Anda di halaman 1dari 15

MODUL KEPERAWATAN JIWA 2

NCA 528(KJ101)

MODUL SESI 8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GELANDANGAN DAN PSIKOTIK
Ns Diah Sukaesti, M. Kep, Sp. Kep. J

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

http://esaunggul.ac.id 0 / 15
SUBTOPIK 8 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PSIKOTIK DAN
GELANDANGAN

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mempraktekan cara melakukan pengkajian pada pasien dengan dengan psikotik
dan gelandangan
b. Mempraktekan cara membuat analisa data pada pasien dengan psikotik dan
gelandangan
c. Mempraktekan cara merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien pasien
dengan Psikotik dan gelandangan
d. Mempraktekan cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Psikotik
dan gelandangan
e. Mempraktekan cara melakukan evaluasi tindakan
f. Mempraktekan cara mendokumentasikan hasil asuhan pada klien psikotik dan
Gelandangan
B. Uraian dan Contoh
1. Pengertian Gelandangan dan psikotik
Psikotik adalah gangguan yang dcirikan dengan hilangnya reality testing dari
penyandangnya yaitu pikiran yang terputus dengan dunia nyata. Penderita tidak bisa
membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. Ciri utama gelandangan dan
psikotik adalah mereka mengalami delusi dan halusinasi, psikotik merupakan gangguan
mental yang serius yang berdampak kritis baik pada penderita, keluarga maupun
lingkungan mereka.

Faktor penyebab gangguan psikotik:


a. Faktor Biologi
Faktor biologi yang menyebabkan munculnya gangguan psikotik adalah genetik,
neurotrasmiter, neurobiologi, perkembangan syaraf-syaraf otak dan teori-teori
virus (Kaplan & Saddock, 2007), pengaruh faktor genetik terhadap psikotik
belum teridentifikasi secara spesifik namun ada 9 ikatan kromosam yang
dipercayai untuk terjadinya Skizofrenia yaitu 1q, 5q, 6p, 8p, 10p, 13q, 15q dan
22q (Shives, 2005), anak dengan orang tua yang mengalami gannguan psikotik

http://esaunggul.ac.id 1 / 15
mempunyai resiko 10%, bila keduannya memiliki resiko 40 %. Individu dengan
Skizofenia ditemukan bahwa kortek pre frontal dan kortek liimbik otak tidak
sempurna, biasanya ditemukan peningkatan volume otak, fungsi yang abnormal
dan neurokimia yang menunjukan perubahan pada sistem neurotransmiter>
Fokus pada kortek frontal mengimplikasi gejala negatif pada pasien dengan
skizofrenia dan sistem limbik (dalam lobus temporal) mengimplikasi gejala
positif pada pasien dengan skizofrenia serta sistem neurotransmiter
menghubungkan kedua daerah tersebut terutama dopamin, serotonin,
glutamat(Frisch & Frisch, 2006 dalam satrio,2015).

Teori yang disampaikan bahwa pada masa kehamilan trimester kedua bila
terpapar virus influensa beriko untuk terjadinya shizofrenia pada anak (shives,
2005), dapat disimpulkan bahwa psikotik mempunyai ciri khas Skizoprenia di
tinjau dari faktor biologis skizofrenia terjadi karena genetik, kortek prefrontal
dan kortek limbik yang tidak berkembang, pengaruh neurotransmiter serta
adanya paparan virus pada masa kehamilan.

b. Faktor Psikologis
Penyebab secara psikologis adalah karena keluarga dan perilaku individu itu
sendiri. Faktor keluarga adalah ibu yang pencemas, perhatian yang berlebih atau
tidak ada perhatian sama sekali, ayah yang tidak memberikan perhatian atau
perhatian yang berlebih, konflik pernikahan, anak yang dalam keluarga yang
selalu dipersalahkan (Stuart, 2009). Komunikasi dalam bentuk pesan ganda juga
bisa menyebabkan ke gangguan psikotik secara psikologis.

