Anda di halaman 1dari 40

HALAMAN EDITOR

: Model Pengembangan Kawasan


Judul
Perbatasan Berbasis Keruangan

Penulis : Muhamad Abizard

Editor : Muhamad Abizard

Penerbit : Erlangga

Tahun Terbit : 2022

Jumlah
: 41 halaman
Halaman

Tinggi : 21 cm

Lebar : 14,8 cm

Copyright © 2022 Penerbit Erlangga

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah


SWT. yang telah memberikan karunia-Nya
untuk dapat menyelesaikan buku
Perencanaan Kawasan Perbatasan ini.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih
kepada ibu Firsta Rekayasa Hernovianty, S.T,
M.T. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Perencanaan Kawasan Perbatasan.
Buku ini mengambil fokus tema dari teori
dan model pengembangan pada kawasan
perbatasan khususnya pada basis
keruangan.Sebagai kawasan yang dulunya
"terbelakang", kawasan perbatasan memiliki
banyak potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk peningkatan kesejahteraan baik untuk
masyarakat maupun negara. Namun,
minimnya perhatian pemerintah terhadap
pemanfaatan dan pengelolaan dari potensi
tersebutlah yang menyebabkan

vi
"keterbelakangan" kawasan perbatasan.
Dengan bergesernya paradigma perbatasan
yang sekarang menjadi "teras depan" suatu
negara, diperlukan adanya suatu model
pengembangan untuk meningkatkan kualitas
dari kawasan perbatasan.
Buku ini disusun untuk memberikan
pengetahuan dan informasi terkait model
pengembangan khususnya pada basis
keruangan yang tak lain dan tak bukan untuk
mencapai tujuan yang telah disebutkan
sebelumnya. Saya pribadi berharap buku ini
dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan yang berkaitan
dengan model pengembangan perbatasan
baik untuk saya sendiri maupun orang yang
membacanya.

Penulis

Pontianak, 10 Juni 2022

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN EDITOR ...................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................vi

DAFTAR ISI .................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................x

PENDAHULUAN ............................................................ 1

MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN


....................................................................................... 6

1. Model Pengembangan Pusat


Pertumbuhan ................................................. 7

a. Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) ... 10

b. Kawasan Berikat ..................................... 11

c. Kawasan Industri ..................................... 13

d. Pelabuhan Darat (Dry Port)................... 14

e. Welcome Plaza ....................................... 16

f. Kawasan Permukiman ........................... 17

2. Model Regional Networking ...................... 19

viii
LANGKAH-LANGKAH PEMBANGUNAN WILAYAH
PERBATASAN .............................................................. 23

1. Analisis Proyek .............................................. 24

2. Rencana Implementasi .............................. 30

a. Pengelolaan Wilayah ............................. 30

b. Jadwal Pelaksanaan.............................. 31

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................

BIOGRAFI PENULIS .........................................................

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Strategi Pengembangan Pusat


Pertumbuhan ................................................... 9
Gambar 2. Model Pusat Pertumbuhan ............ 18
Gambar 3. Model Regional Networking .......... 19

x
PENDAHULUAN

Berdasarkan hukum internasional,


pengertian dari wilayah perbatasan adalah
batas terluar dari suatu negara yang berupa
garis imajiner yang memisahkan negara yang
satu dengan negara yang lain baik berupa
batas darat, laut atau udara yang harus diatur
melalui sebuah perjanjian
Sebagai suatu kawasan vital yang
menjadi pembatas antara negara yang satu
dengan negara yang lain. Kawasan
perbatasan biasanya memiliki potensi yang
dapat dikembangkan antar negara baik
dalam aspek ekonomi, sosial-budaya,
infrastruktur, serta aspek keruangan dari
kawasan perbatasan tersebut. Selain itu juga
wilayah perbatasan saat ini memasuki
paradigma baru pengembangan wilayah.
Sebagai wilayah yang muncul akibat
globalisasi maupun desentralisasi kebijakan,

