,
2010). Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) tetapi
bisa juga berupa perangkat lunak (software). Langkah – langkah proses penelitian dan
pengembangan menunjukkan suatu siklus, yang diawali dengan adanya kebutuhan,
permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan produk tertentu.
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa media pembelajaran komik
edukasi matematika materi Perbandingan untuk Siswa SD kelas V. Model pengembangan
untuk menghasilkan media pembelajaran komik edukasi ini adalah model pengembangan
ADDIE yang merupakan sub dari induk pengembangan Borg and Gall (Pribadi, 2009).
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam pelaksanaan penelitiaan ini adalah siswa kelas V SDN 1 Ngagrong
Ampel. Sekolah ini merupakan sekolah yang masih menggunakan kurikulum KTSP dalam
proses pembelajaran. Subjek inilah yang akan menggunakan produk media pembelajaran
komik edukasi yang merupakan media yang dikembangkan dengan memperhatikan minat
belajar siswa.
3.3 Desain Pengembangan
Desain pengembangan ini menggunakan model ADDIE. Model ADDIE adalah salah
satu model sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan desain dasar sistem
pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari (Benny A. Pribadi, 2009: 125). ADDIE
merupakan kependekan dari analysis, design, development, implementation and evaluation.
Model pengembangan ADDIE merupakan sub dari model pengembangan Borg and Gall.
Model pengembangan meliputi tahap Analysis, Design, Development, Implementation, dan
Evaluation.

16
Tahap Analysis merupakan langkah awal dalam pengembangan produk dimana
peneliti melakukan analisis terhadap permasalahan dan kebutuhan siswa dalam proses
pembelajaran khususnya kurikulum dan materi matematika berkaitan dengan hanya di
perhatikannya faktor kognitif dan kurang diperhatikannya faktor non kognitif serta
karakteristik siswa. Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan untuk menemukan solusi
yang tepat. Tahap design adalah tahap merancang media pembelajaran yang akan
digunakan untuk memberi solusi terhadap permasalahan yang ada. Dalam hal ini media
pembelajaran yang dikembangkan adalah komik edukasi. Selanjutnya adalah tahap
development merupakan tahap pembuatan produk media pembelajaran yang akan
digunakan. Tahap implementation merupakan tahap penerapan atau uji coba produk
media pembelajaran terhadap subjek. Tahap terakhir adalah evaluation merupakan tahap
mengevaluasi media pembelajaran yang diproduksi dan di uji cobakan. Model desain
pembelajaran ADDIE memiliki langkah – langkah yang diperlihatkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1. Tahapan Model ADDIE


Pembuatan media pembelajaran berupa media pembelajaran komik edukasi dilakukan
dengan lima tahap yang akan dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1 Tahap Analisis (Analysis)
Pada tahap ini kebutuhan siswa dianalisis secara umum untuk menentukan masalah,
solusi dan kompetensi siswa secara tepat. Langkah analisis terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
analisis kurikulum dan materi dan analisis kebutuhan atau need analysis.

17
a. Analisis Kurikulum dan Materi
Pembuatan media pembelajaran komik edukasi ini diawali dengan menganalisis
kebutuhan siswa sesuai kurikulum dan materi. Pembuatan produk ini menggunakan
kurikulum KTSP . Dalam kurikulum KTSP langkah yang pertama adalah menentukan SK
(Standar Kompetensi). Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran
tertentu pada jenjang pendidikan tertentu (Sanjaya 2008).
Langkah berikutnya yaitu menganalisis KD (Kompetensi Dasar) dan Indikator.
Kompetensi Dasar merupakan pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dikuasai siswa untuk mengukur sudahkah standar kompetensi terpenuhi. Indikator
merupakan penanda apakah kompetensi dasar sudah tercapai, Indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik siswa dan ditandai dengan perubahan pengetahuan,sikap dan
keterampilan yang dapat diukur. Berdasarkan analisis kurikulum dan materi maka media
pembelajaran komik edukasi dikembangkan berdasarkan ketercapaian siswa pada materi
perbandingan.
b. Analisis kebutuhan
Tahap analisis kebutuhan dilakukan untuk menentukan solusi yang tepat berkaitan
dengan media pembelajaran yang dibutuhkan siswa dalam proses pembelajaran siswa.
Banyak ditemukan permasalahan guru menyampaikan materi hanya memperhatikan faktor
kognitif saja sehingga hasil belajar dan minat siswa terhadap materi masih rendah.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka dibutuhkan suatu media pembelajaran yang
dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Solusi dari permasalahan tersebut ialah
mengembangkan media pembelajaran berupa komik edukasi dengan materi perbandingan,
sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3.3.2 Tahap Perencanaan ( Design)
Pada tahap perencanaan dilakukan penentuan kompetensi khusus yang akan dicapai
dalam pembelajaran. Setelah ditentukan maka dicari metode yang tepat untuk dilakukan.
Selain itu disiapkan pula bahan ajar yang dibutuhkan untuk dimuat dalam program
pembelajaran berbantuan komputer yang menekankan pada penyajian bentuk-bentuk cerita
dengan muatan bahan pelajaran didalamnya. Menentukan pengalaman belajar yang bisa
diciptakan lewat media yang dibuat, melalui penyesuaian dengan kompetensi khusus, materi
dan strategi yang sesuai. Mengkombinasikan komik edukasi dengan materi perbandingan
sehingga menciptakan media pembelajaran komik edukasi untuk proses pembelajaran.

