Anda di halaman 1dari 15

Kontrasepsi dalam Perspektif Islam : Idealitas, Realita, dan

Kebijakan Demografi

Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwasanya Allah memiliki


kemampuan dan kekuasaan untuk menciptakan dan mengatur segala sesuatu.
Hal tersebut tertulis pada Surah Al-Mu’minun (23:14), Allah SWT berfirman :

‫ِظ َم لَحْ ًما ثم ا َ ْنشَأ ْ ٰنه خ َْلقًا ٰاخ ََر‬


ٰ ‫س ْونَا ْالع‬ ٰ ‫ضغَ َة ع‬
َ ‫ِظ ًما فَ َك‬ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْالم‬
ْ ‫علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَ َة م‬
َ َ‫طفَة‬ْ ‫ثم َخلَ ْقنَا ال ُّن‬
‫سن ْال ٰخ ِل ِقيْن‬ َ ْ‫ّللا اَح‬ٰ َ‫َبٰـرك‬ َ ‫فَت‬

Latin : tsumma khalaqnan-nuthfata ‘alaqatan fa khalaqnal-‘alaqata mudlghatan fa


khalaqnal-mudlghata ‘idhaman fa kasaunal-‘idhama lahman tsumma ansya’nahu
khalqan akhar, fa tabarakallahu ahnasul-khaliqin

Artinya : “Kemudian dari air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu Kami
jadikan sesuatu yang melekat itu menjadi segumpal daging, dan segumpalan itu
Kami jadikan tulang belulang yang terbungkus dengan daging. Kemudian, Kami
jadikan makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Sang Pencipta yang
paling baik.” (Qs. Al-Mu’minun 23:14)

Setiap individu diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan sebagai


bagian dari kekuasaan-Nya supaya dapat saling melengkapi. Pasangan
merupakan anugerah dan cobaan dari Allah SWT agar dapat mencapai
kebahagiaan dan kesempurnaan spiritual. Allah memberikan rasa kasih sayang,
kepercayaan, dan rasa tanggung jawab kepada setiap pasangan supaya mampu
menciptakan hubungan yang kokoh dan harmonis dalam menjalani kehidupan.
Allah SWT berfirman dalam Qs. Al Zariyat ayat 49

َ‫َومِ ن ك ِل شَىء َخلَقنَا زَ و َجي ِن لَ َعلكم تَذَكرون‬

Latin : Wa ming kulli syai’in khalaqna zaujaini la’allakum tazakkarun

Artinya : Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu


mengingat kebesaran Allah SWT.

Karena manusia sudah diciptakan secara berpasang-pasangan, maka


Rasulullah menganjurkan untuk laki-laki menikahi wanita yang subur. Sehingga

1
dari pernikahan tersebut akan terjadi perkawinan yang bertujuan agar manusia
dapat memelihara hubungan biologis antara laki-laki dan wanita yang
dimaksudkan untuk meneruskan keturunan. Allah SWT memberikan petunjuk
tentang hal tersebut dengan berfirman dalam Qs. Al-Baqarah ayat 187. Berikut
firman Allah dalam Al-Qur’an :

َ‫عل َِم ٱّلل أَنك ْم كنت ْم ت َْختَانون‬


َ ‫سآئِك ْم ۚ هن ِل َباس لك ْم َوأَنت ْم ِل َباس لهن‬ ِ َ‫أحِ ل لَك ْم لَ ْيلَة‬
َ ‫ٱلص َي ِام ٱلرفَث ِإلَ ٰى ِن‬
‫َب ٱّلل لَك ْم ۚ َوكلوا َوٱ ْش َربوا َحت ٰى َيتَ َبينَ لَكم ْٱل َخيْط‬
َ ‫عنك ْم ۖ فَ ْٱل ٰـنَ ٰ َبشِروهن َوٱ ْبتَغوا َما َكت‬ َ ‫علَيْك ْم َو‬
َ ‫عفَا‬ َ ‫سك ْم فَت‬
َ ‫َاب‬ َ ‫أَنف‬
َ‫س ِج ِد ت ِْلك‬
َ ٰ ‫عكِفونَ فِى ْٱل َم‬
َ ٰ ‫ام إِلَى ٱل ْي ِل ۚ َو َل ت ٰ َبشِروهن َوأَنت ْم‬ ِ ‫ْٱْل َ ْب َيض مِ نَ ْٱل َخيْطِ ْٱْلَس َْو ِد مِ نَ ْٱلفَجْ ِر ۖ ثم أ َ ِت ُّموا‬
َ ‫ٱلص َي‬
َ‫اس لَ َعله ْم َيتقون‬ِ ‫حدود ٱّللِ فَ َل تَ ْق َربوهَا َك ٰذَلِكَ ي َب ِين ٱّلل َءا ٰ َي ِتهِۦ لِلن‬

