Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ILHAM FAUZAN

NIM : 6111211087

KELAS : IP C 2

MATA KULIAH : EKOLOGI PEMERINTAHAN

DOSEN PENGAMPU : SITI MUNAWAROH, S.IP., M.Si

Analisis Faktor Ekologi Yang Mempengaruhi Pemerintahan Daerah Secara Umum

Ekologi Pemerintahan membentuk suatu kerangka konseptual yang melibatkan


pemahaman dampak lingkungan terhadap pemerintahan. Iskandar et al (2022)
menggambarkan bahwa pendekatan ekologi pemerintahan memandang pemerintahan
sebagai sebuah ekosistem, suatu sistem dengan lingkungan strategis sendiri dan interaksi
yang kompleks dengan sekitarnya. Dalam konsep ini, Maolani et al (2020) menjelaskan
bahwa faktor-faktor ekologis memainkan peran kunci sebagai subsistem yang saling terkait
fungsional.
Sebagai suatu konsep yang tidak hanya bersifat teoretis, pemahaman ekologi
pemerintahan juga memiliki relevansi praktis. Selain sebagai kerangka konseptual, konsep
ini memberikan pedoman praktis bagi pemerintah dalam mengelola dinamika kompleks
sistem administrasi negara. Akbar et al (2021) menekankan bahwa faktor-faktor ekologi,
terutama dalam pertumbuhan negara, memainkan peran integral dalam pengembangan
administrasi publik, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia, Garmana (2020) menunjukkan bahwa penerapan good governance
yang sesuai dengan prinsip demokrasi Pancasila dapat menciptakan dinamika ekologi
pemerintahan yang seimbang dan stabil. Prinsip-prinsip dasar good governance seperti
akuntabilitas, partisipatif, dan transparansi bersama dengan prinsip-prinsip pendukung
lainnya menjadi landasan untuk mencapai tujuan harmonisasi hubungan timbal balik,
mewujudkan cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan memastikan
implementasi good governance. Dalam pemahaman ekologi, F. W. Riggs mengembangkan
Model Keseimbangan yang mempertimbangkan faktor-faktor ekologis seperti aspek
ekonomi, struktur sosial, jaringan komunikasi, pola ideologi, dan sistem politik (Maolani
et al, 2020). Model ini menciptakan gambaran bahwa faktor-faktor ekologis saling
berinteraksi dan memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri dalam menghadapi
tekanan dari luar sistem administrasi negara.
Konsep ekologi pemerintahan, seiring dengan perkembangan ilmu pemerintahan,
juga menunjukkan peran penting teknologi. Para pemikir awal seperti Weber, Fayol,
Taylor, dan Fred Riggs menekankan teknologi sebagai faktor ekologi yang memengaruhi
praktik administrasi publik. Johanes (2018) bahkan menyoroti bahwa teknologi informasi,
sebagai bagian dari revolusi industri, dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
organisasi serta kualitas pelayanan publik. Tak hanya itu, Sitanggang (1997) dikutip dalam
Engkus et al (2021) menjelaskan bahwa ekologi tidak hanya mencakup aspek fisik
lingkungan tetapi juga faktor-faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, hukum, dan
pertahanan keamanan, seperti yang diungkapkan oleh. Faktor-faktor ini memiliki dampak
timbal balik terhadap sistem administrasi negara, baik di negara-negara agrarian maupun
industri.
Konsep ekologi pemerintahan juga memberikan landasan untuk memahami evolusi
sistem administrasi negara. Sebagaimana dijelaskan oleh Alexander Von Humboldt
(dikutip dalam Hasibuan (2019)), pemerintahan dianggap sebagai organisme hidup yang
mengalami tahap kelahiran, kehidupan, perkembangan, dan mungkin pergantian oleh
sistem lain. Pemahaman ini menciptakan kesadaran bahwa pemerintahan perlu beradaptasi
dengan perubahan lingkungan dan dinamika sosial untuk tetap relevan dan efektif. Dalam
konteks praktik administrasi publik, faktor-faktor ekologi, termasuk isu lingkungan
manusia memiliki relevansi yang signifikan. Aprianingsih, et al (2022) menyoroti bahwa
orientasi administrasi publik yang fokus pada pelayanan kepada masyarakat membuat
faktor-faktor ekologi, seperti aspek sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, dan
pertahanan keamanan, tak terpisahkan dari praktik administrasi publik.
Terakhir, istilah ekologi sendiri berasal dari oikos (rumah atau tempat tinggal) dan
logos (ilmu atau pengetahuan). Sehingga, secara umum, ekologi merujuk pada ilmu yang
mempelajari interaksi timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan
lingkungannya (Engkus, et al., 2022). Dalam konteks administrasi negara, Fakhsiannor
(2016) menyebut bahwa faktor-faktor ekologi memiliki dampak terhadap proses sistem, di
mana input diubah menjadi output selama proses tersebut.
Dengan demikian, pemahaman ekologi pemerintahan tidak hanya menyajikan
kerangka konseptual tetapi juga memberikan pedoman praktis bagi pemerintah dalam
mengelola dinamika kompleks sistem administrasi negara. Kesadaran terhadap interaksi
timbal balik antara pemerintahan dan lingkungan, serta adaptasi terhadap perubahan
ekologis dan sosial menjadi kunci untuk mencapai keberlanjutan dan kesuksesan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Faktor-faktor ekologis seperti politik,
ekonomi, budaya, teknologi, hukum, agama, dan pertahanan keamanan dianggap memiliki
peran krusial dalam membentuk dinamika dan keberlanjutan sistem administrasi negara.
Daftar Pustaka

