Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi penghasil Kelapa di

Indonesia. Hampir seluruh Kabupaten di Provinsi Jambi memiliki perkebunan

Kelapa sebagai salah satu sumber penghasilan masyarakat.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu kabupaten yang

berada di Provinsi Jambi. Salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur adalah Kecamatan Muara Sabak Timur yang

masyarakatnya melakukan usahatani Kelapa dan mempunyai luas tanam sebesar

12.252 Ha, produksi 21.890 Ton, dan rata-rata produktivitas 1,78 Ton/ha Tahun

2021, dimana rata-rata luas tanam, produksi dan produktivitas diatas rata-rata luas

tanam produksi dan produktivitas Kecamatan Muara Sabak Timur. (Lampiran 1).

Kecamatan Muara Sabak Timur merupakan salah satu kecamatan yang

berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terdiri dari 10 desa dimana

hampir keseluruhan masyarakat desa tersebut melakukan kegiatan usahatani

kelapa dalam. Salah satu desa/kelurahan yaitu desa Siau yang memiliki luas tanam

dan jumlah produksi berada di bawah rata-rata luas tanam dan produksi usahatani

kelapa Kecamatan Muara Sabak Timur. Sedangkan produktivitasnya berada di

atas rata – rata produktivitas Kecamatan Muara Sabak Timur, yaitu dengan luas

tanam 450 ha dengan produksi sebesar 990 ton, sedangkan untuk produktivitasnya

sebesar 2,20 Ton/ha Tahun 2021. (Lampiran 2).

Menurut Sunaryo (2001) bahwa selain faktor lahan, faktor yang

mempengaruhi produksi adalah tenaga kerja, modal, dan manajemen. Produksi

kelapa masih dapat ditingkatkan melalui teknologi perkebunan yang tepat,

1
penggunan bibit unggul, pengolahan lahan dan perawatan yang lebih intensif,

pengendalian hama dan penyakit, serta pemanfaatan input lainnya yang optimal.

Selama ini dalam berusatani kelapa petani belum melakukan perhitungan biaya

dan keuntungan yang baik sehingga belum bisa di pastikan besarnya biaya dan

pendapatan yang diperoleh petani. Produktivitas yang tinggi akan berpengaruh

terhadap peningkatan pendapatan petani kelapa, untuk melihat sejauh mana

perbedaan pendapatan petani usahatani kelapa di Desa Siau Kecamatan Muara

Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “Perbedaan Pendapatan Usahatani

Kelapa (Cocos Nucifera L) Monokultur Dan Non Monokultur Di Desa Siau

Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kegiatan usahatani kelapa dalam monokultur dan

non monokultur di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten

Tanjung Jabung Timur?

2. Berapa besar pendapatan petani dari usahatani kelapa dalam monokultur

dan non monokultur di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur

Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

3. Adakah perbedaan pendapatan petani dari usahatani kelapa dalam

monokultur dan non monokultur di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak

Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

2
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menggambarkan kegiatan usahatani kelapa di Desa Siau Kecamatan

Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Menganalisis besarnya biaya pendapatan pada kegiatan usahatani pepaya

di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung

Timur.

3. Menganalisis perbedaan pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani

kelapa di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti, Instansi Pemerintah

khususnya Kabupaten Tanjung Jabung Timur terkait dengan

pengembangan Ilmu Pengetahuan.

2. Sebagai bahan informasi kepada petani mengenai usahatani kelapa di Desa

Siau Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

2.1.1. Tanaman Kelapa

Kelapa merupakan tanaman yang tidak bercabang dan digolongkan dalam

terna monokotil. Batangnya yang membentuk pohon merupakan batang semu,

yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang tersusun secara teratur, percabangan

tanaman bertipe simpodial (batang poko sukar ditentukan) dengan meristem ujung

memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian buah bagian bawah batang

kelapa menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral muncul

dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman kelapa

(Kaleka, 2013).

Taksonomi dari tanaman kelapa

Kingdom : Plantea
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos Nucifera L

Morfologi kelapa menurut (Gun Mardiatmoko, 2018). Bagian-bagian dari

pohon kelapa yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah. Adapun rincian-rincian

morfologi dari tanaman pohon kelapa yaitu sebagai berikut:

1. Akar Akar kelapa merupakan akar serabut yang berjumlah sekitar 2000-4000

helai tergantung pada kesuburan tanah, iklim dan kesehatan tanaman. Bagian

dasar dari batang kelapa bentuknya membesar, kemudian dibagian dalam

tanah menciut lagi sehingga merupakan kerucut terbalik. Bagian ini di sebut

“bole” atau “root bulb”.