1
terjadi pergeseran paradigma keamanan
menuju kesejahteraan
Namun, pada fakta di lapangan hanya
segelintir negara yang dapat memanfaatkan,
mengembangkan, serta mengelola potensi
yang ada kawasan perbatasan negaranya
secara optimal. Kawasan perbatasan,
termasuk pulau-pulau kecil terluar, memiliki
potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat
besar yang dapat dioptimalkan
pemanfaatannya untuk meningkatkan
pertumbuhan perekonomian daerah dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain
itu, kawasan perbatasan merupakan kawasan
yang sangat strategis bagi pertahanan dan
keamanan negara. Potensi yang dimiliki oleh
kawasan perbatasan bernilai ekonomis yang
sangat besar, terutama potensi sumberdaya
alam (hutan, tambang dan mineral, perikanan
dan kelautan) yang terbentang di sepanjang
dan di sekitar perbatasan. Sebagian besar dari
potensi sumberdaya alam tersebut belum

2
dikelola dan sebagian lagi merupakan
kawasan konservasi atau hutan lindung yang
memiliki nilai sebagai “paru-paru dunia‟ (world
heritage) yang perlu dijaga dan dilindungi.
Selain itu juga, hingga saat ini kondisi
perekonomian sebagian besar wilayah di
kawasan perbatasan tersebut masih relatif
tertinggal jika dibandingkan dengan
pembangunan di wilayah lain. Di beberapa
kawasan terjadi kesenjangan pembangunan
kawasan perbatasan dengan negara
tetangga. Kondisi ini pada umumnya
disebabkan oleh masih terbatasnya
ketersediaan sarana dan prasarana sosial
ekonomi seperti sarana dan prasarana
perhubungan, telekomunikasi, permukiman,
perdagangan, listrik, air bersih, pendidikan, dan
kesehatan. Keterbatasan sarana dan
prasarana sosial ekonomi di kawasan
perbatasan tersebut menyebabkan minimnya
kegiatan investasi, rendahnya optimalisasi
pemanfaatan SDA, rendahnya penciptaan

3
lapangan pekerjaan, sulit berkembangnya
pusat pertumbuhan, keterisolasian wilayah,
ketergantungan masyarakat terhadap
pelayanan sosial ekonomi dari negara
tetangga, tingginya biaya hidup, serta
rendahnya kualitas sumberdaya manusia.Oleh
karena itu diperlukan adanya sebuah model
pengembangan untuk mengoptimalkan
pengembangan maupun pemanfaatan
potensi yang ada pada kawasan perbatasan.
Pengembangan wilayah perbatasan
pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
dan meningkatkan kegiatan-kegiatan ekonomi
dan perdagangan antara kedua negara yang
akan memberikan dampak bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat dan
peningkatan pendapatan negara melalui
kegiatan ekspor dan impor. Model
pengembangan wilayah perbatasan tersebut
memiliki komponen pembentuk masing-masing
yang sesuai dengan sifat (karakteristik) dan
kebutuhan pengembangannya. Dalam model

4
pengembangan kawasan perbatasan tersebut
, dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing
lokasinya serta kebijakan pemerintah yang
berwenang.

5
MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN
PERBATASAN

Seperti yang telah dipaparkan


sebelumnya, tujuan dari model
pengembangan kawasan perbatasan
bertujuan untuk menciptakan dan
meningkatkan kegiatan-kegiatan masyarakat
di kawasan perbatasan serta bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pendapatan negara. Model pengembangan
kawasan perbatasan juga memiliki karakteristik
nya masing-masing dan dalam
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan
permasalahan, kebutuhan dan potensi
kawasannya.
Pada buku ini akan membahas dua teori
dan model pengembangan pada kawasan
perbatasan yaitu berbasis keruangan yaitu
model pengembangan pusat pertumbuhan

6
dan model pengemabangan regional
networking.

1. Model Pengembangan Pusat


Pertumbuhan
Menurut Francis Perroux, pertumbuhan
tidak terjadi di semua wilayah, namun terbatas
hanya pada tempat-tempat tertentu dengan
dengan variabel dan intensitas yang berbeda-
beda. Dalam pengembangan pusat
pertumbuhan terdapat sebuah hipotesis,
pertumbuhan ekonomi pada pusat
pertumbuhan ekonomi dimulai dan mencapai
puncaknya pada sejumlah pusat-pusat
pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi
disebarkan melalui sistem hierarki wilayah dari
pusat perkotaan (urban center) ke daerah
belakang (hinterland). Relasi yang terjadi
antara pusat dan hinterland berupa efek sebar
(spread effect) atau efek tetesan kebawah
(trickling down effect) dimana pusat
pertumbuhan menjadi penggerak utama

