PUBLIK
Mata Kuliah : Ekologi Administrasi Publik
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS MADURA
PAMEKASAN
2022
ABSTRAK
Ekologi administrasi (negara) terdiri atas dua terminologi, yaitu ekologi dan
administrasi. Kedua terminologi ini dapat ditelusuri dari berbagai sudut dan setiap sudut
pandang tersebut memberikan pengertian berbeda. Hal ini disebabkan oleh latar belakang
pengalaman, pendidikan, dan cara pandang para ahli vang berbeda pula.
Dari telaahan berbagai referensi mengenai administrasi negara, dalam perspektif yang
lebih luas, administrasi negara dapat diartikan sebagai tindakan manusia yang bekerja sama
dalam lingkup kelembagaan birokrasi pemerintahan, dunia usaha dan/atau masyarakat, yang
bertujuan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Menurut Frederick, persoalan yang ada pada aspek sikap birokrasi sebenarnya lebih
kompleks daripada yang berkaitan dengan aspek struktural. Ia melihat bahwa meskipun
dihadapkan kesamaan, sikap-sikap birokrat sangat bervariasi di setiap saat dan tempat tanpa
menunjukkan suatu pola yang jelas dari perkembangannya,
A. PENDAHULUAN
Administrasi yang efektif dipicu oleh faktor utama, yaitu governance dan birokrasi
yang dikembangkan. Dua elemen ini masih harus didukung oleh faktor kepemimpinan.
Faktor-faktor ekologi menjadi elemen pemelihara: ekonomi, politik, dan sosial-budaya.
Dalam menghadapi perubahan, organisasi perlu melakukan adaptasi dengan lingkungan,
yaitu dengan melakukan strategi kompetisi atau strategi kooperasi. Ketika sumber daya
semakin langka, strategi yang digunakan adalahstrategi kompetensi. Jika kompetisi tidak
lagi sehat, strategi yang digunakan adalah strategi kooperasi. Isu penting dalam
lingkungan adalah sebagai berikut. Pertama, kekhasan kondisi Indonesia (geografis,
ekonomi, sosial, budaya) yang menjadikan banyak tuntutan pelayanan publik yang
sangat kompleks. Kedua, penerapan teori dan strategi administrasi publik dari Barat yang
tidak semuanya cocok diterapkan di Indonesia karena perbedaan sosial budaya. Ketiga,
penerapan teori dan strategi pembangunan dari luar negeri yang masih dipertanyakan
apakah dapat diterapkan dengan kekhasan Indonesia atau tidak. Keempat, penerapan
capacity building untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan responsivitas dalam
rangka kinerja pemerintahan dengan memusatkan pada pengembangan sumber daya
manusia, penguatan organisasi, dan reformasi kelembagaan, namun program ini menjadi
investasi yang boros. Kelima, prinsip-prinsip good governance yang masih menjadi
proyek dan dikhawatirkan menjadi paradigma palsu.
F. KESIMPULAN
Setiap negara tidak menggunakan cara yang sama, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan tiap-tiap negara sebagai konsekuensi logis adanya perbedaan kebutuhan.
Istilah governance sebenarnya sudah dikenal dalam literatur administrasi dan
ilmu politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson memperkenalkan bidang studi
tersebut kira-kira 125 tahun yang lalu. Wacana tentang governance yang baru muncul
sekitar beberapa tahun ini, terutama setelah berbagai lembaga pembiayaan internasional
mempersyaratkan good governance dalam berbagai program bantuannya. Para teoretisi
dan praktisi administrasi negara Indonesia, menerjemahkan ferm good governance
sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, tata kepemerintahan yang baik,
pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab, ada juga yang mengartikan
secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih. Governance menekankan pada
pelaksanaan fungsi governing secara bersamasama oleh pemerintah dan institusi-institusi
lain, yaitu LSM, perusahaan swasta ataupun warga negara.
