Oleh:
Jesidka
Palada NIM:
1902024
NIM 1902024
Menyatakan bahwa dengan sebenarnya hasil karya tulis KERJA PRAKTEK ini benar –
benar hasil pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Karya tulis KERJA
PRAKTEK ini BUKAN merupakan plagiarism, pencurian hasil karya orang lain, atau
hasil kerja orang lain untuk kepentingan saya. Jika terdapat karya orang lain, saya PASTI
mencantumkan sumber yang jelas.
Bila dikemudian hari diduga kuat ada ketidaksesuaian antara fakta dengan kenyataan pada
karya tulis KERJA PRAKTEK ini, saya bersedia diproses oleh kampus Sekolah Tinggi
Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan untuk melakukan verifikasi dengan sanksi
berupa PENCABUTAN GELAR yang diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Balikpapan.
Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan ataupun paksaan
dari pihak manapun.
Balikpapan, 17 februari
2022 Yang membuat
pernyataan
Jesidka
v
Palada NIM:
1902024
vi
ABSTRAK
Oleh:Jesidka
Palada NIM:
1902024
Pembimbing Kerja Praktek : Ain Sahara, ST., M.Eng
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya dan anugrahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kerja Praktek yang
berjudul “Konfigurasi Loop Flame Detector Di 4-K1/2/3 Train E Badak LNG”. Tujuan
dari Kerja Praktek yang saya lakukan ini adalah untuk memenuhi kurikulum pendidikan di
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Teknik Instrumentasi Elektronika Migas di Sekolah
Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, Penulis mendapatkan
bantuan berupa bimbingan, petunjuk, pendampingan, fasilitas dan nasehat. Oleh karena itu,
dengan hati yang ikhlas penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan rahmat, hikmat dan kekuatan lahir
batin kepada saya untuk menyelesaikan laporan ini;
2. Kedua Orang Tua Penulis, adik dan kakak serta seluruh keluarga besar yang
telah banyak memberikan semangat dan motivasi serta doa yang tiada henti
sehingga Laporan Tugas akhir ini dapat terselesaikan;
3. Bapak Ardi Ferdian selaku Manager Instrument dan Electrical Perusahaan;
6. Ibu Ain Sahara, ST., M.Eng selaku Ketua Program Studi D3 Teknik
Instrumentasi Elektronika Migas;
7. Ibu Ain Sahara, ST., M.Eng selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek;
8. Bapak Akhmadi Maulana, Mba Anggitha, Bu Ani, Mbak Naomi, Pak Kris, dan
seluruh karyawan di training section yang telah membantu dan menemani saya
selama menjalankan kerja praktek ini.
9. Bapak Afandi selaku Admin D3 Teknik Instrumentasi Elektronika Migas yang
sudah membantu dalam proses surat menyurat untuk melaksanakan Kerja
Praktek ini;
10. Seluruh Dosen dan Karyawan di STT Migas Balikpapan yang telah berjasa
kepada Penulis dengan memberikan ilmu pengetahuan yang dapat berguna di
masa yang akan datang;
viii
11. M. Khali, Andi Anwal Riski, Andika Saputra, Anisa Ardhilla, Ahmad Zein
Iqbal, dan M. Akbar Ali, yang telah saya anggap seperti keluarga saya sendiri
dan yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Kerja
Praktek ini;
12. Jesidka Palada, diri saya sendiri yang telah berjuang selama 3 tahun dengan
penuh semangat dan pantang menyerah untuk menyelesaikan laporan ini.
13. Serta semua pihak yang belum sempat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses pelaksanaan hingga penyelesaian Laporan Kerja
Praktek ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan Kerja Praktek
ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya dan sangat mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun motivasi. Pada
akhirnya, semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada
umumnya dan khususnya bagi rekan-rekan di Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas
Bumi Balikpapan.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
3.2.3 Infrared Gas Detector..............................................................................18
3.2.4 Smoke Detector.......................................................................................21
3.2.5 Flame Detector........................................................................................24
3.3. Fire Protection..........................................................................................26
xi
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................60
LAMPIRAN I.........................................................................................................62
LAMPIRAN II.......................................................................................................63
LAMPIRAN III......................................................................................................67
LAMPIRAN IV......................................................................................................72
LAMPIRAN V......................................................................................................75
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.8 photoelectric detector dalam keadaan normal (a), berasap (b)......................23
Gambar 3.9 Smoke detector................................................................................................24
Gambar 3.10 Flame Detector.............................................................................................24
Gambar 3.11 Respons spektral sensor IR dan Sensor UV..................................................25
Gambar 3.12 Water Spray..................................................................................................26
Gambar 3.13 Foam Sytem...................................................................................................27
Gambar.4.14 Tabung penyimpanan Dry Chemical............................................................28
Gambar 3.15 Unsur Kimia FM-200 (1,1,1,2,3,3,3,-heptaflouropropane)..........................28
Gambar 3.16 Respon spektral sensor IR dan sensor UV....................................................30
Gambar 3.17 Field of view FL 3100H secara Vertikal.......................................................31
xiii
Gambar 4.2 Field Of view FL 3100H secara Horizontal...........................................35
Gambar 4.3 skema lokasi pemasangan flame detector di compressor Train E &
Tagging pada tiap tiapflame..................................................................36
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Komposisi Feed Gas..........................................................................................8
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1
troubleshooting, field wiring troubleshooting, dan input modul troubleshooting,
yang dapat diketahui dengan menggunakan Loop Drawing.