7
pengembangan dan selanjutnya
menyebarkan hasilnya ke wilayah sekitar yang
berpengaruh.
Pengembangan pusat pertumbuhan di
wilayah perbatasan perlu dilakukan secara
bertahap, mulai dari usaha perdagangan dan
jasa, pergudangan, industri sampai kegiatan
prosesing yang menggunakan bahan baku
dari kedua negara, sehingga dibutuhkan suatu
kawasan berikat dan pelabuhan bebas (dry
port). Selain itu juga pengembangan pusat
pertumbuhan baru ini juga harus
menyesuaikan pusat-pusat pertumbuhan yang
ada di negara tetangga.
Pusat-pusat pertumbuhan baru ini
diharapkan menjadi kota-kota perbatasan
yang maju dengan tingkat kemakmuran yang
lebih baik dibandingkan wilayah-wilayah di
sekitarnya. Sistem kota-kota di perbatasan
yang terbentuk ini diharapkan dapat
mengefisienkan berbagai pembangunan
infrastruktur yang akan dilakukan. Kota-kota

8
perbatasan yang diharapkan tumbuh ini dapat
dikondisikan dengan pengembangan
kawasan-kawasan fungsional yang memang
dibutuhkan saat ini sebagai embrio tumbuhnya
kota-kota di perbatasan.

Gambar 1. Strategi Pengembangan Pusat Pertumbuhan

Dari hasil evaluasi potensi dan kendala


yang ada, beberapa tipe kawasan khusus
yang akan dikembangkan perlu disertai
dengan berbagai insentif seperti prasarana
wilayah, finansial, dan kelembagaan.

9
Beberapa kawasan khusus yang dibutuhkan
bagi pengembangan model pusat
pertumbuhan di wilayah perbatasan ini
adalah:

a. Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB)


Setiap wilayah perbatasan darat
dilengkapi dengan pintu perbatasan
(border gate) resmi yang digunakan
sebagai satu-satunya sarana akses keluar
dan masuk bagi orang maupun barang. Di
wilayah pintu perbatasan tersebut perlu
dilengkapi dengan pos pemeriksaan lintas
batas (PPLB). Fungsi PPLB pada dasarnya
adalah untuk memeriksa setiap kegiatan,
baik orang maupun barang, yang melintasi
perbatasan negara. PPLB saat ini dituntut
tidak hanya mengurusi permasalahan CIQ
(Bea Cukai, Imigrasi dan Karantina), tetapi
juga keamanan atau security. Kewenangan
yang ada pada PPLB saat ini hanya
direncanakan untuk menangani

10
pergerakan orang, sehingga untuk wilayah
di perbatasan yang telah tumbuh menjadi
pusat pertumbuhan baru, kewenangan
PPLB tidaklah cukup. Hal inilah yang
mendorong beberapa daerah yang
memiliki wilayah perbatasan untuk
mengembangkan kawasankawasan khusus
lain seperti kawasan berikat, pelabuhan
darat ataupun free trade zone/FTZ, karena
kewenangannya lebih luas untuk
mengembangkan wilayah perbatasan.

b. Kawasan Berikat
Kawasan berikat di wilayah
perbatasan mempunyai fungsi sebagai
kawasan pengolahan produk untuk tujuan
ekspor yang memanfaatkan banyak bahan
baku maupun bahan penolong dari luar
negeri dengan tujuan untuk diekspor
kembali. Kawasan ini umumnya berada
dekat dengan kawasan pelabuhan bebas.

11
Perbedaan pengembangan kawasan
berikat di wilayah perbatasan dan di luar
wilayah perbatasan adalah:
 Di wilayah perbatasan,
pembangunan kawasan berikat
ditujukan untuk memberikan fasilitas
kerjasama terutama antara dua
negara untuk dapat berkompetisi di
pasar global, sedangkan untuk
kawasan berikat di luar wilayah
perbatasan umumnya adalah untuk
menarik modal investasi dan
kerjasama dari berbagai negara
untuk menghasilkan barang yang
akan diekspor kembali.
 Karena kerjasama investasi terbatas
pada investor dari dua negara maka
produk yang dihasilkan juga sangat
terbatas dan merupakan gabungan
kopetensi kedua negara yang
berbatasan, sedangkan untuk
kawasan berikat di luar wilayah

