Anda di halaman 1dari 9

HASIL WAWANCARA

Berdasarkan hasil wawancara mengenai analisis perlindungan

ketenagakerjaan pada perawat di Rumah Sakit TK.II Pelamonia

Makassar, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

1. Perlindungan ketenagakerjaan

a. Apakah rumah sakit saat ini telah bekerja sama dengan program

BPJS Ketenagakerjaan ?

R1 : “Jadi disini itu semua perawat yang ada di Rumah Sakit baik
yang di pemerintahan maupun masih honor itu sudah di
buatkan kartu BPJS. Kalau kita kan PNS atau Militer tidak
ada masalah karena langsung Negara yang tanggung,
kalau yang hononer itu kadang juga ada rata-rata yang
hampir semua keluarga dari jajaran angkatan darat yang ke
dua itu kalau memang dia itu orang umum dia itu ada
pembagian persennya (berapa persen Rumah Sakit yang
tanggung dan berapa persen dia keluarganya yang
tanggung ) tapi ada biaya pemeliharaan kesehatan..’’

b. Apakah Rumah Sakit berencana untuk melakukan kerjasama

dengan BPJS Ketenagakerjaan

R1 : ‘’ Kalau rencana untuk bekerjasama kami menunggu


petunjuk dari pimpinan’’.

c. Apakah terdapat syarat-syarat dalam mengikuti program BPJS

Ketenagakerjaan ?

R1 : ‘’Nah untuk pegawai yang baru ada persyaratannya namun


timbul tenggelam. Tapi ada untuk pemeriksaan kesehatan
bagi karyawan’’.
d. Apakah anda terdaftar sebagai perserta BPJS Ktenagakerjaan ?

R2a : ‘’Tidak, karna memang Rumah Sakit belum memberikan


BPJS Ketenagakerjaan’’
R2b : ‘’Tidak, tapi mungkin akan ada di waktu mendatang ’’
R2c :‘’Tidak, karna belum melakukan pengadaan BPJS
Ketenagakerjaan’’
R2d :‘’Tidak, karna kami belum mendapatkan BPJS
Ketenagakerjaan’’
R2e : ‘’Tidak, ya karna belum ada himbauan dari atasan “.

e. Menurut anda apakah semua pekerja wajib terdaftar dalam

program BPJS Ketenagakerjaan ?

R2a : ‘’ Iya wajib, supaya ada jaminan lain-lain saat bekerja’’


R2b : ‘’ Iya, ya supaya ada asuransi yang menjanjikan’’
R2c : ‘’ Iya dek, agar kami bisa mendapatkan semacam
penolong dalam kesulitan begitu’’
R2d : ‘’Iya ’’
R2e : ‘’Wajib’’

f. Menurut anda apakah penggunaan BPJS Ketenagakerjaan

penting bagi pekerja ?

R2a : ‘’Penting, karna ada jaminan saat kita mengalami


kecelakaan kerja”.
R2b :‘’Iya, supaya ada pengganti biaya kecelakaan bekerja’’
R2c : ‘’ Iya, oh tentu saja”.
R2d : ‘’Penting, iyaaa’’.
R2e : ‘’Iya, iya’’.

g. Apakah seluruh data perawat yang bekerja di Rumah Sakit telah

memenuhi syarat untuk ikut serta dalam program BPJS

Ketenagakerjaan ?

R3 : ‘’Iya sudah, kalau syarat ya sudah memenuhi’’.


h. Apakah seluruh perawat mendapatkan perlindungan dalam

menjalankan pekerjaan yang beresiko ?

R3 : ‘’kalau seperti BPJS Ketenagakerjaan itu tidak ada tapikan


kita ada SOP jadi harusnya tidak terjadi kecelakaan kerja
kalau mengikuti SOP yang telah disediakan’’.

i. Apakah terdapat perjanjian kerja yang berkaitan dengan

perlindungan ketenagakerjaan sebelum perawat diterima sebagai

pegawai di Rumah Sakit ?

R3 : ‘’Tidak ada’’.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan terkait

perlindungan ketenagakerjaan, bahwa pihak Rumah Sakit belum

memberikan BPJS Ketenagakerjaan kepada perawat dan untuk

rencana kerjasama dengan pihak BPJS Ketenagakerjaan mereka

menunggu petunjuk dari pimpinan. Namun perawat tetap

mendapatkan BPJS Kesehatan sebagai bentuk pemeliharaan

kesehatan. Tidak ada syarat khusus dalam mengikuti program

BPJS Ketenagakerjaan bahkan seluruh pekerja telah memenuhi

syarat untuk terdaftar dalam program BPJS Ketenagakerjaan.

Mereka mengatakan bahwa para pekerja wajib terdaftar dan sangat

penting mengikuti program tersebut agar mendapatkan asuransI

dan biaya lainnya yang dibutuhkan saat terjadi kecelakaan kerja.


2. Peran manajemen dalam kecelakaan kerja

a. Apakah manajemen Rumah Sakit melakukan pemantauan dan

evaluasi kinerja terhadap perawat dalam mencegah kecelakaan

kerja ?