2
Badak LNG.
c. Mahasiswa mengetahui cara konfigurasi dan pengoprasian Flame
Detector di 4K/1/2/3 Train E Badak LNG.
1.7. Metode Pengumpulan Data
Laporan Kerja Praktek yang telah dikerjakan terdiri dari beberapa bab.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dikerjakan dari
3
keseluruhan kerja praktek yang telah dilakukan.
4
BAB II
PROFIL
PERUSAHAAN
Indonesia sejak dahulu dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya yang
melimpah. Gas bumi merupakan salah satu jenis dari sekian banyak sumber daya
alam yang ada di indonesia. Juga merupakan sumber daya alam yang memiliki
cadangan terbesar ketiga setelah batubara dan minyak bumi.
Diawali dengan eksplorasi yang dilakukan Huffco. Inc dan mobil oil dan
mobil oil yang merupakan perusahan yang bekerja dibawah Production Sharing
Contracts (PSC) bersama Pertamina. Terdapat 2 wilayah yang ditemukan dalam
jumlah yang besar. Salah satunya yang ditemukan oleh Huffco. Inc pada awal
tahun 1972 yang terletak di lapangan Gas Badak, Kalimantan Timur.
Pengendalian yang dilakukan hingga tahun 1973 mendapatkan hasil dengan
penemuan 70 sumur gas alam. Diperkirakan jumlahnya sebesar 6 Trilliun Cubic
Feet (TCF) yang terdiri dari associated gas dan non-associated gas.
Pada bulan desember 1973, peluang potensi bisnis gas yang mulai terlihat
melahir kesempatan kerjasama penjualan LNG (Liquified Natural Gas) kepada 5
perusahaan besar dari jepang sebagai pembelinya.
a. Chubu Electric Co.
5
a. Air product Chemical Inc. (APCI), bertugas menangani desain proses.
6
b. Pacific Bechtel Inc. USA, bertugas menangani perencanaan engineering dan
konstruksi.
c. William Brothers Engineering Co., bertugas menangani konstruksi seluruh
perpipaan gas alam dari Lapangan Gas Muara Badak hingga pabrik
penggilangan.
Pembangunan Train A dan Train B selesai pada maret 1977 dan diresmikan
pada tanggal 1 agustus 1977 oleh presiden Soeharto. Kemudian dua pengilangan
ini berhasil memproduksi LNG yang merupakan tetesan perbedaanya pada 5 juli
1977. Awal mula kapasitas produksi LNG pada Train A dan Train B sebesar
630m³/hr. Setelah berhasil memproduksi LNG pengapalan pertama dilakukan
pada 13 juli 1977 menggunakan tanker Aquarius dengan kapasitas 125.000 m³
yang bertujuan ke Jepang.
7
Pembangunan Train E melibatkan Chiyoda sebagai kontraktor utama dan PT.
Inti Karya Persada Tehnik (PT. IKPT) sebagai subkontraktor. Train E
menghasilkan tetesan pertamanya pada tanggal 27 Desember 1989 dengan
kapasitas produksi yang lebih besar dari train sebelumnya yaitu 703m³/hr. Juga
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 21 Maret 1990. Disusul dengan
pembangunan Train F dan Train G dengan melibatkan PT Inti Karya Persada
Teknik sebagai kontraktor utama. Train F yang berkapasitas 720 m³/hr berhasil
memproduksi tetesan pertamanya pada tanggal 27 Desember 1989 dan
diresmikan pada tanggal 21 Maret 1990. Sedangkan Train G dengan kapasitas
724 m³/hr diresmikan pada tanggal 12 November 1999. Ada juga Train H yang
berkapasitas sama dengan Train G mulai beroperasi pada November 1999.
Selama satu tahun mulai dari 1992-1993, pelaksanaan proyek “Train A-D
Debottlenecking” (TADD) digunakan untuk meningkatkan kapasitas Train A, B,
C, dan D hingga 710 m³/hr. Peningkatan kapasitas pada Train E-F juga
dilakukan kemudian. Selain proyek peningkatan kapasitas train juga terdapat
proyek “Train A-F Upgrade” (TAFU) dengan tujuan meningkatkan kemampuan
Train dan menjaga keberlangsungan train agar dapat beroperasi dalam 20 tahun
kedepan.
8
Lokasi kilang terletak di tepi pantai dalam, serta dengan adanya pulau-
pulau kecil di depannya membuat pantai menjadi tenang dan terhindar
dari ombak besar.
c. Bahan Baku
Jarak antara sumber bahan baku dengan kilang yang cukup dekat yaitu
sekitar 56 km, sehingga penyaluran bahan baku gas alam dapat
disalurkan dengan perpipaan.
d. Kebijaksanaan Pemerintah
Kondisi wilayah yang dekat dengan laut menjadi kelebihan tersendiri, air
laut dapat digunakan sebagai proses pendingin dan sumber air pemadam
kebakaran. Selain itu sumber air tanah juga digunakan sebagai air umpan
pada boiler dan keperluan lainnya.