Latin : Uhilla lakum lailatas-siyamir-rafasu ila nisa’ikum, hunna libasul lakum wa


antum libasul lahunn, ‘alimallahu annakum kuntum takhatanuna anfusakum fa taba
‘alaikum wa ‘afa ‘angkum, fa-ana basyiruhunna wabtagu ma kataballahu lakum,
wa kulu wasyrabu hatta yatabayyana lakumul-khaitul-abyadu minal-khaitil-aswadi
minal-fajr, summa atimmus-siyama ilal-lail, wa la tubasyiruhunna wa antum
‘akifuna fil-masajid, tilka hududullahi fa la taqrabuha, kazalika yubayyinullahu
ayatihi lin-nasi la’allahum yattaqun

Artinya : Dihalalkan bagi kamu saat bulan puasa di malam hari bercampur dengan
istri-istri kamu, mereka adalah pakaian bagimu dan kamu pun pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena Allah akan
mengampuni dan memberi maaf kepadamu. Maka campurilah mereka dan ikuti
apa yang Allah tetapkan untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Lalu sempurnakan puasa itu hingga
datang malam, tetapi jangan kamu campuri mereka saat itu, sedang kamu
beri’tikaf di dalam masjid. Itu larangan Allah dan kamu jangan mendekatinya.
Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya bertaqwa
(Qs. Al-Baqarah, 2:187)

Dalam merangkai harmoni antara ajaran Islam, idealitas keluarga, dan


dinamika demografi, kontrasepsi menjadi titik utama pembahasan yang kompleks
dalam masyarakat Islam. Sesuai dengan ajaran Islam, keluarga dianggap sebagai
satu kesatuan yang sakral antara laki-laki dan wanita melalui akad nikah. Keluarga
adalah institusi penting yang melakukan banyak tugas dalam kehidupan, termasuk
tugas biologis seperti menghasilkan keturunan, menjaga martabat manusia yang

2
berakal dan beradab, dan meningkatkan martabat manusia. Allah SWT
menganjurkan suatu keluarga untuk memperbanyak keturunan, yang mana
perbuatan tersebut merupakan perbuatan mandub atau dianjurkan bukan hanya
mubah (diperbolehkan). Tetapi jika tidak menjalankan anjuran tersebut tidak
berdosa sebab hal ini bukan lah kewajiban umat Islam. Dalam Islam juga diberikan
kemudahan untuk setiap muslim mengatur keturunannya dengan alasan yang
kuat. Program Keluarga Berencana (KB) dapat membantu kelangsungan hidup
keluarga dengan menyediakan informasi dan layanan terkait perencanaan
keluarga sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dengan demikian,
implementasi program KB dapat membantu pasangan suami-istri membuat
keputusan yang bijak tentang jumlah anak dan jarak anak mereka, sejalan dengan
nilai-nilai agama Islam yang menghargai kehidupan keluarga.

Dalam bahasa Arab kontrasepsi bermakna dua yaitu tahdidun nasli dan
tandzimun nasli. Tahnidun nasli berarti membatasi kehamilan atau keturunan.
Sementara tandzimun nasli artinya menunda memiliki keturunan atau kehamilan.
Membatasi kehamilan (tahnidun nasli) berarti tidak akan memiliki keturunan
selama-lamanya atau bisa disebut dengan vasektomi/tobektomi. Membatasi
kehamilan dilakukan dengan melakukan sterilisasi rahim, pengangkatan rahim,
memotong saluran sperma, dan sebagainya tanpa sebuah alasan yang
dibenarkan syari’at. Menurut sunnah nabi hal tersebut diharamkan dan
diharamkan juga oleh para ulama, karena dapat dianggap mendahului takdir Allah
SWT.

Contoh alasan yang tidak dibenarkan oleh syari’at adalah ketika sepasang
pasangan suami istri memakai alat kontrasepsi karena takut miskin, takut tidak
dapat membiayai keluarga jika anggota keluarga terlalu banyak dan sebagainya.
Maka perbuatan tersebut dihukumi haram secara mutlak, sebab dianggap
berprasangka buruk terhadap Allah SWT dan tidak meyakini bahwa Allah maha
pemberi rezeki dan maha kaya. Hal ini disebutkan dalam Qs. Al-Isra’ ayat 31 :

ْ ِ‫َو َل تَ ْقتل ْٓوا ا َ ْو َلدَك ْم َخ ْش َيةَ اِ ْم َلق نَحْ ن ن َْرزقه ْم َواِياك ْم اِن قَ ْتلَه ْم كَانَ خ‬
‫طـًٔا َك ِبي ًْرا‬

Latin : Wa la taqtulu auladakum khasy-yata imlaq, nahnu narzuquhum wa


iyyakum, inna qatlahum kana khit’ang kabira

3
Artinya : Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut akan
kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga
kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka merupakan dosa besar.

