I. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negeri khatulistiwa yang diberikan kekayaan alam, pulau dan lautan serta
flora fauna, ternyata juga memiliki berjuta ragam tanaman obat yang berpotensi dikembangkan
untuk menambah nilai industri obat berbahan herbal (Jamu, Obat Herbal Terstandar/OHT, dan
Fitofarmaka) yang jauh lebih besar dibanding negara lain. Sebagai negara yang memiliki tidak
kurang dari 30.000 spesies tumbuhan maupun sumber daya laut, tentunya tidak aneh jika
Indonesia dapat menjadi pengekspor produk obat herbal terbesar di dunia. Namun faktanya,
sekitar 9.600 spesies tanaman dan hewan yang diketahui memiliki khasiat obat belum
dimanfaatkan secara optimal sebagai obat herbal.
Berbagai kebijakan tentang potensi produk tanaman herbal sebagai bahan dasar obat
merupakan hal yang sangat baik untuk didukung. Potensi bahan herbal sebagai obat yang
dimiliki Indonesia harus dikawal agar dapat dikembangkan oleh para peneliti, sehingga dapat
memenuhi permintaan akan obat berbahan alam (tradisional) dan suplemen kesehatan dari
bahan alam / Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang semakin meningkat.
Dalam lnstruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan lndustri
Farmasi dan Alat Kesehatan, Presiden menginstruksikan kepada Menteri Kesehatan RI untuk
memfasilitasi pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan ke arah natural. Sebagai
tindak lanjut dari lnstruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016, Kementerian Kesehatan RI
menetapkan Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan lndustri
Farmasi dan Alat Kesehatan. Skenario pengembangan industri farmasi akan dilakukan secara
bertahap dalam 4 pilar fokus utama pengembangan bahan baku sediaan farmasi, salah satunya
melalui pengembangan industri farmasi produk natural.
Fitofarmaka merupakan hasil pengembangan dari pemanfaatan bahan alam Indonesia, telah
melalui standardisasi produk dan dibuktikan keamanan serta khasiatnya secara ilmiah melalui
uji praklinik dan uji klinik demi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Meskipun
fitofarmaka sudah memiliki evidence-based, pemanfaatannya belum optimal.
Oleh karena itu, disusun Formularium Fitofarmaka. Saat ini terdapat produk Fitofarmaka,
sebagai berikut: 68 Obat Herbal Terstandar (OHT) dan 24 Fitofarmaka (FF).
II. PERMASALAHAN
1. Bagaimana caranya agar fitofarmaka yang sudah diproduksi melalui uji klinik dalam rangka
meningkatkan pemanfaatan fitofarmaka di fasilitas pelayanan kesehatan bisa mendorong
dokter untuk pengembangan fitofarmaka, dan juga menggunakan produk yg telah dilakukan
uji klinik untuk diresepkan dalam layanan kesehatan?
2. Bagaimana dokter sebagai tenaga profesional juga dapat terlibat dan ikut berperan dalam
layanan kesehatan tradisional serta membantu masyarakat dalam upaya menjaga
kesehatan?
IV. MANFAAT
1. Meningkatnya pemahaman dan penggunaan fitofarmaka yang aman, bermutu, berkhasiat,
dan terjangkau.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan fitofarmaka dalam layanan kesehatan tradisional secara
holistik.
3. Meningkatkan pemahaman dan rasa aman masyarakat dalam menggunakan obat
berbahan alam dalam pengawasan dokter.
V. JENIS KEGIATAN
Rencana seminar series fitofarmaka (offline) akan diselenggarakan di 6 (enam) kota, yaitu; DKI
Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Palembang.
a. Seminar sehari di tiap kota
b. Tema: "Peran Dokter dalam Pemanfaatan Obat Berbahan Alam Indonesia dalam
Pelayanan Kesehatan" (dapat menyesuaikan kepada tema yang ada di timeline kegiatan
masing masing IDI Wilayah)
c. Waktu dan tempat; sesuai wilayah masing-masing, pukul 08:30 - 13:00 WIB. Rentang
pelaksanaan seminar dari bulan Desember 2022 s/d bulan Maret 2023. DKI Jakarta
direncanakan pelaksanaannya di awal bulan Desember 2022.
• Keynote Speech: Ketua Umum PB IDI.
• Tema: "Kebijakan Pemanfaatan dan Pembiayaan Penggunaan Fitofarmaka" -
Narasumber dari Kementerian Kesehatan RI (Direktorat Jenderal Alat Kesehatan dan
Farmasi Kemenkes RI).
• Tema: "Manajemen Monitoring Efek Samping Obat Tradisional (MESOT)" -
Narasumber dari BPOM RI.
• Tema: "Kebijakan PB IDI terhadap Dokter dalam Pelayanan Kesehatan Tradisional" -
Narasumber dari Bidang Pembinaan Pengembangan Obat-Obatan dan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Holistik PB IDI.
• Tema: "Uji Klinik dan Good Manufacture Obat Berbahan Alam (CPOTB)
Narasumber: Pak Raymond.
• Tema (menyesuaikan dari IDI Wilayah masing-masing) - Narasumber dari IDI Wilayah
masing-masing.
• Tema (menyesua ikan dari IDI Wilayah masing-masing) - Narasumber dari IDI Wilayah
masing-masing.
d. BerSKP.
e. Peserta: target 300 dokter anggota IDI Wilayah dan IDI Cabang masing masing.
VIII. PENUTUP
Demikian kerangka acuan pelaksanaan kegiatan seminar.