9
Gambar 2.2 Lokasi Sumur-sumur dan gas alam
2.2. Bidang Fokus Perusahaan
PT. Badak NGL berfokus pada pengolahan gas alam cair dan mendapatkan
sumber bahan baku feed gas dari beberapa dari beberapa sumur gas alam yang
dikelolah oleh produsen seperti Total E&P Indonesia, Chevron, Vico. Dari
sumur- sumur gas alam tersebut dialirkan ke Muara Badak dan selanjutnya akan
dialirkan ke kilang PT. Badak NGL dengan menggunakan 4 buah sepanjang 57
km dengan diameter pipa 36 inch sebanyak 2 buah dan dua buah lainya sebesar
42 inch dengan tekanan 47 kg/cm². Berikut ini merupakan komposisi dari feed
gas yang digunakan untuk proses pembuatan NGL:
1
CO2 >5,6%
Hg <0,03 ppbw
H2S <0,5 ppbw
Produk LNG yang dihasilkan yang dihasilkan memiliki wujud cair dengan
temperatur LNG sebesar ˗ 159˚C dan nilai kalor 1107 – 1115 Btu/SCF. Berikut
ini merupakan komposisi produk LNG yang diproduksi oleh PT. Badak NGL.
1
b. VICO (20%), sebagai penemu gas alam
Production Division
Production division bertanggung jawab atas kelancaran proses
pengolahan dan perawatan pabrik. Divisi ini terbagi kedalam 3 departemen, yaitu
:
1) Operation Department
2) Technical Department
3) Maintenance Department
1
a. Operation department
1
Departement ini bertanggung jawab secara langsung Terhadap
proses pengolahan gas alam menjadi LNG dan kemudian proses
pengangapalan.
b. Maintenance Department
1
d) Perbaikan dan perawatan daerah off-plot.
e) Mengatur kontrak dan administrasi dengan kontraktor.
b. Rotating Equipment Section
Rotating equipment section bertanggung jawab untuk merawat
dan memperbaiki rotating Machine section ini dibagi menjadi 3
yaitu :
1
d) DCS and PLC group
1
e. Reliability Section bertanggung jawab untuk memelihara,
memperbaiki, serta melakukan instalasi apabila ada kerusakan yang
terjadi pada komponen elektrik di pabrik. Maintenance & Turnaround
Planning Section ini memiliki tanggung jawab untuk:
Planning/Programming; Coordinating; Servicing; Controlling.
f. Warehouse and Supply Chain
Sebagai tempat awal untul menerima Supply barang, dan menyimpan barang
logistik.
a. Profesionalisme
1
b. Integritas
c. Dignity
1
BAB III
DASAR
TEORI
3.1. Hazard Monitoring Control System
Kawasan PT. Badak LNG merupakan sebuah kawasan yang berbahaya, oleh
karena itu perusahaan memiliki sistem pengamanan yang dapat melindungi pabrik
dari segala macam keadaan yang dapat membahayakan pabrik, dan salah satunya
adalah Fire Protections Section (FPS) [2]. Fire Protections Section bertanggung
jawabatas keamanan di lingkungan pabrik dan memastikan keselamatan pabrik
dari kebakaran yang dapat menyebabkan kerugian. Untuk menjalankan tugasnya
FPS mempunyai beberapa macam sistem keamanan salah satunya adalah Hazard
Monitoring Control System [1].
Hazard Monitoring Control System (HMCS) merupakan sebuah sistem yang
berfungsi memonitor dan mengontrol pencegahan terhadap bahaya kebakaran
maupun ledakan untuk daerah-daerah yang diklasifikasikan sebagai, Hazardous
area (Daerah Berbahaya) secara blok diagram sistem ini dapat digambarkan
seperti gambar 3.1
Sistem sensor adalah sistem yang memberikan input ke HMCS berupa Fire
Detection, yaitu alat pendeteksi suatu keadaan lingkungan akan keberadaan unsur-
unsur yang dapat menimbulkan munculnya api. Fire detection terdiri dari Spill
Detector, Heat Detector, Smoke Detector, Gas Detector dan Flame Detector.
Setiap detektor tersebut memiliki fungsi spesifik masing-masing dan kemudian
dihubungkan pada control panel Fail Safe Control System (FSC)[1]. Pada FSC
Honeywell data yang diterima dari detektor akan diproses dengan menggunakan
logic dan hasil dari logika tersebut akan ditampilkan pada Controll Room dan Fire
2
Station, jika terjadi indikasi adanya kebakaran maka FSC Honeywell akan
memberikan sinyal untuk mengaktifkan Aktuator [2].
Sistem aktuator yang menghasilkan output dari HMCS merupakan fire
protection, yaitu peralatan yang digunakan untuk mencegah atau menanggulangi
saat muncul adanya keberadaan unsur-unsur yang terdeteksi oleh fire detection.