Sementara tandzimun nasli artinya menunda kehamilan yang diizinkan


dalam Islam sebab bertujuan untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan agar
jarak kelahiran satu sama lain tidak terlalu dekat serta tidak mengakibatkan hal
yang buruk bagi sang ibu dan anak. Apalagi setelah mengandung selama 9 bulan,
ibu pasti membutuhkan waktu agar tubuhnya kembali fit.

Jika sepasang suami istri tidak mau menjalankan program tersebut maka
dikhawatirkan anak yang dilahirkan dapat kekurangan ASI. Sebab ketika seorang
wanita hamil, produksi ASI berkurang dan kondisinya masih belum pulih
sepenuhnya. Sehingga seorang ibu perlu memberi jarak kehamilan agar setiap
anak dapat diberi ASI selama dua tahun penuh. Anjuran memberi ASI selama dua
tahun penuh tertulis dalam Qs. Al-Baqarah ayat 233 :

۞ ‫علَى ٱ ْل َم ْولو ِد لَهۥ ِر ْزقهن‬ َ ‫عةَ ۚ َو‬ َ ‫ضا‬ ِ ‫َوٱ ْل ٰ َو ِل ٰ َدت ي ْر‬
َ ‫ض ْعنَ أ َ ْولَ ٰـدَهن َح ْولَي ِْن َكامِ لَي ِْن ۖ ِل َم ْن أ َ َرا َد أَن يتِم ٱلر‬
‫ث مِ ْثل‬ ِ ‫علَى ٱ ْل َو‬
ِ ‫ار‬ َ ‫ضآر ٰ َو ِلدَة ِب َولَ ِدهَا َو َل َم ْولود لهۥ ِب َولَ ِد ِهۦ ۚ َو‬ َ ‫َو ِكس َْوتهن ِبٱ ْل َم ْعروفِ ۚ َل تكَلف َن ْفس إِل و ْسعَ َها ۚ َل ت‬
‫ضع ٓوا أ َ ْو َل ٰـدَك ْم فَ َل جنَا َح‬
ِ ‫ع َل ْي ِه َما َو ِإ ْن أ َ َردتُّ ْم أَن تَ ْست َْر‬
َ ‫عن ت ََراض ِم ْنه َما َوتَشَاور فَ َل جنَا َح‬ َ ‫ال‬ ً ‫ص‬ َ ِ‫ٰ َذلِكَ فَإِ ْن أ َ َرادَا ف‬
ِ ‫ّلل ِب َما تَ ْع َملونَ َب‬
٢٣٣ ‫صير‬ َ ‫سل ْمتم ما ٓ َءاتَيْتم ِبٱ ْل َم ْعروفِ َوٱتقوا ٱ‬
َ ‫ّلل َوٱ ْعلَم ٓوا أَن ٱ‬ َ ‫علَيْك ْم ِإذَا‬
َ

Latin : wal-walidatu yurdli’na auladahunna haulaini kamilaini liman arada ay


yutimmar-radla’ah, wa ‘alal-mauludi lahu rizquhunna wa kiswatuhunna bil-ma’ruf,
la tukallafu nafsun illa wus’aha,la tudlarra walidatum biwaladiha wa la
mauludullahu biwaladihi wa ‘allal-waritsi mitslu zdalik, fa in arada fishalan ‘an
taradlim minhuma wa tasyawurin fa la junaha ‘alaihima, wa in arattum an tastardli’u
auladakum fa la junaha ‘alaiikum idza sallamtum ma ataitum bil-ma’ruf,
wattaqullaha wa’lamu annallaha bima ta’maluna bashir.

Artinya : Hendaklah para ibu menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh
untuk yang ingin menyempurnakan penyusuan. Serta kewajiban bagi ayah
memberi makan dan pakaian dengan cara yang ma’ruf kepada para ibu.
Seseorang tidak akan dibebani kecuali ia dianggap mampu. Janganlah seorang
ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah menderita karena
anaknya, dan ahli warispun berkewajiban. Jika keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan musyawarah maka tidak ada dosa

4
untuk keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusui orang lain, maka tidak ada
dosa untukmu apabila kamu memberi pembayaran yang pantas. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat yang kamu kerjakan.

Perlu diketahui bahwasanya sejak dari zaman Rasulullah hingga saat ini
banyak sekali jenis alat kontrasepsi bagi laki-laki maupun perempuan. Ditinjau dari
cara kerjanya, kontrasepsi dibagi menjadi dua macam yaitu kontrasepsi tradisional
dan kontrasepsi modern.