12
perbatasan, umumnya gabungan
investasi dari berbagai negara.
 Untuk kawasan berikat di dalam
wilayah perbatasan, pasar yang
dibidik lebih terbatas dibandingkan
kawasan berikat di luar wilayah
perbatasan.

c. Kawasan Industri
Kawasan industri merupakan
kawasan yang dikhususkan untuk mengolah
bahan baku menjadi bahan yang siap di
pasarkan. Oleh karena itu keberadaan
kawasan industri di wilayah perbatasan
akan sangat menguntungkan bagi kegiatan
perdagangan dan ekspor komoditi yang
memerlukan proses pengolahan. Selain itu,
kawasan industri di perbatasan juga
bertujuan untuk menarik investasi dari
negara tetangga dengan berbagai fasilitas
yang menarik serta tenaga kerja yang
berlimpah, selain lokasinya mudah dimonitor

13
dari negara tetangga. Mengingat lokasinya
di wilayah perbatasan yang memerlukan
efisiensi ruang dan untuk tujuan kemudahan
interaksi antar industri serta meminimalkan
dan mengendalikan dampak negatif
lingkungan yang akan terjadi secara
bersamasama, maka berbagai industri
pengolahan tersebut perlu dilokalisir. Selain
itu dengan melokalisir berbagai industri
dalam suatu kawasan, investasi infrastruktur
yang ada akan lebih murah daripada harus
membangun sendiri-sendiri.

d. Pelabuhan Darat (Dry Port)


Pelabuhan darat (dry port)
merupakan terminal barang dan peti
kemas, dan pengurusan administrasinya
untuk keperluan ekspor dan impor antar
negara dapat diselesaikan di sini. Kegiatan
bongkar-muat dan pergudangan serta
terminal baik terminal penumpang maupun
terminal penumpukan peti kemas/ barang

14
dilayani seperti halnya di bandara atau
pelabuhan laut. Keberadaan pelabuhan
darat di wilayah perbatasan sangat
dibutuhkan mengingat lalu lintas barang
yang dibawa melalui kendaraan darat
seperti truk, kontainer dan kendaraan besar
lainnya perlu ditampung lebih dahulu
sebelum didistribusikan ke tempat lain.
Dengan adanya pelabuhan darat di
wilayah perbatasan, usaha-usaha jasa
ekspedisi pengangkutan, freight forwarder
serta jasa-jasa lain akan tumbuh sebagai
pendukung usaha kepelabuhanan.
Demikian pula usaha-usaha jasa seperti pos,
perbankan, air bersih, listrik, transportasi, jasa
bongkar muat, peti kemas, pergudangan,
bengkel, rumah makan, penginapan serta
usaha-usaha pendukung lainnya akan
berkembang sejalan dengan
perkembangan kegiatan di pelabuhan
darat. Di dalam pelabuhan darat atau
pelabuhan bebas ini berbagai fungsi PPLB,

15
seperti bea cukai, karantina dan
keamanan, ada di dalamnya.

e. Welcome Plaza
Wilayah perbatasan yang merupakan
tempat persinggahan atau transit orang
yang masuk maupun keluar dari Indonesia,
perlu dilengkapi dengan tempat yang
dapat menyediakan berbagai benda yang
dibutuhkan oleh pelintas batas seperti
pertokoan, perbankan dan valuta asing,
pusat informasi, dan sebagainya. Dengan
adanya usaha industri dan pengangkutan
barang serta perpindahan penumpang di
wilayah perbatasan yang ramai dengan
pelintas batas, maka jasa dan kegiatan
komersial lainnya akan tumbuh di kawasan
ini. Munculnya jasa dan kegiatan komersial
di wilayah ini jika tidak ditata akan menjadi
kumuh serta akan menimbulkan kerawanan
baik sosial maupun keamanan. Usaha jasa
yang dapat tumbuh antara lain: toko

16
cindera mata, tourist information center,
perbankan dan penukaran valas,
perhotelan dan restoran, toko, supermarket,
pasar tradisional, tempat-tempat hiburan,
telekomunikasi, listrik dan air bersih, serta
usaha jasa dan perdagangan lainnya.