c. Faktor Sosial dan lingkungan


Penyebab gangguan psikotik secara sosial dan lingkungan adalah status sosial
ekonomi yang rendah. Beberapa asumsi kondisi status sosial ekonomi yang
rendah berkaitan dengan gangguan psikotik adalah mereka memiliki banyak
masalah/kesulitan di dalam kehidupannya. Pengannguran juga dapat
menyebabkan kedalah masalah gangguan psikotik karena meraka banyak
masalah terkait dengan masalah pekerjaan tetapi juga terkait dengan masalah
keuangan, atau sosial ekonomi mereka. Terjadi perubahan yang tidak di
kehendaki juga dapat memicu terjadinya gangguan psikotik diantaranya adalah

http://esaunggul.ac.id 2 / 15
perubahan peran yang disebakan oleh kematian,kematian pasangan hidup,
perceraian dan situasi berhenti dari bekerja atau situasi pekerjaan yang penuh
dengan tekanan. Keluarga yang sangat mengekspresikan emosi, pola asuh yang
dilakukan keluarga yang berlebih dapat pula menjadi pemicu munculnya
gangguan psikotik.

Gelandangan psikotik adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan
norma kehidupan yang layak dalam masyarakat, mempunyai tingkah laku yang aneh,
menyimpang dari norma-norma yang ada atau bekas dari gangguan jiwa yang telah
mendapatkan melayanan medis.
Kriteria gelandangan dan psikotik :
a. Hidup mengelandang di tempat-tempat umum terutama di kota-kota.
b. Kehadirannya tidak diterima oleh keluarga dan masyarakat sekitar.
c. Tempat tinggal tidak tetap, seperti berada di depan koto-toko atau di kolong
jembatan.
d. Sering mengamuk dan berbicara sendiri.
e. Penampilan dibawah sadar atau tidak sesuai dengan norma didalam
masyarakat.(misalnya tidak menggunakan pakaian, makan makanan dari sisa-
sisa sampah)
f. Tidak mempunyai pekerjaan

Gelandang dan psikotik adalah mereka yang hidup di jalan, karena suatu sebab
mengalami gangguan kejiwaan yakni mental dan social, sehingga mereka hidup
mengembara, berkeliaran, atau mengelandang di jalanan. Gelandang psikotik mereka
sudah tidak memiliki pola pikir yang jelas dan mereka sudah tidak lagi mementingkan
mengenai norma dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat, selain itu mereka juga
tidak memiliki rasa malu dan amarah yang tidak bisa di control jika sedang marah.

Penyandang gelandang dan psikotik tentu banyak mengalami masalah, pikiran mereka
dipenuhi dengan alam pikiran yang penuh dengan halusinasi dan delusi, selain itu
gelandangan psikotik mempunyai masalah kekacauan pikiran, keadaan efek yang
dangkal dan menarik diri dari lingkungannya. Kekacauan pikiran di tandai dengan
berbicara sendiri, berperilaku tidak wajar, sulit melakukan kebersihan diri atau tidak
mampu untuk melakukan kebersihan diri, berbicara sendiri, makan makanan di tong

http://esaunggul.ac.id 3 / 15
sampah. Sedangkan perilaku menarik diri dari interaksi sosial dan lebih senang dengan
sendiri atau kesendirian.
2. Gelandangan Psikotik sebagai masalah social.
Masalah social adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang, tidak meneyangkan
serta menuntut masalah melalui aksi social secara kolektif.
Masalah social memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Kondisi yang dirasakan banyak orang
Suatu masalah baru dapat dikatakan suatu masalah social apabila kondisinya
dirasakan banyak orang, namun demikian tidak ada batasan mengenai jumlah
orang. Peran media sangat menentukan apakah masalah menjadi pembicaraan
khalayak umum.
b) Kondisi yang di nilai tidak menyenangkan
Penilaian masyarakat sangat penting dalam menentukan kondisi sebagai
masalah social. Suatu kondisi dapat diangap sebagai masalah social oleh
masyarakat lainnya.
c) Kondisi yang menuntut pemecahan , suatu kondisi yang tidak menyenagkan
selau menuntup pemecahan masalah