4
2. Batang Pada umumnya batang pohon kelapa tumbuh lurus ke atas, kecuali

pada pohon kelapa yang tumbuh di tempat-tempat tertentu seperti di pinggir

sungai, tebing dan lain-lainnya batang akan tumbuh melengkung ke arah

matahari. Batang kelapa berwarna kelabu, licin dan tinggi batang kelapa dapat

mencapai 20 meter hingga dengan garis tengah 20 cm hingga 30 cm,

tergantung varietas, iklim, tanah, dan jarak tanam. Bagian batang yang

sebenarnya dari pohon yang masih muda baru kelihatan jelas jika pohon telah

berumur 3-4 tahun, bila mana daun-daun terbawah telah gugur.

3. Daun Daun kelapa terdiri atas tangkai (petiole) dan pelepah daun (rachis).

Pada pelepah terdapat helai daun atau leoflets yang di tengahnya berlidi

(midrib). Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai

daun yang terdapat di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang di banding

yang tumbuh di pangkal atau ujung sumbu daun. Pada biji yang baru mula-

mula berbentuk 4- 6 helai daun tersusun satu membalut yang lain sehingga

merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan demikian perlu

untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah

itu menyusul secara berturut-turut 4-6 helai daunnya belum menyirip.

Kemudaian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut, ukurannya

bertambah besar.

4. Bunga Tanaman kelapa mulai berbunga berbeda-beda tergantung jenisnya.

Pada kelapa Genjah kira-kira 3-4 tahun, kelapa dalam 4-8 tahun dan kelapa

Hibrida berkisar 4 tahun. Dari ketiak daun tumbuh manggar (mayang) yang

masih tertutup seludang (spadix). Mayang adalah tangkai bunga yang

bercabang-cabang. Di mana tumbuh banyak bunga yang berwarnaputih

5
kekuningan. Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang

tumbuh bunga betina, kemudian menyusul bunga jantan pada bagian atasnya.

5. Buah Tiga sampai empat minggu setelah seludang mambuka, bunga betina

yang sudah di buahi tumbuh menjadi bakal buah. Tetapi tidak semua bakal

buah tersebut dapat tumbuh membesar, karena setengah hingga tiga per empat

dari jumlah buah akan gugur yang di sebabkan oleh serangan hama dan

penyakit,kekurangan unsur hara, kekringan, atau karena tidak sempurnanya

proses penyerbukan. Sesudah dua bulan, buah yang rontok mulai berkurang

dari buah selanjutnya mengalmi perkembangan yang dapat di bagi menjadi

tiga tahap yaitu:

Tahap I : pertumbuhan lebih mengarah kepada pemanjangan buah,

pertambahan luas sabut dan tempurung. Tahap ini berlangsung

empat sampai lima bulan.

Tahap II : pertumbuhan lebih mengarah pada pelebaran buah, sabut dan

tempurung. Enam sampai delapan bulan buah mulai berbentuk.

Tahap III : pertumbuhan memanjang sampai buah menjadi masak, penebalan

daging buah dan sabut berubah warna menjadi kecoklatan. Buah

mencapai ukuran maksimal sesudah berumur 9-10 bulan dengan

berat 3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Pada umjur 12-14 bulan

buah telah cukup masak, tetapi beratnya turun menjadi 1,5-2,5

kg dan pada umur ini buah siap untuk di panen atau gugur bila di

biarkan (Gun Mardiatmoko, 2018).

6
2.1.2. Usaha Tani

Usaha tani adalah suatu organisisai dari alam, tenaga kerja dan modal yang

ditunjukkan kepada produksi dilapangan pertanian (Hernanto, 1996). ilmu

usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumber daya

yang dimiliki petani agar berjalan secara efektif dan efisien dan menfaatkan

sumber daya tersebut agar memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya.

(Soekartawi, 2011). Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani sebagai istilah

dari perkataan farm dalam bahasa Inggris.

Berusaha tani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di

lapangan pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan

untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan produksi usaha taninya dan

penerimaan yang diperoleh dari usaha tani tersebut, karena dalam kegiatan

tersebut bertindak seorang petani yang berperan sebagai pengelola, sebagai

pekerja, dan penanam modal usahanya maka pendapatan itu dapat digambarkan

sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksinya (Soeharjono, 1999)

Usaha tani dikatakan berhasil jika dapat menghasilkan pendapatan untuk

membayar semua proses produksi yang diperlukan. Usaha tani yang baik selalu

dikatakan sebagai usaha tani yang produktif atau efisiensi. Efisiensi usaha tani

dibedakan atas efisiensi fisik dan efisiensi ekonomis. Efisiensi fisik adalah

banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari kesatuan input dan jika dinilai

dengan uang maka akan berubah menjadi efisiensi ekonomi, dengan kata lain

efisiensi ekonomi tergantung dari harga faktor produksi dan efisiensi fisik.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi usaha

tani

7
merupakan perbandingan atau rasio antara total nilai produksi dengan total biaya

produksi (Mubyarto 1989 dalam Puspitadewi, 2008).

