Oleh:
dr. Pebrian R
NIM:
20180309168
LAPORAN RESIDENSI
FARMASI RAWAT JALAN DAN SUMBERDAY MANUSIA DI UNIT FARMASI
RUMAH SAKIT HERMINA BITUNG
Oleh:
dr. Pebrian R
NIM: 20180309168
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing Lapangan
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Laporan Kegiatan Residensi ini telah disetujui oleh pembimbing lapangan Program
Pascasarjana Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit Fakultas Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Esa Unggul
Pembimbing Lapangan
Rumah Sakit Hermina
Bitung
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta karunia-Nya, Penulis
dapat menyelesaikan laporan residensi berjudul: “MANAJEMEN UNIT FARMASI RAWAT
INAP DAN INSTALASI PENGELOLAAN JAMINAN RUMAH SAKIT HERMINA
BITUNG”
Banyak hal didapat dari program residensi ini, penulis dapat melihat, mengamati serta
mempelajari keadaan farmasi rawat inap dan pengelolaan jaminan di Rumah Sakit dalam
melaksanakan kegiatan, program dan berbagai kendala yang dihadapi serta upaya-upaya untuk
mengatasi hambatan tersebut.
Kami ucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami
selama kegiatan residensi ini hingga rampungnya laporan residensi ini, terutama kepada:
1. Dr. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA selaku Ketua Program Studi MARS
Universitas Esa Unggul.
2. Dr. Sri Diana Ginting Suka, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Hermina Bitung serta
pembimbing lapangan selama residensi berlangsung.
3. Reza Hilmy selaku pembimbing akademik yang telah membantu selama residensi dan
penyusunan laporan residensi.
4. Dokter, Perawat, dan Tenaga Non Medis di Rumah Sakit Hermina Bitung yang telah
membantu selama pengumpulan data dalam kegiatan residensi ini
5. Teman-teman Program Pasca Sarjana Program Studi Administrasi Rumah Sakit
Universitas Esa Unggul angkatan 7 yang telah membantu demi terselesaikannya
laporan residensi ini.
Dengan kerendahan hati, penulis meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun penulisan laporan ini. Kami berharap semoga semua ilmu dan
pengalaman yang didapatkan di Rumah Sakit Hermina Bitung, dapat menjadi pedoman dan
menjadi manfaat untuk penulis khususnya dan umumnya bagi kita semua.
dr. Pebrian R
iv
DAFTAR ISI
i
3.2.4 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ........................................................................................... 70
3.2.5 Alur Pelayanan Instalasi Farmasi ................................................................................................. 71
3.2.6 Standar kinerja dan Mutu Instalasi Farmasi .................................................................................. 72
BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................................. 88
4.1 Unit Farmasi Rawat Inap RS Hermina Bitung ............................................................. 88
4.1.1 Penemuan Masalah ....................................................................................................................... 88
4.1.2 Daftar Masalah ............................................................................................................................. 89
4.1.3 Dampak Masalah .......................................................................................................................... 89
4.1.4 Analisis Penyebab Masalah .......................................................................................................... 90
4.1.5 Penetapan Prioritas Masalah (Skoring) ......................................................................................... 93
4.1.6 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) ...................................................... 94
4.2 Instalasi Pengelolaan Jaminan RS Hermina Bitung ..................................................... 95
4.2. 1 Penemuan Masalah ....................................................................................................................... 95
4.2. 2 Daftar Masalah ............................................................................................................................. 96
4.2. 3 Dampak Masalah .......................................................................................................................... 96
4.2. 4 Analisis Penyebab Masalah .......................................................................................................... 97
4.2. 5 Penetapan Prioritas Masalah (Skoring) ....................................................................................... 100
4.2. 6 Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity Threats) ....................................................... 101
BAB V ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH ....................................................... 103
5.1 Unit Farmasi Rawat Inap RS Hermina Bitung ........................................................... 103
5.1.1 Metode Pemecahan Masalah ...................................................................................................... 103
5.1.2 Rencana Perbaikan ..................................................................................................................... 105
5.1.3 Saran terhadap Alur Rumah Sakit .............................................................................................. 106
5.1.4 Evaluasi ...................................................................................................................................... 107
5.2 Instalasi Pengelolaan Jaminan RS Hermina Bitung ................................................... 108
5.2. 1 Metode Pemecahan Masalah ...................................................................................................... 108
5.2. 2 Rencana Perbaikan ..................................................................................................................... 110
5.2. 3 Saran terhadap Alur Rumah Sakit .............................................................................................. 111
5.2. 4 Evaluasi ...................................................................................................................................... 112
BAB VI PENUTUP .............................................................................................................. 114
6. 1 Unit Farmasi Rawat Inap ............................................................................................... 114
6.1. 1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 114
6.1. 2 Saran ........................................................................................................................................... 114
6. 2 Instalasi Pengelolaan Jaminan RS Hermina Bitung ................................................... 115
6.2. 1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 115
6.2. 2 Saran ........................................................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 117
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 118
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang diberikan harus bermutu yang berarti tersedianya pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Kementerian Kesehatan RI menetapkan bahwa rumah sakit mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan, berdayaguna serta berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 001/2012. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang
telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang diharapakan mampu
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit diwajibkan memberi pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan efektif sesuai dengan standar pelayanan di Rumah
Sakit.
Rumah sakit memproduksi jasa pelayanan sehingga dalam pelaksanaannya memerlukan
manajer yang mempunyai kemampuan khusus tentang rumah sakit. Selain profesi
dokter/perawat, dirumah sakit juga berbagai disiplin ilmu atau profesi lainnya seperti
akuntansi, hukum, tehnik, K3RS dan lain sebaginya. Merujuk pada hal tersebut maka instansi
pendidikan dalam hal ini Universitas Esa Unggul berpartisipasi dalam mencetak manajer –
manajer rumah sakit yang handal melalui program pasca sarjana Magister Manajemen
Administrasi Rumah Sakit (MARS). Dimana lulusannya diharapakan mampu menerapkan
1
ilmu yang telah didapatkan dalam perkuliahan dan menjadikan rumah sakit binaannya menjadi
rumah sakit yang berfungsi sebagaimana mestinya. Lulusan MARS diharapkan menjadi
pemimpin rumah sakit yang mempunyai kemampuan untuk memiliki leadership yang baik,
memiliki jiwa visioner, mengetahui dan memahami semua peraturan hukum yang berlaku
dalam pengelolaan rumah sakit, mampu menjalin komunikasi dengan semua kalangan,
memahami tata kelola dan akreditasi rumah sakit serta mampu menjadikan rumah sakitnya
berkembang dalam bisnis usaha.
Maka dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, program Magister Administrasi
Rumah Sakit mewajibkan bagi mahasiswa untuk mengikuti program residensi di rumah
sakit dengan demikian diharapkan melalui program residensi ini mahasiswa memiliki bekal
keterampilan yang diperlukan untuk megelola rumah sakit dengan baik. Sejalan dengan
tujuan tersebut diatas, instansi pendidikan harus menyiapkan rumah sakit yang dapat dan
memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut atau sebagai rumah sakit pendidikan. Program
residensi ini ditujukan agar mahasiswa memahami masalah - masalah manajemen dalam
rumah sakit dengan praktik nyata, sehingga terlibat langsung dalam manajemen sehari –
hari. Mencari hubungan atau gap antara teori dengan kondisi yang ada dilapangan dan
sekaligus terlibat dalam pemecahan masalah dengan bimbingan baik dari pembimbing
lapangan maupun pembimbimg dari akademik.
Untuk pelaksanaan residensi ini, dan dengan mempertimbangkan kriteria rumah sakit
yang tepat sebagai sarana residensi, maka instansi pendidikan telah bekerjasama dengan
Rumah Sakit Hermina Bitung. Rumah Sakit Hermina Bitung merupakan Rumah Sakit
Umum Swasta Tipe C dan salah satu rumah sakit anggota dari Hermina Hospital Group
yang didirikan pada 21 April 2016. Beralamat di Jalan Raya Serang Km 10 Pos Bitung,
Desa Kadu Kabupaten Tangerang, Banten. Dengan total luas tanah seluas 6.587 m2 dan
total bangunan seluas 1.595 m2. Rumah Sakit Hermina Bitung memiliki keunggulan pada
bidang kebidanan, kandungan, kesehatan anak dan dilengkapi dengan bidang spesialistik
lainnya. RS Hermina Bitung telah lulus Paripurna dari berbagai badan mutu seperti KARS,
SNARS dan sedang bersiasp menuju Re SNARS di tahun 2020.
