Tinjauan Pustaka
Peran Program Cell Death Protein-1 (Pd-1) Dan Program Cell Death
Ligand-1 (Pd-L1) pada Hepatocellular Carcinoma
Arianto Salim,1 Supri Irianti Abstrak
Handayani,2 Marini Stephanie,2
1ProgramPendidikan Dokter Hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan keganasan primer
Spesialis pada hepar yang tersusun atas sel epitel yang menunjukkan adanya
2Departemen Patologi Anatomik
diferensiasi sel hepar. Keganasan ini menempati peringkat ke 3
Fakultas Kedokteran Universitas dalam penyebab kematian karena kanker di dunia dengan 768.793
Indonesia kasus kematian (7.7%). Sel yang bekerja untuk membunuh sel
Jakarta kanker adalah cytotoxic T cell dan NK cell. Programmed cell death
protein 1 (PD-1) merupakan faktor imunosupresi yang jika berikatan
Penulis korespondensi: Dra. Supri Irianti dengan Programmed cell death ligand 1 (PD-L1) di sel tumor dapat
Handayani, M.Biomed menekan proliferasi dan aktivasi sel T. Saat ini, terapi lini pertama
Departemen Patologi Anatomik
untuk HCC stadium lanjut dapat menggunakan tyrosine kinase
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia inhibitor (TKI) seperti sorafenib. Namun pengobatan ini tidak
Jakarta responsif pada beberapa pasien sehingga dikembangkan alternatif
lain, yaitu dengan immune checkpoint inhibitors (ICIs), seperti
nivolimab (PD-1 inhibitor) dan atezolizumab (PD-L1 inhibitor).
PENDAHULUAN
Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah keganasan primer
pada hepar yang tersusun atas sel-sel epitelial yang menunjukkan
adanya diferensiasi sel hepar.1,2 Tahun 2020, kanker hepar
merupakan peringkat ketiga dalam penyebab kematian karena
kanker di dunia, dengan 830.180 kasus kematian (8.3%).3 Tujuh
puluh lima persen dari seruluh kanker primer hepar merupakan
HCC.4 Tingkat mortalitas akibat kanker hepar mencapai 4% di benua
Eropa, 9.4% di benua Afrika dan 10.5% di benua Asia. Di negara-
negara bagian Asia Barat, kematian yang diakibatkan kanker hepar
mencapai 4.5%, di Asia Timur mencapai 12,4% dan di Asia Tenggara
mencapai 13.9%. Tingkat mortalitas yang disebabkan kanker hepar
di Malaysia mencapai 6.9% dan di Indonesia mencapai 8.9%.5
Terbentuknya HCC dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
risiko, seperti sirosis, infeksi hepatitis B dan C yang kronis, penyakit
hepar yang disebabkan oleh alkohol, sindom metabolik, serta
beberapa kelainan seperti hemokromatosis herediter dan lainnya. 6
Hepatitis B dan hepatitis C merupakan penyebab yang paling
banyak ditemukan pada pasien HCC dengan riwayat sirosis.6,7
Gejala pasien dengan HCC biasanya disebabkan karena
adanya perkembangan dari penyakit yang berat. Pada 90-95%
pasien memiliki gejala seperti nyeri abdomen kuadran kanan atas,
massa yang dapat di palpasi, dan berat badan berkurang. Gejala lain
yang dapat muncul seperti jaundice, anasarka, asites, perdarahan
viseral, diare, dan lainnya. Pada pasien yang tidak sirosis, temuan
pemeriksaan fisik dapat berupa distensi abdomen, anoreksia,
hepatomegali, wasting, dan nyeri abdomen kuadran kanan atas.8
Selain disregulasi gen yang disebabkan PD-1, yang dikode dengan Pdcd1 dan
oleh faktor risiko, perkembangan HCC juga terletak di kromosom 2 (2q37), merupakan 55kDa