3. Gelandangan psikotik sebagai Tanggung jawab Negara


Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan gelandangan dan Psikotik.
Gelandangan psikotik dalam undang undang tersebut di katagorikan sebagai gangguan
jiwa. Pasal yang mengatyr adalah pasal 149 yang berbunyi :
a. Penderita gangguan jiwa yang terlantar dan mengelandang, mengancam
kesehatan dirinya dan orang lain dan menganggu ketertiban dan keaman umum
wajid mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat wajib melakukan pengobatan
dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa
yang terlantar, mengelandang, mengancam keselamatan dirinya,orang lain
atau menganggu ketertiban dan keamanan umum.
c. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemerataan penyedia
fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat.

http://esaunggul.ac.id 4 / 15
d. Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dimaksud pada
ayat dua termasuk biaya pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa
untuk masyarakat miskin.
4. Kebutuhan pelayanan penyandang psikotik
Secara garis besar, kebutuhan pelayanan pada gelandangan dan psikotik dibedakan
sebagai berikut :
a. Pelayanan pengobatan anti Psikotik
Gangguan psikotik perlu diberikan medikasi pengobatan oleh dokter/psikiater,
untuk diberikan pengobatan dan monitoring evaluasi dari efek pengobatan
tersebut.
b. Pelayanan konseling psikoterapi
klien dengan gangguan psikotik perlu diberikan pelayanan psikoterapi untuk
mengubah perilaku klien dan keluarga atau penanggung jawab klien.
d. pelayanan keluarga klien akibat dari keadaan gangguan klien
membantu keluarga atau careegiver dalam memberikan asuhan pada klien
dengan psikotik. Memberikan edukasi terkait dengan gangguan yang dialami
klien, mendorong anggota keluarga untuk terlibat dalam kelompok pendukung,
menghubungkan keluarga yang tidak mampu secara finansial dengan
pendukung finansial yang ada di lingkungan tersebut.
5. Penangan ganngguan psikotik
a. Psikofarmaka
Terapi obat-obatan antipsikotik bertujuan untuk mengurangi simptomsimptom
positif dan mengurangi kekambuhan. Dalam proses pengobatan perlu juga
diperhatikan dan diboservasi efek samping dari pengobatan tersebut. Selain
terkait efek samping penggunaan obat antipsikotik, penderita gangguan dan
keluarganya perlu juga diberi informasi mengenai pentingnya pengobatan ini.
Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia mengalami kekambuhan karena
mereka tidak mengkonsumsi obat sesuai aturan setalah keluar dari rumah sakit.
Pekerja sosial yang terlibat dengan penanganan klien psikotik harus memahami
efek samping dari obat-obatan antipsikotik yang diberikan pskiater. Perawat
mempunyai peranan mengevaluasi manfaat dan efek samping dari pengobatan
yang diberikan oleh psikater tersebut.