RS Hermina Bitung merupakan RS Umum Swasta tipe C yang berhasil menerapkan
program Jaminan Kesehatan Nasional dengan claim yang menguntungkan dan angka
kunjungan rawat jalan yang cukup tinggi setiap harinya. RS Hermina Bitung memiliki
program- program inovatif yang tidak pernah melupakan service excellence seperti layanan
ramah lansia, kerjasama dengan halodoc, dan penerapan sistem Unit Dose Dispensing di
rawat inap. Sehingga dengan demikian dirasa sangat tepat jika RS Hermina Bitung menjadi
2
tempat residensi bagi mahasiswa MARS dalam mencari pengalaman agar menjadi manajer
yang handal dan dapat mengelola rumah sakit yang berkualitas.
Dalam pelaksanaan program residensi ini keterbatasan waktu menjadi kendala dalam
mengamati semua unit di rumah sakit. Maka untuk mengotipmalkan pelaksanaan residensi, setiap
mahasiswa diwajibkan melakukan residensi di satu unit pelayanan dan unit penunjang. Penentuan
area pelaksanaan residensi di RS Hermina Bitung adalah berdasarkan kesempatan dan atas
rekomendasi Rumah Sakit atas dasar satu dan lain hal. Mengacu pada hal tersebut, maka
diputuskan penulis untuk membahas mengenai kualifikasi sumberdaya manusia dan pelayanan
resep obat jadi dan racikan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Hermina Bitung.
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Berdasarkan Kepmenkes No. 1197 tahun 2004
Pelayanan Farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan rumah sakit
yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi
merupakan unit yang memberikan pendapatan terbesar bagi rumah sakit untuk sebuah rumah
sakit. Besarnya omzet obat mencapai 50-60% dari anggaran rumah sakit (Trisnantoro,
2009).
Waktu tunggu pelayanan obat dibagi dua yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat
racikan dan obat non racikan. Menurut Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit dijelaskan bahwa waktu tunggu pelayanan resep obat non
racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima
obat non racikan/obat jadi. Sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan adalah
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengen menerima obat racikan.
(Graban and Mark, 2012) dalam buku Improving Quality, Patients Safety, and
Employee Engagement mengatakan bahwa Lean adalah sebuah metodologi yang dapat
dilakukan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien dengan cara
mengurangi kesalahan dan waktu tunggu. Lean merupakan pendekatan yang mendukung
staf dan tenaga medis menjadi lebih focus dalam memberikan pelayanan, juga dapat
membantu membangun hubungan yang lebih sinergi antar departemen di rumah sakit.
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas, masalah utama yang dihadapi oleh
Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Hermina Bitung adalah waktu tunggu pelayanan obat yang
lama. Standar Pelayanan Minimal (Permenkes No. 58 Tahun 2014) waktu tunggu obat
maksimal 15 menit untuk obat non racikan dan 30 menit untuk obat racikan. Dengan
menganalisis waktu tunggu pelayanan resep obat dengan pendekatan diharapkan dapat
3
memperbaiki waktu tunggu yang lama.
Tujuan dari Residensi Program Magister Administrasi Rumah Sakit terdiri atas tujuan
umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah untuk memahami pengelolaan dan memiliki
beban keterampilan dasar untuk mengelola rumah sakit yang didasarkan pada teori yang
diperoleh saat kuliah dan menerapkannya di lapangan, khususnya unit farmasi rawat inap
dan unit penjaminan pasien.
Adapun tujuan khusus dari residensi ini adalah :
1. Untuk memahami ruang lingkup kegiatan manajemen di lapangan khususnya unit
farmasi rawat jalan dan kualifikasi sumberdaya manusianya.
2. Untuk memahami pengelolaan setiap unit kerja di rumah sakit mencakup semua
aspek. Baik aspek ketenagaan, logistic, peralatan dan perlengkapan, keuangan dan
lainnya khususnya unit farmasi rawat jalan
3. Untuk memahami hubungan antar kerja berbagai unit kerja di rumah sakit
khususnya di unit farmasi rawat jalan
4. Untuk memiliki pengalaman kerja di rumah sakit
5. Untuk dapat memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemui manajemen
rumah sakit khususnya unit farmasi rawat jalan.
6. Untuk dapat memberikan alternatif pengambilan keputusan yang komprehensif
dalam rangka pemecahan masalah khususnya unit farmasi rawat jalan.
7. Untuk dapat memberikan usulan metode guna menggerakkan orang lain untuk
melaksanakan pemecahan masalah khususnya unit farmasi rawat jalan.
8. Untuk dapat memberikan saran perbaikan penyelenggaraan residensi yang akan
datang khususnya unit farmasi rawat inap dan unit penjaminan pasien.
5
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT HERMINA BITUNG
Hermina Hospital Group bermula dari rumah sakit bersalin yang terletak di Jalan Raya
Jatinegara Barat no. 126, Jatinegara, Jakarta Timur 13320. Didirikan pada Tahun 1967
yang pada mulanya bernama Rumah Bersalin Djatinegara dengan kapasitas 7 tempat tidur,
RB Jatinegara didirikan atas prakarsa dari Ibu Hermina Sulaiman. Pada Tahun 1970
bekerja sama dengan Dr. Budiono Wibowo, seorang dokter spesialis kebidanan dan
kandungan mengembangkan fasilitas pelayanan menjadi 13 tempat tidur dan mengganti
nama RB Djatinegara menjadi RB Hermina. Atas dasar keinginan untuk mengembangkan
RB ini, maka pada Tahun 1983 dibentuk Yayasan Hermina.Yayasan Hermina ini kemudian
mengajukan ijin untuk mendirikan Rumah Bersalin Hermina pada tanggal 25 April 1985
dan sekaligus diresmikan berdirinya RSB Hermina. Penambahan lahan dan bangunan
Rumah Sakit dilaksanakan mulai Tahun 1991, sehingga RSB Hermina dapat
dikembangkan menjadi RSIA Hermina.
Dalam upaya untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat luas maka
mulai Tahun 1996 RSIA dan Rumah Sakit Hermina mulai mendirikan cabang-cabang di:
RSIA Hermina Podomoro
Berdiri pada Tahun 1996, berlokasi di Jalan Danau Agung 2 blok E3 No. 28-30, Sunter,
Podomoro, Jakarta Utara 14350.
RS Hermina Bekasi
Berdiri pada Tahun 1997, berlokasi di Kemakmuran No. 39, Margajaya Bekasi, Jawa
Barat 17141.
RS Hermina Depok
Berdiri pada tahun 2000, berlokasi di Jalan Raya Siliwangi No. 50 Pancoran Mas,
Depok Jawa Barat 16436.
RS Hermina Daan Mogot
Berdiri pada Tahun 2002, berlokasi di Jalan Kintamani Raya No. 2 Komplek
Perumahan Daan Mogot Baru, Jakarta Barat 11840.
RSIA Hermina Bogor
6
Berdiri pada tahun 2002, berlokasi di Jalan Ring Road 1 Kavling 23, 25, 27 Perumahan
Taman Yasmin, Bogor, Jawa Barat 16123.
RS Hermina Banyumanik
Berdiri pada tahun 2013, berlokasi di Jalan Jendral Polisi Anton Soedjarwo No. 195 A
Semarang, 50263.
RS Hermina Solo
Berdiri pada tahun 2014, berlokasi di Jl. Kolonel Sutarto No.16, Jawa Tengah, 57126.
RS Hermina Ciruas
Berdiri pada tahun 2014, berlokasi di Jalan Raya Serang-Jakarta KM. 9, Ciruas, Serang,
4218.
RS Hermina Yogya
Berdiri pada tahun 2016, berlokasi di Jalan Mataraman Hermina, RT. 06/RW.50,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
RS Hermina Bitung
Berdiri pada tahun 2016, berlokasi di Jalan Raya Serang Km. 10 Pos Bitung Kecamatan
Curug Kabupaten Tangerang, Banten, 15501.
RS Hermina Pandanaran
Berdiri pada tahun 2016, berlokasi di Jalan Pandanaran No.24 Semarang Jawa Tengah.
RS Hermina Kemayoran
Berdiri pada tahun 2016, berlokasi di Jalan Selangit Blok B. 10 Kav.4, Kemayoran,
Jakarta Pusat.