dipengaruhi oleh tumor microenvironment. Tumor dari 288 asam amino, yang tersusun dari N-
microenvironment pada HCC meliputi immune terminal IgV like domain yang juga memiliki signal
cell subsets, lingkungan sitokin, dan ekstraselular sequence, 20 amino-acid stalk, transmembrane
matriks yang menyebabkan pertumbuhan tumor. domain, dan 95 amino-acid intracytoplasmic
Hepatocellular carcinoma dapat menghindari domain yang mengandung dua tyrodine based
respon imun melalui ekspresi abnormal dan signaling motifs.15,16 PD-1 memiliki lima ekson,
kegagalan pengenalan antigen tumor. Sel yang ekson 1 mengkode signal sequence, ekson 2
bekerja untuk membunuh sel tumor adalah mengkode IgV-like domain, ekson 3 mengkode
cytotoxic T cell dan NK cell. Programmed cell stalk dan transmembrane domain, ekson 4 dan 5
death protein 1 (PD-1) merupakan faktor mengkode cytoplasmic domain yang
imunosupresi yang terdapat pada permukaan sel mengandung Immunoreceptor Tyrosine Based
T. Programmed cell death ligand 1 (PD-L1) Inhibitory Motif (ITIM) dan Immunoreceptor
dieskpresikan secara berlebihan pada Tyrosine-Based Switch Motif (ITSM).17
permukaan sel tumor ganas dan dapat berikatan
dengan PD-1 untuk menghambat proliferasi dan
aktivasi sel T sehingga menyebabkan terjadinya
immune escape.9
Saat ini terdapat beberapa pilihan terapi
yang dapat digunakan untuk mengatasi HCC.
Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk HCC
tahap awal atau mencegah adalah ablasi untuk
menginduksi nekrosis tumor dengan energi
termal, reseksi hepar atau dengan transplantasi
hepar.10 Pilihan terapi HCC tahap lanjut yang
dapat digunakan adalah dengan imunoterapi
seperti menggunakan sorafenib atau lenvatinib
yang merupakan tyrosine kinase inhibitor, namun
tidak semua pasien menunjukkan respon
terhadap terapi sorafenib.10,11 Immune checkpoint
inhibitors (ICIs) merupakan alternatif yang
sedang direncanakan untuk mengatasi masalah Gambar 1. Struktur dari PD-1.15
tersebut.12 Dengan demikian, tujuan penulisan
tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui Domain intraselular PD-1 memiliki satu
mengenai peran PD-1/PD-L1 pada HCC. N-terminal sequence yang merupakan
Immunoreceptor Tyrosine Based Inhibitory Motif
PD-1/PD-L1 pada HCC (ITIM) dan satu C terminal sequence membentuk
1. Struktur programmed cell death protein 1 Immunoreceptor Tyrosine-Based Switch Motif
dan Programmed cell death ligand 1. (ITSM). Rekrutmen SH2 oleh fosforilasi ITSM
Sel tumor malignan memiliki berbagai mengakibatkan inhibisi fungsi yang berhubungan
cara untuk mensupresi sistem imun agar dapat dengan PD-1.15 PD-L1 merupakan 33kDa type 1
bertahan dari imunitas antitumor.13 Immune transmembrane protein yang terdiri dari 290
checkpoint pathway terdiri dari membrane-bound asam amino yang berasal dari protein B7.18,19
molecule programmed death protein 1 (PD-1) Struktur PD-L1 terdiri dari dua domain
dan ligannya PD-L1. Kedua molekul ini bekerja ekstraselular, yaitu IgV-like dan IgC-like domain,
sebagai signal regulator negatif yang berfungsi transmembrane domain, dan cytoplasmic
untuk menghambat proliferasi dan fungsi dari sel domain.18 Ikatan antara PD-1 dengan PD-L1
T serta melumpuhkan respon imun antitumor.14 dapat menyebabkan inhibisi proliferasi sel T,