2.1.3. Faktor Produksi

Faktor produksi sering juga disebut sebagai korbanan faktor produksi atau

input karena faktor produksi atau input tersebut dikorbankan untuk menghasilkan

produk atau output. Faktor produksi sangat menentukan besar-kecilnya produksi

yang diperoleh. Macam-macam faktor produksi dibagi ınenjadi empat yaitu

(Mubyarto, 1995):

1. Lahan (Land)

Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-

hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil

produksi ke luar. Faktor produksi lahan mempunyai kedudukan paling penting.

Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan dibandingkan

faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995). Setiap lahan memiliki potensi

ekonomi bervariasi (kondisi produksi pemasaran) karena lahan pertanian memiliki

karakteristik berbeda yang disesuaikan dengan kondisi lahan tersebut. Maka

faktor- faktornya bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu negara

ke negara yang lain. Secara umum, semakin banyak perubahan dan adopsi yang

diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tınggi pula resiko ekonomi yang

ditanggung untuk perubahan-perubahan tersebut. Kemampuan ekonomi suatu

lahan dapat diukur dari keuntungan yang didapat oleh petani dalam bentuk

pendapatannya. Keuntungan ini bergantung pada kondisi-kondisi produksi dan

Pemasaran. Keuntungan merupakan selisih antara biaya (cost) dan hasil (returns).

8
2. Tenaga kerja (Labour)

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan

perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja

dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja

perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor

Produksi tenaga kerja adalah (Mubyarto, 1995) :

a. Tersedianya tenaga kerja. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja

yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu

disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya

optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan memang masih banyak

dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin,

musim dan upah tenaga kerja.

b. Kualitas tenaga kerja dalam proses produksi, apakah itu proses produksi

barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi.

Ketersediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan untuk melakukan

pekerjaan tertentu namun tersedia dalam jumlah yang terbatas.

c. Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam

proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi

dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, den tenaga kerja

wanita menjarangkan tanaman.

d. Tenaga kerja musiman pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah

penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja

musiman.

9
3. Modal (Capital)

Dalam kegiatan proses produksi pertanian, modal dibedakan menjadi dua

macam yaiu modal tetap dan tidak tetap. Faktor produksi seperti tanah, bangunan,

dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan begitu

modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam Proses produksi

yang tidak habis dalam satu kali proses, peristiwa ini Terjadi dalam waktu yang

relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).

Sedangkan dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang di

keluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses,

misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-

obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. Besar kecilnya

modal dalam usaha pertanian tergantung dari apa yang menyebabkannya:

a. Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya

modal yang dipakai, makin besar skala usaha makin besar pula modal

yang dipakai.

b. Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian

juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.

c. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usaha tani

(Soekartawi, 2003).

4. Manajemen (science dan skill)

Manajenmen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan

melaksanakan serta mengevalusi suatu proses produksi. Karena proses produksi

ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka

manajemen

10
berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau

dalam tahapan proses produksi (Soekartawi, 2003). Faktor manajemen

dipengaruhi oleh :

a. Tingkat pendidikan

b. Pengalaman berusaha tani

c. Skala usaha

d. Besar kecilnya kredit

2.1.4. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah faktor yang dicurahkan dalam proses produksi

yang semula berbentuk fisik dan kemudian diberi nilai uang (Hernanto, 1996)

Biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dapat digolongkan menjadi 2

jenis yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang

penggunaannya tidak habis dalam satu kali masa tanam atau produksi dan besar

kecilnya tidak tergantung pada produksi. Biaya tetap dihitung berdasarkan nilai

penyusutan alat, untuk menghitung nilai penyusutan alat dapat digunakan rumus

(Sudarman, 2002)

BPA = D – S
N
Keterangan :
BPA = Biaya Penyusunan
Alat D = Nilai Perolehan
S = Nilai Sisa
N = Perkiraan Umur ekonomis

Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang habis

digunakan dalam satu kali produksi. Biaya variabel tergantung pada besar

kecilnya produksi. Penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap disebut
11
dengan biaya total. Rumus perhitungan biaya total adalah sebagai berikut

(Sudarman, 2002)

12
TC = TFC+TVC

Keterangan : TC = Total Cost (Total biaya)


TFC = Total Fixed Cost (Total biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Total biaya
variabel)

2.1.5. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani

Menurut Suratiyah (2009), untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam

usahatani dapat digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan nominal,

pendekatan nilai yang akan datang dan pendekatan nilai sekarang. Dalam

penelitian ini pendekatan yang akan digunakan dalam menghitung pendapatan

usahatani kelapa adalah dengan pendekatan nominal. Pendekatan nominal adalah

pendekatan tanpa memperhatikan nilai uang menurut waktu (Time Value of

Money). Hernanto (1996) menyatakan bahwa secara umum pertanian

mengharapkan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya akan selalu

lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan. Semakin besar penerimaan

diperoleh maka petani akan termotivasi untuk mempertahankan bahkan

meningkatkan produksinya. sebagaimana dengan kegiatan produksi lainnya yang

berorientasi ekonomis, penerimaan dalam usaha tani juga dipengaruhi oleh jumlah

produksi yang dihasilkan serta harga jual persatuan produksi.