RS Hermina Makassar
Berlokasi di Jalan Toddopuli Raya Timur, Borong, Manggala, Makassar, Sulawesi
Selatan 90231.
RS Hermina Medan
Berlokasi di Jalan Asrama/Ampera II Kelurahan Sel Sikambing C-II Medan Halvetia,
Medan, Sumatera Utara.
RS Hermina Purwokerto
Berlokasi di Jalan Yos Sudarso Nomor 2, Rajasari, Purwokerto Baru, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah.
RS Hermina Balikpapan
Berlokasi di Jalan MT Haryono, Sepinggan Baru, Balikpapan Selatan, Kalimantan
Timur 76114.
8
Sampai akhir tahun 2017, Rumah Sakit Hermina telah memiliki 28 rumah sakit
dengan kategori Rumah Sakit Umum (RSU) di 17 kota di Indonesia. Enam RSU telah
berstatus Tipe B dan 22 RSU lainnya termasuk dalam Tipe C, seluruhnya dengan total
2.780 tempat tidur. Saat ini, 25 Rumah Sakit Hermina telah memiliki akreditasi KARS
dengan kategori Paripurna.
Rumah Sakit Hermina Bitung merupakan salah satu rumah sakit anggota dari
Hermina Hospital Group yang didirikan pada 21 April 2016. Beralamat di Jalan Raya
Serang Km 10 Pos Bitung, Desa Kadu Kabupaten Tangerang, Banten. Dengan total luas
2 2
tanah seluas 6.587 m dan total bangunan seluas 1.595 m . Rumah Sakit Hermina Bitung
memiliki keunggulan pada bidang kebidanan, kandungan, kesehatan anak dan dilengkapi
dengan bidang spesialistik lainnya. RS Hermina Bitung sedang mempersiapkan akreditasi
pada tahun 2018.
b. Misi
Misi merupakan cara mewujudkan visi instansi tersebut. Adapun Misi RS Hermina
Bitung adalah sebagai berikut:
Melakukan upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan mutu pelayanan pada
pelanggan.
Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada para karyawan agar mampu
memberikan pelayanan yang profesional.
Melakukan pengelolaan rumah sakit secara profesional agar tercapai efisiensi dan
efektifitas.
9
c. Tujuan
Tujuan merupakan suatu yang hendak diraih atau dicapai. Tujuan RS Hermina
Bitung adalah:
Mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi semua lapisan
masyarakat melalui pemeliharaan kesehatan secara preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara menyeluruh.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat.
d. Motto
Motto merupakan semboyan yang menggambarkan semangat, motivasi, dan
tujuan dari instansi tersebut. Berikut adalah moto RS Hermina Bitung:
“Mengutamakan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien”
e. Logo
Logo merupakan suatu gambar atau pencitraan visual yang memiliki arti tertentu
dan mewakili arti dari instansi tersebut. Logo memiliki filosofi dan kerangka
dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau
mandiri. Berikut ini adalah logo dari Rumah Sakit Hermina Bitung.
10
Gambar 1
Logo Rumah Sakit Hermina Bitung
2.3 Struktur Organisasi
PT. Medikalokka Hermina Bitung merupakan pemilik Rummah Sakit Hermina
Bitung yang dipimmpin oleh seorang direktur utama Rumah Sakit. Berikut adalah
struktur organisasi RS Hermina Bitung berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama
PT. Medikaaloka Bitung Nomor 017/KEP-DIR/MLB/VIIII/2015.
Gambar 2
Struktur Organisasi RS Hermina Bitung
11
2.4 Lokasi RS Hermina Bitung
Gambaran lokasi Rumah Sakit Hermina Bitung dengan alamat di Jalan Raya Serang
Km 10 Pos Bitung, Desa Kadu Kabupaten Tangerang, Banten.
Gambar 3
Tampak Depan RS Hermina Bitung
12
b. Jadwal Dinas Petugas Farmasi
1. Jadwal dinas (rutin) petugas farmasi adalah sesuai dengan jadwal
pelayanan farmasi di RS Hermina Bitung
2. Jadwal dinas petugas farmasi adalah shift berjenjang yang lama waktu
setiap shift nya adalah 7 jam, yaitu :
Shift pagi : 07.00 – 14.00 WIB
Shift pagi : 08.00 – 15.00 WIB
Shift pagi : 10.00 – 17.00 WIB
Shift siang : 14.00 – 21.00 WIB
Shift siang : 15.00 – 22.00 WIB
Shift malam : 21.00 – 07.00 WIB
3. Jika ada kebutuhan tenaga sehubungan dengan peningkatan kunjungan
maka ada jadwal khusus yang disebut “lembur”.
13
pasien rawat jalan dan rawat inap, tempat pelayanan informasi obat dan
tempat pendistribusian perbekalan farmasi.
3. Ruang Penyimpanan
4. Ruang PIO
Gambar 4
Denah Instalasi Farmasi RS Hermina Bitung
Keterangan:
1. Loket RWI 17. Lemari High Alert
2. Loket Resep Masuk RWJ 18. Lemari Elektrolit Pekat
3. Loket Harga RWJ 19. Lemari Alkes
4. Loket Penyerahan Resep RWJ 20. Lemari Krim
5. Lemari OTC 21. Lemari Sediaan Topikal Mata
6. Lemari OTC 22. Lemari Alkes
7. Lemari Bahan Baku 23. Lemari Tablet Paten S - Z
8. Lemari Gudang Tablet Generik 24. Lemari Salep & Krim
9. Lemari Sirup Generik 25. Lemari Tablet Paten F - S
10. Lemari Gudang Tetes Mata 26. Lemari Gudang Paten
11. Lemari Sirup Paten 27. Lemari Tablet Paten A - E
14
12. Lemari Prekursor 28. Lemari Susu
13. Lemari Tablet Generik E – R 29. Lemari Alkes
14. Lemari Tablet Generik R – Z 30. Lemari Alkes
15. Lemari OOT 31. Lemari Injeksi Generik
16. Lemari Tablet Generik A – D 32. Lemari Obat Nutrisi
33. Lemari Injeksi Paten 42. Rak Infus
34. Lemari Obat yang Dibawa Pasien 43. Kulkas Vaksin
35. Lemari Alat Tulis 44. Kulkas Obat
36. Lemari Gudang BHP 45. Lemari Narkotik/Psikotropika
37. Meja Racik 46. Meja Admin
38. Lemari Gudang Injeksi Generik 47. Wastafel
39. Lemari Gudang Injeksi Generik 48. Depo IGD
40. Rak Obat Jadi 49. Ruang Dispensing
41. Rak Alkes 50. Gudang Farmasi
c. Standar Fasilitas
Standar fasilitas dan peralatan yang harus ada di Instalasi Farmasi :
No Nama Alat/Fasilitas Jumlah Satuan
1 Lemari Tablet Generik 1 Set
2 Jam Dinding 1 Buah
3 Lemari Arsip 1 Set
4 Dispenser 1 Buah
5 Lemari Alkes 1 Set
15
17 Spoon Pembagi Puyer 20 Set
38 Kalkulator 4 Unit
39 Stempel 6 Buah
40 Telepon Internal 4 Unit
41 Furniture Meja Kursi 2 Set
42 Spatel 1 Buah
43 Klip Plastik Besar 10.000 Lembar
44 Klip Plastik Kecil 10.000 Lembar
45 Pot Plastik 20 100 Buah
46 Pot Plastik 30 100 Buah
47 Pot Plastik 50 100 Buah
16
2.5.3 Tatalaksana Pelayanan
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari Pemilihan, Perencanaan
Kebutuhan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian,
Pemusnahan dan Penarikan, Pengendalian dan Administrasi yang diperlukan
bagi kegiatan pelayanan kefarmasian.
1. Pemilihan
Pemilihan merupakan kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai berdasarkan :
1) Formularium dan standard pengobatan/pedoman diagnose dan
terapi
2) Standard sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang telah ditetapkan
3) Pola penyakit
4) Efektivitas dan keamanan
5) Mutu
6) Harga
7) Ketersediaan di pasaran
Pemilihan jenis perbekalan farmasi dilaksanakan seminimal mungkin
terkait dengan kesamaan jenis.