Fire protection terdiri dari water spray, water deluge, water curtain, high
expansionfoam, low expansion foam, fixed dry chemical, dan FM 200.
Panas merupakan salah satu efek yang ditimbulkan oleh kebakaran, oleh
karena itu panas digunakan sebagai salah satu parameter dalam mendeteksi suatu
kebakaran. Detektor panas (Heat Detector) bekerja berdasarkan prinsip dasar
sebuah bimetal. Prinsip kerja bimetal ini memanfaatkan koefisien muai logam.
Detektor ini menggunakan dua buah logam yang dipasang berdekatan seperti
yang ditunjukan dalam gambar 3.2. dalam kondisi normal, kedua logam tersebut
bersentuhan jika, terjadi kenaikan temperatur maka logam tersebut akan memuai
dan pada tingkat temperatur tertentu kedua logam tersebut terjadi kontak (close)
dan menghasilkan arus listrik dan mengalir ke panel FCS.
2
Detektor yang digunakan pada HMCS Badak LNG yaitu jenis Fenwall
Heat detector yang diatur agar temperatur muai bimetal tersebut bernilai 70ºC di
field dan bernilai 40 ºC didalam ruangan apabila temperature field sudah mencapai
70ºC atau temperatur ruangan sudah mencapai 40ºC, maka bimetal tersebut akan
memuai dan bersentuhan. Kemudian listrik pun akan mengalir menuju panel FSC
dan mengaktifkan alarm. Fenwall Heat Detector biasanya dipasang pada tangki
bagian atas, vent stack, subdike, dan lube oil. Heat Detector tersebut memiliki
spesifikasi sebagai berikut.
a. Voltage operation : 24 Vdc
2
Gambar 3.3 Spill Detector
2
Infrared gas detector menggunakan Mikroprosesor, yang digunakanpada
protektor gas hidrokarbon yang memonitoring gas yang mudah terbakar dan
menyediakan indikasi alarm dan pelindung yang tahan api, sehingga informasi
detector dapat di proses di tempat detector. Metode pendeteksian ditunjukan
pada gambar 3.5 di bawah ini:
Pada Badak LNG sinyal keluaran dari gas detector berupa sinyal analog,
sehingga tindakan yang akan diambil pada saat terjadi kebocoran gas relatif
terhadap jumlah persentase gas bocornya. Gas detector memiliki sisi transmitter
(pemancar sinyal) dan sisi Receiver (penerima sinyal) dimana pada keadaan
normal sinyal inframerah yang dipancarkan akan diterima oleh receiver sebesar
2
100 %
2
(output sensor adalah sebesar 4 mA), sedangkan pada saat terjadi kebocoran gas
tersebut akan mengurangi sinar yang akan diterima oleh receiver sehingga dari
persentase sinar yang diterima dapat menentukan persentase gas yang terdapat
pada ruangan tersebut dan tindakan apa yang akan diambil. Indikasi yang
digunakan untuk kebocoran gas ‘high’ adalah 20 % LEL, sedangkan untuk
indikasi kebocoran gas ‘high-high adalah 60% LEL.
Tipe infrared gas detector yang digunakan di Badak NGL ada dua yaitu :
infrared gas detector model IR 2100 produk dari General Monitor dan
Searchpoint Optima Plus produk dari Sieger.
Spesifikasi infrared gas detector SearchPoint Optima Plus produk dari Sieger
adalah :
b. Signal Output : 4 – 20 mA
2
Gambar 3.7 Chamber Ionisasi Smoke Detector
2
Gambar 4.8 photoelectric detector dalam keadaan normal
(a), dalam keadaan berasap (b)
Photoelectric detector memiliki kekurangan, diantaranya kurang sensitif
dan bentuknya besar sehingga jarang digunakan, daripada ionization detector.
Badak NGL pun menggunakan ionization detector sebagai smoke detector,
dengan spesifikasi sebagai berikut.
d. Standby current : 40 µA
2
3.2.5 Flame Detector
3
` Gambar 3.11 Respons spektral sensor IR dan Sensor UV
Sirkuit pada sensor UV terdiri dari satu catu daya bertegangan tinggi, tabung
detector, dan conditioner sinyal. Radiasi UV yang terdeteksi oleh sensor di
konversi menjadi pulsa output yang dihasilkan oleh conditioner sinyal. Pulsa
output kemudian mengikuti rasio sirkuit detector untuk pemrosesan sinyal. Sirkuit
pada sensor IR terdiri dari sebuah sensor thermocouple dan sebuah conditioner
sinyal, sama seperti sensor UV, conditioner sinyal menghasilkan pulsa output
yang kemudian mengikuti rasio sirkuit detector untuk pemrosesan sinyal. Kedua
sinyal tersebut disimpan dan dimasukan ke dalam satu register untuk kemudian
dibandingkan satu dengan yang lainnya. Apabila terdapat isi register yang berada
diluar rasio UV peristiwa tersebut akan dinyatakan dan dimasukan kedalam UV
even register dan apabila terdapat isi register yang berada di luar rasio IR,
peristiwa tersebut akan dinyatakan dan dimasukan kedalam IR even register [8].