18
Mempelajari dan menyiapkan aplikasi Corel Draw sebagai sofware yang digunakan dalam
pengembangan media pembelajaran berupa komik edukasi.
3.3.3 Tahap Pengembangan (Development)
Pada tahap pengembangan ini kegiatan produksi dimulai untuk berlanjut pada
implementasi produk. Tahap pengembangan dimulai dengan membuat draff awal produk
yakni membuat media pembelajaran komik edukasi sesuai dengan permasalahan dan
kebutuhan serta karakteristik siswa dalam proses pembelajaran. Hasil – hasil pengukuran dan
analisis kebutuhan memberikan masukan tentang jenis-jenis produk pendidikan yang
dibutuhkan saat ini. Hasil pengembangan media komik ini divalidasi oleh pakar materi dan
pakar media.
3.3.4 Tahap Implementasi (Implementation)
Pada tahap implementasi ini hasil pengembangan diterapkan atau di uji coba setelah
melalui pengujian. Uji coba atau validasi komik edukasi dilakukan berdasarkan adaptasi dari
tahap (Sukmadinata,2011) yaitu melalui tiga tahap sebagai berikut :

1. Uji Pakar (expert judgement)


Sebelum produk di implementasikan pada siswa , produk divalidasi terlebih
dahulu. Validasi dilakukan oleh pakar materi dan pakar media. Pakar materi yaitu Ibu Sri
Sugiyarti.,S.Pd yang merupakan guru kelas V SDN 1 Ngagrong Ampel. Pakar media yaitu
Martin Setyawan.,M.I.Kom merupakan dosen progdi DKV Universitas Kristen Satya
Wacana.Dengan tervalidasinya produk komik edukasi oleh pakar materi dan pakar media,
maka produk awal hasil pengembangan layak untuk diujicobakan atau diimplementasikan
kepada siswa.
2. Uji Coba Terbatas (preliminary field testing)
Uji coba terbatas dilaksanakan dalam rangka mengetahui respon dan tanggapan
siswa mengenai produk yang dikembangkan. Uji coba terbatas dilaksanakan kepada 10
siswa kelas V SDN 1 Ngagrong Ampel. Melalaui uji terbatas ini, peneliti mengumpulkan
data yang didapat dari angket yang dibagikan kepada siswa dan guru kelas. Data yang
diperoleh melalui angket, digunakan sebagai acuan merevisi produk komik edukasi.
3. Uji Coba Luas (main field testing)
Uji coba luas dilakukan kepada 23 siswa V SDN 1 Ngagrong Ampel. Tahap uji
coba ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui apakah komik edukasi layak dalam aspek
media pembelajaran. Perbedaan uji coba ini terletak pada perbedaan banyaknya subyek uji
coba, angket yang dibagikan kepada siswa dan guru kelas.