Pemilihan jenis obat dapat dilakukan berdasarkan jenis obat pilihan
(drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi
Pemilihan perbekalan farmasi terutama dilaksanakan oleh tim
Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Direktur RS Hermina Bitung
untuk dapat dimasukkan ke dalam Formularium Rumah Sakit.
17
2. Perencanaan Kebutuhan
Kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode konsumsi, jumlah BOR, jumlah kunjungan
pasien, pola penyakit, dengan mempertimbangkan :
1) Anggaran yang ada
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
4) Data pemakaian periode yang lalu
5) Waktu tunggu pemesanan (lead time)
3. Pengadaan
Kegiatan merealisasikan perencanaan kebutuhan yang dapat
menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai dengan standard mutu.
Pengadaan perbekalan farmasi dapat berupa pembelian,
donasi/sampel yang diberikan oleh Instansi Pemerintah.
Dalam pembelian perlu diperhatikan persyaratan pemasok, antara
lain:
1) Akte pendirian perusahaan dan pengesahan dari Kemenkumham
2) Surat Ijin Usaha Perusahaan
3) NPWP
4) Izin Pedagang Besar Farmasi – Penyalur Alat Kesehatan (PBF-
PAK)
5) Perjanjian kerjasama antar distributor dengan principal dan RS
18
B. Alur Resep Rawat Jalan
Pengkajian/Telaah Resep
20
8) Dalam daftar tunggu (standing), automatic stop dan instruksi
khusus sebagai contoh : titrasi, tapering, rentang dosis. Pesanan
obat secara verbal atau melalui telepon dan proses untuk
verifikasi pesanan.
21
farmasi wajib melakukan konfirmasi dan melakukan koreksi resep
sesuai prosedur
Instruksi lisan harus diminimalkan, hanya dilakukan dalam kondisi
sangat mendesak dan tidak boleh dilakukan saat dokter berada di
ruang rawat.
Instruksi lisan untuk obat high alert tidak diperbolehkan, kecuali
dalam situasi emergensi
22
4) Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan
5) Kriteria penggunaan dari RS (obat dagang, obat generic)
6) Berat badan pasien atau informasi fisiologik lainnya
7) Kontra indikasi
Persyaratan administrasi yang diperiksa yang meliputi kelengkapan
resep, terdiri dari identitas dokter dan pasien (nama, nomor rekam
medis, umur, jenis kelamin, serta berat badan terutama untuk pasien
anak). Untuk resep rawat inap, pemeriksaan juga dilakukan terhadap
tanggal resep dan ruang perawatan pasien.
23
1) Indentitas pasien
2) Ketepatan obat
3) Dosis
4) Rute pemakaian
5) Waktu pemberian
25
Pencampuran obat suntik adalah kegiatan dispensing sediaan steril yang
dilakukan Instalasi Farmasi berupa pencampuran obat suntik intravena
(IV Admixture), yaitu proses melarutkan sediaan intravena dalam bentuk
serbuk dengan pelarut yang sesuai, mencampur sediaan intravena steril
ke dalam cairan infus intravena steril dan mengemas menjadi sediaan
intravena siap pakai.
26
Produk nutrisi parenteral adalah substansi organic yang dibutuhkan
untuk fungsi normal dari system tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan
kesehatan yang diberikan secara parenteral (tidak melalui saluran cerna)
tersebut disimpan sesuai dengan ketentuan penyimpanan (tempat dan
suhu penyimpanan) yang tertera pada label kemasan atau leaflet obat.
2. Contoh Produk Nutrisi
Beberapa contoh produk nutrisi parenteral adalah :
Aminofluid
Benutrion VE
Aminosteril infant
Kidmin infus 200 ml
Prolecin infus
Valamin infus
27
harus diawasi dengan stok random dan stok opname.
Stok Opname, unit kerja yang terkait dalam pelaksanan stok opname
adalah Instalasi Farmasi, Laboratorium, radiologi, fisioterapi, kamar
bersalain, kamar operasi, Perina/NICU-ICU, perawatan anak,
perawatan ibu, perawatan umum, KBBL, rawat jalan/poliklinik,
Gudang umum rumah sakit, bagian keuangan dan EDP. Jadwal stok
opname menggunakan jadwal yang telah ditetapkan yaitu setiap 3
(tiga) bulan sekali, dengan pembagian personil yang sudah
ditetapkan dan diputuskan oleh Direktur, serentak di seluruh unit
yang terkait di rumah sakit. Wadirum bertanggungjawab terhadap
kelancaran persiapan dan pelaksanaan stok opname serta memimpin
diskusi hasil stok opname antara Bidang Penunjang Medik, Bagian
Rumah Tangga, Bagian Keuangan, EDP. Hasil kertas kerja
ditandatangani tiap halamannya oleh kedua staf yang menghitung
dan mencatat dan dipertanggungjawabkan Bersama. Proses
penginputan ke computer dilakukan oleh salah satu dari 2 (dua) staf
yang menghitung dan mencatat. Hasil input harus segera
disesuaikan, tidak diperbolehkan ada fasilitas print screen. Berita
acara penyesuaian I dan II (bila diperlukan penyesuaian II) harus
ditandatangani oleh kedua staf yang melakukan penghitungan dan
pencatatan. Selama proses kegiatan stok opnama, pelayanan rawat
jalan dan rawat inap dilakukan secara manual (tidak ditransaksikan
dengan menggunakan computer). Penghitungan dan pencatatan
dilakukan oleh 2 (dua) staf dari bagian terkait dan bagian lain, dari
awal sampai dengan proses penyesuaian kedua. Konsep pelaksanaan
stop opname sama, yaitu 2 (dua) petugas yang mewakili petugas
ruangan dan petugas audit baik farmasi, keuangan maupun
manajemen melakukan proses penghitungan fisik perbekalan
farmasi yang kemudian dibandingkan dengan stok computer. Bila
terjadi selisih proses dilanjutkan dengan penyesuaian stok yang
disertai analisa penyebab.
Stok random, stok perbekalan farmasi di tiap Instalasi
Farmasi/perawatan harus dikontrol secara random. Pengontrolan
stok perbekalan farmasi dilakukan minimal seminggu sekali dengan
28
jumlah sampel 10 s/d 30 item perbekalan farmasi yang tercatat saat
ini. Setiap sebulan sekali staf bagian keuangan ikut mendampingi
dan menyaksikan Manajer Penunjang Medis/Ka Instalasi Farmasi
dalam melakukan pelaksanaan stok random.
Untuk menjaga mutu pelayanan di Instalasi Farmasi RS Hermina
Bitung dilakukan evaluasi kinerja petugas instalasi farmasi melalui
penilaian kompetensi masing-masing individu setiap tahun sekali.
Untuk menjaga mutu pelayanan, petugas instalasi farmasi harus
memelihara kondisi ruangan dan seluruh peralatan yang ada di
Instalasi Farmasi dengan sebaik-baiknya.
29
B. Pengawasan Penggunaan Obat
1. Penggunaan obat pasien rawat jalan diawasi dengan cara pelaksanaan pengkajian
atau telaah resep oleh apoteker sebelum resep disiapkan (dispensing) oleh petugas
farmasi baik apoteker maupun asisten apoteker. Selain itu pengawasan juga
dilengkapi dengan pelaksanaan verifikasi obat setelah obat selesai dikemas dan
sebelum obat diserahkan pada pasien.
2. Penggunaan obat pasien rawat inap diawasi dengan cara pengisian Daftar
Pemberian Obat oleh petugas farmasi baik apoteker maupun asisten apoteker.
Kemudian apoteker melaksanakan visite kepada pasien untuk memverifikasi terapi
pasien apakah sudah tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi dan
waktu pemberian.
3. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat yang
direkomendasikan DPJP, maka petugas farmasi terutama apoteker dan asisten
apoteker juga melaksanakan PIO pada pasien dan bila perlu konseling.
30
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
31
3.1.2 Persyaratan Rumah Sakit
Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi tertentu atau Lembaga
Teknis Daerah dengan Badan Layanan Umum Daerah. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta
harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumah
sakitan (UU RI, 2009).
Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit. Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan
harus termasuk Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya pengelolaan Lingungan dan Analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Ketentuan tata ruang harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diataus dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dan/atau Rencana tata
bangunan dan lingkngan. Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit harus
didasarkan pada studi kelayakan dengan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan
efektivitas, serta demografi (UU RI, 2009).