Menurut (Samuelson dan Nardhaus 2003) untuk menghitung besarnya

penerimaan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TR = Pq.Q
Keterangan :
TR : Total Revenue atau total penerimaan
Pq : Price atau harga satuan produk
Q : Quantity atau Jumlah hasil Produksi

13
Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Menurut

(Sunaryo, 2001) pendapatan kotor usaha tani (gross farm income) didefenisikan

sebagai nilai produksi tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Pendapatan bersih (net farm income) didefenisikan sebagai selisih pendapatan

kotor usaha tani dengan pengeluaran total usaha tani.

Dalam pengolahan usaha tani pada hakekatnya petani menjalankan

perusahaan pertanian, oleh karena itu setiap kegiatan harus memperhatikan secara

ekonomis apakah produksi akan dijual seluruhnya atau dikonsumsi. Besar

kecilnya nilai produksi tergantung dari jumlah menggunakan sumber daya dengan

efisien untuk memperoleh keuntungan. Artinya aktivitas pertanian adalah

mengeluarkan uang dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih banyak. Oleh

Karena itu, analisis ekonomi sangat penting untuk menilai usaha tani. Analisis

Ekonomi adalah analisis yang membahas hasil total atau produktivitas atau semua

sumber daya yang dipakai dalam usaha tani ( Kadariah, 2003).

Menurut Hadiprayitno (1987), pendapatan usaha tani dapat dihitung dari

total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai yang

dipergunakan sendiri dikurangi dengan nilai total pengeluaran yang terdiri dari

pengeluaran untuk input (benih, pupuk dan obat-obatan).

Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total. Jadi

keuntungan ditentukan oleh dua hal yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan

penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap output, maka

keuntungan yang diterima meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dari

pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Dengan

demikian

14
keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan sama dengan perubahan

biaya (lipssey 1990).

Keuntungan, selisih antara total pendapatan dan total biaya merupakan

insentif bagi produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi

tertentu (Sunaryo, 2001).

Menurut (Boediono, 2013), untuk mencari pendapatan dapat dirumuskan

sebagai berikut :

π = TR – TC
Dimana:
π = Income atau Pendapatan (Keuntungan)
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan
TC = Total Cost atau Total Biaya

2.1.6. Uji Beda Dua Rata Tidak Berpasangan

Menurut (M Sudrajat Sw, 2000), Untuk menentukan perbedaan

pendapatan usahatani yang dilakukan, pada usahatani kelapa Monokutur dan Non

Monokultur dilakukan dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan rumus berikut

uji statistik : ƶ= 𝜒−𝑦


; db = n - 1
s2x+s2y
√ 𝑛𝑥+𝑛𝑦
.

Pengertian sampel : Sampel besar jika nx atau ny > 30

Data : susun data X, X2, Y, dan Y2 dalam bentuk kolom kolom, sesuai

dengan banyaknya sampel masinh – masing.

Asumsi : (a) sampel X dan Y ditarik secara random

(b) sampel X dan Y independen satu dengan lainnya


15
(c) sampel X dan Y menebar mengikuti sebaran normal

(d) ox dan oy tidak diketahui besarnya

(e) untuk sampel besar diasumsikan varian homogenya

Hipotesis Statistik : Ho : X1 = X2

Ha : X1 ≠ X2

Dimana : X1 = ± Pendapatan Usahatani Kelapa Monokultur

X2 = ± Pendapatan Usahatani Kelapa non Monokultur

Kaidah keputusan :
H1 : чx ≠ чy Tolak H0 jika ᴢhit ≥ ᴢ1/2 𝑥

H1 : чx = чy Terima Ha jika ᴢhit < ᴢ1/2 𝑥

2.2. Penelitian Terdahulu

Sebagai penunjang teori, pengkajian terhadap hasil penelitian terdahulu

akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai

pendekatan spesifik. Selain itu juga memberikan pemahaman mengenai posisi

peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asih Wahyuni et al. (2018) yang

berjudul Analisis Komparasi Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam Pola

Monokultur Dan Tumpang Sari Di Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung

Jabung Timur. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survei,

dan teknik pengambilan sampel secara acak (simple random sampling). Untuk

mengetahui gambaran tentang kegiatan usahatani Kelapa di daerah penelitian di

analisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalam

menganalisis data, data diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan

petani
16
ataupun menggunakan referensi yang mendukung penelitian ini, data diolah

dengan menggunakan tipe fungsi Cobb-Douglas, rumus pendapatan dan efisiensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan yang

signifikan antara petani yang menggunakan pola monokultur dan pola

tumpangsari, baik dalam hal penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani.

