Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
Daftar Pertanyaan
Waktu :
Tempat : RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Informan : Kepala Bagian Perencanaan dan Anggaran
Jawab : “Jadi, semua barang datang akan diperiksa oleh Penjabat Panitia
Pemeriksa Barang Pengadaan. Nanti kalau sudah diserahkan kepada kami
dan kami bertugas mengecek apakah barang tersebut sesuai dengan isi
kontrak. Nah, setelah kebenarannya sudah dicek, kami nanti membuat
dokumen-dokumen sesuai SPO RSUD dr. Haryoto Lumajang tentang
Prosedur Penerimaan Barang.”
2. Apakah ada SPO lain yang terkait dengan pengelolaan aset tetap di RSUD
dr. Haryoto Lumajang?
Jawab : “Kalau sini hanya punya penerimaan barang saja untuk SPO.
Untuk peraturan pengelolaannya sendiri semuanya kami pakai Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Untuk SPOnya pemeliharaan
masih baru dirancang tapi belum disahkan. Cuma sudah dijalankan.”
3. Misalkan ada barang yang cacat dan tidak sesuai kontrak, apa yang akan
dilakukan oleh pihak rumah sakit?
Jawab : “Iya, jelas. Karena subbagian kami ini selain mengecek kebenaran
barang yang datang, juga harus mengajukan usulan penggunaan ke pada
pemerintah untuk ditetapkan statusnya, kecuali untuk barang yang butuh
cepat dipakai. Kami biasanya sambil menunggu persetujuan juga langsung
menetapkan status penggunaannya. Misalnya kalau kita memang sedang
butuk inkubator untuk bayi yang baru lahir di saat yang bersamaan dengan
barang sudah diuji kelayakannya. Selain itu, nanti kita juga menjadi
penanggung jawab yang mengusulkan penghapusan alat kesehatan yang
tidak dipakai karena rusak. Kita punya 5 alat yang menunggu persetujuan.
Dari tahun 2015, sekarang sudah masuk 2018 tapi belum disetujui jadi kita
masih belum bisa menghapuskannya dari aset tetap. Jadi kita simpan alat-
alat itu di gudang untuk memberikan ruang kepada alat baru. Kami pakai
Peraturan Bupati Lumajang Nomor 78 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pelaksana Penghapusan Barang Milik Daerah sebagai acuan.”
Jawab : “Oh itu masih kita akui. Walaupun nilai bukunya nol, kita tetap
mengakuinya sebagai aset dan masih kita pakai kalau itu berfungsi dengan
baik.
Jawab : “Bisa dibilang begitu, karena kami belum punya yang sah dan
sudah disetujui. Masih rancangan. Tahapan kegiatan dalam
operasionalisasi peralatan kesehatan itu kita susun sendiri sejak dulu
berdasarkan standar nasional yang berlaku dan seharusnya dilakukan oleh
IPS.
Jawab : “Oh tidak. Kita pasti cuma 90% dari total alat. Lainnya masuk
daftar tunggu tahun depan. Ini karena keterbatasan biaya. Kita dahulukan
alat-alat vital seperti alat anestesi atau ya yang vital dulu baru yang lain.”
Jawab : “Jadi kita pakai dua laporan. Yang SAP, Peraturan Bupati Lumajang
Nomor 72 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Lumajang, kita setor ke Pemda, yang SAK, PSAK 45,
dibuat untuk diaudit oleh KAP. Itu dua-duanya angkanya sama untuk aset
rumah sakit. Hanya saja yang SAK lebih rinci. Kita pakai akrual basis untuk
kedua laporan tersebut. Yang beda hanya kalau di SAP itu pendapatan APBD
Gaji Pegawai sama DBHCHT tidak diakui, padahal diakui di beban
pengeluarannya untuk APBD itu. Jadi kita defisit di SAPnya. Ini karena
kebijakan fiskalnya Lumajang sejak tahun 2015.”
Jawab : “Tidak ada. Ini karena kita tujuan pelaporannya untuk instansi yang
berbeda.”
Jawab : “Laporan Keuangan terakhir yang sudah diaudit adalah laporan keuangan 2016 dengan hasil
WTP, atau Wajar Tanpa Pengecualian.”