Persyaratan bangunan harus memenuhi persyaratan administrative dan teknis bangunan
pada umumnya serta persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit. Bangunan Rumah Sakit harus
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, Pendidikan
dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Bangunan rumah sakit yang dimasksud paling sedikit terdiri atas ruang (UU RI, 2009):
a) rawat jalan;
b) ruang rawat inap;
c) ruang gawat darurat;
d) ruang operasi;
e) ruang tenaga kesehatan;
f) ruang radiologi;
g) ruang laboratorium;
h) ruang sterilisasi;
i) ruang farmasi;
j) ruang pendidikan dan latihan;
k) ruang kantor dan administrasi;
l) ruang ibadah, ruang tunggu;
m) ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n) ruang menyusui;
32
o) ruang mekanik;
p) ruang dapur;
q) laundry;
r) kamar jenazah;
s) taman;
t) pengolahan sampah; dan
u) pelataran parkir yang mencukupi.
Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi instalasi air, instalasi mekanikal & elektrikal,
instalasi gas medik; instalasi uap; instalasi pengelolaan limbah, pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, petunjuk,standar dan sarana evakuasi keadaan darurat, instalasi
tata udara, sistem informasi dan komunikasi serta ambulans (UU RI, 2009).
Persyaratan sumber daya manusia di Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang
meliputi tenaga medis dan penunjang medis, keperawatan, kefarmasian, manajemen Rumah
sakit dan non kesehatan yang jumlahnya sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
Seluruh sumber daya manusiayang melakukan praktik kedokteran wahib memiliki surat Izin
Praktik (UU RI, 2009).
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit harus memenuhi syarat menjamin ketersediaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau dan
memenuhi standar pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan. Pengelolaan alat kesehatan,
sediaan farmasi dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi
sistem satu pintu (UU RI, 2009).
Persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan non medis harus memnuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai. Peralatan medis wahib
dikalibrasi dan di uji secara berkala dan dilakukan sesuai indikasi medis (UU RI, 2009).
33
3.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan, dikategorikan sebagai berikut (PERMENKES 56 tahun 2014) :
a) Rumah Sakit umum , memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit
b) Rumah Sakit Khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dibagi menjadi (PERMENKES 56 tahun 2014) :
a) Rumah Sakit Publik yang dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
Badan Hukum nirlaba
b) Rumah sakit privat dikelolah oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas atau Persero.
Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit penddikan setelah memenuhi persyaratan
dan standar rumah sakit Pendidikan. Rumah Sakit Pendidikan merupakan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang Pendidikan profesi
kedokteran, Pendidikan kedokteran berkelanjutan dan Pendidikan tenaga kesehatan
(PERMENKES 56 tahun 2014).
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan
kemampuan Pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi rumah sakit umum dijabarkan dalam tabel
dibawah ini (PERMENKES 56 tahun 2014).
34
Tabel 3. 1 Klasifikasi Rumah Sakit Umum (Sumber : PERMENKES RI No 56 tahun 2014)
NO Jenis Kelas Rumah Sakit Pelayanan Jumlah tempat Tenaga Medis Tenaga Farmasi Tenaga Peralatan
tidur Perawat medis
1 Rumah Sakit Umum Pelayanan Gawat Kelas III 18 dokter 1 apoteker Sesuai Paling
Kelas A Darurat 24 jam minimal 30% umum sebagai jumlah sedikit
sehari dari seluruh 4 dokter gigi kepala tempat tidur terdiri dari
Pelayanan spesialis tempat tidur umum instalasi di rawat inap peralatan
dasar : penyakit (RS 6 dokter farmasi medis untuk
dalam, bedah, anak, pemerintah) spesialis Rumah Sakit instalasi
obstetric dan Kelas III untuk tiap 5 apoteker gawat
ginekologi minimal 20% pelayanan yang darurat,
Pelayanan spesialis dari seluruh spesialis bertugas di rawat jalan,
penunjang : tempat tidur dasar Rawat jalan rawat inap,
anestesiologi, (Swasta) 3 dokter dan dibantu rawat
radiologi, patologi Perawatan spesialis 10 tenaga intensif,
klinik, patologi Intensif untuk tiap teknis rawat
anatomi dan sebanyak 5% pelayanan kefarmasian operasi,
rehabilitasi medik dari seluruh spesialis (TTK) persalinan,
Spesialis lain : mata, tempat tidur penunjang 1 apoteker di radiologi,
THT, syaraf, Instalasgi laboratorium
32
jantung, kulit dan 3 dokter Gawat klinik,
kelamin, kesehatan spesialis darurat pelayanan
jiwa, paru, untuk tiap dibantu 2 darah,
ortopedi,urologi, pelayanan TTK rehabilitasi
bedah saraf, bedah spesialis lain 1 apoteker medik,
plastic dan forensic 2 dokter koordinator farmasi, gizi
Subspesialis subspesialis penerimaan dan kamar
Spesialis gigi mulu, untuk tiap dan distribusi jenazah.
bedah mulut, jenis yang
konservasi, pelayanan melakukan
orthodonti, subspesialis pelayanan
periodonti, 1 dokter gigi farmasi
pedodonsi. spesialis klinik dan
Penunjang klinik : untuk tiap dibantu oleh
bank darah, intensif jenis TTK yang
semua golongan pelayanan jumlahnya
umur dan jenis spesislis gigi disesuaikan
penyakit, gizi, mulut beban kerja
sterilisasi 1 apoteker
instrument, rekam koordinator
medik produksi
33
Penunjang non yang
klinik : laundry, merangkap
dapur, pemeliharaan melakukan
fasilitas, pelayanan
pengelolaan limbah, farmasi
Gudang, ambulans, klinik
sistem informasi, dibantu TTK
pemulasaran sesuai beban
jenazah, kerja
penanggulangan
kebakaran,
pengelolaan gas
medik dan air bersih
2 Rumah Sakit Umum Pelayanan Gawat Kelas III 12 dokter 1 apoteker Sesuai Paling
Kelas B Darurat 24 jam minimal 30% umum sebagai jumlah sedikit
sehari dari seluruh 3 dokter gigi kepala tempat tidur terdiri dari
Pelayanan spesialis tempat tidur umum instalasi di rawat inap peralatan
dasar : penyakit (RS 3 dokter farmasi medis untuk
dalam, bedah, anak, pemerintah) spesialis Rumah Sakit instalasi
obstetric dan Kelas III untuk tiap 4 apoteker gawat
ginekologi minimal 20% pelayanan yang darurat,
34
Pelayanan spesialis dari seluruh spesialis bertugas di rawat jalan,
penunjang : tempat tidur dasar Rawat jalan rawat inap,
anestesiologi, (Swasta) 2 dokter dan dibantu 8 rawat
radiologi, patologi Perawatan spesialis tenaga teknis intensif,
klinik, patologi Intensif untuk tiap kefarmasian rawat
anatomi dan sebanyak 5% pelayanan (TTK) operasi,
rehabilitasi medik dari seluruh spesialis 1 apoteker di persalinan,
Spesialis lain paling tempat tidur penunjang Instalasgi radiologi,
sedikit 8 dari 13 1 dokter Gawat laboratorium
belas layanan: mata, spesialis darurat klinik,
THT, syaraf, untuk tiap dibantu 2 pelayanan
jantung, kulit dan pelayanan TTK darah,
kelamin, kesehatan spesialis lain 1 apoteker rehabilitasi
jiwa, paru, 1 dokter koordinator medik,
ortopedi,urologi, subspesialis penerimaan farmasi, gizi
bedah saraf, bedah untuk tiap dan distribusi dan kamar
plastic dan forensik jenis yang jenazah.