produksi sitokin, dan aktivitas sitokin sehingga
dapat menekan respon sistem imun tubuh.19
3. Biomarker pada HCC dan kaitannya dengan biomarker prediktif masih termasuk kontroversial.
prognosis. Studi prospektif HCC terbaru menunjukkan
Dalam penelitiannya, Kim et al hanya menggunakan ekspresi PD-L1 untuk
mengajukan penggunaan ekspresi PD-1 pada sel prediksi efikasi immune checkpoint inhibitor
T CD8+ sebagai biomarker alternatif untuk masih terbatas. Selain itu, nilai cut-off yang
mengidentifikasi pasien HCC yang akan digunakan pada beberapa literatur masih
berespon terhadap terapi anti-PD-1. Dalam tumor berbeda-beda, sehingga dibutuhkan penelitian
microenvironment nya, HCC mengandung sel T lebih lanjut untuk menentukan standar analisis
CD8+ dengan rentang tingkat PD-1 tinggi, PD-L1.21
menengah, dan negatif. Adanya sel T CD8+ Penggunaan PD-L1 sebagai biomarker
dengan ekspresi PD-1 yang tinggi (PD-1high prediktif diharapkan dapat menentukan pasien
CD8+) berhubungan dengan tingkat agresif dari mana yang akan memberi respon terhadap
sel tumor.20 PD-1high CD8+ T cells memiliki monoterapi PD-1/PD-L1.22 Pasien dengan
hubungan dengan fenotip tumor yang lebih ekspresi PD-L1 lebih rendah akan diarahkan
agresif. Kim et al membagi isolated CD8+ TILs untuk mendapatkan terapi alternatif seperti
HCC menjadi 2 grup, yaitu grup PD-1 high imunoterapi kombinasi. FDA telah menyetujui
expression dan PD-1 low expression. Tumor assay imunohistokimia yang dapat menilai efikasi
dengan PD-1high CD8+ TILs memiliki fenotip tumor obat dan hasil pengobatan, contohnya adalah 28-
yang lebih agresif, yaitu dengan serum AFP yang 8 untuk menilai nivolumab, dan SP142 untuk
tinggi, ukuran tumor yang lebih besar, terdapat menilai atezolizumab. Du M et al melakukan
invasi mikrovaskular. Perlu dilakukan penelitian penelitian retrospektif dengan membandingkan
lebih lanjut mengenai peran dari PD-1 sebagai tiga antibodi anti PD-L1, yaitu SP142, 28-8, dan
marker prognostik.20 E1L3N. Penulis menggunakan 5% sebagai cut-
Pada hepar, PD-L1 diekspresikan oleh off dari hasil imunohistokimia tersebut. Dalam
sel kupffer, hepatosit, dan sel sinusoid hepatic. penelitian tersebut, SP142 menunjukkan
Ekspresi dari PD-L1 terlihat pada 10-20% sampel pewarnaan PD-L1 yang lebih kuat pada tumor
pasien dengan HCC. Overekspresi PD-L1 pada cell region dan immune cell region dibandingkan
HCC berhubungan dengan prognosis yang lebih dengan 28-8, dan E1L3N. 22
buruk. Kegunaan ekspresi PD-L1 sebagai
biasanya meliputi mutasi pada BRG1 atau (NFE2L2) atau inactivating kelch-like ECH-
HRBM-associated factors (BAFs) dan associated protein 1 (KEAP1) pada 5-15% kasus
polybromo-associated BAF (PBAF) chromatin HCC, sehingga mencegah degradasi NRF2 oleh
complex, terutama AT-rich interaction domain 1A proteosome yang diinduksi secara fisiologis oleh
(ARID1A, 4-17% kasus HCC) dan ARID2 (3-18% KEAP1/CUL3 complex ubiquitinulation. Mutasi
kasus HCC). Mutasi juga terjadi pada histone gen tersebut menyebabkan oxidative stress
methylation writer family (KMT2 family atau yang pathway di HCC teraktivasi secara terus
juga dikenal sebagai MLL); bermutasi pada 2-4% menerus. Berdasarkan penelitian, NFE2L2 dapat
kasus HCC. 27 melindungi terjadinya HCC pada saat penyakit
The Phosphatidylinositol -3 Kinase hepar kronis, tetapi aktivasi yang berkepan-
(PI3K)-AKT-mTOR pathway dan RAS-RAF- jangan dapat berkontribusi dalam perkembangan
MAPK (MAP kinase) sering teraktivasi pada HCC menjadi stadium lanjut.26,27
HCC. Pathway tersebut teraktivasi pada 5%-10% Inflamasi kronik pada sel hepar dapat
dari HCC dengan amplifikasi lokus FGF19/ menyebabkan ekspresi variasi sitokin yang
CCND1. Activating mutation dari PIK3CA (0%- berkelanjutan, rekrutmen sel imun ke hepar, dan
2%) dan inactivating mutation dari tuberous keadaan imunosupresi sehingga menyebabkan
sclerosis 1 (TSC1) atau TSC2 (pada 3-8% kasus respon imun terhadap sel kanker yang tidak
HCC) dapat menyebabkan aktivasi AKT/MTOR optimal. HCC dapat menghindar dari sistem imun
signaling pada HCC. Homozygous deletion dari dengan melepas antigen yang abnormal.