Penerimaan pada usahatani tumpangsari lebih besar dari penerimaan pada

usahatani monokultur, begitu juga dalam hal biaya usahatani. Biaya usahatani

pada tumpangsari lebih besar dari biaya usahatani pada monokultur. Meskipun

biaya yang dikeluarkan pada usahatani pola tumpangsari lebih besar dari biaya

usahatani yang dikeluarkan pada usahatani monokultur namun dengan adanya

tambahan penerimaan dari usahatani pinang akan menyebabkan pendapatan pada

usahatani tumpangsari juga lebih besar dari pendapatan usahatani monokultur.:

Monokultur, Tumpangsari, Kelapa Dalam.

Dalam penelitian Mohammad Fajrin et al. (2016) dengan judul penelitian

Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam Di Desa Tindaki

Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Adapun metode penelitian

yang digunakan adalah metode survei, dan teknik pengambilan sampel secara acak

(simple random sampling). Untuk mengetahui gambaran tentang kegiatan

usahatani Kelapa di daerah penelitian di analisis secara deskriptif. Hasil analisis

menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) faktor Jumlah tanaman

(X1), pupuk garam (X2) dan tenaga kerja (X3) berpengaruh nyata terhadap

produksi kelapa, dengan nilai F-hitung > F-tabel (60,758 ≥ 2,911) pada tingkat

kepercayaan 95%. Hasil pengujian t-test menunjukan bahwa secara parsial Jumlah

tanaman berpengaruh sangat nyata dengan t-hitung > t-tabel (9,722≥2,039), pupuk

garam berpengaruh sangat nyata dengan t-hitung > t-tabel (7,178 ≥ 2,039) pada

17
tingkat kepercayaan

18
95%. dan tenaga kerja berpengaruh nyata dengan t-hitung > t-tabel (1,914) > t-

tabel (1,696) pada tingkat kepercayaan 90%.Hasil analisis pendapatan

menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani kelapa dalam setiap kali musim

panen sebesar Rp.1.703.957/107 pohon./ 1,18 ha.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Roulita Ramasari Damanik et

al. (2021) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa di Kecamatan

Sungai Gelam. Pengolahan Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis pendapatan.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sungai Gelam dan dilakukan secara sengaja

(purposive). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Usahatani kelapa di

Kecamatan Sungai Gelam dilakukan secara mandiri karena belum terdapat

kelompok tani khusus pelaku usahatani pisang, umur rumpun tanaman pisang lilin

di Kecamatan Sungai Gelam rata-rata diatas 5 tahun. 2) Pendapatan usahatani

pisang lilin di Kecamatan Sungai Gelam dipengaruhi oleh jumlah penerimaan

yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Adapun pendapatan usahatani

pisang lilin di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 36.835.486,41/Ha/Tahun, 3)

Usahatani pisang lilin di Kecamatan Sungai Gelam sudah dikatakan layak untuk

diusahakan karena nilai R/C Rasio yang diperoleh lebih dari 1 yakni 2,45 dan nilai

B/C yang lebih dari 0 yakni 1,45.

2.3. Kerangka Pemikiran Operasional dan Hipotesis

Tujuan analisis perbedaan pendapatan usahatani kelapa monokultur dan

non monokulultur adalah untuk mengetahui perbedaan biaya dalam proses

produksi. Dan untuk menentukan perbedaan besarnya pendapatan, usahatani

kelapa

19
monokulutur dan non monokultur dengan metode tertentu Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

Usaha Non Monokultur


Monokultur
tani

Harga Harga Hasil Produksi


Hasil Produksi
Hasil Input Hasil

Harga Penerimaan
Penerimaan monokultur
non
Biaya Produksi monokultur Input Biaya Produksi non monokultur

Pendapatan
Pendapatan

Perbedaan Pendapatan

Gambar 1. : Kerangka Pemikiran Penelitian.

Hipotesis penelitian : Diduga ada perbedaan pendapatan pada usahatani kelapa


Monokultur dan Non Monokultur.