Subspesialis paling pelayanan melakukan
sedikit 2 pelayanan subspesialis pelayanan
subspesialis dari 4 1 dokter gigi farmasi
subspesialis dasar spesialis klinik dan
35
bidang bedah, untuk tiap dibantu oleh
penyakit dalam, jenis TTK yang
kesehatan anak dan pelayanan jumlahnya
obstetric dan spesislis gigi disesuaikan
ginekologi mulut beban kerja
Spesialis gigi mulut 1 apoteker
paling sedikit 3 koordinator
pelayanan dari : produksi
bedah mulut, yang
konservasi, merangkap
orthodonti, melakukan
periodonti, pelayanan
pedodonsi. farmasi
Penunjang klinik : klinik
bank darah, intensif dibantu TTK
semua golongan sesuai beban
umur dan jenis kerja
penyakit, gizi,
sterilisasi
instrument, rekam
medik
36
Penunjang non
klinik : laundry,
dapur, pemeliharaan
fasilitas,
pengelolaan limbah,
Gudang, ambulans,
sistem informasi,
pemulasaran
jenazah,
penanggulangan
kebakaran,
pengelolaan gas
medik dan air bersih
3 Rumah Sakit Umum Pelayanan Gawat Kelas III 9 dokter 1 apoteker Sesuai Paling
Kelas C Darurat 24 jam minimal 30% umum sebagai perbandingan sedikit
sehari dari seluruh 2 dokter gigi kepala 2 perawat terdiri dari
Pelayanan medik tempat tidur umum instalasi untuk3 peralatan
umum meliputi (RS 1 dokter farmasi tempat tidur medis untuk
pelayanan medik pemerintah) spesialis Rumah Sakit instalasi
dasar, medik gigi Kelas III untuk tiap 2 apoteker gawat
mulut, kesehatan ibu minimal 20% pelayanan yang darurat,
37
dan anak dan dari seluruh spesialis bertugas di rawat jalan,
keluarga berencana tempat tidur dasar Rawat jalan rawat inap,
Pelayanan spesialis (Swasta) 1 dokter gigi dan dibantu 4 rawat
dasar : penyakit Perawatan spesialis tenaga teknis intensif,
dalam, bedah, anak, Intensif untuk tiap kefarmasian rawat
obstetric dan sebanyak 5% jenis (TTK) operasi,
ginekologi dari seluruh pelayanan 4 apoteker di persalinan,
Pelayanan spesialis tempat tidur spesislis gigi rawat inap radiologi,
penunjang : mulut yang dibantu laboratorium
anestesiologi, paling sedikit klinik,
radiologi, patologi 8 TTK pelayanan
klinik, patologi 1 apoteker darah,
anatomi dan koordinator rehabilitasi
rehabilitasi medik penerimaan medik,
Spesialis gigi mulut dan distribusi farmasi, gizi
paling sedikit 1 yang dan kamar
pelayanan dari : melakukan jenazah.
bedah mulut, pelayanan
konservasi, farmasi
orthodonti, klinik dan
dibantu oleh
38
periodonti, TTK yang
pedodonsi. jumlahnya
Penunjang klinik : disesuaikan
bank darah, intensif beban kerja
semua golongan
umur dan jenis
penyakit, gizi,
sterilisasi
instrument, rekam
medik
Penunjang non
klinik : laundry,
dapur, pemeliharaan
fasilitas,
pengelolaan limbah,
Gudang, ambulans,
sistem informasi,
pemulasaran
jenazah,
penanggulangan
kebakaran,
39
pengelolaan gas
medik dan air bersih
4 Rumah Sakit Umum Pelayanan Gawat Kelas III 4 dokter 1 apoteker Sesuai Paling
Kelas D Darurat 24 jam minimal 30% umum sebagai perbandingan sedikit
sehari dari seluruh 1 dokter gigi kepala 2 perawat terdiri dari
Pelayanan medik tempat tidur umum instalasi untuk3 peralatan
umum meliputi (RS 1 dokter farmasi tempat tidur medis untuk
pelayanan medik pemerintah) spesialis Rumah Sakit instalasi
dasar, medik gigi Kelas III untuk tiap 1 apoteker gawat
mulut, kesehatan ibu minimal 20% pelayanan yang darurat,
dan anak dan dari seluruh spesialis bertugas di rawat jalan,
keluarga berencana tempat tidur dasar Rawat jalan rawat inap,
Pelayanan spesialis (Swasta) dan dibantu 2 rawat
dasar paling sedikit Perawatan tenaga teknis intensif,
2 dari 4 pelayanan Intensif kefarmasian rawat
spesialis: penyakit sebanyak 5% (TTK) operasi,
dalam, bedah, anak, dari seluruh 1 apoteker di persalinan,
obstetric dan tempat tidur rawat inap radiologi,
ginekologi yang dibantu laboratorium
Pelayanan spesialis paling sedikit klinik,
penunjang meliputi 2 TTK pelayanan
40
pelayanan radiologi 1 apoteker darah,
dan laboratorium koordinator rehabilitasi
Penunjang klinik: penerimaan, medik,
pelayanan darah, produksi dan farmasi, gizi
high care unit untuk distribusi dan kamar
semua golongan yang jenazah.
umur dan jenis melakukan
penyakit, gizi, pelayanan
sterilisasi farmasi
instrument, rekam klinik dan
medik dibantu oleh
Penunjang non TTK yang
klinik : laundry, jumlahnya
dapur, pemeliharaan disesuaikan
fasilitas, beban kerja
pengelolaan limbah,
Gudang, ambulans,
sistem informasi,
pemulasaran
jenazah,
penanggulangan
41
kebakaran,
pengelolaan gas
medik dan air bersih
42
3.2 Instalasi Farmasi
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Rumah
Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti
Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan
Menteri Kesehatan.
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan perkembangan
konsep Pelayanan Kefarmasian, perlu ditetapkan suatu Standar Pelayanan Kefarmasian dengan
Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 72
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Dimana Peraturan
tersebut merupakan hasil peninjauan kembali Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 yang masih belum memenuhi kebutuhan hukum
yang diperlukan.
Sesuai dengan PERMENKES Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit , pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar pelayanan
kefarmasian dibutuhkan sebagai tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pengaturan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
a) meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b) kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; danc.melindungi pasien dan
masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety)
3.2.1 Lingkup Sarana Pelayanan Instalasi Farmasi
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh
sumber daya manusia, sarana, dan peralatan (PERMENKES Nomor 72 tahun 2016).
3.2.1.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan,
Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi
(IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi.
Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi (PERMENKES Nomor 72 tahun 2016).
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya
penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat
dalam hal:
1) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan (Alkes), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP);
2) standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
3) penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
4) pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
5) pemantauan terapi Obat;
6) penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7) kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang akurat;
8) peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9) peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
2) Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan
Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a. anggaran yang tersedia;
b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
d. data pemakaian periode yang lalu;
e. waktu tunggu pemesanan; dan
f. rencana pengembangan.
3) Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu
yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah
yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses
pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan
dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga
kefarmasian. Pengadaan dapat dilakukan melalui pembelian, produsi sediaan farmasi
dan sumbangan/hibah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok Obat yang
secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi
tutup.
4) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik.
5) Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum
dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Instalasi Farmasi
harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar dan diinspeksi secara
periodik.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. elah kadaluwarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. dicabut izin edarnya.
8) Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh
Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah
Sakit. Pengendalian dilakukan bertujuan untuk :
a. Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit
b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
9) Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari:
d. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,
RS Kelas C Ruangan
ini tidak
dipersyaratkan ada
5. Ruang Penunjang lain
a. Loket Satelit Farmasi umum Untuk penerimaan
Rawat Jalan resep, pembayaran
dan pengambilan
obat
b. Ruangan loker petugas umum
c. Ruangan arsip dokumen umum
dan perpustakaan
d. Ruangan tunggu Luas ruangan tunggu
menyesuaikan
kebutuhan kapasitas
pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5
m2/orang.
Total pertukaran udara
minimal 6 kali per
jam.
Ruangan tunggu
dilengkapi dengan
Fasilitas Desinfeksi
tangan.
