TPS - Pengetahuan Dan Pemahaman Umum
TPS - Pengetahuan Dan Pemahaman Umum
Referensi:
Marx, Karl & Engels, Friedrich (Ed.). (2015). Karl Marx – Friedrich Engels:
Manifesto Partai Komunis (hal. 46-47). Bandung: Ultimus.
|Pengertian dari kata kapital pada paragraf ke-3 teks tersebut adalah ....
kaum bermodal
modal
kebebasan berproduksi
besar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kapital” berarti: ‘modal dalam
perniagaan’ dan ‘besar’. Namun, yang sesuai dengan konteks kalimat
tersebut adalah pilihan B
Referensi:
Marx, Karl & Engels, Friedrich (Ed.). (2015). Karl Marx – Friedrich Engels:
Manifesto Partai Komunis (hal. 46-47). Bandung: Ultimus.
membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin
Pilihan D kurang tepat karena pertama, itu tidak tergambarkan di dalam teks
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedua, berdasarkan teks
tersebut, kaum borjuis hanya memiliki alat produksi yang berarti belum tentu
memiliki kesombongan yang tinggi sehingga masih kurang tepat
borjuis
komunis
kapitalis
proletar
feodal
Impian dari kaum komunis mungkin terjadi jika perusahaan semakin besar
dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak.
Jika kaum borjuis mau berbaur dengan kaum proletar, mereka akan
kehilangan harta kekayaannya dan sama seperti kaum proletar.
Kaum buruh akan cepat sejahtera dan kaya jika mereka bekerja keras dan
mau berusaha semaksimal mungkin sehingga bisa menyenangkan hati
tuannya atau kaum borjuis.
Jika menerapkan sistem komunis sesuai dengan teks tersebut, yang akan
muncul hanyalah malapetaka dan konflik.
Pada pilihan tersebut, yang sesuai dan yang paling mungkin terjadi adalah
pilihan D karena pertama – dalam keadaan sekarang – sudah tidak mungkin
untuk mencapai mimpi komunis melihat status quo ekonomi yang selalu profit
oriented dan kebutuhan tenaga kerja yang sangat banyak yang diperkuat
dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang membuat buruh akan
mendapatkan apa yang pantas didapatkan oleh buruh yang akhirnya
menciptakan social framing dalam pekerjaan, seperti “status buruh lebih
rendah dari status manager”. Terlebih, status sosial juga menjadi gengsi,
khususnya di kalangan “anak kota” yang membuat mimpi komunis, yaitu
“menciptakan masyarakat tanpa kelas” sudah tidak mungkin terwujud.
A kurang tepat karena hasilnya akan membuat kapitalisme lebih kuat dan
status lebih senjang yang berarti jauh berbeda dengan impian “masyarakat
tanpa kelas”.
B kurang tepat karena jika itu terjadi, kaum borjuis hanya akan kehilangan
statusnya sebagai “orang kaya”, bukan kehilangan harta dan kekayaannya
C masih kurang tepat karena sekalipun terjadi, buruh tetap akan menjadi
buruh dan akan mendapatkan gaji yang sesuai dengan standar buruh dan
tidak akan bisa lebih karena sekeras apapun kerjanya, gaji buruh akan tetap
segitu saja sehingga apa yang ia dapatkan hanya akan bisa memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.
Hal seperti ini juga tampak pada tinggalan-tinggalan tak benda berupa sastra,
religi, dan ritus. Dalam religi dan ritus misalnya, terdapat perpaduan unsur-
unsur yang berasal dari luar dengan kepercayaan setempat. Unsur-unsur pra-
Hindu berpadu dengan unsur Hindu yang menjadi kekhasan agama Hindu di
Indonesia. Fenomena yang sama juga terjadi pada agama Islam yang
memberi warna pada Islam Nusantara (Zoetmulder; 1990; Ras. 2014).
Referensi:
unsur-unsur asing itu selalu berpadu dengan local genius dan menghasilkan
sesuatu yang khas Indonesia
Hal seperti ini juga tampak pada tinggalan-tinggalan tak benda berupa sastra,
religi, dan ritus.
- “... India dan Cina yang terjadi pada abad ke-6 sampai ke-15.”
recipient culture
kearifan lokal masyarakat Indonesia
akulturasi
Ide pokok adalah poin utama yang dibahas. Mulai dari paragraf 1 sampai
paragraf 3, teks tersebut menjelaskan tentang adanya kearifan lokal atau local
genius masyarakat Indonesia yang membuat budaya asing berakulturasi
dengan budaya di Indonesia sehingga menciptakan budaya baru yang khas
Indonesia.