19
3.3.5 Tahap Evaluasi ( Evaluation)
Tahap terakhir yaitu tahap evaluasi. Setelah dilakukannya implementasi produk maka
tahap selanjutnya ialah tahap evaluasi. Evalusai dilakukan melalui hasil analisis penilaian
validator dengan lembar validasi pakar dan evaluasi hasil belajar melalui peningkatan hasil
pretest dan posttest. Data yang diperoleh dipergunakan untuk menyempurnakan produk
komik edukasi supaya didapatkan produk akhir yang efektif dipergunakan meningkatkan
hasil belajar khususnya materi pembagian sebagai pengurangan berulang.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa uji pakar, tes, dan non
tes. Uji pakar memiliki tujuan untuk mengetahui kevalidan media pembelajaran komik
edukasai. Uji pakar dalam penelitian ini dilakukan melalui uji pakar materi, uji pakar media
dan uji pakar soal. Kemudian untuk mengetahui keefektifan produk media pembelajaran
komik edukasi digunakan tes. Sedangkan untuk teknik non tes dilakukan melalui angket dan
observasi. Angket digunakan untuk mengetahui kualitas media pembelajaran yang telah
diproduksi. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana guru dan siswa
melakukan pembelajaran menggunakan media ini.
3.4.2 Instrument Pengumpulan Data
3.4.2.1 Validasi Pakar
Lembar validasi digunakan untuk uji pakar media, dan uji pakar materi dan uji pakar
soal. Lembar validasi dilakukan untuk mengevaluasi media pembelajaran berupa komik
edukasi. Lembar ini diberikan kepada dosen yang ahli dalam materi dan ahli dalam bidang TI
berkaitan dengan CorelDraw Graphics yang digunakan dalam pembuatan media. Kisi-kisi
lembar validasi tercantum pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1
Kisi –Kisi Validasi Pakar Materi, Pakar Media
Indikator Penilaian Butir Penilaian
Materi 1. Kesesuaian dengan kurikulum sekolah dasar
2. Kesesuaian isi dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, tujuan dan indikator
3. Kesesuaian tingkat kesulitan dan konsep materi
dengan perkembangan kognitif siswa
4. Keterkaitan contoh materi dengan yang ada di
lingkungan
5. Cakupan materi
6. Kualitas situasi atau masalah pada contoh dan
20
evaluasi
7. Penggunaan kalimat yang jelas dan tepat, serta
interaktif
8. Penggunaan bahasa baku
9. Sistematika pembahasan materi
10. Sistematika isi secara keseluruhan
Media 1. Menarik dan merangsang siswa untuk belajar
2. Pemilihan jenis dan ukuran huruf mendukung
media menjadi lebih menarik
3. Kemudahan membaca teks atau tulisan
4. Pemilihan animasi
5. Pemilihan warna
6. Penekanan untuk petunjuk khusus
7. Kemudahan pengunaan
8. Kejelasan gambar, animasi maupun ilustrasi
9. Kemampuan media untuk menambah motivasi
belajar
10. Kemampuan media menambah keterampilan
siswa

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, diketahui bahwa butir penilaian dari aspek materi dan
aspek media masing–masing terdiri dari 10 butir. Kategori untuk masing-masing aspek yaitu
1 untuk yang tidak baik dan 5 untuk yang sangat baik. Peneliti membuat rentang skor pada
masing-masing kategori dengan cara:
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 50−10
= =8
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 5

Untuk mengetahui tingkat kesesuaian dari aspek materi dan aspek media, dapat dilihat
rentang skor pada tabel 3.1.1 berikut ini.

Tabel 3.1.1
Rentang Skor Aspek Materi dan Aspek Media
Skor Kriteria
42-50 Sangat baik
34-41 Baik
26-33 Cukup
18-25 Kurang baik
10-17 Tidak baik

3.4.2.2 Angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap implementasi
produk yang dikembangkan. Angket respon guru dan siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2

21
Tabel 3.2
Angket Respon Guru

No Indikator
1 Pembelajaran menggunakan media komik edukasi menjadi lebih mudah
2 Media komik edukasi sangat membantu dalam proses pembelajaran
3 Siswa menjadi antusias dalam pembelajaran
4 Pembelajaran menggunakan media komik edukasi dapat memudahkan
siswa memahami materi
5 Kejelasan kalimat dalam penjelasan, petunjuk dapat dipahami siswa
6 Penggunaan gambar, tokoh dan lainnya memudahkan siswa dalam
belajar
7 Pembelajaran menggunakan media komik edukasi membuat siswa lebih
mandiri
8 Media komik edukasi cocok dipadukan dengan materi perbandingan
9 Media komik edukasi cocok sebagai media pembelajaran
10 Hasil belajar siswa menggunakan media komik edukasi meningkat
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, diketahui bahwa butir penilaian dari angket respon guru
terhadap media masing–masing terdiri dari 10 butir. Kategori untuk masing-masing aspek
yaitu 1 untuk yang tidak baik dan 5 untuk yang sangat baik. Peneliti membuat rentang skor
pada masing-masing kategori dengan cara:
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 50−10
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
= =8
5

Rentang skor dapat dilihat pada tabel 3.2.1 berikut ini.