Staf Administrasi
Loket Penerimaan
Pasien/Pengunjung Resep Loket Pembayaran
Konter Apotek
Ruang Administasi,
Penerimaan & Distribusi
Obat
Ruang
Depo Bahan baku
racik
Obat/Barang
Masuk
Ruang
Gudang
Administrasi
(penerimaan)
Ruang Administrasi
(Distribusi)
Depo obat Khusus
Tabel 4. 1 Standar Fasilitas di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan Kondisi di RS Hermina Bitung
No Standar Ruang Instalasi Farmasi Kondisi di RS Hermina Bitung
1 Ruang Kantor/administrasi :
Ruang pimpinan Ada
Ruang staf Ada
Ruang kerja/admin tata usaha Ada
Ruang pertemuan Belum ada
Disatukan dengan ruang pimpinan
2 Ruang Penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai Ada
Kondisi umum
Kondisi khusus
3 Ruang Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan Ada
dan bahan medis habis pakai
Rawat Jalan Ada
Rawat Inap Central terpusat
4 Ruang Konsultasi/konseling obat Ada
5 Ruang Pelayanan Informasi Obat Ada
6 Ruang Produksi Tidak
7 Ruang Aseptik dispensing Ada
Tabel 4. 2 Standar Peralatan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan Kondisi di RS Hermina Bitung
No Standar Peralatan Instalasi Farmasi Keadaan di RS Hermina Bitung
1 Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, Ada
pembuatan baik obat steril dan non steril maupun
aseptic/steril
2 Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip Ada
3 Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Ada
Pelayanan Informasi Obat
4 Lemari penyimpanan khusus untuk Narkotika Ada
5 Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk Ada
obat termolabil
6 Penerangan, sarana air, ventilasi, dan system Ada
pembuangan limbah yang baik
7 Alarm Ada
8 Peralatan kantor : meubel, computer, alat tulis Ada
kantor, telepon dan faksmili
9 Peralatan system komputerisasi Ada
10 Peralatan produksi : Ada
Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan
dan pembuatan obat
Peralatan harus dapat menunjang persyaratan
keamanan cara pembuatan obat yang baik
11 Peralatan aseptic dispensing : Tidak melayani kemoterapi
Biological safety cabinet (untuk pelayanan Lain-lain ada
sitostatik)
Horizontal laminar airflow cabinet
Passbox dengan pintu berganda
Barometer
Thermometer
Wireless intercom
12 Peralatan penyimpanan (penyimpanan kondisi Ada
umum, lantai dengan palet)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan RS Hermina Bitung memiliki beberapa masalah
yang membutuhkan perbaikan yaitu masalah jumlah SDM terhadap volume resep yang di layani
sehingga berdampak pada alur pelayanan dan waktu tunggu di farmasi tidak tercapai pada
waktu tertentu.
4.1.2 Daftar Masalah
Masalah yang telah ditampilkan pada uraian diatas memiliki dampak pada RS Hermina
Bitung, diantaranya :
1. Jumlah SDM terhadap volume resep yang di terima oleh unit farmasi belum seimbang,
dimana pada hari Senin dan Selasa terjadi peningkatan volume pasien sehingga
dampak yang terjadi di terjadi penumpukan resep rawat jalan yang berdampak pada
waktu tunggu pasien, ini terjadi karena jadwal praktek dokter di poli rawat jalan pada
hari Senin dan Selasa banyak dokter yang praktek di hari yang sama dan jam yang
sama dimana terjadi peningkatan volume pasien. Heijunka dan talk time
2. Indikator mutu belum tercapai ada berbagai faktor yaitu dimana yang di ukur waktu
tunggu obat jadi dan obat racikan, penyebab tidak tercapainya ada perbedaan
persepsi/definisi oprasional dalam pengambilan waktu dimana komite mutu memulai
waktu pada saat resep elektronik di terima di farmasi, sedangkan unit farmasi sendiri
waktu mulai mempersiapkan obat pada saat biling keluar, dampak yang terjadi yaitu
tidak tercapainya indikator mutu unit.
Beberapa dampak masalah diatas dapat mengurangi mutu layanan, membahayakan
keselamatan pasien dan dapat menurunkan kepuasan pasien. Dimana kedua hal ini sangat erat
kaitannya dengan citra rumah sakit yang dapat memiliki dampak besar pada pendapatan dan
jumlah pasien.
Setelah dilakukan Analisa fishbone seperti pada gambar 4.1, maka terdapat beberapa
masalah yang ditemukan di Unit Farmasi Rawat Inap RS Hermina Bitung, yaitu :
1. SDM memiliki kecepatan racik berbeda
2. Jumlah SDM tidak cukup
3. System IT support yang masih harus disempurnakan
4. Dukungan keuangan untuk menambah depo instalasi farmasi rawat jalan
5. Fasilitas belum sesuai standar dikarenakan depo instalasi farmasi ranap dan rajal masih
digabungkan menjadi satu (sentral)
6. Jadwal praktek dokter yang tertumpuk pada hari Senin dan Selasa
7. Perbedaan persepsi waktu mulai perhitungan pelayanan resep pasien
Man:
SDM memiliki kecepatan
racik berbeda Machine: Money :
Jumlah SDM kurang Sistem IT Support yang Dukungan keuangan untuk
masih harus perubahan sistem (bangun
disempurnakan depo farmasi rawat jalan)
Pelayanan Peningkatan
pemberian obat Pelayanan
tidak tepat waktu
Farmasi Rawat
Jalan
Metode : Material:
Jadwal praktek dokter yang Belum ada Depo Instalasi
tertumpuk di hari Senin dan Selasa Farmasi Rawat Jalan
Perbedaan persepsi waktu mulai
perhitungan indicator mutu waktu
tunggu pelayanan resep obat
92
4.1.5 Penetapan Prioritas Masalah (Skoring)
Penetapan prioritas masalah merupakan cara mempermudah untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan dampak yang diakibatkan masalah tersebut dalam uni. Hal ini sangatlah
penting dikarenakan dari daftar masalah yang ada tidak mungkin harus diselesaikan dalam
waktu bersamaan sehingga perlu dibuat prioritas masalah. Untuk menentukan prioritas
masalah, digunakan beberapa kriteria yang terdapat dalam matriks (Criteria Matrix Technique).
Berikut penjelasan dari kriteria tersebut:
1. Importancy
Pada kriteria ini semakin pentingnya masalah tersebut, maka semakin diprioritaskan
penyelesaiannya. Ukuran yang digunakan pada kriteria ini terdiri dari beberapa
macam katergori, diantaranya:
a. Prevalency (P), menunjukkan seberapa sering masalah tersebut terjadi dan
ditemukan
- Nilai 1: Masalah tidak pernah ditemukan
- Nilai 2: Masalah kurang sering ditemukan
- Nilai 3: Masalah sering ditemukan
- Nilai 4: Masalah sangat sering ditemukan
b. Severity (Sv), yang menunjukan seberapa besar kerugian yang ditimbulkan oleh
masalah tersebut
- Nilai 1: Akibat dari Masalah tersebut tidak serius
- Nilai 2: Akibat dari Masalah tersebut kurang serius
- Nilai 3: Akibat dari Masalah tersebut serius
- Nilai 4: Akibat dari Masalah tersebut sangat serius
c. Rate of Increase (R), yang menunjukan peningkatan kualitas dan intensitas
masalah tersebut
- Nilai 1: Sangat tidak menunjukan peningkatan
- Nilai 2: kurang sering menunjukan peningkatan
- Nilai 3: sering menunjukan peningkatan
- Nilai 4: sangat sering menunjukan peningkatan
2. Techincal Feasibility (T), yaitu teknologi yang tersedia untuk mengatasi masalah
- Nilai 1: Teknologi tidak tersedia
- Nilai 2: Teknologi kurang tersedia
- Nilai 3: Teknologi tersedia
- Nilai 4: Teknologi sangat tersedia
93
3. Resources Availability (R), yatu sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah
- Nilai 1: Dana, Sarana dan tenaga tidak tersedia
- Nilai 2: Dana, Sarana dan tenaga kurang tersedia
- Nilai 3: Dana, Sarana dan tenaga tersedia
- Nilai 4: Dana, Sarana dan tenaga sangat tersedia
Tabel matriks untuk penetapan prioritas masalah dapat dilihat pada tabel 4.2 dan dari
tabel dibawah ini dapat disimpulkan prioritas masalah utama di Unit Farmasi Rawat Inap RS
Hermina Bitung adalah Stok obat harus diambil dari depo farmasi rawat jalan.
Tabel 4. 2 Perhitungan Prioritas Masalah Unit Farmasi Rawat Inap RS Hermina Bitung
N I Rating
Masalah T R Nilai
o P Sv R
1 SDM memiliki kecepatan racik berbeda 3 2 2 1 1 12 7
2 Jumlah SDM kurang 4 4 4 3 4 768 1
3 Sistem IT Support yang belum sempurna 4 4 3 2 2 192 6
4 Dukungan keuangan untuk membangun 2 3 2 4 3 144 5
depo farmasi rawat jalan
5 Jadwal praktek dokter yang tertumpuk di 4 4 4 2 2 256 4
hari Senin dan Selasa
6 Perbedaan persepsi waktu mulai perhitungan 3 2 4 4 4 384 3
waktu tunggu pelayanan resep obat
7 Belum ada depo farmasi rawat jalan 4 4 4 3 3 576 2
94
BAB V
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
95
2. D (Do = Kerjakan)
artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam konsep
DO ini kita harus benar-benar menghindari penundaan, semakin kita menunda
pekerjaan maka waktu kita semakin terbuang dan yang pasti pekerjaan akan
bertambah banyak.
a. Implementasi proses. Dalam langkah ini, yaitu melaksanakan rencana yang
telah disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan dalam skala kecil
(proyek uji coba).
b. Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.