http://esaunggul.ac.id 5 / 15
b. Psikoterapi
Pelayanan psikofarmaka tidak akan efektif tanpa adanya psikoterapi, dalam
kondisi yang sudah tenang klien dengan psikotik memrlukan psikoterapi untuk
mengubah perilaku dan perasaan dari klien, banyak sekali klien yang telah
menurun tanda dan gejalanya namun tidak mampu mengendalikan tanda dan
gejala apabila muncul, sehingga di perlukan konsering untuk meningkatkan
kemampuan pasien dalam mengendalikan tanda dan gejala, salah satu bentuk
psikoterapi yang diberikan adalah memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan tanda dan gejala yang muncul pada pasien tersebut. Contoh tanda dan
gejala yang sering muncul adalah munculnya halusinasi, perawat bisa
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan haluinasi dengan cara
menghardik, mengabaikan melakukan distraksi dan melakukan aktivitas yang
biasa dilakukan klien. Aktivitas yang bisa dilakukan klien seperti melakukan
kegiatan harian mulai dari melakukan personal higiene, mandi berdandan,
makan dan minum serta menggunakan toilet.
c. Pelayanan rawat inap
Pada klien dengan gangguan psikotik yang sudah menganggu lingkungan di
tempat klien tinggal bisa dilakukan rawat inap di rumah sakit jiwa sesuai rujukan
dari wilayah tersebut. Klien dilakukan rawat inap karena memerlukan perawatan
supaya tidak membahayakan dirinya sendiri maupun orang laian atau
lingkungannya. Pada klien dengan gangguan psikotik mereka sering marah-
marah karena halusinasi mereka yang kuat sehingga sering berperilaku melukai
diri dan orang lain.
d. Rehabilitasi psikososial
Semua penyandang gangguan psikotik mengalami masalah keberfungsian sosial
dan vokasional. Mereka menghadapi kehidupan yang kompleks, menakutkan,
beban yang berat serta tidak pasti dengan keberfungsian mereka. Seringkali
mereka dilanda ketakutan terkait masa depan serta terhadap perasaan dan fikiran
yang mengganggu. Berdasarkan pada perspektif ekosistem dalam pekerjaan
sosial rehabilitasi sosial berfokus pada interaksi antara orang dengan
lingkungannya. Rehabilitasi ini menggunakan bentuk perkumpulan yang
anggotanya terdiri dari para penyandang gangguan psikotik. Upaya ini juga
untuk menghilangkan stigma yang melekat pada diri mereka bahwa mereka
adalah “pasien” yang berasosiasi tidak berdaya. Perkumpulan ini adalah adalah

http://esaunggul.ac.id 6 / 15
sebuah komunitas (seperti model therapeutic community) dan para anggota
mengembangkan keterampilan kehidupan keseharian untuk memenuhi
kebutuhan komunitas mereka sendiri. Fokus dari model rehabilitasi ini adalah
pada kekuatan anggota, bakat, minat, serta kemampuan-kemampuan mereka.
Hal ini penting dilakukan agar mereka memperoleh kembali tujuan hidup,
kepercayaan diri dan harga diri. Beberapa model penanganan mungkin terbatas
hanya kepada penyiapan pekerjaan tertentu. Mereka perlu dilakukan rehabilitasi
psikososial supaya mereka mampu berkerjasama dan sosialisasi para anggota
sehingga mereka terbiasa berinteraksi dengan lingkungan sosial. Didalam
rehabilitasi psikososial ini mereka dapat belajar berbagai keterampilan
interpersonal sebagai kemampuan untuk dapat menyatukan diri mereka dengan
kehidupan keseharian dan lingkungan masyarakat. Pada rehabilitas ini mereka
juga dilatihkan pekerjaan secara bertahap. Mulai dari kemampuan yang
sederhana sampai yang lebih kompleks sejauh yang bisa mereka lakukan.
Membuat kerajinan, pekerjaan cleaning service, pekerjaan klerikal, pekerjaan
seni, dan kemampuan pekerjaan atau wirausaha lain yang dapat diprogramkan
sejauh yang mereka bisa. Para anggota dibiasakan untuk merasa nyaman dengan
dunia kerja dan kesalahan dalam pekerjaan dianggap sebagai hak yang wajar dan
bukan sebagai sesuatu yang besar. Program ini idealnya juga disertai dengan
pengembangan jaringan untuk mendapatkan sumber kemandirian anggota.
Upaya pemenuhan kebutuhan primer seperti program perumahan juga mesti
diupayakan karena ada diantara mereka yang datang pertama kali ke pusat
pelayanan keluarganya tidak teridentifikasi dan tunawisma. Program perumahan
bertujuan untuk membantu situasi transisi sampai mereka dapat hidup mandiri.
Shelter atau rumah perlindungan sementara disediakan dengan tetap dilakukan
bimbingan dan supervisi kepada anggota yang awalnya tunawisma