Jawaban D tidak dapat dijawab dengan teks tersebut karena teks tersebut
tidak menjelaskan tentang peninggalan mana yang paling berarti, melainkan
banyaknya peninggalan karena local genius yang dimiliki masyarakat
Indonesia sehingga jawabannya tidak terdapat pada teks dan untuk
menjawabnya memerlukan referensi lain, baik penalaran maupun sumber
teks lain yang berarti sudah di luar isi teks tersebut.
Jika masyarakat pada masa itu adalah masyarakat intoleran yang menolak
mentah-mentah kebudayaan asing, jumlah kebudayaan di Indonesia hanya
sedikit.
Masyarakat pada zaman itu lebih cerdas dalam hal local genius daripada
masyarakat pada masa sekarang.
D merupakan jawaban yang benar karena tidak dapat dihindari fakta yang
terjadi di masyarakat sekarang yang sangat mudah menyerap kebudayaan
asing akibat arus globalisasi karena anggapan hal tersebut adalah trend yang
dianggap keren dan bisa menaikkan status sosial seseorang dalam
masyarakat tertentu – terlebih masyarakat kota – tanpa adanya penyaringan
atau penggabungan seperti yang dilakukan oleh masyarakat pada masa lalu,
seperti Hype Beast dan lebih menyukai sytle barat daripada nusantara. Oleh
karena status quo tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat zaman itu
lebih cerdas dalam hal local genius daripada masyarakat sekarang.
B bukan simpulan dari teks tersebut karena tidak ada hubungannya dengan
apa yang dibahas dalam teks dengan simpulan tersebut.
E kurang tepat karena bukan dari seluruh dunia dan kebudayaan asing yang
ada di Indonesia bercampur atau berakulturasi dengan budaya Indonesia
yang menciptakan budaya yang khas Indonesia yang berarti bukan
dominannya masing-masing budaya asing di Indonesia.
Tetapi ada kelompok lain yang tidak memakai sistem nilai ini. Mereka
mempergunakan sistem nilai-nilai relatif. Mereka sadar akan salah dan benar
secara teoritis, tetapi mereka mempergunakan pertimbangan-pertimbangan
realistis. Mereka lebih mementingkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih
berguna di masa depan, jika mereka bertindak sesuatu pada saat sekarang.
Mereka bersedia melakukan kompromi-kompromi, karena mereka tahu bahwa
hasil-hasil yang mungkin dicapai lebih besar di masa depan.
Referensi:
Soe, Hok Gie (Eds.). (2018). Soe Hok Gie: Zaman Peralihan (hal. 60-62).
Yogyakarta: Basabasi.
Kita hanya bisa berkata (secara intuisi) bahwa setiap situasi dan jabatan
harus dinilai secara proporsional.
Kedua sistem nilai ini diperlukan dalam masyarakat.
Kalimat utama adalah kalimat di dalam teks yang didukung oleh kalimat
lainnya. Pada teks tersebut, kalimat utama terdapat pada kalimat pertama,
yaitu pilihan E.
tidak ada penjelasan mengenai apa yang benar dan yang salah
tidak ada penjelasan mengapa sudut pandang yang dipaparkan masih kurang
bagus
Indikator suatu teks lemah atau tidak dapat dilihat dari ketidaklengkapannya
informasi utama dan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam teks (tidak
baku, tidak padu, dll..) Pada teks tersebut, masih banyak kalimat yang kurang
efektif dan memiliki tanda baca yang salah dalam penempatannya sehingga
banyak kalimat yang kurang tepat, contohnya:
Perlu diketahui bahwa tujuan penulis dengan hasil analisis kita mungkin
berbeda. Namun, dalam menentukan tujuan penulisan, kita bisa melihatnya
dari isi teks yang ditulis. Dalam teks tersebut, penulis menjelaskan tentang
adanya dua penilaian yang sangat berbeda terhadap sikap seseorang yang
harus diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan isi dari teks
tersebut, tujuan yang paling mungkin adalah pilihan D.
Pilihan C kurang tepat karena ada penulisan kalimat yang memiliki arti yang
berbeda, yaitu “ ... bukanlah soal yang sulit karena ada dua sistem penilaian
yang relatif berbeda dan dapat kita gunakan dalam menentukan pilihan” yang
seharusnya “ ... bukanlah soal yang sederhana karena ada dua sistem
penilaian yang berbeda. ”
Pilihan D kurang tepat karena pengertian dari relatif dan absolut tertukar.
