Anda di halaman 1dari 3

Muhamad Fadhli

10040020188
UAS Filsafat Hukum
Kelas F

1. A) Karakteristik Filsafat secara Umum:


- Bersifat Menyeluruh atau Holistik: Mempelajari filsafat melibatkan pandangan
hidup yang komprehensif, tidak hanya terfokus pada aspek-aspek tertentu.
Contohnya, dalam filsafat hukum, pemahaman tentang hukum tidak hanya sebatas
pada aturan-aturan hukum, tetapi juga melibatkan pertimbangan etis dan sosial
yang lebih luas

- Bersifat Radikal atau Mendasar: Mempelajari filsafat hukum mendorong


seseorang untuk berpikir secara kritis dan mendasar, tidak hanya menerima
hukum sebagai sesuatu yang sudah ada, tetapi juga mempertanyakan asal-usul,
prinsip, dan nilai-nilai yang mendasarinya

- Bersifat Spekulatif: Filsafat hukum melibatkan spekulasi atau pemikiran abstrak


untuk memahami aspek-aspek hukum yang kompleks, seperti konsep keadilan,
hak asasi, dan tanggung jawab hukum

- bersifat Refleksi Kritis: Mempelajari filsafat hukum melibatkan kemampuan


untuk merenung secara kritis tentang asal-usul, tujuan, dan konsekuensi dari
hukum, serta bagaimana hukum memengaruhi masyarakat dan individu secara
keseluruhan

B). Manfaat Mempelajari Filsafat Hukum Berdasarkan Sifat-sifat Tersebut:

- Memahami hukum secara holistik membantu praktisi hukum untuk memiliki


wawasan yang lebih luas dan terbuka terhadap berbagai pandangan dan aliran
pemikiran dalam ilmu hukum

- Mempelajari filsafat hukum membentuk pola pikir yang kritis dan mendasar,
sehingga praktisi hukum mampu mempertanyakan, menganalisis, dan
mengembangkan hukum ke arah yang lebih baik

- Dengan pemahaman yang holistik, kritis, dan mendasar, praktisi hukum mampu
menciptakan, memecahkan, dan mengembangkan hukum menuju kondisi yang
lebih baik dan relevan dengan tuntutan keadilan dan kebutuhan masyarakat
2. Contoh Kasus Ketegangan Antara Keadilan dan Kepastian Hukum:

- Kasus 1: Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Pertambangan

Aspek keadilan dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pertambangan


menuntut bahwa pelaku tindak pidana harus bertanggung jawab sesuai dengan
kerugian yang mereka sebabkan terhadap lingkungan dan masyarakat setempat.

Kepastian hukum : Di sisi lain, aspek kepastian hukum menginginkan ketentuan


hukum yang jelas dan konsisten untuk menetapkan sanksi terhadap pelanggaran
hukum. Kompleksitas mungkin muncul dalam menetapkan sanksi yang konsisten
karena dampak kerusakan lingkungan yang bervariasi akibat tindak pidana
pertambangan.

Argument: Sementara upaya untuk memastikan keadilan menekankan penanganan


kasus secara individual dan kontekstual, kepastian hukum menuntut konsistensi dan
ketegasan dalam penerapan hukum. Oleh karena itu, terdapat ketegangan antara
menetapkan sanksi yang adil dan konsisten dalam konteks kerusakan lingkungan
akibat tindak pidana pertambangan.

- Kasus 2: Putusan Hukum dalam Perspektif Positivisme Hukum dan Prinsip


Kemanusiaan

Aspek keadilan dalam konteks ini menuntut agar putusan hukum didasarkan pada
prinsip-prinsip kemanusiaan dan kesetaraan di hadapan hukum, sehingga setiap
individu diperlakukan dengan adil tanpa diskriminasi.

Kepastian hukum : Di sisi lain, kepastian hukum menginginkan konsistensi dan


kejelasan dalam penerapan aturan hukum, sehingga putusan hukum harus didasarkan
pada ketentuan hukum yang jelas dan dapat diprediksi.