e. Psikoedukasi keluarga
Keluarga dengan psikotik perlu mendapatkan edukasi supaya keluarga mampu
melakukan tindakan psikofarmaka dan psikoterapi di rumah serta mampu dalam
melakukan rehabilitasi di lingkungan klien tinggal sehingga klien mampu
berfungsi optimal dengan dukungan dari keluarga. Keluarga di jelaskan tentang
tanda dan gejala psikotik, cara merawat klien di rumah dan diajarkan cara
memodifikasi lingkungan supaya klien tidak mudah kambuh, selain itu juga

http://esaunggul.ac.id 7 / 15
diharpakan keluarga mampu memutuskan untuk menggunakan fasilitas
kesehatan atau menggunakan fasilitas kesehatan saat klien kontrol ataupun saat
klien muncul tanda dan gejala kekambuhan.
f. Tim Multi Disiplin
Gangguan psikotik merupakan maslaha yang komplek, demikian pula pada
pasien dengan geklandangan dan psikotik, di perlukan kerjasama multi disipilin
dalam penanganan gangguan psikotik. Seperti pada saat geklandangan dan
psikotik yang masih di jalan, diperlukan petugas keamanan atau polisi untuk
mengamankan psikotik dan gelandanag, sesudah di dinas sosial klien juga
memerlukan nomor induk kependudukan untuk pembuatan kartu tanda
pengenal(KTP), selain itu juga diperlukan kerjasama asuransi pengobatan yang
digunakan klien apabila melakukan pengobatan di fasilitas kesehatan . setelah di
fasilitas kesehatan juga perlu penanganan dokter, psikiater, perawat, psikolog
dan petugas rehabilitasi untuk mengeoptimalkan fungsi kehidupan klien.
6. Peran Dinas social dalam masalah gelandangan dan psikotik
Bidang pelayanan dan rehabilitasi social , bidang ini di bantu seksi tuna social memiliki
tugas
a. Meningkatkan funsi para tuna social terhadap gelandangan, pengemis, mantan
nara pidana wanita tuna susila, gelandangan psikotik, waria dan bekas anak
Negara agar hidup dan mencari nafkah sesuai dengan norma social masyarakat
Indonesia, melalui bimbingan social dan ketrampilan kerja serta bantuan
ekonomi produktif.
b. Memberikan pelayanan social bagi mereka yang tertular HIV/AIDS agar dapat
tetap hidup produktif serta mengalami beban psikologis yang dialaminya
c. Melaksanakan Tugas lain yang diberikan atasannya

7. Mempraktekan pengkajian pada pasien Psikotik dan gelandangan di rawat inap


a. Pengkajian Faktor Predisposisi
a) Biologis , terdiri dari genetic, riwayat pengguna alcohol dan
penyalahgunaan zat
b) Faktor perkembangan. Klien dengan gangguan kepribadian borderline
lebih mungkin dilaporkan mengalami kekerasan emosional, fisik dan
seksual, riwayat kepribadian orang dengan gangguan antisosial.
Pelecehan, pengabaian dan tidak adanya ketrtarikan emosi.