A. Kontrasepsi tradisional merupakan kontrasepsi yang telah digunakan pada


zaman dahulu. Kontrasepsi tradisional tidak menggunakan alat bantu
berbahan kimia yang membahayakan kesehatan penggunanya. Berikut
beberapa kontrasepsi tradisional meliputi :
1. ‘Azl (coitus intereptus)
Menurut bahasa al-‘azl artinya menunda. Sementara menurut istilah ‘azl
merupakan senggama terputus yang dilakukan oleh suami dengan tujuan
agar jatuh di luar rahim. Jika akan melakukan hal ini harus berdasarkan
persetujuan sang istri, karena istri juga memiliki hak atas kelahiran buah
hati dan kenikmatan bersenggama.
Dalam catatan sejarah, praktik ‘azl merupakan kontrasepsi zaman dulu
sebelum manusia mengetahui tentang medis dan modernisasi. Bahkan ‘azl
telah ada sejak zaman Nabi SAW. Praktik ‘azl dimasukkan dalam kategori
pembahasan fikih yang mana pasangan harus berusaha mencari
kebenaran dan dalil-dalil yang mendukung praktik ‘azl agar tidak berdosa.
Di bawah ini merupakan salah satu hadits tentang ‘azl yang dijadikan dalil
atau hujjah oleh ulama fikih empat mazhab :
Jabir r.a dalam haditsnya menuliskan kisah seorang pemuda kaum Anshar
yang menghadap kepada Nabi Muhammad SAW. Pemuda tersebut
berkata, “Sesungguhnya aku memiliki budak perempuan yang memikat
hatiku, tetapi aku tidak suka jika dari hubungan kami menjadikan dia hamil”.
Nabi Muhammad SAW memberi nasehat bahwasanya, “’Azl lah darinya
jika Allah mau, sungguh tetap akan terjadi juga apa yang ditakdirkan
untuknya”. Laki-laki itu pun hanya mampu terdiam setelah mendengar
nasehat dari Nabi SAW. Hingga suatu hari dia (pemuda kaum Anshar)
mendatangi Nabi Muhammad SAW dan mengatakan bahwa budaknya

5
telah hamil. Nabi Muhammad SAW pun bersabda,”Sesungguhnya aku
sudah memberitahukan kepadamu terhadap apa saja yang sudah menjadi
ketentuan atau takdir Allah pasti akan terjadi dan tidak akan ada yang
mampu menolaknya”.
Dalam menetapkan hukum ‘azl sebagai takhrijul manath, para ulama
empat mazhab memiliki pandangan yang berbeda-beda saat
mengungkapkan hukum ‘azl. Berikut pandangan menurut empat mazhab :
a. Menurut dari Mazhab Hanafiyah : Imam Abu Hanifah memandang
hukum melakukan ‘azl itu boleh tapi atas persetujuan itri. Jika suami
melakukan tanpa persetujuan istri maka hukumnya makruh. Namun
berbeda apabila suami harus melakukan perjalanan untuk berperang
atau bepergian jarak jauh dalam waktu yang lama, hukum ‘azl sendiri
berubah menjadi diperbolehkan tanpa persetujuan sang istri.
b. Menurut Mazhab Malikiyah : Imam Malik mengungkapkan bahwa
hukum penggunaan alat kontrasepsi diperbolehkan dalam Islam tetapi
harus dengan alasan yang dapat diterima syari’at. Acuan dalil yang
digunakan yaitu perbuatan sahabat Nabi SAW. Sebab Imam Malik
berkeyakinan jika sahabat Nabi melakukan suatu perbuatan, maka
perbuatan tersebut pasti memiliki konsekuensi hukum. Alasan
kedaruratan dan kemashalatan termasuk diperbolehkan dalam
penggunaan ‘azl.
c. Menurut Mazhab Syafi’i : hukum menggunakan alat kontrasepsi (‘azl)
diperbolehkan asal berdasar rida sang istri. Tetapi pandangan ini
banyak ditentang ulama lain bahwa rida bukan termasuk syarat. Dalam
hubungan intim setiap individu memiliki hak yang sama meskipun
mengenai hal klimaks tidak harus istri mendapatkannya jika suami
terlebih dulu ejakulasinya.
2. Menurut Mazhab Hambali : Imam Ahmad bin Hambal mengungkapkan
bahwa ‘azl boleh dilakukan atas dasar rida sang istri. Hukum yang dipakai
Imam Ahmad bin Hambal kebanyakan dipengaruhi sang guru, yaitu Imam
Syafi’i. Sehingga dalam hukum ‘azl beliau sependapat dengan Imam
Syafi’i.

6
B. Suhu Basal Tubuh
Metode kontrasepsi mengukur suhu basal tubuh ini dengan menghitung
peningkatan suhu tubuh sebelum melakukan hubungan seksual. Suhu basal
tubuh merupakan suhu tubuh saat istirahat. Normalnya suhu tubuh sekitar
35,5 − 36𝑜 𝐶. Suhu basal tubuh dapat diukur dengan termometer yang
diletakkan selama 5 menit pada mulut, vagina, atau melalui dubur.
C. Lendir Serviks
Setelah haid akan ada masa munculnya lendir yang berkelanjutan hingga hari
ke-4 setelah peak sympotom. Kegagalan yang menggunakan kontrasepsi ini
mencapai 0.4 – 39.7 kehamilan per tahunnya.
D. Sympto-Termal
Metode sympto-termal dilakukan dengan mengkombinasi berbagai metode KB
alamiah supaya mengetahui masa subur wanita. Tingkat kegagalan metode ini
mencapai 4.9 – 34.4 kehamilan wanita per tahunnya.