PTEN (yang merupakan inhibitor dari PI3K Interaksi antara tumor dan sistem imun yang
kinase) telah teridentifikasi pada 1%-3% kasus tidak baik menyebabkan tumor microenvironment
HCC. Mutasi pada ribosomal protein S6 kinase yang bersifat imunosupresi. 9
(RPS6KA3) yang menyebabkan inaktivasi CD8+ T cells merupakan subset utama
ribosomal protein S6 kinase α3 (juga dikenal dari tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) yang
sebagai RSK2; 5-9% pada kasus HCC). Hal ini bekerja sebagai antitumor. Surveillance dari
dapat menyebabkan aktivasi dari signaling RAS- hepatosit pre-malignant bergantung pada helper
MAPK. 26,27 T cells. Pada HCC, interaksi sitotoksi dimediasi
oleh CD8+ T cells yang mensekresi IFN γ dan
CD57+ NK cells. Tingkat Treg yang melimpah
pada pasien dengan HBV juga berhubungan
dengan perkembangan HCC. Penurunan kadar
CD4+ T cells juga berperan dalam pertumbuhan
HCC. Disregulasi metabolisme lemak mengin-
duksi ROS-mediated selective loss dari CD4+ T
cells.30
Berdasarkan penelitian, sel T berperan
dalam pencegahan pembentukan tumor,
sedangkan sel B membatasi pertumbuhan sel
tumor yang ada. Sel B yang menghasilkan IL-10
ditemukan pada pasien dengan HCC dengan
jumlah yang melimpah dan hal ini memiliki
korelasi negatif dengan aktivasi dari CD4+ T
cells.30 Myeloid-derived suppressor cells
(MDSCs) memiliki aktivitas imunosupresi dengan
menginduksi ekspresi dan diferensiasi Treg,
menghilangkan asam amino esensial dari sel T
sehingga mempengaruhi fungsi dan survival sel
T, serta dapat menginduksi stress oksidasi yang
memediasi perkembangan kanker, serta
memperluas transduksi signal dari immune
Gambar 10. Genetic lanscape dari HCC. 26
checkpoint dan menurunkan sitotoksisitas NK
cells. Treg juga dapat sekresi TGF-β yang
Alterasi pada oxidative stress pathway merupakan sitokin inhibisi untuk melemahkan
disebabkan karena activating mutation dari efek antitumor dari CD4+ T cells, CD8+ T cells,
nuclear factor erythroid 2-related factor 2 dan NK cells.9,30
2. Gambaran makroskopis HCC. diameter tumor, serta tipe infiltratif yang menun-
Pada pemeriksaan makroskopis, HCC jukkan pertumbuhan ekstranodular lebih dari
dapat terlihat sebagai massa soliter atau berupa 50% diameter tumor.32-34
nodul multipel yang tersebar.6 Nodul dapat
berwarna kehijauan sampai kuning kecoklatan.
Nodul berwarna kekuningan memiliki kandungan
lemak yang banyak, dan nodul berwarna
kehijauan mengandung empedu.2,6 Nodul HCC
memiliki batas yang tegas, tetapi sebagian kecil
memiliki batas yang tampak infiltratif. Kapsul
fibrosis dapat ditemukan. HCC memiliki
konsistensi yang kenyal karena memiliki stroma
yang sedikit dan terdapat nekrosis.6 Untuk nodul
padat berwarna abu-keputihan, biasanya
disebabkan karena memiliki stroma yang banyak.