http://esaunggul.ac.id 8 / 15
c) Faktor Sosial. Factor social mempengaruhi kemampuan individu
membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Isolasi
social akan terjadi pada orang yang cacat dan mengalami penyakit
kronis.
b. Pengkajian Faktor presipitasi
a) Stresor social budaya adalah ketidakstabilan dalam keluarga seperti
perceraian adalah penyebab yang umum terjadi karena mobilitas dapat
memecahkan keluarga besar, merampas orang yang menjadi system
pendukung dalam keluarga
b) Stresor psikologis hal yang terjadi adalah idealisasi dan over evaluation,
kekecewaan ketika kebutuhan realistis untuk menjaga harga diri tidak
terpenuhi, rasionalisasi dan devaluasi, penolakan orang lain berdasarkan
cedera narsis.
c. Penilaian terhadap stesor
Penilaian stressor dari seseorang sangat penting, serangkaian kehilanag atau
kehilangan tunggal yang berarti dapat menyebabkan masalah dalam menjalin
hubungan intim di masa depan. Penilaian terhadap stresor berada dalam satu
rentang dari adaptif sampai maladaptif yang meliputi kognitif, afektif, fisiologis
dan perilaku sosial.
1) Kognitif
Stuart (2009) menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas mencatata
kejadian stressful dan reaksi yang ditimbulkan secara emosional,
fisiologis, serta perilaku dan reaksi sosial seseorang yang ditampilkan
akibat kejadian stresfful dalam kehidupannya selain memilih pola
koping yang digunakan. Berdasarkan penilaian tersebut klien dapat
menilai adanya suatu masalah sebagai ancaman atau potensi.
Kemampuan klien melakukan penilaian kognitif ini dipengaruhi oleh
persepsi klien, sikap terbuka indivudu terhadap adanya perubahan dan
kemampuan untuk melakukan kontrol diri terhadap lingkungan serta
kemampuan menilai suatu masalah dalam kehidupannya,
2) Afektif
Respon afektif terkait dengan ekspresi, emosi, mood dan
sikap(Stuart,2009) Respon afektif yang ditampilakan dipengaruhi oleh
ketidakmampuan jangka panjang terhadap situasi yang membahayakan

http://esaunggul.ac.id 9 / 15
sehingga mempengaruhi kecenderungan respon ancaman terhadap harga
diri klien.
3) Fisiologis
Respon fisiologis terkait dengan bagaimana sistem fisiologis tubuh
berespon terhadap stresor yang mengakibatkan perubahan terhadap
sistem neuroendokrin, dan hormonal ( Stuard,2009).
Respon fisiologis merupakan respon neurobiologis yang bertujuan
menyiapkan klien dalam mengatasi bahaya perubahan yang dialami
akan mempengaruhi neurobiologis untuk mencegah stimulus yang
mengancam. Setiap klien yang dilahirkan memiliki sistem syaraf pusat
yang sensitif terhadap stimulus yang berbahaya.
4) Perilaku
Adalah hasil dai respon emosional dan fisiologis
5) Sosial
Merupakan hasil perpanduan dari respon kognitif, afektif, fisiologis dan
perilaku yang akan mempenagruhi hubungan atau interaksi dengan
orang lain.

d. Sumber koping.ketersediaan untuk menawarkan dukungan dan jaminan.


Mereka yang memiliki jaringan keluarga dan teman yang banyak memiliki
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan,
Sumber koping terdiri dari
o Kemampuan personal
o Dukungan sosial
Dukungan sosial akan meningkatkan klien membantu pemahaman
terhadap stresor dalam mencapai ketrampilan koping yang efektif.
Pendapat lain mendukung pernyatan diatas mengenai pentingnya
dukungan sosial di dalam proses penyembuhan klien. Dukungan sosial
merupakan perasaan caring, penghargaan yang akan membantu klien
untuk menerima orang lain yang berasal dari keyakinan yang berbeda
( sarafino,2002 dalam Satrio,2015
e. Mekanisme koping, mekanisme koping berhubungan dengan respon social yang
maladaptive yang merupakan upaya untuk mengatasi anxietas yang

http://esaunggul.ac.id 10 /
15
berhubungan dengan ancaman atau kesepian yang dialami. Mekanisme koping
yang dilakukan antara lain proyeksi, pemisahan, identifikasi proyektif.

8. Mempraktekan cara membuat analisa data


Analisa data dibuat berdasarkan data yang di dapat dari tiap tanda dan gejala baik
subyektif maupun obyektif, pada kasus gelandangan dan psikotik di temukan data baik
subyektif maupun data obyektif, data tersebut di kelompokan kedalam masalah
keperawatan yang ada.
Misalanya
Data Masalah keperawatan
Data Subyektif : GSP halusinasi pendengaran
klien mengatakan mendengar suara-suara
yang tidak jelas, Suara itu muncul sehari
sekali, terutama malam hari