B. Kontrasepsi Modern

1. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan metode memanipulasi tingkat hormon
alami dalam tubuh, seperti estrogen dan progesteron. Manipulasi ini
dilakukan untuk mempengaruhi sistem endokrin sehingga dapat mencegah
terjadinya kehamilan. Dampak negatif dari penggunaan kontrasepsi ini
adalah :
a. Mual yang sering terjadi pada 50-70% wanita
b. Rasa nyeri pada payudara
c. Pusing
d. Nyeri pada abdomen
e. Gangguan siklus menstruasi yang disertai pendarahan abnormal

Berikut beberapa jenis kontrasepsi hormonal beserta cara kerjanya :


a. Suntikan hormon
Kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi yang baik. Sebab
efektivitas suntikan hormonal ini cukup bagus maka pasangan suami
istri tetap dapat melakukan hubungan intim tanpa khawatir sang istri
hamil. Jika pasangan sedang dalam keadaan darurat yang tidak dapat

7
dihindari, seperti menghindari penurunan penyakit dari kedua orang
tuanya terutama ibu terhadap anak yang dilahirkan atau terancamnya
jiwa sang ibu yang akan mengandung atau melahirkan bayi. Maka
hukum penggunaan kontrasepsi suntikan ini boleh sesuai dengan
kaidah hukum Islam yang menyatakan :

‫المحظورات تبيح اضرورات‬


Latin : Adh-dharuratu tubiihul mahzhuraat
Artinya : Kedaan darurat memperbolehkan yang dilarang.

Cara menggunakan suntikan ini adalah dengan menyuntikkan zat


hormonal ke dalam tubuh. Hormon ini bekerja dengan cara
menebalkan lendir di leher rahim dan menipiskan dinding endometrium
untuk mencegah bertemunya sperma dengan sel telur. Biasanya
suntikan hormon ini dilakukan setiap 1 bulan atau 3 bulan. Dampak dari
penggunaan alat kontrasepsi ini adalah gangguan haid, berat badan
bertambah, sakit kepala, serta terdapat sedikit kenaikan kadar insulin
penurunan HDL-kolesterol.
b. Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
Menurut BKKBN, implan terdiri dari 1 batang, 2 batang, dan 6 batang.
Jumlah batang yang digunakan tergantung pada masa penggunaan.
Misalnya, 1 dan 2 batang efektif dalam masa 3 tahun atau 6 batang
efektif dalam waktu 5 tahun. Cara kerja kontrasepsi ini adalah dengan
memasangkan implan di bawah kulit lengan atas. Pemasangan
kontrasepsi bawah kulit harus dilakukan oleh dokter wanita, karena
lengan atas wanita termasuk aurat. Kemudian secara perlahan implan
akan mengalirkan hormon yang dibawanya melalui pembuluh-
pembuluh darah. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari
penggunaan implan adalah amenore.

c. Pil KB
Pil KB merupakan tablet berisi hormon estrogen atau progesteron yang
secara teratur diminum wanita untuk mencegah kehamilan. Cara kerja
pil KB ini adalah mencegah proses pematangan telur sehingga tidak

8
dapat dibuahi oleh sperma. Namun pil KB masih kurang efektif dalam
mencegah kehamilan.
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD)

Masyarakat sering menyebut alat kontrasepsi ini dengan sebutan spiral.


AKDR dipasang di dalam rahim dan pemasangannya harus dilakukan oleh
dokter wanita atau suami wanita yang akan memasang IUD. Sejak AKDR
digunakan oleh banyak orang, program pengaturan jumlah anak dalam
keluarga relatif aman.

Dalam Islam penggunaan IUD termasuk diperbolehkan karena tidak


menyebabkan kemandulan. Namun terdapat berbagai dampak buruk bagi
kesehatan wanita yang menggunakannya, seperti pendarahan saat mid-
siklus dan terdapat bercak pendarahan, rasa sakit atau nyeri di kemudian
hari, muntah, dan keringat dingin. Selain itu biaya IUD juga termasuk mahal
dibandingkan yang lain.