Varian ini dapat ditemukan pada varian Gambar 12. Tampilan makroskopi dari HCC, A.
fibrolamellar dan scirrhous. Ukuran nodul Vaguely nodular, B. Expanding nodular, C.
bervariasi, yaitu kurang dari 2 cm sampai dengan Multinodular konfluen, D. Nodular with perinodular
extension, E. infiltratif.32
lebih dari 20 cm.31
Studi dari Seoul mengklasifikasikan
berdasarkan tampilan makroskopis menjadi 3. Gambaran mikroskopis HCC.
vaguely nodular yang ditandai dengan batas HCC memiliki empat pola pertumbuhan
nodul tidak tegas, expanding nodular yang mikroskopis, yaitu trabekular, solid, pseudo-
didefinisikan sebagai nodul bulat dengan batas glandular dan makrotrabekular. Pola pertum-
tegas, multinodular konfluen yang merupakan buhan trabekular merupakan pola pertumbuhan
kumpulan dari nodul kecil dan konfluen, nodular dominan dimana 70% dari tumor memiliki pola
with perinodular extension yang didefinisikan pertumbuhan ini. Pola pertumbuhan solid
sebagai nodul yang mirip dengan tipe expanding mencakup 20% dari seluruh tumor, pseudo-
nodular tetapi memiliki pertumbuhan ekstra- glandular (sinonim: pseudoacinar) mencakup
nodular yang memilik ukuran 50% lebih kecil dari 10% dari semua tumor, dan makrotrabekular
mencakup 1% dari seluruh pertumbuhan tumor.
106 Vol. 8 No. 2 Mei 2023
Peran Pd-1 dan Pd-L1 pada Hepatocellular Carcinoma Pratista Patologi
Arianto Salim, Supri Irianti Handayani, Marini Stephanie
Pola pertumbuhan trabekular terdapat gambaran sel atipia minimal. Grade ini memiliki kriteria
sel tumor tumbuh di dalam trabekula yang agak sitoplasma yang banyak dan eosinofilik sampai
tipis yang dapat terlihat pada pembesaran rendah sitoplasma yang sedang dan basofilik. Inti sel
atau menengah (perbesaran 4 kali, 10 kali atau memiliki atipia minimal sampai ringan.2,36
20 kali). Pola pertumbuhan solid memiliki sel Grade moderately differentiated memiliki
tumor yang tumbuh tanpa trabekula yang dapat sel tumor ganas yang terlihat jelas pada
terlihat pada pembesaran rendah atau pewarnaan hematoksilin dan eosin (pewarnaan
menengah, tetapi dengan perbesaran besar (40 H&E). Secara morfologis juga menggambarkan
kali) area pertumbuhan trabekular dapat dikenali. differensiasi hepatoseluler. Grade ini memiliki
Pola pertumbuhan pseudoglandular biasanya kriteria sitoplasma yang banyak dan eosinofilik
terjadi bersamaan dengan produksi empedu sampai sitoplasma yang sedang dan basofilik
sehingga memberi gambaran adanya dilatasi dengan nuklei atipia yang sedang. Pada grade ini
yang dikelilingi sel tumor. Pada pola dapat ditemukan juga sel tumor multinukleated.