R1 : ‘’Jadi untuk kecelakaan kerja disini itu, itukan


kecelakaannya kalau di Rumah Sakit itukan kebanyakan
tertusuk jarum toh, nah kalau tertusuk jarum itu dia tetap
di tangani apalagikan kita Rumah Sakit yang sudah
Paripurna, jadi dia harus melaporkan diri dan ada
beberapa prosedur yang harus dia lalui sesuai dengan
alur yang telah disepakati. Jadi dia harus lapor dulu ke
IGD nanti di periksa hasil Lab dan hasil yang lain-lain.
Pokoknya bagaimana karyawan tersebut dia tidak
mengalami hal-hal yang tidak di inginkan’’.

b. Apakah manajemen Rumah Sakit melakukan perencanaan yang

terintegrasi dalam mengurangi kejadian kecelakaan kerja pada

perawat ?

R1 : ‘’Tetap semua Rumah Sakit punya kebijakan dan kebijakan


ini diserahrkan kepada komite masing-masing, kayak di
komite PPI ini. Komite PPI itu menganangani masalah
kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum karna hal tersebut
itu harus dilaporkan juga ke Dinas. Nah, kalau kita
mengumpulkan itu yang namanya IPCLS linknya itu kita
usahakan itu atau para kepala unitnya itu kita selalu
memberi materi itu tentang bagaimana cara agar kamu
tidak tertusuk jarum beginilah prosedur kerjanya dan harus
sesuai dengan SOP. Kalau ada petugas yang yang
tertusuk jarum berarti itu dia keluar dari SOP. Jarum suntik
itukan tidak dipakai ulang toh setelah dipakai angsung
buang, nah kalau dia mau mencoba ilmunya apakah tajam
itu jarum suntik ya itu biasa dia kena itu tapi jika dia bekerja
sesuai dengan SOP dia akan selamat’’.
c. Apa saja bentuk perlindungan yang dilakukan manajemen

Rumah Sakit dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman,

nyaman dan efisien ?

R1 : ‘’Nah, seandainya itu tidak ada namanya tenaga kerja di


Rumah Sakit Pelamonia itu yang tidak ada BPJSnya
karena itu persyaratan utama. Begitu dia melamar dan
ada BPJSnya maka dia akan dibuatkan selama di
melapor jadi wajib semua tenaga kesehatan itu yang
kerja di Rumah Sakit harus mempunyai kartu BPJS’’.

d. Apakah ada faktor penghambat dalam mengikuti program

program jaminan kecelakaan kerja ?

R2a : ‘’ Tidak tau’’.


R2b : ‘’ Kalau soal itu kurang tau’’.
R2c : ‘’Tidak tau’’.
R2d : ‘’Tidak tau’’.
R2e : ‘’Tidak tau’’.

e. Apakah terdapat strategi yang dilakukan oleh pihak Rumah

Sakit dalam meminimalisir resiko kecelakaan kerja ?

R2a : ‘’Kita disini Cuma mengikuti SOP kan SOP itu di buat
untuk meminimalisir kecelakaan kerja jadi kita ikuti saja
SOP di Rumah Sakit
R2b : ‘’ Iya begitu, bekerja sesuai SOP’’
R2c : ‘’ Iya ada’’
R2d : ‘’ Strategi ? kalau itu dari SOP ya
R2e : ‘’ Tentu, ada SOP yang selalu menuntut agar berhati-hati
dalam menjalankan tugas’’

f. Apakah terdapat dukungan manajemen terhadap kejadian

kecelakaan kerja ?

R2a : ‘’ Selama ini kalau ada yang mengalami kecelakaan kerja


ya tetap di tangani oleh pihak Rumah Sakit’’.
R2b : ‘’ Kalau bentuk dukungannya itu menurut saya dari segi
pemantauan dan evaluasi dalam melakukan pelayanan,
seperti itu’’.
R2c : ‘’Mungkin dari segi ini yah apa namanya kayak misalnya
ada yang sakit akibat kerja dia diberi izin untuk
pemulihan’’.
R2d : ‘’Kalau bentuk dukungannya itu di ini yah di berikan
toleransi izin dalam bekerja asalkan ada surat
keterangan sakit atau dari dokter’’.
R2e : ‘’ Diberikan izin kerja begitu’’.

g. Apakah manajemen Rumah Sakit ikut terlibat dalam

meminimalisir kejadian kecelakaan kerja ?

R3 : “ Kalau soal itu, untuk meminimalisir kejadian kecelakaan

kerja kita melakukan pemantauan tapi yang bertugas

dalam hal itu adalah bagian K3 apakah sudah sesuai

prosedur atau tidak’’.

h. Apakah manajemen Rumah Sakit rutin melakukan pemantauan

terhadap kinerja perawat dalam mengurangi resiko kecelakaan

kerja ?

R3 : ‘’Iya rutin’’.

i. Apakah terdapat program manajemen Rumah Sakit dalam

penyelenggaraan jaminan BPJS Ketenagakerjaan ?