Argument: Dalam konteks ini, terdapat ketegangan antara menegakkan keadilan


berdasarkan prinsip kemanusiaan dan kesetaraan, dengan kebutuhan akan kepastian
hukum yang menuntut konsistensi dan kejelasan dalam penerapan aturan hukum. Hal
ini dapat menyebabkan konflik antara penegakan asas keadilan dan kepastian hukum
dalam konteks spesifik dari suatu kasus.

3. A). Pendapat Eugen Ehrlich tentang Efektivitas Hukum:


Eugen Ehrlich, seorang tokoh dalam aliran Sociological Jurisprudence, menyatakan
bahwa hukum yang efektif adalah hukum yang hidup di masyarakat (living law).
Juga ia ingin menyampaikan bahwa masyarakat merupakan sumber utama hukum.
Hukum tidak dapat dilepaskan dari masyarakatnya.
Menurutnya, hukum positif akan berjalan secara efektif apabila sejalan dengan hukum
yang hidup di masyarakat. Ia menekankan bahwa hukum harus dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat dan harus sejalan dengan standar nilai kehidupan
B). Salah satu titik kelemahan dari aliran Sociological Jurisprudence adalah bahwa
pendekatan ini cenderung kurang memberikan pedoman yang jelas dalam menentukan
kepastian hukum. Karena fokusnya pada hukum yang hidup di masyarakat, aliran ini
dapat mengabaikan aspek kepastian hukum yang penting dalam sistem hukum. Selain
itu, kritik juga muncul terkait dengan kemungkinan penyalahgunaan konsep "hukum
yang hidup" untuk membenarkan praktik hukum yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum yang seharusnya.

4. A). volkgeist merupakan menifestasi spirit suatu masyarakat dan sekaligus menjadi
nyawa masyarakat tersebut. Savigny melihat Hukum sebagai produk budaya yang
mengalir mengikuti aliran waktu/sejarah. Hukum senantiasa berkembang bersama
rakyat/bangsa.
Volkgeist merujuk pada semangat atau jiwa kolektif suatu bangsa atau masyarakat.
Dalam kaitannya dengan hukum, konsep Volkgeist menekankan bahwa hukum harus
mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan keadaan sosial masyarakat tertentu.
Dengan kata lain, hukum harus sesuai dengan semangat kolektif masyarakat dan tidak
boleh dipaksakan. Yang artinya hukum harus tumbuh dan berkembang dari dalam
masyarakat itu sendiri, mencerminkan identitas dan kebutuhan kolektif masyarakat

B). Kasus Perang Antar Suku di Papua dalam Perspektif Mazhab Sejarah:
Dalam perspektif Mazhab Sejarah, kasus perang antar suku di Papua dapat dilihat
sebagai manifestasi dari Volkgeist, di mana konflik tersebut mencerminkan dinamika,
nilai, dan semangat kolektif masyarakat setempat. Pendekatan ini menekankan
pentingnya memahami akar konflik berdasarkan konteks sejarah, budaya, dan sosial
masyarakat yang terlibat, serta bagaimana hukum harus mencerminkan dan
merespons semangat kolektif tersebut. Dengan memahami Volkgeist, penyelesaian
konflik antar suku dapat lebih memperhatikan aspek-aspek sosial, budaya, dan sejarah
yang menjadi landasan hukum yang sesuai dengan nila-nilai dan semangat kolektif
masyarakat setempat.

5. Sumber hukum utama aliran realisme hukum ini adalah putusan hakim. Seperti yang
diungkapkan oleh Chipman Gray “all the law is judge made law”, semua yang
dimaksudkan dengan hukum adalah putusan hakim. Menurutnya Hakim lebih sebagai
penemu hukum daripada pembuat hukum yang mengandalkan peraturan perundang-
undangan.

Pandangan ini menekankan bahwa keputusan hakim dalam menyelesaikan kasus-


kasus hukumlah yang pada akhirnya membentuk dan menginterpretasikan hukum, dan
bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, politik, dan ekonomi di
mana keputusan-keputusan tersebut diambil

Anda mungkin juga menyukai