Dengan adanya perkembangan good governance, prinsip-prinsip good
governance juga mengalami perkembangan, yaitu partisipasi, penegakan hukum,
transparansi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan
publik, efektivitas dan efisiensi, dan profesionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/439624134/Buku-Ekologi-
Administrasi-
pdf&ved=2ahUKEwjigv_xmbb1AhVm_XMBHTxFDo4QFnoECC0QAQ&usg=AOvVaw0tmc
CNKCG8cI8LMUwOGGAo
TRI GATRA
1. Geografis
Sebagai negara kepulauan dengan laut yang begitu luas dan lokasinya yang berada
di wilayah equator mengakibatkan Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Hal ini menyebabkan hampir setiap seluruh wilayah yang berada di
Indonesia berpotensi untuk memproduksi garam. Untuk menjadi persyaratan agar suatu
wilayah dapat menjadi tambak garam adalah:
a. Curah hujan tahunan yang kecil
b. Mempunyai sifat kemarau Panjang. Lama kemarau kering ini minimal 4 bulan.
c. Mempunyai suhu atau penyinaran matahari yang cukup. Makin panas suatu daerah,
penguapan air laut semakin cepat.
d. Mempunyai kelembaban rendah/kering. Makin kering udara daerah tersebut,
penguapan akan makin cepat.
2. Kekayaan Alam
Kondisi sebaran batuan yang didomonasi oleh batuan gamping dan batu lempung
merupakan suatu kondisi alam yang cenderung membawa keberuntungan bagi produksi
garam. Batu gamping dan batu lempung yang tersikap dipesisir atau perairan dangkal
dengan berjalannya waktu akan mengalami pelapukan baik oleh gelombang ataupun oleh
cuaca. Proses pelapukan secara berangsur berdampak pada pengkayaan komposisi
mineral air laut. Pelapukan batu gamping akan memperkaya kandungan kalsium (Ca) dan
batu lempung kandungan natrium (Na) dan Kalium (K). Sebaran mineral-mineral
tersebut menjadi salah satu penyebab kualitas garam yang dihasilkan sepanjang pesisir
Madura dengan kualitas bagus.
3. Penduduk
Madura sering disebut sebagai pulau garam, Karena banyak orang di pulau itu
pekerjaanya membuat garam, selain itu banyak tempat yang digunakan untuk membuat
garam, dengan demikian selain hasil produksi garam setiap tahunnya berjumlah banyak,
pembuatan garam. Garam merupakan mata pencarian pokok sebagian penduduk
Madura, serta garam yang dihasilkan memiliki kualitas baik
PANCA GATRA
1. Idiologi
Desa pengarengan sudah dikenal banyak orang, sehingga warga disana sudah dikenal
dengan sebutan pulau garam. Mereka menjual hasil olahan garam mereka dengan
keadaan sudah siap konsumsi tetapi mereka hanya menjual kepada agen-agen diluar
pulau madura. Mereka berharap bisa mengekspor lebih luas lagi agar hasil garam mereka
bisa tambah terkenal.
2. Politik
Pemilihan RT dan RW di kampung ini menggunakan sistem pemilihan secara
musyawarah. Salah satu alasan mengapa mereka menggunakan pemilihan musyawarah,
karena terkadang menggunkan sistem tersebut masih terjadi beberapa konflik, antara
kandidat satu dengan yang lainnya. Apalagi jika menggunkan sistem voting, takutnya ia
akan menimbulkan hal yang kurang baik.
3. Ekonomi
Ekonomi di desa ini bisa dibilang sangat cukup penjualan mereka kepada agen-agen
diluar pulau madura juga lumayan. Pendapatan mereka bisa sangat bagus. Mereka
mengekspor garam kepada agen-agen mereka dengan lumayan banyak untuk sekali
pengiriman.
4. Sosial budaya
Sosial budaya didesa ini bergotong royong dalam berkelanjutan pengusahaan garam.
Produksi garam ini tidak bisa mengendalikan satu petani saja, karena memiliki luas lahan
yang cukup besar. Biasanya yang membantu mereka adalah dari keluarga sendiri atau
meminta bantuan kepada orang lain.
5. Pertahan dan Keamanan
Keamanan di desa ini bisa dibilang tidak aman, karena para penduduk di kampung ini
terkadang hanya mementingkan diri sendiri. Tidak bisa menjaga keamanan antar warga.
Salah satu nya ia dari mereka mengambil hasil panen garam dari petani –petani garam.
Di desa ini perlu di adakan keamanan yang kuat agar bisa mempertahankan silahturahmi
antar warga.