3. Sterilisasi

Terdapat 2 jenis sterilisasi yaitu vasektomi atau tobektomi. Vasektomi


merupakan pemutusan atau pengikatan saluran yang menghubungka
testis dengan kelenjar prostat bagi laki laki. Sementara tobektomi atau
Metode Operasi Wanita (MOW) merupakan penutupan kedua saluran telur
kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran
tersebut. Sehingga sel telur tidak akan bisa bertemu dengan sperma laki-
laki dan tidak terjadi kehamilan. Kebanyakan ahli kebidanan menyarankan
untuk tubektomi Pada wanita yang berisiko tinggi untuk hamil dan
melahirkan lagi, seperti di wanita yang memiliki riwayat komplikasi
kehamilan dan kelahiran.

Menurut Islam, vasektomi dan tubektomi hukumnya haram karena dapat


membuat mandul selamanya. Berikut pandangan ulama mengenai
keharaman membuat mandul permanen :
‫و يحرم استعمال ما يقطع الحبل من أصله كما صرح به كثيرون و هو ظاهر‬
Artinya : Dan diharamkan memakai sesuatu yang dapat memutuskan
kehamilan dari asalnya (secara permanen) sebagaimana hal yang telah
banyak ulama jelaskan.

9
4. Kondom
Kondom atau jaswadi merupakan alat kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan sekaligus mencegah menularnya penyakit kelamin saat
berhubungan badan. Kondom biasanya terbuat dari bahan karet latex dan
digunakan pada alat kelamin pria atau wanita saat dalam keadaan ereksi
Sebelum bersenggama atau bersetubuh agar sperma tidak dapat masuk
ke dalam rahim.

Lalu bagaimana pandangan ulama mengenai hukum penggunaan alat


kontrasepsi? Pandangan ulama mengenai penggunaan alat kontrasepsi dapat
bervariasi tergantung pendekatan hukum Islam yang dianut. Berikut sudut
pandang yang diambil oleh beberapa ulama terkait penggunaan alat kontrasepsi :

a. Syekh Sulaiman bin Manshur al-Ijaili al-Jamal dalam Hasyiyah al-Jamal ‘Ala
Manhaj, menjelaskan haram jika (kontrasepsi) memutus kehamilan dari
asalnya (indung telur), adapun jika memperlambat/menunda kehamilan
sebentar, maka tidak haram sebagaimana pendapat yang jelas. Jika karena
udzur seperti untuk tabiyah anak maka tidak makruh juga jika tidak ada udzur
maka makruh. (4/447)
b. Syekh al-Bajuri dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri Syarah Fath al-Qarib
menjelaskan demikian halnya perempuan yang menggunakan sesuatu (seperti
obat atau alat kontrasepsi) yang dapat memperlambat kehamilan, hal ini
hukumnya makruh, sedangkan apabila sampai memutus keturunan maka
hukumnya haram, dan ketika darurat maka sesuai dengan qaidah fiqhiyah
“Ketika terjadi dua mafsadat (bahaya) maka hindari mafsadat yang lebih besar
dengan melakukan mafsadat yang paling ringan”. [2/93]

Pemerintah di banyak negara mengakui betapa pentingnya menjaga


pertumbuhan populasi dan mendukung institusi keluarga, sebab pertumbuhan
populasi berperan penting dalam keberlanjutan suatu negara. Keseimbangan
antara jumlah penduduk, sumber daya alam, dan ekonomi negara berguna untuk
meningkatkan stabilitas dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan demografi
dalam kontrasepsi melibatkan aspek strategis pemerintah dalam mengelola
pertumbuhan penduduk yang mencakup penyuluhan, distribusi kontrasepsi,
dukungan sosial, dan pendekatan holistik untuk memastikan akses dan

10
pemahaman masyarakat terhadap berbagai metode kontrasepsi. Kebijakan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, mengurangi tekanan pada
sumber daya, dan mempromosikan kesehatan reproduksi.

Pada kebijakan demografi dalam kontrasepsi pemerintah juga melibatkan


langkah-langkah untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses mudah dan
adil terhadap informasi, layanan, dan produk kontrasepsi. Faktor yang perlu
dipertimbangkan termasuk edukasi seksual, distribusi kontrasepsi yang merata,
biaya terjangkau, serta dukungan kesehatan reproduksi yang menyeluruh.
Kebijakan semacam itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, mengurangi
hambatan akses, dan memungkinkan individu membuat keputusan informasi
terkait kontrasepsi.

Melalui upaya kebijakan demografi dalam kontrasepsi pemerintah


berharap dapat mencapai tujuan demografi yang berkelanjutan dan mendukung
kemajuan berkelanjutan negara. Apalagi Indonesia termasuk negara berkembang
dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi diperlukan adanya
pengaturan angka pertumbuhan penduduk. Jika angka pertumbuhan penduduk
tidak dikendalikan maka akan berdampak pada berbagai bidang kehidupan,
seperti ketersediaan sumber daya alam, kesehatan, ketidaksetaraan ekonomi, dan
sebagainya.