Munculnya percikan api mengakibatkan adanya kehadiran radiasi UV dan IR
secara kontinu mengaktifkan relay UV/IR. Relay tersebut dihubungkan ke alarm
atau indikator untuk memberitahukan kondisi yang berbahaya, seperti percikan
api.
3
3.3 Fire Protection
Water spray, water deluge, water curtain adalah alat proteksi yang
menggunakan air untuk melindungi tangki-tangki yang ada di plant dari bahaya
kebakaran yang dapat dioperasikan secara otomatis pun manual oleh operator.
Apabila terjadi kebakaran semua alat ini akan mengeluarkan air untuk
membasahi tangki agar tidak menyebar ke tangki yang lain pada umumnya
water spray, waterdeluge dan water curtain diletak di langit-langit.
High and Low Expansion Foam adalah alat yang digunakan untuk
mencegah terjadinya kebakaran dengan menggunakan foam (busa). Pada
umumnya, high and low expansion foam diletakan pada sudbike dan daerah
sekitartangki.
3
Gambar 3.13 Foam System
Cara kerja dari pada sistem Dry chemical adalah dengan menggunakan
sistem mekanis sehingga nitrogen yang bertekanan tinggi keluar dari tabung, lalu
disalurkan melalui tangki Dry Powder dan akan mendorong Dry Powder sehingga
dry powder keluar dan akan menyemburkan melalui pipa dan nozzle. Berbeda
dengan peralatan pemadam kebakaran yang menggunakan media air, alat ini
berfungsi untuk memadamkan kebakaran saja dan tidak dapat melindungi fasilitas
dari adanya pancaran radiasi panas yang timbul disekitar fasilitas yang dilindungi
dengan Dry Chemical.
3
Gambar.4.14 Tabung penyimpanan Dry Chemical
3.3.4 FM-200
FM-200 merupakan salah satu sistem fire protection yang digunakan untuk
melindungi ruangan kritikal seperti : Data Center Room, UPS Room dan ruangan
yang banyak terdapat peralatan listrik, sehingga sistem ini disesuaikan dengan
kondisi ruangan yang di proteksinya, aman bagi peralatan elektronik serta ramah
lingkungan. FM-200 dibutuhkan untuk deteksi dini asap yang ditimbulkan oleh
short sirkuit dan untuk pemadaman gejalah kebakaran tersebut secara cepat. FM-
200 bekerja 80% dengan cara absorbsi (penyerapan) panas dan 20% dengan secara
reaksi kimia, berikut ini merupakan unsur kimia yang ditunjukkan oleh gambar
dibawah ini.
3
3.6 Prinsip Kerja Flame Detector
3
elektron yang kemudian mengalir dari katoda menuju anoda dengan kecepatan
yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas sinar UV yang
terdeteksi [3].
Berikut ini merupakan spesifikasi dan performansi yang dimiliki oleh flame
detector General Monitors.
a. Jarak Maksimum : sumber percikan heptana 0.093 m2 pada
15.2 m.
e. Maximum field of view :1200 (FL 3100H) dan 1400 (FL 3101H)
3
Gambar 3.17 Field of view FL 3100H secara Vertical
3
Gambar 3.19 Field of view FL 3101H secara vertikal
3
Tabel 3.3 Arus keluaran FL 3100H untuk setiap kondisi
e. Panjang : 15.2 cm
f. Lebar : 15.2 cm
g. Tinggi : 14.0 cm
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4
a. Jarak maksimum : sumber percikan heptana 0,093 m2 pada 15.2 m
4
Pada satu compressor house terdapat 3 buah kompresor turbin dengan
ukuran yang berbeda-beda, yaitu 4K-1, 4K-2 dan 4K-3, dengan 4K-1 memiliki
ukuran yang paling besar dan 4K-3 memiliki ukuran yang paling kecil. Ukuran
masing-masing kompresor yang berbeda-beda tersebut dapat mempengaruhi posisi
flame detector. Yang akan dipasang hal ini perbedaan ketinggian dan posisi bagian
yang berbahaya dari kompresor atau turbin yang akan dideteksi.
4
Tabel 4.2 Tagging Flame Detector
Flame Detector Tagging Lokasi
A 33-BE-501 4K-1
B 33-BE-500 4KT-1
C 33-BE-503 4K-3
D 33-BE-502 4KT-3
E 33-BE-505 4K-2
F 33-BE-504 4KT-2
Untuk flame detector A, C, dan E mengawasi sisi sebelah turbin, dan untuk
flame detector B, D dan F mengawasi sisi compressor.
Pada saat ini Badak NGL menggunakan Honeywell Fail Safe Control
System (FSC) sebagai pengontrolan pertama sistem fire detector dan fire
protection pada hazard area. Fail Safe Control System (FSC) adalah sistem kontrol
yang menggunakan Programmable Logic Controller (PLC). Sistem FSC terdiri
dari 2 bagian, yaitu panel FSC dan Main Machine Interface (MMI). FSC
berfungsi untuk memonitor dan mengendalikan panel-panel kontrol FSC yang
berada di SIH (Satellite Instrument House) dan mengatur komunikasi antara panel
FSC dengan sistem FSC itu sendiri. Di Badak NGL sistem ini digunakan pada
semua train.