Data Obyektif : pasien tanpak tersenyum


sendiri dan bicara sendiri

Data subyektif : klien mengatakan malas Isolasi social


bergaul
Data obyektif : klien banyak diam, bicara
seperlunya

Data Subyektif : klien mengatakan malu Harga diri rendah kronis


dalam bergaul
Data Obyektif : klien tanpak banyak
menunduk, bicara seperlunya

Data subyektif : klien mengatakan malas Defisit perawatan diri


mandi dan rasanya dingin kalau Mandi

Data Obyektif :rambut tampak kotor dan


gigi kotor, tercium aroma tidak Sedap

http://esaunggul.ac.id 11 /
15
.
9. Mempraktekan cara merumuskan diagnose pada pasien dengan Psikotik dan
gelandangan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gelandangan dan
psikotik antara lain
a. Gsp halusinasi
b. Isolasi social
c. Defisit Perawatan diri
d. Harga diri rendah kronis
e. Resiko perilaku kekerasan
f. Gangguan proses pikir waham
g. Resiko Bunuh diri

10. Mempraktekan cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Psikotik
dan gelandangan
Asuhan Keperawatan di berikan terhadap respon yang muncul dan sesuai dengan
diagnose keperawatan yang muncul
Sepeti askep halusinasi pada klien dengan halusinasi
Asuhan keperawatan isolasi sosial bila klien mengalami isolasi sosial
Asuhan keperawatan klien dengan resiko perilaku kekerasan bila klien mengalami
perilaku kekerasan
Asuhan keperawatan harga diri rendah pada klien dengan masalah keperawatan harga
diri rendah
Asuhan keperawatan waham pada klien dengan waham
Asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada klien dengan masalah keperawatan
defisit perawatan diri
Rehabilitasi psiososial pada klien yang perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi kerjasama
dengan team rehabilitasi

11. Mempraktekan cara melakukan evaluasi tindakan pada klien dengan Psikotik
dan gelandangan
Evaluasi tindakan di tentukan berdasarkan masalah keperawatan yang muncul
Sebagai contoh ;
Klien mampu mengendalikan tanda dan gejala halusinasi

http://esaunggul.ac.id 12 /
15
Klien mampu bersosialisasi secara bertahap
Klien mampu melakukan personal hygiene secara mandiri
Klien mampu meningkatkan harga diri klien
Keluarga dan care giver mampu memberikan asuhan keperatan pada klien dengan
asuhan keperawatan gelandangan dan psikotik.

12. Mempraktekan cara mendokumentasikan hasil asuhan pada klien dengan


psikotik dan Gelandangan
13. Nama pasien :
No register
Tindakan keperawatan Evaluasi
Tgl dan jam 8/4 /2020 Pk 14.00 WIB S : klien merasa senang setelah latihan
Data subyektif : Malas bercakap-cakap berkenalan
Data obyektif : banyak diam, bicara
seperlunya
Dx Keperawatan : Isolasi sosial
O : Mampu meredemostrasikan cara
Tindakan keperawatan : berkenalan dengan orang lain
1. Mendiskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang
2. Melatih klien berkenalan dengan A : Isolasi sosial
satu orang yaitu terapis
RTL : Latih klien bercakap-cakap
untuk kegiatan sehari-hari P : latihan berkenalan dengan orang lain 2
kali sehari
TTD
Diah sukaesti

http://esaunggul.ac.id 13 /
15
C. Daftar Pustaka
Keliat, B. A., & Akemat. (2010).Management kasus gangguan jiwa Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, B.A.,& Hamid et all(2014) Asuhan keperawatan Jiwa, Jakarta :


penerbit Buku kedokteran, EGC

Stuart, G, W (2013) alih bahasa Keliat, B. A et al (2016) Prinsip dan Praktek


keperawatan kesehatan jiwa, Singapura, Elsiver

Townsend. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in


Evidence-Based Practice. Sixth

Satrio, et all(2015) Buku ajar keperawatan Jiwa

http://esaunggul.ac.id 14 /
15

Anda mungkin juga menyukai