organisasi keperawatan di RS
Dosen Pembimbing:
Sumijatun SKp, MARS, Ph.D
Disusun Oleh:
Christ Hally Santoso (226080084)
Santoso Cokro (226080
Stevanie (226080
Herfandi Dimas (226080
Roy Maret Tarigan (226080
Dalam upaya meminimalisir terjadinya KTD yang terkait dengan aspek keselamatan pasien,
maka manajemen rumah sakit perlu menciptakan budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan
pasien merupakan pondasi utama dalam menuju keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien akan
menurunkan KTD secara signifikan sehingga akuntabilitas RS di mata pasien dan masyarakat akan
meningkat dan pada akhirnya kinerja rumah sakitpun meningkat. Hal tersebut dikarenakan banyak
rumah sakit yang mengaplikasikan sistem keselamatan yang baik, tetapi pada kenyataannya KTD tetap
terjadi. Meskipun pada umumnya jika sistem dapat dijalankan dengan sebagaimana mestinya, maka
KTD dapat ditekan sekecil-kecilnya, namun fakta menunjukkan bahwa sistem tidak dapat berjalan
secara optimal jika kompetensi dan nilai-nilai atau budaya yang ada tidak mendukung (Budihardjo,
2008).
Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendatangkan keuntungan bagi pasien dan pihak
penyedia pelayanan kesehatan. Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendeteksi kesalahan yang
akan terjadi atau jika kesalahan terjadi. Budaya keselamatan pasien akan meningkatkan kesadaran untuk
mencegah error dan melaporkan jika ada kesalahan. Budaya keselamatan pasien juga akan mengurangi
pengeluaran finansial yang diakibatkan oleh kejadian keselamatan pasien (Beginta, 2012).
Definisi budaya keselamatan pasien suatu organisasi menurut Agency for Healthcare Research
and quality (AHRQ, 2004) adalah produk dari nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola perilaku
individu dan kelompok, perilaku dan keterampilan, manajemen kesehatan dan keselamatan organisasi.
Organisasi dengan budaya keselamatan positif dicirikan oleh komunikasi yang didasarkan pada saling
percaya, oleh persepsi bersama tentang pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan
kemanjuran tindakan pencegahan.
Budaya keselamatan pasien menurut AHRQ dapat diukur dari segi perspektif staf rumah sakit yang
terdiri dari 12 dimensi diantaranya : harapan dan tindakan manajer mempromosikan keselamatan
pasien, organizational learningperbaikan berkelanjutan, kerja sama dalam unit di rumah sakit,
komunikasi terbuka, umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan, respon non-punitive terhadap
kesalahan, staffing, dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien, kerja sama antar unit di
rumah sakit, handsoff dan transisi pasien, persepsi keseluruhan staf di rumah sakit terkait keselamatan
pasien, dan frekuensi pelaporan kejadian (AHRQ, 2004). Membangun budaya keselamatan pasien di
rumah sakit adalah kewajiban dan tanggung jawab seluruh staf yang bekerja di rumah sakit lebih
utamaya para profesional pemberi asuhan yang berinteraksi langsung dengan pasien yang
memungkinkan untuk menemukan dan mengalami risiko kesalahan pelayanan
Sebuah organisasi yang menghargai keselamatan pasien akan menanamkan nilai tersebut pada para
staf dan karyawannya untuk membangun budaya yang mendorong pencegahan kesalahan dan motivasi
pelaporan tepat waktu ketika kesalahan terjadi. Pentingnya pelaporan insiden keselamatan menjadi
perhatian khusus bagi World Health Organization (WHO), sehingga pada tahun 2020 organisasi ini
menerbitkan suatu pedoman Patient Safety Incident Reporting and Learning Systems: Technical Report
and Guidance sebagai panduan yang komprehensif bagi Kementerian Kesehatan, RS dan fasilitas
kesehatan tentang cara merancang, menerapkan, dan menggunakan pelaporan keselamatan pasien yang
baik. Panduan ini membahas tentang Positive Environment for Reporting atau lingkungan yang
mendukung pelaporan insiden keselamatan pasien. Dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan sistem
pelaporan insiden keselamatan pasien baik ditingkat institusi pelayanan kesehatan berskala besar
maupun kecil, hal pertama yang harus dibangun adalah lingkungan yang positif dimana staf
termotivasi dan merasa dihargai karena berpartisipasi dalam pelaporan insiden keselamatan pasien
Berdasarkan masalah yang ditemukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
2) Menganalisis pengaruh umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan terhadap pengelolaan
budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit.
Berdasarkan uraian hipotesis diatas dan dari penelitian sebelumnya, maka peneliti membuat
kerangka konseptual penelitian seperti di bawah ini.
KUESIONER
INSTRUKSI
Survey ini dilakukan untuk mengetahui persepsi anda mengenai patient safety, medical error dan
pelaporan insiden di rumah sakit.
Isilah kuesioner ini dengan jujur sesuai keadaan/suasana kerja di unit dan RS anda
”Kejadian” (Event) : semua jenis ”error”, kesalahan, insiden, kecelakaan atau penyimpangan baik yang
menyebabkan cedera ataupun yang tidak menyebabkan cedera pada pasien
“Keselamatan Pasien” (Patient Safety) : menghindari dan mencegah cedera pasien atau Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) pada pasien yang diakibatkan oleh proses pemberiaan pelayanan kesehatan.
Apa unit utama kerja anda di rumah sakit ini? Tandai satu jawaban dibawah ini.
a. Bedah
b. Gawat Darurat
c. Rehab Medik
d. Radiologi
f. Kesehatan Anak
g. Maternal Perinatal
h. ICU
j. CSSD
k. Anestesi
l. Gizi
m. Sanitasi
n. Farmasi
o. Lain – lain
Harap diisi pernyataan-pernyataan dibawah ini sesuai pendapat anda.