3. C (Check = Evaluasi)
artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan apa
saja hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjakan, sudahkah sesuai
dengan standar yang ada atau masih ada kekurangan.
a. Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi
dan melaporkan hasilnya.
b. Dalam pengecekan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu memantau dan
mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi.
c. Teknik yang digunakan adalah observasi dan survei. Apabila masih menemukan
kelemahan-kelemahan, maka disusunlah rencana perbaikan untuk dilaksanakan
selanjutnya. Jika gagal, maka cari pelaksanaan lain, namun jika berhasil,
dilakukan rutinitas.
d. Mengacu pada verifikasi apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana
peningkatan dan perbaikan yang diinginkan.
4. A (Act = Menindaklanjuti)
artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan
menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita
kerjakan masih ada yang kurang atau belum sempurna, segera melakukan action untuk
memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah lebih
jauh ke proses perbaikan selanjutnya.
a. Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti
juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya
sebelum implementasi berikutnya.
96
b. Menindaklanjuti hasil berarti melakukan standarisasi perubahan, seperti
mempertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan, merevisi proses
yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar, prosedur dan kebijakan
yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas
perubahan yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang
jelas, dan mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu memonitor
perubahan dengan melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara
teratur.
5.1.2 Rencana Perbaikan
Sebagaimana telah diuraikan dalam bab sebelumnya, dalam rangka peningkatan
efektivitas pelayanan unit farmasi rawat inap dengan sistem unit dose dispensing (UDD) maka
dari akar masalah ditemukan masalah yang paling prioritas adalah stok obat harus diambil di
depo farmasi rawat jalan. Sehingga rencana perbaikan yang dicantumkan dalam bab ini adalah
terkait perbaikan agar stok obat tidak harus diambil terlalu jauh di depo farmasi rawat jalan
lagi.
Tabel 5. 1 Rencana Perbaikan Farmasi Rawat Jalan RS Hermina Bitung
PLAN
- Merekrut SDM sesuai kebutuhan
- Menambah depo instalasi farmasi rawat jalan
DO
- Merubah struktur organisasi dengan adanya penambahan depo
- Merubah jadwal dinas tenaga farmasi khususnya pada jam dan hari
yang ramai (Senin dan Selasa)
CHECK - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja tim instalasi rawat
jalan, berupa persen capaian indicator mutu waktu pelayanan resep obat
- Monitoring terhadap kemampuan dan kecepatan masing-masing SDM
di instalasi farmasi
- Evaluasi SPO cara perhitungan waktu tunggu pelayanan obat di
instalasi farmasi rawat jalan
ACTION - Merekrut tenaga farmasi baik apoteker ataupun TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian/asisten apoteker)
- Menambah depo instalasi farmasi rawat jalan
- Melakukan rekayasa jadwal dinas tenaga farmasi
- Melakukan rekayasa jadwal poliklinik dokter spesialis
97
5.1.3 Saran terhadap Alur Rumah Sakit
Dengan melihat Analisa PDCA di atas dan penerapan metode Lean Managemen penulis
menyarankan solusi permasalahan tersebut bagi manajemen RS Hermina Bitung
diantaranya :
A. Permasalahan SDM
- Untuk mengatasi kecepatan dan kemampuan tenaga farmasi yang berbeda-beda, maka
penulis menyarankan manajemen rumah sakit untuk melakukan pelatihan internal
terhadap tenaga farmasi dan evaluasi penempatan staf, dimana staf yang multitasking
sebaiknya ditempatkan di bagian penyerahan obat karena membutuhkan kecepatan,
ketelitian dan komunikasi yang baik.
- Untuk mengatasi perbedaan persepsi waktu mulai perhitungan pelayanan resep obat,
penulis menyarankan kepada manajemen rumah sakit untuk mengevaluasi ulang dan
membuat SPO yang baru mengenai cara perhitungan waktu mulai pelayanan resep obat
baik obat jadi maupun obat racikan.
- Untuk mengatasi kekurangan SDM di instalasi farmasi, maka penulis menyarankan
kepada manajemen rumah sakit untuk mengatur atau merekayasa jadwal dinas tenaga
farmasi pada jam-jam dan hari-hari tertentu (dimana kunjungan poliklinik ramai).
Penulis juga menyarankan kepada manajemen rumah sakit untuk menghitung ulang
kebutuhan SDM sesuai dengan analisa beban kerja dan standar pelayanan minimal
rumah sakit berdasarkan Permenkes
- Untuk mengatasi penumpukan pasien pada hari tertentu (Hari Senin dan Selasa), maka
penulis menyarankan kepada manajemen rumah sakit untuk berkoordinasi dan mengatur
ulang jadwal praktek dokter sehingga tidak bertumpuk pada hari tertentu.
B. Permasalahan Sarana Pelayanan
- Untuk mengatasi permasalahan belum adanya depo rawat jalan instalasi farmasi, maka
penulis menyarankan kepada manajemen rumah sakit untuk memisahkan pelayanan
resep rawat inap dan rawat jalan dengan membangun depo pelayanan intalasi rawat jalan
yang terpisah dari pelayanan resep rawat inap. Hal ini akan mengurangi beban kerja
tenaga teknis kefarmasian sehingga diharapkan indicator mutu waktu tunggu pelayanan
resep dapat terpenuhi
98
5.1.4 Evaluasi
Setelah melakukan penemuan masalah yang diikuti dengan Analisa PDCA, perlu
dilakukan suatu evauasi terhadap pemecahan masalah yang telah dilakukan. Evaluasi diukur
dari beberapa parameter yaitu aspek interal (reaction), evaluasi pada aspek pembelajaran
(learning), evaluasi pada perilaku (behaviour) dan aspek hasil (external). Masing-masing aspek
diukur dari parameter di Rumah Sakit.
99
BAB VI
PENUTUP
6.1. 1 Kesimpulan
Pada residensi pada instalasi farmasi rawat jalan ini telah dilakukan dan didapatkan
bahwa instalasi farmasi rawat jalan RS Hermina Bitung telah berjalan dengan baik dan telah
memenuhi standar kinerja dan mutu secara nasional, namun masih terdapat beberapa masalah
yang dapat mengurangi kualitas pelayanan, yaitu :
Dari beberapa masalah diatas ditemukan satu target pemenuhan yaitu peningkatan
pelayanan farmasi rawat jalan dengan penambahan depo instalasi farmasi rawat jalan dan
penambahan SDM di Instalasi Farmasi. Dari permasalahan ini upaya yang dapat dilakukan
melalui proses PDCA (Plan, Do, Check, Action) adalah merekayasa jadwal dinas tenaga
farmasi dan jadwal praktek dokter di poliklinik pada hari-hari tertentu serta penambahan depo
depo farmasi jalan.
6.1. 2 Saran
Setelah melalui proses tahapan residensi di RS Hermina Bitung ditemukan beberapa
masalah serta usulan pemecahannya sehingga beberapa saran yang dapat diberikan kepada
penulis terkait unit farmasi rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Unit farmasi rawat inap terus melakukan upaya perbaikan pelayanan secara
terus menerus melalui pendistribusian obat yang efektif dan efisien disesuaikan
dengan beban kerja guna meningkatkan kinerja, kepuasan pasien dan revenue rumah
sakit.
2. Unit farmasi rawat inap RS Hermina Bitung dapat menjadi unit kendali biaya
sehingga penting terus dipantau terus menerus dan berkesinambungan dalam
kualitas pelayanannya.
100
3. Perhatian kepada sumber daya manusia di RS Hermina Bitung merupakan suatu
modal awal dalam pembentukan kualitas pelayanan di bidang yang mutu distribusi
obat ke pasien lebih baik. Pemberian peningkatan kompetensi melalui inhouse
training dan pelatihan serta penambahan sarana/prasarana yang lebih layak seperti
depo farmasi rawat inap akan memberikan efek pada kinerja dan kepuasan
pelayanan yang cepat, efektif dan efisien pada pasien.
101
DAFTAR PUSTAKA
102
LAMPIRAN
103
104
105
106
107
108
109
110