Anda di halaman 1dari 4

Presentasi Sejarah Peminatan

Nama Anggota:

Khadijah Putri Burmelli


Lulu Aini Arfa Amiliyah
Lutfia Nurhaliza
Luthfi Nur Fadillah
Purnawati Putri

Langkah – Langkah Penelitian Sejarah

 Pemilihan Topik
 Heuristik
 Verifikasi
 Interprestasi
 Historiografi

1. Pemilihan topik

Dalam upaya menulis kisah sejarah peristiwa di masa lampau dipilih topik
untuk membatasi objek penulisan. Topik yang dipilih hendaknya dapat
dikerjakan dalam waktu dan biaya yang tersedia. Topik sebaiknya sesuai
dengan kebutuhan sehingga tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Dalam hal ini
seorang peneliti akan mengajukan pertanyaan apa atau (what). Dalam
arti peristiwa apa yang akan ia tulis dengan menjadi objek penelitian.
Pemilihan topik hendaknya juga didasarkan pada kedekatan emosional dan
kedekatan intelektual.

a. Kedekatan Emosional kedekatan hubungan emosional akan memberikan


dorongan yang besar bagi terselesaikannya penulisan sejarah itu.
Demikian halnya seorang yang memiliki kaitan dengan kota,organisasi,
tokoh,peristiwa,dan sebagainya. Hal yang penting dalam pemilihan topik
bahwa apa yang sedang dikerjakan itu diyakini berharga dan bermanfaat.
Sehubungan dengan batasan geografis, seorang peneliti akan
mengajukan pertanyaan where (dimana), yaitu daerah mana yang
menjadi objek penelitian. Kemudian, peneliti harus menetapkan batasan
waktu dari sumber tertulis ataupun sumber lisan yang tersedia. Hal ini
berarti pertanyaan tentang when (kapan). Selanjutnya, menyangkut
siapa yang terlibat di dalamnya. Misalnya tentang pertanahan tentunya
dapat dilacak siapa saja yang melakukan transaksi beserta identitasnya.
Hal itu berarti pertanyaan tentang Who (siapa). Kemudian, dapat
ditanyakan motivasi dari setiap perbuatan tersebut. Hal itu berarti
pertanyaan tentang why (mengapa). Selanjutnya diajukan pertanyaan
secara umum apa yang terjadi dalam kasus tanah itu dan bagaimana
peristiwa itu terjadi. Pertanyaan ke arah ini menyangkut pertanyaan
tentang how (bagaimana).

b. Kedekatan intelektual seseorang yang memiliki data emosional bahasa


juga memiliki kedekatan intelektual. Seseorang yang tertarik terhadap
masalah pedesaan, tentunya akan membaca berbagai buku yang terkait
dengan desa, petani,tanah,geografi pedesaan, dan ekonomi pedesaan.
Dengan demikian, Orang tersebut sudah memiliki wawasan tentang
permasalahan penelitian yang akan dihadapi.

2. Heuristik

Istilah heuristik berasal dari bahasa Yunani heuriskein yang berarti


menemukan. Dalam kegiatan penulisan sejarah kata heuristik berarti usaha
untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber lisan,
sumber tulisan, maupun sumber benda.

 Sumber lisan, yaitu keterangan langsung dari orang-orang yang


mengalami peristiwa sejarah tersebut. Selain diperoleh dari orang-orang
yang mengalami langsung peristiwa tersebut, sumber lisan juga bisa
diperoleh dari kerabat atau orang lain yang mengetahui peristiwa
tersebut secara rinci.
 Sumber tulisan, yang merupakan keterangan tertulis berupa catatan
yang berasal dari suatu peristiwa sejarah, misalnya prasasti, dokumen,
piagam, naskah, surat kabar, dan laporan.
 Sumber benda, yaitu benda-benda yang berasal dari suatu zaman atau
peristiwa tertentu, misalnya bangunan, senjata, perkakas dari batu,
patung, perhiasan, dan candi.

3. Verifikasi

Verifikasi dalam penelitian terhadap sumber-sumber sejarah. sebelum sumber-


sumber sejarah yang terkumpul digunakan sebagai pendukung sebuah karya
tulis, terlebih dahulu dilakukan pengujian atau penelitian,baik dari segi
kebenaran materi ataupun isi maupun kasihan dari sumber-sumber tersebut.
dalam ilmu sejarah hal ini disebut kritik.
kritik tersebut meliputi kritik intern (pengujian terhadap isi atau materi) dan
kritik ekstern (pengujian terhadap keaslian sumber-sumber sejarah).

 Kritik intern adalah kritik terhadap isi dari suatu peninggalan sejarah,
seperti isi prasasti,kitab kuno,dan isi dokumen.
 kritik ekstern bertujuan untuk menguji autentitias atau keaslian sumber
sejarah.
4. Interpretasi

Pada tahap ini penulis sejarah melakukan penafsiran (interpretasi) terhadap


sumber-sumber sejarah yang telah terpilih sebagai bukti penelitiannya. Dengan
demikian, sesuatu yang tersirat dan tersurat dengan peninggalan tersebut
dapat dikomunikasikan. Contohnya, Prasasti Yupa dari kerajaan Kutai yang
menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan penyembelihan hewan
qurban di sebuah tempat yang bernama waprakeswara. Oleh karena
waprakeswara adalah tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa, maka sejarawan
menginterpretasikan bahwa Raja Mulawarman beragama Hindu Siwa (pemuja
Dewa Siwa sebagai Dewa utama).
Sejarah sebagai kisah selalu mengandung dua hal, yaitu data dan tafsiran atas
suatu peristiwa sehingga bisa terjadi peristiwa yang sama dikisahkan dengan
wacana yang berbeda, bahkan dengan tekanan yang berbeda pula.

5. Historiografi

Pada tahap terakhir ini sejarawan melakukan penyusunan kisah sejarah sesuai
norma-norma dalam disiplin ilmu sejarah. Di antaranya yang paling penting
penyusunan tersebut haruslah kronologis. Selain itu dalam penulisan kisah
sejarah haruslah diupayakan seobjektif mungkin menghindari adanya
penyimpangan. Walaupun demikian, unsur unsur subjektivitas seringkali sulit
dihindari karena perbedaan penafsiran dan latar belakang penulisnya. Kadar
subjektivitas dalam penulisan sejarah juga ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain sikap berat sebelah, prasangka kelompok,dan pandangan hidup
yang berbeda tentang penggerak sejarah.
Mengingat demikian luasnya objek penelitian sejarah, maka dalam rangka
penelitian dan penulisan sejarah (historiografi), sejarawan membutuhkan ilmu-
ilmu bantu sejarah dan ilmu dasar sejarah. Ilmu pengetahuan yang termasuk
dalam ilmu bantu sejarah, Misalnya arkeologi,anthropologi, sosiologi,
sedangkan yang termasuk dalam ilmu bantu sejarah, misalnya kronologi,
ikonografi, epigrafi, dan numismatic.

Anda mungkin juga menyukai