Lingkari jawaban anda.
No. Aspek yangditanyakan Sanga Tidak Kadang- Setuju Sangat
ttidak setuju kadang setuju
setuju
1 Karyawan di unit kami saling
1 2 3 4 5
mendukung
2 Unit kami memiliki cukup staf
untuk menangani beban kerja yang 1 2 3 4 5
berlebih
3 Bila unit kami ada pekerjaan yang
harus dilakukan dalam waktu cepat,
maka karyawan di unit kami
1 2 3 4 5
bekerja bersama-sama sebagai tim
untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut
4 Petugas di unit kami saling
1 2 3 4 5
menghargai
5r Karyawan di unit kami bekerja
dengan waktu yang lebih lama dari 1 2 3 4 5
normal untuk perawatan pasien
Unit kami secara aktif melakukan
6 kegiatan untuk meningkatkan 1 2 3 4 5
keselamatan pasien
7r Unit kami banyak menggunakan
tenaga melebihi normal/tambahan 1 2 3 4 5
untuk kegiatan pelayanan pasien
8r Karyawan unit kami sering merasa
bahwa kesalahan yang mereka
1 2 3 4 5
lakukan digunakan untuk
menyalahkan mereka
9 Di unit kami, kesalahan yang terjadi
digunakan untuk membuat 1 2 3 4 5
perubahan kearah yang positif
10r Hanya karena kebetulan saja bila
insiden yang lebih serius tidak 1 2 3 4 5
terjadi di unit kami
11 Bila salah satu area di unit kami
sangat sibuk, maka area lain dari 1 2 3 4 5
unit kami akan membantu
12r Bila unit kami melaporkan suatu
insiden, yang dibicarakan adalah 1 2 3 4 5
pelakunya bukan masalahnya
13 Sesudah membuat perubahan-
perubahan untuk meningkatkan 1 2 3 4 5
Keselamatan Pasien, kita lakukan
evaluasi tentang efektivitasnya.
Kami bekerja seolah-olah dalam
14r keadaan “krisis”, berusaha
1 2 3 4 5
bertindak berlebihan dan terlalu
cepat.
15 Unit kami tidak pernah
mengorbankan keselamatan pasien
1 2 3 4 5
untuk menyelesaikan pekerjaan
yang lebih banyak
16r Karyawan merasa khawatir
kesalahan yang mereka buat akan 1 2 3 4 5
dicatat di berkas pribadi mereka.
Di unit kami banyak masalah
1 2 3 4 5
17r keselamatan pasien
Prosedur dan system di unit kami
18 sudah baik dalam mencegah 1 2 3 4 5
terjadinya error
BAGIAN G
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………
PANDUAN ANALISA
B. Pembelajaran Organisasi – Perbaikan Terus Menerus A6. Unit kami secara aktif
melakukan kegiatan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
i. Di unit kami, kesalahan yang terjadi digunakan untuk membuat
perubahan kearah yang positif.
ii. Sesudah membuat perubahan-perubahan untuk meningkatkan
Keselamatan Pasien, kita lakukan evaluasi tentang efektivitasnya.
C. Teamwork Dalam Unit RS
i. Karyawan di unit kami saling mendukung.
ii. Bila unit kami ada pekerjaan yang harus dilakukan dalam waktu cepat,
maka karyawan di unit kami bekerja bersama-sama sebagai tim untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
iii. Petugas di unit kami saling menghargai.
iv. Bila salah satu area di unit kami sangat sibuk, maka area lain dari unit
kami akan membantu.
D. Keterbukaan Komunikasi
i. Karyawan di unit kami bebas berbicara jika melihat sesuatu yang dapat
berdampak negatif pada pelayanan pasien.
ii. Karyawan di unit kami merasa bebas untuk mempertanyakan keputusan
atau tindakan yang diambil oleh atasannya.
iii. Karyawan di unit kami takut bertanya jika terjadi hal yang kelihatannya
tidak benar. (reverse worded)
E. Umpan Balik dan Komunikasi Tentang Error
i. Karyawan di unit kami mendapat umpan balik mengenai perubahan
yang dilaksanakan atas dasar hasil laporan insiden.
ii. Karyawan di unit kami mendapat informasi mengenai insiden yang
terjadi di unit ini..
iii. Di unit kami, didiskusikan cara untuk mencegah agar insiden tidak
terulang kembali.
G. Staffing
i. Unit kami memiliki cukup staf untuk menangani beban kerja yang
berlebih
ii. Karyawan di unit kami bekerja dengan waktu yang lebih
lama dari normal untuk perawatan pasien. (reverse worded)
iii. Unit kami banyak menggunakan tenaga melebihi
normal/tambahan untuk kegiatan pelayanan pasien. (reverse
worded)
iv. Kami bekerja seolah-olah dalam keadaan “krisis”, berusaha
bertindak berlebihan dan terlalu cepat. (reverse worded)
Secara suka rela menyetujui bahwa saya terlibat dalam penelitian di atas.
Saya yakin bahwa saya memahami tentang tujuan, proses, dan
efek yang mungkin terjadi pada saya jika terlibat dalam penelitian
ini.
Saya telah memiliki kesempatan untuk bertanya dan saya
puas dengan jawaban yang saya terima
Saya memahami bahwa penelitian ini telah mendapatkan izin
dari RSUD Temanggung
Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini
bersifat sukarela dan saya dapat keluar sewaktu-waktu dari
penelitian
Saya memahami bahwa saya akan menerima salinan dari
lembaran pernyataan informasi dan persetujuan.
Nama saksi
Peneliti : Asrofi