Anda di halaman 1dari 15

Jawaban Soal Latihan Mars S2 UEU

1. SOAL 1 – Uji Kruskal Wallis

A. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (data relative kecil < 30), seluruh hasil pengukuran pada
semua lab memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tidak berdistribusi normal. Karena data tidak berdistribusi normal sehingga uji beda
terhadap kadar amilasi serum dari 4 lab tersebut dilakukan dengan uji statistik nonparametrik
yaitu Uji Kruskal Wallis.

B. Uji Kruskal Wallis

Dengan nilai Asymp. Sig. (p value) sebesar 0,913 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar amilase serum diantara ke
4 lab tersebut.
C. Grafik Kadar Amilasi Serum
2. SOAL 02 – Uji Regresi Linear Sederhana

A. Uji Regresi Linear Sederhana

Hasil ini menunjukan bahwa nilai F (table ANOVA) sebesar 3,584 dan p= 0,061 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak bermakna. Data dari table ‘Coeffisients’ berdasarkan
nilai-nilai B, kita dapat tulis persamaan garis:
Y = 10,971 + 0,043X
Dimana :
X = Asupan zat besi
Y = Hemoglobin
Terlihat dari besaran nilai β1 (variable asupan zat besi) sebesar 0,043 dan standar error = 0,023
dengan nilai t = 1,893 dan p=0,061 (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan 1 asupan
zat besi (hanya) meningkatkan Hemoglobin sebesar 0,043. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa variable asupan zat besi tidak mempengaruhi variable Hemoglobin.
3. SOAL 3 – Uji Kruskal Wallis

D. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (data relative besar ≥ 30), ada kelompok umur
yang memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak seluruh data berdistribusi normal. Karena ada data yang tidak berdistribusi normal
sehingga uji beda terhadap serum ferritin dari 3 kelompok umur tersebut dilakukan dengan uji
statistik nonparametrik yaitu Uji Kruskal Wallis.

E. Uji Kruskal Wallis

Dengan nilai Asymp. Sig. (p value) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara serum ferritin diantara ke 3 kelompok
umur tersebut.
F. Grafik Serum Ferritin
4. SOAL 04 – Uji T Independen

A. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (data relative kecil < 30), kedua kelompok mahasiswa
memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal sehingga uji beda terhadap Self
Esteem dari 2 kelompok mahasiswa tersebut dilakukan dengan uji statistik parametrik yaitu Uji
T Independen.

B. Uji T Independen

Dari tabel ‘Group Statictics’ tampak nilai rata-rata untuk kelompok mahasiswa konformis
49,300±5,539 dan kelompok mahasiswa non-konformis 53,917±7,585. Pada tabel ‘Independent
Samples Test’, kolom ‘Levene’s test for Equality of Variances’ terlihat sig. = 0,185 (p>0,05)
sehingga asumsi kehomogenan ragam terpenuhi, maka gunakan baris pertama ‘Equal variances
assumed’ terlihat nilai t = -1,599, df = 20 dan sig. (2-tailed) = 0,125 dan rata-rata perbedaan
kedua kelompok = -4,617. Karena nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai Self Esteem dari kelompok mahasiswa
konformis dan non-konformis.
C. Grafik Self Esteem
5. SOAL 05 – Uji T Independen

A. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (data relative besar ≥ 30), pengukuran tinggi
badan oleh A dan oleh B memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p < 0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal sehingga
uji beda terhadap pengukuran tinggi badan oleh A dan oleh B tersebut dilakukan dengan uji
statistik parametrik yaitu Uji T Independen.

B. Uji T Independen

Dari tabel ‘Group Statictics’ tampak nilai rata-rata untuk pengukuran tinggi badan oleh A
152,347±7,181 dan pengukuran tinggi badan oleh B 152,632±7,131. Pada tabel ‘Independent
Samples Test’, kolom ‘Levene’s test for Equality of Variances’ terlihat sig. = 0,898 (p>0,05)
sehingga asumsi kehomogenan ragam terpenuhi, maka gunakan baris pertama ‘Equal variances
assumed’ terlihat nilai t = -2,282, df = 198 dan sig. (2-tailed) = 0,779 dan rata-rata perbedaan
kedua kelompok = -0,285. Karena nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai pengukuran tinggi badan yang dilakukan
oleh A dan oleh B.
C. Grafik Pengukuran Tinggi Badan
6. SOAL 06 – Uji T Paired

A. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (data relative kecil < 30), denyut jantung tikus sebelum
dan setelah hidup berkumpul memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p < 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal
sehingga uji beda terhadap denyut jantung tikus sebelum dan setelah hidup berkumpul dilakukan
dengan uji statistik parametrik yaitu Uji T Paired.

B. Uji T Paired

Dari tabel ‘Paired Samples Statictics’ tampak nilai rata-rata denyut jantung tikus sebelum hidup
berkumpul 436,300±24,554 dan denyut jantung tikus setelah hidup berkumpul 461,400±46,424.
Pada tabel ‘Paired Samples Test’ terlihat perbedaan rata-rata denyut jantung tikus sebesar 25,100
dengan standar deviasi 27,859 dan standar error 8,810; nilai t = -2,282, df = 9 dan sig. (2-tailed)
= 0,019. Karena nilai p lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan rata-rata denyut jantung tikus antara sebelum dan setelah hidup berkumpul.
C. Grafik Denyut Jantung Tikus
7. SOAL 07 – Uji Korelasi Pearson

A. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (data relative kecil < 30), diskriminasi visual dan
kemampuan membaca memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p < 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal sehingga uji
korelasi antara diskriminasi visual dan kemampuan membaca dilakukan dengan uji statistik
parametrik yaitu Uji Korelasi Pearson.

B. Uji Korelasi Pearson

Dari tabel diatas terlihat bahwa korelasi antara diskriminasi visual dan kemampuan membaca
sebesar r = 0,953 dan p = 0,000 (p<0,05); ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
diskriminasi visual dan kemampuan membaca.
C. Grafik Korelasi Diskriminasi Visual dan Kemampuan Membaca

Anda mungkin juga menyukai