Terdapat dua metode pengoprasian FSC, yaitu secara otomatis dan secara
manual. Operasi otomatis sistem FSC bermula dari pendeteksian oleh detector
pada area tertentu secara terus-menerus apabila detector mendeteksi keadaan
bahaya maka detector tersebut akan mengirimkan sinyal informasi ke panel FSC
berupa tegangan arus listrik, kemudian informasi tersebut diolah oleh modul-
modul yang ada didalam panel FSC untuk menghasilkan tegangan sebesar 24 V
untuk mengaktifkan solenoid valve. Apabila solenoid aktif maka solenoid akan
melewatkan udara sebesar 7k/cm menuju alat fire protection melalui pipa-pipa.
Udara bertekanan tersebut kemudian menekan tombol/ seal pada fire detector
sehingga mengakibatkan fire protection tersebut untuk menanggulangi keadaan
bahaya pada area tersebut. berbeda dengan operasi otomatis, operasi manual
sistem FSC dilakukan untuk aktivasi sistem fire protection secara manual.
informasi yang telah diterima oleh detector dan telah diolah oleh modul-modul
dalam panel FSC.
4
Interface atau menuju area tersebut untuk mengaktifkan fire protection di area
tersebut secara manual.
Arsitektur dasar dari sistem FSC, ditunjukan pada gambar di bawah ini
yang terdiri dari 2 bagian utama yaitu :
a. Central Part
b. Input/output Interface
Central Part atau (CP) merupakan jantung dari sistem FSC, sistem
modular microprocessor-based yang di desing secara khusus untuk aplikasi safety
critical yang dapat dibuat untuk kebutuhan aplikasi apapun. Modul Central Part
yang paling utama adalah Control Processor, module watchdog, dan
communication processor
4
Gambar 4.6 CP 1 & PC 2
B. Watchdog Modul
4
C. Communication Processor
D. Interconnection
Setiap rak di Central Part memiliki modul Vertical Bus Driver (VBD)
untuk mengontrol MV-Bus. Vertical Bus (MV-Bus) merupakan sebuah flat cable
yang terpasang secara vertikal di dalam kabinet FSC yang memisahkan Central
Part dengan I/O system.
Setiap rak I/O mengandung modul Horizontal Bus Driver (HBD), yang
berhubungan dengan V-Bus. Modul HBD mengontrol Horizontal Bush-Bus), yang
merelay sinyal dari V-Bus menuju modul I/O melalui flat cable. Modul H-Bus
terletak pada masing-masing rak I/O bagian atas. Horizontal Bus dan flat cables
ditutup dengan lembaran penutup dari besi untuk menghindari EMC/RFI secara
optimum. Plat penutup ini mengandung paper strip yang menahan tagging
process yang berhubungan untuk identifikasi sinyal [5].
4.3.3 Input/output Interface
Sistem FSC menyediakan berbagai macam interface, input dan output jenisdigital
dan analog, masing-masing dengan karakteristik yang berbeda untuk memenuhi
permintaan field equipment yang berbeda-beda pula perbedaan karakteristik I/O
jenis digital dan analog dapat dilihat dari tabel berikut.
4
Tabel 3.2 Data perbedaan Interface I/O
4
dengan benar. Konfigurasi FSC dengan Central Part dan interface I/O non-
redundant biasanya digunakan untuk aplikasi dengan permintaan medium untuk
sistem availability, contoh karena redundant dalam plant equipment.
Sebuah konfigurasi FSC dapat termasuk redundant Central Part dengan
kombinasi antara redundant dan non-redundant I/O interface. Konfigurasi
tersebut menjadi kuat, dengan process control function yang meminta high
reliability dapat dikontrol melalui redundant I/O interface dan kurang meminta
control functions melalui non-redundant I/O interface [6].
4.3.4 Konfigurasi dan Pemrograman FSC
Deskripsi dari aplikasi, pada langkah ini kita menentukan segala informasi
tentang aplikasi seperti lokasi dan nama dari aplikasi tersebut.
a. Definisi bentuk konfigurasi dasar, pada menu ini kita menentukan
parameter konfigurasi dasar seperti safety class, sistem redundant dan tipe
memori yang digunakan.
b. Definisi dari bentuk fisik dan tata ruang daripada cabinet pada langkah ini
kita menentukan rak yang akan diisi pada cabinet dan posisi dari rak
tersebut.
c. Definisi dari modul dan cabinet, pada langkah ini kita akan menentukan
modul, yang akan diletakkan pada masing-masing rak pada cabinet
tersebut, seperti central part modul bus driver, dan modul I/O
d. Spesifikasi dari sinyal yang digunakan pada aplikasi FSC, pada langkah
ini kita akan menentukan karakteristik semua sinyal yang digunakan
dalam aplikasi FSC. Langkah ini dapat dilakukan secara manual namun
bisa juga dilakukan melalui mengimpor data dari file data base.