20
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak

Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pemilihan lokasi Penelitian ini dipilih

secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Desa Siau penduduknya

sebagian besar berkebun kelapa, dari luas tanam dan jumlah produksi nya berada

di bawah rata-rata usahatani kelapa Kecamatan Kecamatan Muara Sabak Timur,

sedangkan produktivitasnya berada di atas rata - rata produktivitas kelapa

Kecamatan Muara Sabak Timur (Lampiran 2). Lingkup penelitian ini difokuskan

pada gambaran tentang kegiatan usahatani kelapa monokultur dan non monokultur

serta perbedaan pendapatannya di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Pengambilan data akan

dilaksanakan mulai Januari 2023.

Data yang dikumpulkan tersebut meliputi:

1. Identitas petani sempel meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah

anggota keluarga.

2. Besarnya penggunaan input dan harga input produksi pada usahatani

kelapa, baik monokultur dan non monokultur.

3. Jumlah hasil dan harga produksi kelapa.

4. Data lain yang mendukung penelitian.

21
3.2. Metode, Sumber dan Jenis Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode

Survey. Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber pada data primer dan

data sekunder, data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani

Responden, berdasarkan daftar pertanyaann (kuisioner) yang sudah disiapkan

terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Balai Penyuluhan

Pertanian (BPP) dan monogrofi Desa. Untuk melengkapi data dan Informasi juga

dilakukan studi kepustakaan hasil penelitian dan bahan bacaan yang berhubungan

dengan penelitian ini. Jenis data yang digunakan data berdasarkan waktu adalah

data Cross Section yaitu data yang dikumpulkan dari beberapa tempat (sumber)

dalam waktu yang bersamaan (Budiarto 2004).

3.3. Metode Penarikan Sampel

Populasi petani yang mengusahakan tanaman kelapa monokultur dan non

monokultur di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung

Jabung Timur berjumlah 220 Rumah tangga petani (RTP). Besarnya ukuran

sampel yang diambil sesuai dengan pernyataan Winarno (2004), bahwa bila

populasi cukup homogen, untuk jumlah populasi di bawah 100 dapat di gunakan

sampel sebesar 50% dan bila populasi atas 100 dapat diambil sampel sebesar 15%

dari total populasi petani dan untuk sampel manusia diatas 30. Berdasarkan

pendapat Winarno tersebut, maka penulis mengambil sampel sebesar 15 % (32

RTP) dari total populasi petani (220 RTP). Dengan teknik pengambilan sampel

secara acak (simple random sampling) yang merupakan salah satu teknik

pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengundi populasi untuk

dijadikan sebagai sampel, 16

22
sampel dari petani kelapa monokultur dan 16 sampel dari petani kelapa non

monokultur.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini disederhanakan dengan cara

tabulasi, frekuensi dan persentase kemudian dianalisis secara deskriptif baik

kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui gambaran kegiatan usahatani

kelapa di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung

Timur Provinsi Jambi.

Untuk menghitung jumlah penerimaan usahatani dapat digunakan rumus

(Samuelson dan Nardhaus 2003) sebagai berikut:

TR = Pq.Q
Keterangan :
TR : Total Revenue atau total penerimaan Usahatani (Rp/Tahun)
Pq : Price atau harga satuan produk yang dihasilkan (Rp/Butir)
Q : Quantity atau Jumlah Hasil Produksi yang dihasilkan (Butir/Tahun)

Untuk mengetahui tentang pendapatan usahatani kelapa dihitung dengan

menggunakan rumus (Boediono, 2011) sebagai berikut:

π = TR-TC
Keterangan:
π = Income atau Pendapatan (Keuntungan)(Rp/Tahun)
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp/Tahun)
TC = Total Cost atau Total Biaya (Rp/Tahun)

Untuk mengetahui total biaya digunakan rumus (Sudarman, 2002) sebagai

berikut :

TC = TFC+TVC
Keterangan:
TC = Total cost atau total biaya (Rp/Tahun)
TFC = Total Fixed cost atau biaya tetap (Rp/Tahun)
TVC = Total Variabel cost atau biaya variabel (Rp/Tahun)

23
Untuk menghitung biaya tetap alat digunakan nilai penyusutan dengan

rumus sebagai berikut (Sudarman, 2002):

BPA = D – S
N
Keterangan:
BPA = Biaya Penyusutan Alat (Rp/Tahun)
D = Nilai Perolehan (Rp)
S = Nilai Sisa (Rp) (Asumsi=0)
N = Perkiraan Umur ekonomis (Tahun)

Untuk menghitung perbedaan pendapatan usahatani antara usahatani

Kelapa Dalam Monokultur dan Non Monokultur digunakan Uji-t0 tidak

berpasangan pada sampel besar dengan rumus sebagai berikut (M. Sudrajat Sw,

2000) :

uji statistik : ƶ= 𝜒−𝑦


; db = n - 1
s2x+s2y
√ 𝑛𝑥+𝑛𝑦

Pengertian sampel : Sampel besar jika nx atau ny > 30

Data : susun data X, X2, Y, dan Y2 dalam bentuk kolom kolom, sesuai

dengan banyaknya sampel masinh – masing.