Pilihan E kurang tepat pertama, kata subjektif adalah hasil dari kesimpulan
karena dalam teks tersebut tidak ada menyinggung soal subjektif. Kedua,
sekalipun tidak masalah, kata subjektif menjelaskan bahwa kedua nilai
tersebut bersifat subjektif atau berdasarkan kompromi dan orang yang
bersangkutan.
In recent years, snails have gone from garden dweller and French appetizer to
practically a worldwide skin-care ingredient: Their mucin (the slime they trail in
their wake) forms the foundation for a recent wave of hyperpopular creams,
masks, and serums.
Most of the snail mucin used for skin care involves the Cryptomphalus
aspersa species, a.k.a. the common garden snail. If you’ve ever tried snail-
slime products and noticed your skin looking extra supple and glowy, you are
not imagining it.
Dermatologists state that snail mucin seals in moisture and allows active
ingredients to penetrate the skin very well. The mucous is rich in hyaluronic
acid, and has been shown to exhibit antioxidant activities, stimulate collagen
production, and enhance wound healing.
If the only thing holding you back from trying snail-slime beauty products
(besides the ick factor) is concern for snail welfare, don’t worry. Harvesting the
slime involves having the nocturnal snails crawl around a mesh net in a
darkened room for 30 minutes at a time, then transferred back to their natural
habitat to rest. The snails are never harmed, and their moisturizing slime is
then collected and pasteurized for the bottle.
Source: Keong, Lori. “What Does Snail Slime Actually Do for Your Skin?”
Aug. 21, 2018. New York Magazine Web. Nov, 7. 2019.
Topik wacana tersebut adalah tentang alasan lendir siput sedang populer
sebagai bahan perawatan kulit. Ini dijelaskan pada semua paragraf.
Jawabannya adalah A.
Dermatologists state that snail mucin seals in moisture and allows active
ingredients to penetrate the skin very well. (Paragraph 3)
habitat
harm
comfort
exploitation
price
Pada paragraf ke-4 disebutkan bahwa dalam proses panen, siput dibiarkan
merayap di dalam ruangan gelap hanya selama 30 menit saja. A couple hours
berarti beberapa jam.
Harvesting the slime involves having the nocturnal snails crawl around a
mesh net in a darkened room for 30 minutes at a time, then transferred back to
their natural habitat to rest. (Paragraph 4)
Starring Joaquin Phoenix and directed by Todd Phillips, the movie has
already been deemed dangerous by its vocal critics. To some of the movie’s
fans, those critical reviews and negative reactions are just another examples
of social justice warrior overreach.
What’s most striking about this nascent debate is that the only people who
have seen the movie so far are select film critics and festivalgoers. But most of
the conversation surrounding Joker is among those who haven’t seen it.
It’s a testament to the iconic supervillain’s popularity that the movie’s two
trailers have ignited a full-blown fight about the movie. The character’s
depravity and ghastliness are what make him Batman’s greatest foe. Those
same qualities instill fear and disgust among his most vocal critics, especially
when the evils of our reality have slowly shifted in that direction.
But the fight over Joker is not just about the film but about how we watch
movies today, how we discuss their value, and our tendency to think about
movies in a way that is at odds with the very existence of the art itself.
Source: Abad-Santos, Alex. “The fight over Joker and the new movie’s
‘dangerous’ message, explained.”
Sep. 25, 2019. Vox Web. Oct. 21, 2019.
It is well-appreciated.
The fight about the movie had already been started before the release of two
of the trailers.
Pernyataan yang benar hanya pada pilihan B, yang tertulis pada paragraf
ketiga:
What’s most striking about this nascent debate is that the only people who
have seen the movie so far are select film critics and festivalgoers. (Paragraph
3)
Pilihan A, C, D, dan E merupakan pernyataan yang salah. Jawabannya
adalah B.
accusatory
apathetic
assertive
conciliatory
skeptical
Sikap penulis terhadap film Joker yaitu ingin menengahi perdebatan tentang
film Joker, yang dituliskannya pada paragraf terakhir:
But the fight over Joker is not just about the film but about how we watch
movies today, how we discuss their value, and our tendency to think about
movies in a way that is at odds with the very existence of the art itself.
Jawabannya adalah D.
1
Sifat Joker disebutkan pada paragraf ke-4, tepatnya pada kalimat:
The character’s depravity and ghastliness are what make him Batman’s
greatest foe.
Ghastliness = kebiadaban
growing
biased
escaping
revised
acquired
What’s most striking about this nascent debate is that the only people who
have seen the movie so far are select film critics and festivalgoers.