Oleh sebab itu, sebagai bagian dari kebijakan kesehatan dan


pembangunan nasional, pemerintah sering mengadakan Program Keluarga
Berencana (KB). Program KB membantu pasangan suami istri dalam perencanaan
keluarga, termasuk memberikan informasi, layanan kesehatan reproduksi, dan
akses mudah ke berbagai metode kontrasepsi. Program keluarga berencana juga
memiliki beragam manfaat yaitu menurunkan risiko kehamilan, tidak mengganggu
tumbuh kembang anak, serta menjaga kesehatan mental kedua orang. Hal
tersebut sejalan dengan hukum Islam yang menghindari terjadinya mafsadat bagi
umatnya.

Pasangan yang tidak mengikuti program KB dikhawatirkan terjadi


beberapa risiko kehamilan pada wanita. Kehamilan akan berisiko tinggi apabila
seorang perempuan dinilai terlalu muda atau terlalu tua. Jika perempuan terlalu
tua (di atas 35 tahun) dan belum menopuase melakukan hubungan suami istri

11
tanpa menggunakan alat kontrasepsi maka tetap ada kemungkinan terjadi
kehamilan. Seorang perempuan yang berusia 35 tahun, jika melahirkan akan
berisiko tinggi hingga dapat menyebabkan kematian.
Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dengan menyediakan pendidikan
dan layanan yang diperlukan. Di antara tindakan yang diambil dalam upaya ini
adalah penyediaan klinik kesehatan reproduksi, kampanye penyuluhan, dan
penyebaran alat kontrasepsi. Selain itu, untuk memastikan bahwa masyarakat
dapat mengakses layanan ini tanpa kesulitan keuangan, seringkali ada dukungan
keuangan atau subsidi.

Namun bagaimana realita penggunaan kontrasepsi di masa sekarang?


Indonesia memilki banyak keberagaman budaya sehingga terdapat banyak
pendapat masyarakat tentang penggunaan alat kontrasepsi. Pemerintah telah
memberikan penyuluhan mengenai kontrasepsi tetapi sebagai umat Islam penting
bagi kita untuk tetap mempelajari secara fikih hukum penggunaan setiap alat
kontrasepsi. Beberapa alat kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam yaitu ‘azl,
suhu basal tubuh, lendir serviks, sympto termal, suntikan hormon, alat kontrasepsi
bawah kulit (implan), pil KB, IUD, dan kondom.

Saat ini partisipasi masyarakat dalam mengikuti program keluarga


berencana yang telah diberikan oleh pemerintah mulai berkurang. Seiring
berkembangnya negara Indonesia program keluarga berencana mulai terlupakan
masyarakat modern yang ditandai dengan setiap keluarga memiliki anak lebih dari
dua, yang berarti tidak mendukung program tersebut. Mereka merasa mampu
mencukupi kebutuhan anak secara finansial serta mampu mendidik anak dengan
profesional.

Masyarakat sudah mengetahui tentang program keluarga berencana, baik


dari aspek manfaat, tujuan umum, maupun dampak bagi penggunanya. Terdapat
juga masyarakat yang sudah memahami tentang program keluarga berencana
dikarenakan program ini telah diwariskan turun temurun dari orang tua
pendahulunya sebagai titik awal munculnya program keluarga berencana. Namun
sayangnya kini program tersebut mulai ditinggalkan atau dikesampingkan dengan
alasan keputusan partisipasi keluarga diserahkan kembali ke masing-masing
keluarga dengan syarat sudah memahami risiko kedepannya. Alasan lain dari

12
ditinggalkannya program keluarga berencana ini adalah informasi yang diterima
masyarakat terlalu banyak sehingga informasi mengenai keluarga berencana
mulai tersingkirkan akibat kurang menarik bagi masyarakat.

Permasalahan ini lah yang menjadi titik fokus pemerintah karena apabila
tidak diperhatikan dapat menyebabkan populasi penduduk tidak terkontrol.
Dengan tidak mengikuti program keluarga berencana tentunya sangat merugikan
masyarakat, antara lain berdampak pada ketidaksejahteraan keluarga dan
menyebabkan permasalahan ekonomi keluarga yang memiliki banyak anak.

Sehingga pemerintah perlu memikirkan strategi komunikasi terbaru, baik


dari unsur pesan, saluran, dan media informasi yang tepat untuk menyampaikan
program keluarga yang diperbarui atau mengikuti perkembangan masyarakat yang
cenderung bergantung pada teknologi di era 4.0. Pemerintah dapat membuat
beberapa video edukasi yang menarik tentang program keluarga berencana dan
diunggah di sosial media yang sering dipakai masyarakat.