f. Kawasan Permukiman
Karena saat ini penduduk di
perbatasan hidup terpencar-pencar
dengan jarak yang berjauhan, maka perlu
dilakukan pemukiman kembali untuk
mengefisienkan pembangunan prasarana
dan sarana permukiman yang dibutuhkan.
Dengan dibangunnya berbagai kawasan
industri, maka dibutuhkan sarana prasarana
permukiman yang layak. Pembangunannya
perlu dikendalikan dengan ketat jika
kawasan ini berdekatan dengan kawasan
lindung. Kawasan permukiman yang
dibangun dapat ditata lebih baik dengan
fasilitas yang memadai jika para pekerja

17
industri di perbatasan dapat menerima gaji
yang layak. Ruang terbuka, taman, sekolah
dan supermarket harusnya dapat
berkembang dengan baik disini, karena
selain usaha-usaha industri yang ada,
lokasinya juga sangat strategis sebagai
lintasan orang dan barang.

Gambar 2. Model Pusat Pertumbuhan

18
2. Model Regional Networking
Perkembangan lebih lanjut dari model
hubungan dan keterkaitan antara perdesaan
dan perkotaan adalah jejaring regional. Model
ini merupakan respon kegagalan konsep
growth poles yang justru memberikan efek
backwash effect yang merugikan
pembangunan perdesaan dan menimbulkan
kesenjangan yang semakin melebar antara
perdesaan dan perkotaan.

Gambar 3. Model Regional Networking

19
Douglas (1998) menyajikan prinsip dasar
dari regional networking yang mencakup
aspek pengembangan sektor basis, sistem
perkotaan, keterkaitan desa – kota, aspek
perencanaan dan kebijakan berikut :
 Aspek pengembangan sektor basis
Dalam regional networking semua
sektor dapat dijadikan sebagai leading
sektor dalam pengembangan ekonomi
wilayah tergantung potensi masing-
masing wilayah.

 Aspek sistem perkotaan


Pada model regional networking,
selain model hubungan pusat –
hinterland juga memperhatikan
hubungan yang sifatnya horizontal (antar
wilayah yang berhirarki sama) yang
memiliki spesifikasi dan keunggulan
komparatifnya. Oleh karena itu model ini
sangat memperhatikan peran kota-kota

20
kecil dan menengah khususnya
keterkaitan diantara mereka.
 Aspek keterkaitan desa – kota
Dalam model regional networking ,
memberikan posisi yang seimbang dan
dua arah antara perkotaan dan
perdesaan. Untuk mendukung model ini
dibutuhkan sarana dan prasarana
trasnportasi yang integral dalam wilayah.
 Aspek perencanaan
Pada model regional networking
bersifat bottom-up dengan prinsip
desentralisasi, dimana daerah dan
masyarakat ikut terlibat aktif penuh.
 Aspek kebijakan
Pada model regional networking ,
tipe kebijakan yang diambil mengarah
kepada perluasan infrastruktur
perdesaan, yang lebih menekankan
kepada pembangunan jalan local dan
jaringan transportasi diantara perdesaan
dan perkotaan.

21
Berdasarkan aspek-aspek tersebut,
beberapa ciri mendasar dari model regional
networking adalah bahwa pengembangan
wilayah berawal dari karakter dan potensi
lokal. Spesialisasi potensi lokal ini menjadi
komponen utama keunggulan komparatif
wilayah yang terus dikembangkan untuk
mencapai keunggulan kompetitif.

22
LANGKAH-LANGKAH PEMBANGUNAN
WILAYAH PERBATASAN

Langkah awal pembangunan wilayah


perbatasan dimulai dengan menyusun
rencana pengembangan (development plan)
wilayah perbatasan. Rencana
pengembangan ini terdiri dari dua bagian
yaitu:
1. Analisis proyek
2. Rencana implementasi.
Dalam menyusun rencana ini perlu
dilakukan pengamatan lapangan dan
pencarian data sekunder/primer sesuai
dengan tingkat keperluannya. Beberapa
informasi perlu dicari tidak saja di dalam negeri
namun juga di negara tetangga yang
berbatasan.