e. Menempatkan variabel Input dan Output ke Channel I/O
4
Gambar 4.7 Konfigurasi parameter instrument main menu FSC
Tugas khusus sistem FSC di dalam lingkungan proses ditentunkan oleh peng-
aplikasian program. Software FSC menyediakan dukungan untuk tugas-tugas
yang harus dilakukan selama konfigurasi dan desain. Dengan FSC Navigator,
dokumentasi proyek dapat dilakukan secara otomatis dan siap digunakan.
a. New Project, menu ini digunakan untuk membuat suatu proyek baru.
b. Open Project, pada menu ini digunakan untuk melakukan modifikasi pada
proyek yang sudah ada sebelumnya (existing).
c. System Configuration, menu ini digunakan untuk melakukan konfigurasi
atau melakukan pemeliharaan pada proyek yang sudah ada.
d. Design FLDs, menu ini digunakan untuk mendesain Functional Logic
Diagram (FLD) yang digunakan untuk membuat application logic.
e. Translate Application, menu ini digunakan untuk mengkonversi FLD
menjadi aplikasi yang dapat digunakan oleh sistem FSC juga melakukan
pengecekan pada perubahan yang sudah dilakukan pada sistem konfigurasi
dan desain FLD.
f. Load Software, menu ini digunakan untuk mendownload software dari
hard disk ke dalam sistem FSC (Central Part).
4
Gambar 4.8 Menu struktur dari sistem konfigurasi
A. Konfigurasi Sistem
5
B. Desain Aplikasi
a. Area informasi
Functional Logic diagram flame detector yang digunakan oleh instrument control
untuk mengetahui proces kerja kontroler baik yang berada di lapangan hingga yang
di tampilkan pada MMI (Main Machine Interface) dan DCS sistem. Proses kerja alur
Fuctional Diagram pada gambar diatas di awali dari sebelah kiri yang terdiri dari
Input yang berupa sensor detector yang terdapat pada bagian lapangan, dengan tag
number alat 33-BE-700 yang berada pada train 4K-2.
Jika detector mendeteksi adanya sumber percikan api maka sensor yang
berada pada train 4k-2 akan mengirimkan sinyal dengan mengaktifkan fire alaram
“Activated” di terima oleh logic diagram and, dan akan di proses. Kemudian pada
tombol set dan reset R & S yang merupakan tombol yang berfungsi untuk mereset
keseluruhan alaram apabila terjadi indikasi kebakaran lalu mengirim kan sinya DCS
address kepada MMI untuk memberi tahu kepada oprator control bahwa terjadi
5
indikasi bahaya kebakaran.
Pada bagian kanan merupakan Output dari FLD, yang terdiri atas, MMI (Main
Machine Interface), DCS address 3063 dan activated fire alaram pada
compressor yang berada di train 4K-2. Dan pada bagian tengah merupakan
bagian kontroler terdapat gerbang logika and, or, not, timer delay dan sinyal
pulse yang berfungsi untuk mengirimkan pulse alaram pada setiap train yang
ada.
Jika tidak ada percikan api “ Vaulty” maka maka nol dan sistem alaram tidak
akan aktivated dimana terdapat timer delay selama 2 detik untuk mengaktifkan
tombol reset untuk memreset semua alaram yang ada pada train E.
5
Gambar 4.11 Rack panel Dari Sistem FSC Honeywell
5
d. Communication Module
5
Modul ini adalah modul digital input yang memiliki 16 channel input digital
5
c. Dua station operator jarak jauh yang berada di Main Control Room dan di
Fire.
Perawatan untuk panel FSC dilakukan secara rutin setiap bulan, setiap
3 bulan dan setiap tahun atau shutdown.
a. Perawatan setiap bulan
5
b) Bersihkan semua debu yang menempel pada filter debu di
cabinet.
c) Periksa kecepatan distribusi power unit.
a) Detector troubleshooting
b. Software Troubleshooting.
5
Gambar 4.13 Diagram alir Troubleshooting flame detector
A. Detector Troubleshooting
5
LED merah akan
5
mati dan Hijau akan berkedip menyala selama 5 s dan padam selama 1 s.
Saat ini detector berada dalam kondisi READY. Apabila
detectormendeteksi sinar UV atau IR, kondisi detector berubah menjadi
WARN dengan lampu LED hijau akan tetap menyala dan lampu LED
merah akan berkedip secara lambat. Kemudian setelah beberapa detik,
detector akan berubah kondisi menjadi ALARM. Lampu LED hijau akan
tetap menyala dan lampu LED merah akan berkedip secara cepat. Detector
akan Latchingsampai di-reset. Secara manual oleh teknisi dari instrument
dept. Apabila kondisi COMP FAULT terjadi lampu LED hijau akan
Voltage FAULT/ Shorted Reset Switch terjadi, lampu LED hijau akan
berkedip secara cepat. Jika semuanya berjalan normal/lancar maka detector
tidak akan mengalamimasalah atau troubleshooting.