Asumsi : (a) sampel X dan Y ditarik secara random

(b) sampel X dan Y independen satu dengan lainnya

(c) sampel X dan Y menebar mengikuti sebaran normal

(d) ox dan oy tidak diketahui besarnya

(e) untuk sampel besar diasumsikan varian homogenya

24
Hipotesis Statistik : Ho : X1 = X2

Ha : X1 ≠ X2

Dimana : X1 = ± Pendapatan Usahatani Kelapa Monokultur

X2 = ± Pendapatan Usahatani Kelapa non Monokultur

Kaidah keputusan :
H1 : чx ≠ чy Tolak H0 jika ᴢhit ≥ ᴢ1/2 𝑥

H1 : чx = чy Terima Ha jika ᴢhit < ᴢ1/2 𝑥


3.5. Konsepsi Pengukuran Variabel

Konsepsi Variabel disajikan untuk menjelaskan batasan variabel yang

diteliti. Adapun beberapa variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Petani sampel adalah rumah tangga petani kelapa monokultur dan non

monokultur di Desa Siau Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten

Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi (RTP).

2. Gambaran kegiatan usahatani kelapa adalah paparan tentang proses

produksi dari usahatani kelapa mulai dari aspek hulu, Produksi, dan hilir,

baik monokultur dan non monokultur.

3. Biaya tetap adalah biaya yang tidak habis dalam satu kali proses

produksi/biaya penyusutan peralatan, diukur dalam satuan rupiah per tahun

(Rp/Tahun).

4. Biaya variabel adalah biaya yang habis dalam satu kali proses produksi

yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/Tahun).

5. Total biaya adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan dalam pengolahan

usahatani kelapa yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel diukur

dengan satuan rupiah per tahun (Rp/Tahun).

25
6. Hasil produksi adalah butir buah kelapa yang dihasilkan oleh petani yang

diukur dalam satuan butir per tahun (Butir/Tahun).

7. Harga adalah nilai jual 1 butir buah kelapa yang diukur dalam satuan

rupiah per butir (Rp/Butir).

8. Penerimaan adalah hasil produksi kelapa dikali dengan harga dinyatakan

dalam satuan rupiah per tahun (Rp/Tahun).

9. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya diukur dalam

satuan rupiah per tahun (Rp/Tahun).

26
DAFTAR PUSTAKA

Asih Wahyuni et al. (2018). Analisis Komparasi Pendapatan Usahatani


Kelapa Dalam Pola Monokultur Dan Tumpang Sari Di Kecamatan
Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmiah Sosio
Ekonomika.
Fakultas Pertanian Universitas Jambi. ISSN : 2621-1246. Jambi.

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Muara Sabak Timur. 2022. Luas Tanam,
Produksi dan Produktivitas Kelapa Kecamatan Muara Sabak Timur 2021.
Muara Bungo.

Budiarto. E 2004. Metedologi Penelitian. EGC. Jakarta.


Boediono. (2011). Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.
BPFE. Yogyakarta.

Damanik Roulita Ramasari. et all 2021. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang


Lilin di Kecamatan Sungai Gelam. Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Jambi.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2022. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas
Kelapa Provinsi Jambi 2021. Jambi.

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanjab Timur. 2022. Luas Tanam,
Produksi dan Produktivitas Kelapa Kabupaten Tanjab Timur 2021. Tanjab
Timur.

Gun Mardiatmoko, 2018). 2018. Usaha Tanaman Pisang Penebar Swadaya.


Jakarta. Hernanto. 1993. Teori Ekonomi Produksi. CV Rajawali Press. Jakarta.
Hernanto. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hadi Prayitno. 1987. Pembangunan Ekonomi Pedesaan. BPFE. Yogyakarta.
Kadariah. 1999. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Lembaga Penelitian. Fakultas
Ui. Jakarta.
Kasim. S. 2006. Ilmu Usaha Tani. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian UNILAM. Banjarbaru.
Kaleka. 2013. Budidaya Kelapa (Mengatasi Permasalahan Praktis). Arcita. Solo.

Lipssey et al. 1990. Pengamtar Mikro Ekonomi 1 Jilid 1. Terjemahan Jaka A w d


Kibrandoko.
M. Sudrajat, SW. 2000. Statistik Pendidikan. Pustaka. Bandung.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Pustaka LP3ES. Jakarta.

27
Mohammad Fajrin et all. 2016. Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kelapa
Dalam Di Desa Tindaki Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong.
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Jurnal Agroteknologi
ISSN:2338- 3011. Palu.