23
1. Analisis Proyek
Prosedur analisis proyek dimulai dengan
melakukan analisa terhadap perkembangan
ekonomi wilayah. Di Indonesia sendiri
pemerintah kabupaten menjadi penggagas
dan pelaksana utama dalam pengembangan
wilayah. Namun walaupun penggagas dan
pelaksana utama inisiatif pengembangan
wilayah ini adalah pihak pemda kabupaten,
kerjasama dengan pemerintah provinsi tetap
perlu dilakukan, karena pemerintah provinsi
dapat menjadi pihak perantara untuk
berhubungan dengan pemda kabupaten/
kota lain maupun dengan pemerintah pusat.
Aspek lain yang perlu dianalisa adalah
prospek komoditas unggulan di wilayah studi
berdasarkan analisa terhadap kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan wilayah.
Analisa ini menghasilkan komoditas yang
dapat dikembangkan oleh pihak swasta
karena mempunyai prospek yang
menguntungkan. Setelah menentukan

24
komoditas unggulan ini maka perlu dilakukan
analisa biaya produksi dan analisa pasar dari
komoditas unggulan tersebut, untuk
menunjukkan apakah komoditas unggulan itu
akan layak untuk dikembangkan. Proses
berikutnya adalah merumuskan kegiatan
pengembangan wilayah dengan titik tolak
pengembangan kegatan komersial
sebagaimana telah diidentifikasi sebelumnya.
Kegiatan pengembangan wilayah dapat
dikelompokkan dalam 3 (tiga) bagian:
a. Pengembangan usaha komersial
b. Pembangunan prasarana wilayah
c. Pembangunan fasilitas perkotaan
Dalam rencana pengembangan usaha
komersial, diuraikan antara lain: luas tanah
untuk penanaman komoditas unggulan,
jumlah, luas dan besar pabrik pengolahan
hasil, produktivitas per tahun untuk barang
mentah maupun barang jadi, lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan,
pengelola dan pemilik usaha komersial, bentuk

25
pengelolaan usaha (dapat berupa joint
venture dengan pemda, dengan swasta asing,
dll), harga tanah, nilai penjualan, tenaga kerja
yang diperlukan (asal dan jenis keterampilan),
jumlah penduduk yang diperkirakan
bertambah dengan adanya usaha komersial
ini, biaya pembangunan (penanaman dan
pengolahan) yang akan dikeluarkan, dan
analisa kelayakan finansial. Analisa kelayakan
finansial ditunjukkan dengan angka Financial
Internal Rate of Return (FIRR), Pay Back Period,
dan Net Present Value (NPV). Selain itu juga
perlu dilakukan Sensitivity Analysis untuk
mengetahui tingkat kelayakan pada berbagai
keadaan. Usaha komersial ini dimaksudkan
untuk dilaksanakan oleh pihak swasta, dan
rencana pengembangan usaha komersial ini
untuk menunjukkan bahwa keterlibatan pihak
swasta dimungkinkan karena akan
menguntungkan. Pihak swasta dapat berusaha
dalam bidang perkebunan dan pengolahan
hasil, atau salah satu saja. Dalam hal ini,

26
keterlibatan masyarakat setempat perlu
diakomodasikan secara jelas, misalnya sekian
persen dari total produksi bahan baku untuk
diolah berasal dari perkebunan rakyat.
Keterlibatan masyarakat lokal ini perlu
mendapat perhatian tersendiri dan dituangkan
dalam rencana pengembangan usaha secara
rinci. Dalam rencana pengembangan
prasarana terlebih dahulu ditentukan lokasi
yang akan dikembangkan dengan
mempertimbangkan komponen pembentuk
wilayah perbatasan. Selanjutnya diuraikan jenis
dan lokasi prasarana yang perlu dibangun
atau ditingkatkan kondisinya, antara lain jalan
dan jembatan. Untuk setiap jenis prasarana
perlu diperhitungkan biaya pembangunan,
tingkat pelayanan yang diharapkan, tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai, manfaat
pembangunan prasarana tersebut, pihak
pelaksana dan kebutuhan biaya serta pola
pembiayaan, serta analisa ekonomi dan
finansial secara keseluruhan. Analisa kelayakan