Adapun beberapa masalah yang mungkin terjadi pada detector antara lain :
6
Tabel 4.3 Kemungkinan Permasalahan, Penyebab dan solusi yang terjadi pada
Flame detector
Tidak ada sinyal keluaran dan Tidak ada sumber Pastikan sumber daya 24 Vdc
lampu LED hijau mati. tegangan input. terhubung pada polaritas yang
tepat.
Tidak ada sinyal keluaran dan AULT akibat tegangan Pastikan sumber daya
lampu LED hijau berkedip masukan terlalu kecil. masukan tidak kurang dari 20
secara cepat. Vdc.
Sinyal keluaran 2 mA dan COPM FAULT atau lensa Bersihkan lensa detektor UV
lampu LED hijau berkedip detektor kotor. atau IR.
secara lambat.
6
B. Wiring Troubleshooting
a. Terminal (TB)
Terminal Box (TB) merupakan tempat berkumpulnya kabel-kabel dari
lapangan yang ditempatkan menjadi satu tempat dalam satu box HMCS
cabinet yang bertujuan untuk memudahkan connection antara detector
dengan modul pengontrolan dan memudahkan bila terjadi troubleshooting.
6
b. Surge Arrester (SA)
Surge arrester berfungsi sebagai proteksi agar tegangan di line stabil, dan
juga sebagai proteksi terhadap petir.
Bila akan mengecek jika terjadi trouble shooting pada surge arrester
dapat dilakukan dengan cara mengukur impedansi pada kabel conector
dengan menggunakan multimeter.
6
Troubleshooting yang biasa terjadi adalah koneksi yang lepas dan longgar
di socket connector antara detector dan Terminal, terminal dengan surge Arrester,
surge arrester dan FTA Card dengan FSC. Selain problem koneksi yang lepas dan
longgar, kadang-kadang sering terjadi pula salah polaritas yang dapat
mengakibatkan tidak terjadi koneksi antara tiap cabinet, dan juga sering terjadi
putusnya kabel antar connector serta short circuit yang dapat mengakibatkan
rusaknya modul. Untuk mendeteksi adanya kesalahan koneksi maka dapat
menggunakan multimeter sebagai pendeteksinya.
6
Gambar 4.21 Translate Application
Jika pada ”Total number of errors detected during translate” menyatakan 0, itu
berarti logic yang sudah ada tidak mengalami masalah [5].
6
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Konfigurasi flame detector untuk HMCS, yang merupkan sistem keamanan pada
PT Badak LNG. Yang memiliki beberpa detector yang dikontrol oleh modul FSC
(Fail Safe Control) yang kemudian datanya di tampilkan oada Main Machine
Interface yang terletak di fire station.
b. Prinsip Kerja flme detector tipe FLH-3100 yang ada di Train E Badak LNG
memiliki 2 buah sensor yaitu sensor Infrared dan sensor Ultra Violet. Sensor UV
mendeteksi panjang gelombang sekitar 0,19-0,26 mikron dengan rentang panjang
190-260 nm. Detector ini mendeteksi kebakaran dan ledakan di antara 3-4
milidetik. Sedangkan gelombang IR mendeteksi gelombang radiasi infrah red
pada panjang gelombang 4,1-4,6 mikron dari satu pancaran cahaya, dengan
rentang panjang 4100-4600 nm, detector ini mendeteksi pancaran cahaya IR
dengan Respon waktu 3-5 milidetik.
5.2. Saran
6
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sobirin, Iskandar., FAIL SAFE CONTROL SYSTEM, Instrument Section
PT Badak NGL. Bontang.
[2] Hermanto, Agus., HMCS AND HAZARD FIELD DEVICES, Instrument
Section PT Badak NGL. Bontang.
[3] General Monitors FL 3100H / FL 3101H Manual Book, PT. Badak NGL.
[4] HMCS System MMI Manual FSC-Honeywell,PT.Badak NGL.
[5] Software Manual FSC-Honeywell,Botang , PT. Badak NGL.
[6] Maintenance & installation FSC-Honewell, PT Badak NGL.
[7] Lita, “Mengenal Cara Kerja dan Jenis-jenis Alat Pendeteksi Kebakaran,”
www.sewakantorcbd.co,2018.https://www.sewakantorcbd.com/blog/mengena
l
-cara-kerja-dan-jenis-jenis-alat-pendeteksi-kebakaran/.
6
LAMPIRAN I
Pengetesan flame detektor sebelum digunakan tipe FL 3100H Oleh Maintenace.
6
Lokasi pemasangan Flame detector di 4K-1/2/3 Train E Badak LNG
7
LAMPIRAN II
FLAME DETECTOR FL-
H10
7
LAMPIRAN III
KUISIONER KINERJA MAHASISWA
7
7
7
7
LAMPIRAN IV
CATATAN HARIAN KERJA PRAKTEK & LEMBAR BIMBINGAN DOSEN
PEMBIMBING LAPANGAN
7
7
7
7
Lembar Bimbingan Kerja Praktek Dosen Pembimbing Lapangan
8
LAMPIRAN V
SERTIFIKAT KERJA PRAKTEK & LEMBAR PENILAIAN PERUSAHAAN
8
8
8
8