Akbar, H. F., Turmuji, H. F., Lestari, M. D., Jabbar, M. A., & Abdal. (2021). Faktor-Faktor
Ekologi Administrasi Dalam Sistem Pemerintahanan Daerah. Jurnal Inovasi Penelitian,
1(12), 2751–2760.
Engkus, Sidiq, M. R., Sulaeman, M. Y., & Sofiah, N. (2021). Potensi Budaya Masyarakat Pada
Level Kelurahan Dalam Perspektif Ekologi Administrasi. Jurnal Dialektika: Jurnal Ilmu
Sosial, 19(3), 60–68. https://doi.org/10.54783/dialektika.v19i3.17
Fakhsiannor. (2016). Analisis Faktor Ekologi Terhadap Administrasi Negara Dalam Transformasi
Administrasi Modern. Julnal Ilmu Sosial Dan Politik, 1(1), 42–48. https://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/Asy/article/view/590
Garmana, D. H. (2020). Konsep dan Aktualisasi Good Governance alam Pelayanan Publik Oleh
Pemerintah Daerah. Journal of Regional Public Administration, 5(1), 1–10.
Hasibuan, A. S. (2019). Peranan Ekologi Pemerintahan Dalam Meningkatkan Daya Saing
Kebijakan Pemerintah Daerah. Jurnal Kebijakan Pemerintahan, 33–47.
https://doi.org/10.33701/jkp.v2i1.916
Iskandar, J., Nuraeni, N., Oriza, N., Setiawan, N. A., & Irawan, P. (2022). BUDAYA ORGANISASI
PADA KANTOR DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN
CIAMIS. 1(1), 1–10.
Johanes, B. (2018). Ekologi Administrasi Publik di Indonesia dalam Menghadapi Revolusi
Industri 4.0: Perspektif Kebijakan Publik. Public Inspiration: JurnalJohanes, B. (2018).
Ekologi Administrasi Publik Di Indonesia Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0:
Perspektif Kebijakan Publik. Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik, 3(2), 53–62.
Administrasi Publik, 3(2), 53–62.
Maolani, D. Y., Sya’diyah, H. H., Hajami, H. S., Sahara, I. A. P., & Asyifa, L. D. (2020). Analisis
Model Keseimbangan Pada Pemerintahan Desa. Jurnal Dialektika: Jurnal Ilmu Sosial, 18(3),
66–71. https://doi.org/10.54783/dialektika.v18i3.81
Sakti, F. T., Aprianingsih, M. K., Sidik, M. F., & Fajria, N. S. (2022). Perubahan Struktural dalam
Sistem Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan. Distingsi: Journal of …, 1(1), 33–41.
https://jurnal.panengen.com/index.php/djods/article/view/4%0Ahttps://jurnal.panengen.com
/index.php/djods/article/download/4/4
Sakti, F. T., Engkus, & Munir, M. (2022). Pendekatan Ekologi Administrasi Dalam Kebijakan
Sektor Pariwisata Kampung Naga Tasikmalaya. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
Negara, 9(3), 31–43. https://jurnal.unigal.ac.id/dinamika/article/view/9434

Anda mungkin juga menyukai