2,36
pertumbuhan makrotrabekular menunjukkan
ketebalan setidaknya lebih dari 6-10 sel.2,35 Grade poorly differentiated memiliki sel
tumor ganas yang terlihat jelas pada pewarnaan
H&E, dan morfologi yang konsisten dengan
karsinoma spektrum luas yang berdiferensiasi
buruk. Grade ini memiliki kriteria sitoplasma yang
berjumlah sedang sampai sedikit serta biasanya
basofilik. Terdapat pleomofisme nukleus dan
dapat ditemui anaplastic giant cell. 2,36
Secara keseluruhan, sekitar 30% HCC
dapat disubklasifikasikan menjadi beberapa
subtipe morfologis, seperti steatohepatitic, clear
cell, macrotrabecular massive, scirrhous,
chromophobe, fibrolamelar carcinoma,
neutrophil-rich, dan lymphocyte-rich.2,35
0.44, 95% CI 0.36-0.52, p<0.001). Ramucirumab aman diantara pasien dengan kanker hepar
merupakan terapi HCC dengan biomarker stadium lanjut, baik yang telah diterapi dengan
guided. Terapi ini digunakan untuk pasien dengan sorafenib maupun yang belum mendapat
baseline α-fetoprotein >400 ng/dl. Overall sorafenib. Pembrolizumab merupakan contoh
survival dengan terapi ini meningkat diban- inhibitor PD-1 yang lain. Terapi ini efektif dan
dingkan dengan grup plasebo (8.5 bulan diban- dapat ditoleransi oleh pasien dengan HCC
dingkan 7.3 bulan dengan plasebo; HR 0.710, stadium lanjut yang telah diterapi dengan
95% CI 0.531-0.949; p=0.0199).38 sorafenib pada cohort 1 of the Keynote-224
Berdasarkan data fase Ib/II, nivolumab clinical trial. Berdasarkan penelitian Keynote-240,
dan pembrolizumab yang merupakan anti-PD1 fase 3 randomized, double blind clinical trial untuk
inhibitor disetujui sebagai terapi single agent. evaluasi efikasi dan keamanan pembrolizumab
Nivolumab adalah human IgG4 monoclonal pada pasien dengan HCC stadium lanjut yang
antibody yang menghalangi interaksi PD-1 gagal terapi dengan sorafenib, menunjukkan
dengan PD-L1 dan PD-L2. Pada CheckMate 040, overall survival (OS) dan PFS yang secara
sebuah multicenter global phase III clinical trial, statistik tidak signifikan, walaupun memper-
novolumab menunjukkan efikasi yang baik dan lihatkan keuntungan klinis.38
mempengaruhi prognosis adalah grade tumor, Pasien yang diketahui memiliki dysplasia
invasi vaskular dan metastasis intrahepatik, nodule memiliki risiko sebesar 9% sampai 34%
stadium tumor, subtipe tumor dan riwayat sirosis. untuk berkembang menjadi HCC. Perubahan ini
Berdasarkan tampilan klinisnya, serum alfa- dapat terjadi dalam waktu 24 sampai 36 bulan,
fetoprotein (AFP), ukuran dan jumlah tumor, terutama pada dysplasia nodule derajat tinggi.
invasi ke pembuluh darah mayor pada imaging, Tetapi 20% sampai 50% kasus dysplasia nodule
komorbid dan kondisi kesehatan juga berperan tidak berkembang menjadi HCC dan menghilang
dalam prognosis HCC.2 saat follow-up selanjutnya. 2
Level AFP berkorelasi dengan ukuran Dalam penelitian oleh Lee Y et at, pola
dan keparahan tumor. Level serum AFP makroskopis infiltrative memiliki prognosis yang
cenderung meningkat saat diameter tumor paling buruk, sedangkan vaguely nodular dan
mencapai lebih dari 3 cm. Pada tumor yang expanding nodular memiliki prognosis yang lebih
memiliki ukuran lebih dari 5 cm, kadar serum AFP baik. Pola makroskopis multinodular confluent,
juga akan meningkat secara progresif mencapai nodular with perinodular extension, dan infiltrative
1.000 sampai dengan 10.000 µg/mL. Pasien menunjukkan gambaran poorly differentiated,
dengan serum AFP lebih dari 10.000 µg/mL pada invasi pembuluh darah portal dan microvascular
saat diagnosis memiliki prognosis yang lebih yang lebih sering, stroma fibrosa intratumoral dan
buruk dibandingkan dengan pasien dengan stadium pT yang lebih tinggi dibandingkan
serum AFP <200 µg/mL.44 dengan pola makroskopis vaguely nodular dan
expanding nodular (p<0.05). 32
RINGKASAN
Hepatocellular carcinoma (HCC) meru-
pakan keganasan primer pada hepar yang terdiri
dari sel-sel epitelial yang menunjukkan adanya
differensiasi sel hepar. Terdapat beberapa fator
risiko yang dapat meningkatkan terbentuknya
HCC, yaitu sirosis, infeksi hepatitis B dan C yang
kronis, penyakit hepar yang disebabkan oleh
alkohol, diabetes, obesitas, sindrom metabolik,
dan lainnya. Faktor risiko tersebut dapat menye-
babkan infeksi kronis pada hepar yang dapat
Gambar 16. Terapi Immune checkpoint inhibitor pada
HCC.42
berujung pada sirosis.