Puspitadewi. 2008. Pengantar Ekonomi Ilmu Usahatani. Pustaka LP3ES. Jakarta


Samuelson dan Nardhaus. 2003. Ilmu Ekonomi Mikro Edisi 17. PT Media Global
edukasi. Jakarta.

Soeharjo. 1999. Sendi-sendi Proyek Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu


Sosial. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sunaryo. 2001. Pembangunan Masyarakat Tani. Ilmu Sosial Ekonomi


Pertanian IPB. Bogor.
Sudarman. 2002. Ekonomi Mikro-Makro. BFFE Yogyakarta.

Suratiyah K. 2011. Ilmu Usahatani. Ilmu Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Luas Tanam, Produksi dan Produktifitas Tanaman Kelapa


Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2021

Luas Tanam Produksi Produktivitas


No Kecamatan
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

1 Muara Sabak Timur 12.252 21.890 1,78


2 Muara Sabak Barat 14.908 25.202 1,69
3 Kuala Jambi 1.101 3.960 3,59
4 Dendang 4.875 7.750 1,58
5 Mendahara Ulu 9.952 22.500 2,19
6 Mendahara 5.047 17.660 2,26
7 Geragai 15.491 28.890 1,86
8 Rantau Rasau 3.416 5.981 1,75
9 Berbak 17.616 32.260 1,83
10 Nipah Panjang 9.443 19.220 2,03
11 Sadu 2.486 4.350 1,74
Jumlah 96.587 189.663
Rata-rata 878 1.567 1,96
Sumber : Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
2022.

29
Lampiran 2. Luas Tanam, Produksi dan Produktifitas Tanaman Kelapa
Di Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2021

Luas
Produksi Produktivitas
No Nama Desa Tanam
(Ton) (Ton/Ha)
(Ha)

1 Siau 450 990 2,20


2 Alang-alang 566 1260 2,23
3 Kota Harapan 456 970 0,21
4 Kota Raja 556 1150 2,06
5 Kuala Simbur 550 1140 2,07
6 Lambur I 755 1400 1,85
7 Lambur II 655 1255 0,18
8 Muara Sabak Ilir 670 1270 1,89
9 Muara Sabak Ulu 795 1300 1,63
10 Simbur Naik 480 596 0,73
11 Sungai Ular 500 844 0,73
Jumlah 12.252 21.890

Rata-rata 680 1.216 1.78


Sumber : Balai Penyuluh Pertanian, Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur 2022.

30
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI KELAPA (Cocos nucifera L)


MONOKULTUR DAN NON MONOKULTUR
DI DESA SIAU KECAMATAN MUARA SABAK TIMUR
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Responden yang terhormat,


I. Identitas Responden
Saya Ryan Septriandri Saputra, Mahasiswa program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
1. Nama :
Universitas Batanghari Jambi, sedang mengadakan penelitian sebagai bagian dari skripsi
2. Umur :
saya. Saya mohon kesediaan anda untuk berpartisipasi dengan mengisi kuisioner ini secara
3. Pendidikan Terakhir :
lengkap dan benar. Semua informasi bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
4. Pekerjaan Pokok :
akademik. Atas bantuannya, saya ucapkan terima kasih.
5. Pekerjaan Sampingan :

6. Jumlah Tanggungan Keluarga : Orang

7. Luas Lahan yang di tanami :

8. Status Kepemilikan Lahan : Pribadi/Menyewa/Bagi Hasil

31
II. Gambaran Usaha Tani Kelapa

A. Aspek Hulu

1. Apa jenis bibit tanaman kelapa yang ditanam?

2. Dari mana bibit tersebut didapat?

3. Dari mana sumber modal dalam usahatani kelapa?

4. Dari mana tenaga kerja diperoleh dalam usaha tani kelapa (dari dalam

keluarga atau dari luar keluarga)?

5. Alat apa saja yang digunakan dalam usahatani kelapa?

6. Jenis pupuk dan obat-obatan apa saja yang digunakan dalam proses

pemeliharaan tanaman kelapa?

7. Berapa harga bibit kelapa tersebut?

8. Berapa harga pupuk yang digunakan dalam proses pemeliharaan tanaman

kelapa?

9. Berapa harga obat-obatan yang digunakan dalam proses pemeliharaan

tanaman kelapa?

B. Aspek On Farm

1. Pengolahan Lahan

Bagaimana proses pengolahan lahan tanaman kelapa yang digunakan

(menggunakan mesin atau manual)?

2. Penanaman

a. Berapa jarak tanam bibit tanaman kelapa?

b. Berapa jumlah batang kelapa yang ditanam per hektar?

c. Bagaimana proses pemeliharaan tanaman kelapa dilakukan?

32
d. Berapa jumlah pupuk yang digunakan dalam proses pemeliharaan

tanaman kelapa dalam satu musim tanam?

e. