NIM : P01031121107
A. TANDA-TANDA KLINIS
2. Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gizi baik sign (gejala yang diamati) dan
symptom (gejala yang tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi).
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda yang muncul pada beberapa organ
Antara lain ;
Rambut
Wajah
a. penurunan pigmentasi,
e. pengeringan kornea.
Mata
b. keratomalasia,
c. angular Palpebritis,
d. corneal vascularization,
f. corneal arcus,
g. xantromata,
h. corneal scars.
Bibir
a. angular stomatitis,
c. cheilosis.
Lidah
c. lidah magenta,
d. atrofi papilla
Gigi
a. mottled enamel,
b. karies gigi,
c. pengikisan (attrition),
Gusi
a. spongy,bleeding gums,
c. recesion of gums.
Kelenjar
a. pembesaran tiroid,
b. pembesaran parotid,
d. gynaecomastia.
Kulit
a. Xerosis: mengalami kekeringan tanpa mengandung air. Tanda-tanda kulit ini sangat berhubungan
dengan lingkungan (kondisi kotor, iklim), dan jarang terjadi dari genetik.
b. Follicular hyperkeratosis
Tipe 1: membentuk plak yang mirip duri, kulit sekitarnya kering dan kekurangan jumlah kelembaban
normal. Kondisi ini diistilahkan kulit katak.
Tipe 2: folikel rambut berisi darah atau pigmen, ada lingkaran jingga di sekitarnya, kulit tidak selalu
kering. Tandanya kurang jelas pada orang yang kulit gelap.
c. Petechiae: Membran berlendir ada bintik kecil pada kulit keduanya sulit terlihat pada orang gelap.
d. Pellagrous: Pigmen berlebihan dengan atau tanpa pengelupasan kulit. Terjadi pada bagian tubuh yg
sering terkena sinar matahari seperti dagu dan lengan depan. Akut : kulit merah, bengkak, pecah2, gatal
dan terasa terbakar.
Kuku
• Koilonychia
Kuku berbentuk sendok pada orang dewasa atatau karena kurang Fe. Umumnya pada kuku jempol pada
amasyarakat yang sering berkaki telanjang.
a. Bilateral edema
Pertama terlihat pada kaki dan mata kaki bisa meluas pada area lain dalam keadaan parah. Dapat
diketahui dengan memberi tekanan kuat selama 3 detik dengan satu jari dibawah portion tibia. Positif jika
terdapat lubang yang terlihat dan terasa.
Tanda sistem tulang dan otot berhubungan dengan kekurangan gizi adalah:
a. Muscular wasting
Dapat dideteksi dengan pengamatan bisep atau trisep. Secara kasar dapat dilihat pada kemampuan anak
untuk mengangkat kepala dan kemampuan bangun dari posisi tidur ke duduk.
b. Craniotabes
Melunaknya daerah tengkorak biasanya terjadi pada tulang ocipital dan pariental.
Sistem internal
a. Sistm gastrointestinal.
b. Hepatomigali.
Penting untuk mengetahui tanda klinis marasmus atau kwashiorkor karena mereka membutuhkan
perawatan khusus yang segera, yang meliputi pemberian makanan khusus, pemantauan pertumbuhan,
pemberian obat seperti antibiotik, dan lain-lain. Tidak tergantung berat badan, anak dengan gejala seperti
ini harus segera dirujuk dan ditangani. Pada kekurangan gizi Marasmus akan ditandai:
a. Keadaan kurang gizi tingkat berat ini ditandai dengan anak sangat kurus dengan penampilan tulang
berbalut kulit. Hal ini disebabkan oleh kehilangan otot dan jaringan lemak sehingga wajah anak terlihat
tua, tulang rusuk menonjol dan lipatan kulit pada pantat memperlihatkan seolah-olah anak sedang
memakai celana longgar (baggy pants). Berat badan menurut umur dan berat badan menurut
panjang/tinggi biasanya sangat rendah.
b. Walaupun kwashiorkor dan marasmus menunjukkan gejala yang berbeda, tetapi pada masyarakat yang
banyak terdapat kasus gizi buruk, dapat terjadi gejala campuran. Sebagai contoh seorang anak dengan
keadaan sangat kurus seperti marasmus, disertai dengan gejala perubahan pada kulit dan rambut atau
edema seperti pada penderita kwashiorkor. Bagian atas badannya kurus, tetapi bagian bawah badan
membengkak dengan edema.
2. Penyebab Anemia
Apa penyebab anemia? Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam
folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan oleh produksi/kualitas sel
darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun.
1) Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan sumber zat besi yang
berperan penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi
lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
2) Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan sering disertai anemia,
karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri
b. Perdarahan (Loss of blood volume)
1) Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang mengakibatkan kadar Hb menurun.
c. Hemolitik
1) Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena terjadi hemolitik yang
mengakibatkan penumpukan zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.
2) Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik yang menyebabkan anemia karena sel
darah merah/eritrosit cepat pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.
3. Gejala Klinis Anemia
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai
sakit kepala dan pusing (“kepala muter”), mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta
sulit konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “pucat” pada muka, kelopak mata, bibir,
kulit, kuku dan telapak tangan.
4. Dampak Anemia
Apa dampak dari anemia? Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada remaja putri dan
Wanita Usia Subur di antaranya:
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena penyakit infeksi.
b. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen ke sel otot dan sel otak.
Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan zat gizi mikro, khususnya zat besi dan asam folat adalah
melalui fortifikasi makanan. Contoh bahan makanan yang difortifikasi adalah tepung terigu dan beras
dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2.
6. Pengobatan Penyakit Penyerta
Penanggulangan anemia pada remaja putri dan Wanita Usia Subur harus dilakukan bersamaan dengan
pencegahan dan pengobatan, antara lain:
b. Kecacingan
c. Malaria
d. Tuberkulosis (TBC)
e. HIV/AIDS
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID UNICEF
- XN : Buta senja
- X3A : Keratomalasia atau ulserasi kornea (borok kornea) kurang dari 1/3 permukaan kornea
a. Kurang Vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan
mereka rentan terhadap berbagai penyakti infeksi, sehingga mudah sakit.
b. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain,
penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat
kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan
vitamin A dalam tubuh.
c. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada
mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
d. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita KVA karena ASI
merupakan sumber vitamin A yang baik.
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena
tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus menerus, dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kekurangan iodium memberikan gambaran klinik yang semuanya disebut Iodine Deficiensy Disorders
(IDD) yang meliputi gondok Endemik dan kretin. Spektum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai
stadium, kretin endemik yang terutama ditandai oleh gangguan mental, gangguan pendengaran,
gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, kadar hormon rendah, dan angka lahir dan
kematian bayi meningkat. Kekurangan iodium dapat menurunkan konsentrasi hormon tiroid dan
hormon perangsang-tiroid atau TSH meningkat, sehingga kelenjar tiroid mampu menyerap lebih banyak
iodium. Jika kekurangan berlanjut, maka sel kelenjar tiroid membesar. Pembesaran kelenjar tiroid
dinamakan gondok. Gondok biasanya disertai dengan gejala-gejala yaitu malas dan lamban, kelenjar
tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan bayi
lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang disebut
kretinisme.