Terdapat beberapa pathway yang terlibat
dalam karsinogenesis HCC, seperti mutasi
promoter TERT, aktivasi WNT/β-catenin pathway,
Inaktivasi p53, kompleks kromatin remodelling
dan epigenetik regulator, aktivasi RAS-RAF-
MAPK dan PI3K- AKT-mTOR pathway, dan
oxydative stress pathway yang teraktivasi secara
terus menerus. HCC dapat menghindari sistem
imun dengan mengekspresikan PD-L1, sehingga
jika menempel dengan PD-1, terminal ITSM
merekrut SHP-2 sehingga menyebabkan gang-
guan fosforilasi ZAP70. Hal ini mengakibatkan
penururnan RAS-MEK-ERK/PI3K-AKT-MTOR
pathway sehingga dapat menyebabkan penu-
runan pembelahan sel T, penurunan pertum-
buhan dari sel T, serta penurunan kemampuan
proliferasi, diferensiasi, dan survival dari sel T.
Tatalaksana yang dapat diberikan
terhadap HCC tergantung dari stadium klinis
yang dapat dinilai dengan BCLC, Skala
performance status berdasarkan klasifikasi
Gambar 17. Mekanisme blokade aksis PD-1/PD-L1.40 ECOG, dan klasifikasi Child-Pugh. Pada stadium
sangat awal (BCLC 0, ECOG 0, Child-pugh A) 5. World Health Organization. Global cancer
dapat dilakukan ablasi atau reseksi. Pada observatory [Internet]. 2020 [cited 2023 Mar
stadium awal, (BCLC A, ECOG 0, Child-pugh A- 15]. Available from: https://gco.iarc.fr/today/
B) dapat dilakukan reselsi, transplantasi, ablasi, online-analysis-map?v=2020&mode=popu
maupun kemoembolisasi yang disesuaikan lation&mode_population=continents&popul
kembali dengan keadaan klinisnya. Pada stadium ation=900&populations=900&key=asr&sex=
menengah (BCLC B, ECOG 0, Child-pugh A-B) 0&cancer=39&type=1&statistic=5&prevalen
dapat dilakukan chemoembolisme atau sistemuk ce=0&population_group=0&ages_group%5
terapi. Pada stadium lanjut (BCLC C, ECOG 1-2, B%5D=0&ages_group%5B%5D=17&nb_ite
Child-pugh A-B) dapat diberikan terapi sistemik. ms=10&group_cancer=1&include_nmsc=0
Pada stadium terminal (BCLC D, ECOG >2, &include_nmsc_other=0&projection=natural
Child-pugh C) pasien diberikan perawatan -earth&color_palette=default&map_scale=
suportif yang terbaik. quantile&map_nb_colors=5&continent=0&s
Terapi sistemik lini pertama yang dapat how_ranking=0&rotate=%255B10%252C0
diberikan seperti sorafenib yang merupakan %255D
inhibitor dari tyrosine kinase receptors, atau 6. Odze RD, Goldblum JR. Odze and goldblum
lenvatinib yang juga merupakan VEGF dan surgical pathology of the GI tract, liver, biliary
PDGFR-B inhibitor. Terapi lini kedua yang masih tract and pancreas. 4th ed. Philadelphia:
dalam penelitian fase Ib/II adalah immune Elsevier; 2023.
checkpoint inhibitor, yaitu nivolumab dan 7. Janevska D, Chaloska-Ivanova V, Janevski
pembrolizumab yang merupakan anti-PD1 V. Hepatocellular carcinoma: Risk factors,
inhibitor. diagnosis and treatment. Open Access
Maced J Med Sci. 2015 Oct 29;3(4):732-6.