R3 : ‘’Kalau program BPJS Ketenagakerjaan tidak ada kan kita


tidak bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan’’.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan

terkait peran manajemen dalam kecelakaan kerja, bahwa

bentuk evaluasi kinerja dan bentuk perencanaan terintegrasi


pada perawat yaitu setiap perawat yang mengalami kecelakaan

kerja diwajibkan untuk melaporkan diri agar mendapat

penanganan khusus, maka dari itu pihak manajemen Rumah

Sakit menyediakan SOP sebagai dasar dalam melakukan

tindakan kepada pasien untuk meminimalisir kecelakaan kerja

karena bentuk perlindungan kerja pada perawat hanya BPJS

Kesehatan. Terkait faktor penghambat dalam mengikuti

program BPJS Ketenagakerjaan mereka kurang tahu namun

yang ikut terlibat dalam meminimalisir kecelakaan kerja yaitu

bagian K3 dan mereka rutin melakukan pemantauan kinerja

perawat.

3. Jaminan BPJS Ketenagakerjaan

a. Apakah terdapat jaminan kerja yang diberikan kepada perawat?

R1 : ‘’Jaminan kerja kayak BPJS Ketenagakerjaan itu tidak ada


tapi seluruh karyawan sudah ada BPJS Kesehatannya’’.

b. Apakah jaminan kecelakaan kerja yang diberikan sesuai

dengan tingkat keparahan yang di alami perawat ?

R1 : ‘’Jadi tenaga kerja yang izin, sakit atau ada keluaraganya


yang sakit itu Ruah Sakit member izin dengan ketentuan
ada surat yang masuk kalau yang bersangkutan sendiri
sakit harus ada keterangan dokter dan yang namanya
gaji tidak ada pemotongan’’.

c. Apakah Rumah Sakit memberikan keringanan pekerjaan jika

perawat terkena penyakit akibat kerja ?


R1 : “ Jadi, semua pekerja yang sakit akibat dari berkerja di
Rumah Sakit diberikan izin untuk beristirahat dan
berobat sesuai dengan yang alami orangnya’’.

d. Apakah anda mendapatkan jaminan kecelakaan kerja di

Rumah Sakit ?

R2a : ‘’ Disini kita tidak ada BPJS Ketenagakerjaan. Tidak tau


kenapa tidak di kasih BPJS ketenagakerjaan’’.
R2b : ‘’ Tidak, kami tidak ada BPJS Ketenagakerjaan
R2c : ‘’ kalau berbicara jaminan kecelakaan itu kami ditangani
langsung oleh Rumah Sakit untuk pemulihan’’.
R2d : ‘’ Kami tidak punya jaminan kecelakaan kayak BPJS
Ketenagakerjaan’’.
R2e : ‘’ Iya, kami tida ada BPJS Ketenagakerjaan’’.

e. Apakah saat terjadi kecelakaan kerja, perawat langsung

mendapatkan penanganan khusus ?

R2a : ‘’ Iya sesuai dengan lukanya’’.


R2b : ‘’ Tentu saja’’.
R2c : ‘’ Langsung ditangani di unit UGD’’.
R2d : ‘’ Iya betul’’.
R2e : ‘’ Iya langsung ditanganilah ya’’

f. Apakah perawat yang mengalami kecelakaan dan berakibat

fatal seperti lumpuh total dan cacat itu mendapatkan asuransi

kecelakaan ?

R2a :‘’Kalau untuk asuransi kecelakaan kerja tidak ada. Tapi


kita disini ada yang namanya BPJS Kesehatan nah itu
bisa dipakai untuk pemeriksaan kesehatan’’.
R2b : ‘’ Tidak ada asuransi kecelakaan’’.
R2c : ‘’ Tidak ada’’.
R2d : ‘’ Tidak ada’’.
R2e : ‘’ Tidak ada’’.
g. Apakah seluruh perawat mendapatkan jaminan

ketenagakerjaan ?

R3 :
‘’Disini kita tidak bekerja sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan yang ada itu cuma BPJS Kesehatan’’
h. Apakah perawat menuntut untuk mendapatkan jaminan BPJS

Ketenagakerjaan ?

R3 : ‘’Saya kurang tau juga kalau masalah itu’’.

i. Apakah terdapat keluhan oleh perawat terkait jaminan BPJS

Ketennagakerjaan yang tidak diselenggarakan ?

R3 : “Kurang tau mengenai itu’’.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan

terkait jaminan BPJS Ketenagakerjaan, bahwa tidak ada

jaminan Ketenagakerjaan yang diberikan kepada perawat,

namun kecelakaan kerja yang dialami perawat akan diberikan

perawatan sesuai kebutuhan dan langsung ditangani. Untuk

pemulihan mereka diberikan izin istirahat. Terkait tuntutan dan

keluhan perawat terhadap jaminan kecelakaan kerja yang tidak

terselenggara mereka kurang tahu masalah tersbeut.

Anda mungkin juga menyukai