Sangat jelas bagi masyarakat bahwa jika tidak mengikuti program keluarga
berencana akan berdampak negatif. Banyak orang berpendapat bahwa mengikuti
program keluarga berencana tergantung pada pasangan atau keluarga itu sendiri.
Dengan demikian, keluarga sekarang memiliki banyak pekerjaan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

Banyak masyarakat yang ingin ikut serta dalam program keluarga


berencana, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa masyarakat sudah memiliki pemikiran dan rencana
sendiri untuk mengatasi masalah jika mereka tidak mengikuti program keluarga
yang direncanakan. Mereka percaya bahwa kita harus siap bekerja dan berusaha
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pemerintah setempat mendukung program
keluarga berencana seperti yang ditunjukkan oleh berbagai himbauan yang
diberikan oleh mereka untuk memberikan pengetahuan, pemahaman, dan ajakan
untuk mengikutinya melalui berbagai media komunikasi.

Di antara berbagai alasan tersebut, ada hal yang membuat sulit program
KB terlaksana dengan baik. Yaitu tidak mudah bagi masyarakat menerima laki-laki
yang ikut serta dan berperan aktif dalam program keluarga berencana (KB),
pemakaian alat kontrasepsi pada laki-laki menjadi salah satu hambatan budaya

13
yang masih dominan terhadap penerimaan masyarakat terhadap laki-laki sebagai
anggota keluarga berencana. Hal ini mendukung klaim BKKBN bahwa tingkat
partisipasi laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi masih sangat rendah. Hal
ini dikarenakan faktor sosial budaya di masyarakat yang mempercayai bahwa
porgram pemerintah tersebut merupakan urusan wanita, sehingga laki-laki tidak
perlu berpartisipasi secara aktif.

Kesimpulan

Tentang kontrasepsi dalam perspektif Islam, pandangan yang beragam


menciptakan dinamika kompleks di kalangan umat Muslim. Beberapa kelompok
berpendapat bahwa kontrasepsi adalah hal yang dapat diterima dalam Islam,
sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kebijaksanaan dalam mengatur
keluarga. Meskipun demikian, dalam konteks kebijakan demografi, perlunya
memperhatikan isu kontrasepsi menjadi sangat penting.

Idealitas kontrasepsi dalam perspektif Islam mencakup upaya untuk


mengatur kelahiran dan mengendalikan jumlah anak sesuai keinginan pasangan
suami istri. Namun, kenyataannya masih banyak pasangan yang belum
mengadopsi kontrasepsi karena minimnya pengetahuan dan sulitnya akses
terhadap metode kontrasepsi. Selain itu, alasan agama juga menjadi faktor
penghambat bagi sebagian pasangan dalam menggunakan kontrasepsi.

Dalam rangka mencapai tujuan kebijakan demografi, pemerintah Indonesia


telah mengambil langkah untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi di negara
ini. Meski demikian, tantangan-tantangan signifikan masih muncul termasuk
kurangnya akses terhadap kontrasepsi di kalangan masyarakat. Meskipun
kontrasepsi menjadi perdebatan dalam perspektif Islam, penerapannya menjadi
suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan dalam konteks kebijakan demografi.
Perlu adanya pendekatan yang bijak dan inklusif untuk mencapai keseimbangan
antara nilai-nilai agama dan kebijakan populasi yang berkelanjutan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, S., Mustakim, Lestari, E. D., & Safira, D. (2020). Implementasi Metode
Analytic Hierarchy Process Untuk Pemilihan Alat Kontrasepsi. Seminar
Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri.
Aurora, N. F., Multazam, M. A., & Fachrin, S. A. (2019). PENERIMAAN
TUBEKTOMI SEBAGAI METODE KONTRASEPSI DI KABUPATEN
PANGKEP. Jurnal Kesehatan, 1.
Junaidi, M. (2022). TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR DALAM PENGENDALIAN
PERTUMBUHAN PENDUDUK. (Skripsi, Fakultas Syariah, Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung : Bandar Lampung).
Khoirunnisa, I. (2021). Bincang Muslimah. Retrieved from Hukum Menggunakan
Alat Kontrasepsi untuk Menunda Kehamilan dalam Pandangan Ulama.
Mustofa, Z., & Nafiah. (2020). HUKUM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
DALAM PERSPEKTIF AGAMA. MA'ALIM : Jurnal Pendidikan Islam, 1(2).
Nasution, M., & Putra, D. (2021). PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM
PANDANGAN FIKIH EMPAT MAZHAB. Jurnal Hukum Keluarga Islam dan
Kemanusiaan, 3(2).
Pragita, R., Boham, A., & Rembang, M. (2021). PERSEPSI MASYARAKAT
TENTANG PENTINGNYA KELUARGA BERENCANA DI DESA
DOLODUO KECAMATAN DUMOGA BARAT. E-Journal Universitas Sam
Ratulangi.
Soegondo, T. E., Thelman, J. A., & Santano, R. M. (2023). Penggunaan Alat
Kontrasepsi dalam Multi-Perspektif. PATRIOT : Jurnal Kajian Pancasila &
Kewarganegaraan, 1(1), 1-15.

15

Anda mungkin juga menyukai