UCAPAN TERIMA KASIH 8. Charach L, Zusmanovitch L, Charach G.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Hepatocellular carcinoma: clinical
atas selesainya tinjauan pustaka ini. Terima kasih presentation and diagnosis. EMJ Hepatol.
kepada kedua pembimbing saya, yaitu dr. Marini 2017;5(1):81-8.
Stephanie, SpPA(K) dan Dra. Supri Irianti 9. Li Q, Han J, Yang Y, Chen Y. PD-1/PD-L1
Handayani, M.Biomed yang telah membimbing checkpoint inhibitors in advanced
saya dalam penyelesaian tinjauan pustaka ini, hepatocellular carcinoma immunotherapy.
serta teman sejawat Program Pendidikan Dokter Front Immunol. 2022 Dec 19;13.
Spesialis (PPDS) Patologi Anatomik FKUI atas 10. Shannon AH, Ruff SM, Pawlik TM. Expert
doa dan dukungannya. Semoga tinjauan pustaka insights on current treatments for
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. hepatocellular carcinoma: clinical and
molecular approaches and bottlenecks to
Daftar Pustaka progress. J Hepatocell Carcinoma. 2022
1. Asafo-Agyei KO, Samant H. Hepatocellular Dec;9:1247-61.
Carcinoma [Internet]. Treasure Island: 11. Giraud J, Chalopin D, Blanc JF, Saleh M.
StatPearls Publishing; 2023 [cited 2023 Apr Hepatocellular carcinoma immune
1]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih. landscape and the potential of
gov /books/NBK559177/ immunotherapies. Front Immunol. 2021 Mar
2. World Health Organization. WHO 18;12.
classification of tumours digestive system 12. Onuma AE, Zhang H, Huang H, Williams
tumours. 5th ed. Switzerland: World Health TM, Noonan A, Tsung A. Immune checkpoint
Organization; 2019. 229-239 p. inhibitors in hepatocellular cancer: current
3. World Health Organization. Liver fact sheet - understanding on mechanisms of resistance
Globocan. [cited 2023 Apr 5]; Available from: and biomarkers of response to treatment.
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/can Gene Expr. 2020;20(1):53-65.
cers/11-Liver-fact-sheet.pdf 13. Zhu X, Lang J. Soluble PD-1 and PD-L1:
4. McGlynn KA, Petrick JL, El-Serag HB. predictive and prognostic significance in
Epidemiology of hepatocellular carcinoma cancer [Internet]. Vol. 8, Oncotarget. 2017.
[Internet]. Vol. 73, Hepatology. John Wiley Available from: www.impactjournals.com/
and Sons Inc; 2021 [cited 2023 Apr 1]. p.4- oncotarget/
13. Available from: https://www.ncbi.nlm. 14. Niu M, Liu Y, Yi M, Jiao D, Wu K. Biological
nih.gov/pmc/articles/PMC7577946/ characteristics and clinical significance of
al. Lessons from immune checkpoint for hepatocellular carcinoma: Where are we
inhibitor trials in hepatocellular carcinoma. now? Vaccines (Basel). 2020 Dec 1;8(4):1-
Front Immunol. 2021 Mar 30;12. 21.
40. Lei Q, Wang D, Sun K, Wang L, Zhang Y. 43. National Cancer Institute. Cancer Stat Facts:
Resistance mechanisms of anti-pd1/pdl1 Liver and Intrahepatic Bile Duct Cancer
therapy in solid tumors. Front Cell Dev Biol. [Internet]. 2020 [cited 2023 Apr 23]. Available
2020 Jul 21;8. from: https://seer.cancer.gov/statfacts/html/
41. Ghavimi S, Apfel T, Azimi H, Persaud A, livibd.html
Pyrsopoulos NT. Management and 44. Curley SA, Barnett CC, Abdalla EK. Staging
treatment of hepatocellular carcinoma with and prognostic factors in hepatocellular
immunotherapy: A review of current and carcinoma [Internet]. 2022 [cited 2023 Apr
future options. J Clin Transl Hepatol. 24]. Available from:
2020;8(2):168-76. https://www.uptodate.com/contents/staging-
42. Tovoli F, De Lorenzo S, Trevisani F. and-prognostic-factors-in-hepatocellular-
Immunotherapy with checkpoint inhibitors carcinoma