Tabel 3.2.1
Rentang Skor Angket Respon Guru
Skor Kriteria
42-50 Sangat baik
34-41 Baik
26-33 Cukup
18-25 Kurang baik
10-17 Tidak baik

Tabel 3.3
Angket Respon Siswa
No Indikator
1 Media komik edukasi mempunyai tampilan yang menarik
2 Media komik edukasi membuatku lebih mudah untuk belajar
3 Kegiatan pembelajaran yang menggunakan media komik edukasi
membuatku semakin aktif dalam belajar
4 Media komik edukasi membuatku menyukai materi dan lebih semangat
belajar
5 Petunjuk – petunjuk yang terdapat dalam media ini mudah dipahami

22
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, diketahui bahwa butir penilaian angket respon siswa
media masing–masing terdiri dari 5 butir. Kategori untuk masing-masing aspek yaitu “IYA”
dan “TIDAK”.
3.4.2.3 Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa dalam penggunaan media
komik edukasi dalam proses pembelajaran. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada Tabel 3.4
berikut ini.

Tabel 3.4
Pedoman Observasi Guru dan Siswa
No Instrumen
1 Menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan SK,KD,Tujuan dan
Indikator
2 Pempembelajaran dilakukan dengan menggunakan media yang
dikembangkan
3 Siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran
4 Melalui media komik edukasi konsep siswa terhadap materi diperkuat
5 Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari
6 Guru meminta mengerjakan soal evaluasi
7 Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan antusias
8 Guru memberikan umpan balik berupa pertanyaan

3.4.2.4 Tes Tulis


Skor nilai tes tertulis digunakan untuk mengetahui keefektifan media pembelajaran
yang dikembangkan. Tes tertulis dilaksanakan pada saat preetest dan posttest. Tes tertulis
pretest dan posttest disajikan dalam bentuk pilihan ganda. Kisi-kisi dari soal preetest dan
posttest dapat dilhat pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Soal Preetest dan Posttest
Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Menggunakan pecahan 1. Mengenal perbandingan sebagai bentuk paling
dalam masalah perbandingan sederhana dari pecahan
dan skala 2. Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan
perbandingan.

23
3.5 Analisis Validasi Pakar, Angket Respons Guru dan Siswa
Tabel 3.6
Pedoman Konversi Data Kuantitatif Skala 5 ke Data Kualitatif

Jumlah Skor Pernyataan Rerata Skor Klasifikasi


Kinerja
(n + 4i) < x ≤ (n +5i) 5 Sangat Baik
(n + 3i) < x ≤ (n +4i) 4 Baik
(n + 2i) < x ≤ (n +3i) 3 Cukup
(n + i) < x ≤ (n +2i) 2 Kurang Baik
n ≤ x ≤ (n + i) 1 Tidak Baik

Nilai yang terdapat dalam kolom perhitungan tersebut dihitung dengan menggunakan
rumus berikut ini.
n = jumlah siswa
x = nilai aktual
x = rata-rata skor
i = kelas interval
1
= (Nilai maksimal − Nilai minimal)
5

3.6 Analisis Perbedaan Hasil Pretest dan Posttest


Hasil pretest dan posttest diuji dengan Uji T sampel berpasangan (Paired Sample T-
Test). Menurut Sugiyono (2010) pengujian hipotesis komparatif 2 sampel berpasangan berarti
menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai variabel dari dua sampel yang
berpasangan/berkorelasi. Sebelum dilakukan uji t sampel berpasangan harus dilakukan uji
normalitas. Jika data terbukti berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji t sampel
berpasangan (Paired-Samples T Test). Namun, jika data berdistribusi tidak normal, uji yang
dilakukan adalah uji nonparametris yakni dengan uji Wilcoxon.

24

Anda mungkin juga menyukai