27
ekonomi ditunjukkan dengan angka Economic
Internal Rate of Return (EIRR). Dalam rencana
pengembangan fasilitas kota, berdasarkan
model yang akan dikembangkan, ditentukan
fasilitas kota yang perlu dibangun. Fasilitas kota
itu meliputi:
a. Bangunan komersial: kawasan industri,
kawasan berikat, welcome plaza,
pertokoan, pasar;
b. Bangunan pemerintahan: PPLB, pos
keamanan, kantor pengelola, kantor
pemerintahan lain;
c. Bangunan sosial: sekolah, rumah sakit,
sarana peribadatan, balai pertemuan
d. Ruang terbuka hijau dan kawasan
rekreasi
e. Fasilitas umum: jalan kota, saluran
drainase, sewerage, persampahan, listrik,
gas, dll.
f. Fasilitas ekonomi: pasar rakyat, kawasan
PKL Untuk setiap fasilitas ditentukan

28
lokasi, luas, cakupan pelayanan dan
kebutuhan biayanya.

Langkah berikutnya adalah


menggabungkan seluruh analisa kelayakan
dari pengembangan usaha komersial,
prasarana wilayah dan fasilitas kota, sehingga
dapat diketahui apakah pengembangan
wilayah perbatasan ini dapat dilakukan secara
menguntungkan bagi pemerintah daerah
maupun bagi pihak swasta.

29
2. Rencana Implementasi
Rencana implementasi pembangunan
wilayah perbatasan diuraikan atas dasar
rencana pengembangan wilayah yang telah
diuraikan pada bagian terdahulu. Bagian
utama rencana implementasi adalah
pengelolaan wilayah dan jadwal pelaksanaan.

a. Pengelolaan Wilayah
Pengelolaan wilayah dapat berupa
dua tingkat tim: Tim Pengarah dan Tim
Pelaksana. Tim Pengarah diketuai oleh
Bupati atau pejabat yang ditunjuk, dengan
anggota terdiri dari para kepala dinas
instansi terkait. Tugas Tim pengarah adalah
membuat kebijakan dan melakukan
perundingan dengan pihak-pihak di luar
pemda kabupaten, misalnya dengan
pemerinah provinsi, pemerintah pusat, dll.
Tim Pelaksana dapat berupa Project
Management Unit (PMU), bertugas
merencanakan, melaksanakan dan

30
mengkoordinasikan berbagai kegiatan
pengembangan wilayah seperti
pembiayaan, penjadwalan kegiatan,
memantau dan mengevaluasi proyek. PMU
diketuai oleh seorang Direktur Utama yang
bertanggung jawab kepada Ketua Tim
Pengarah, dibantu oleh Direktur
Perencanaan, Direktur Pembangunan dan
Sekretaris Direktur yang membidangi aspek
keuangan, hukum dan kepegawaian.
Dalam PMU ini terdapat staf teknik dan staf
administasi.

b. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan disusun dalam
bentuk matriks, menunjukkan
kegiatankegiatan yang akan dilakukan
selama misalnya lima tahun. Kegiatan yang
ditunjukkan antara lain:
a. Penyiapan organisasi
b. Pembangunan kawasan
perkebunan

31
d. Pembangunan pabrik pengolahan
e. Pembangunan prasarana wilayah
f. Pembangunan fasilitas kota

32
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.


(2003). Strategi dan Model
Pengembangan Wilayah Perbatasan
Kalimantan. Jakarta: Direktorat
Pengembangan Kawasan Khusus dan
Tertinggal.
Hadi, S. (t.thn.). Program Pembangunan
Kawasan Perbatasan.
Kurniadi, D. (2009). STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH PERBATASAN ANTARNEGARA :
MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI
ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU
KALIMANTAN BARAT. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Metty, W. E. (2017). KONSEP PENGEMBANGAN
EKONOMI KAWASAN PERBATASAN
BERBASIS KERUANGAN DI DESA SILAWAN,
KABUPATEN BELU-NTT.
BIOGRAFI PENULIS

Muhamad Abizard atau


lebih sering disapa dengan
Abi adalah seorang
mahasiswa yang pada saat
ini masih menempuh
pendidikan tingginya pada
program studi Perencanaan Wilayah dan Kota
di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. Abi
lahir di Mempawah pada 2 Juni 2001 dan
merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Ketertarikan nya dengan ilmu keteknikan
khususnya pada bidang planologi
mengantarkannya pada sebuah pilihan
program studi pendidikan sarjana
Perencanaan Wilayah dan Kota.

Anda mungkin juga menyukai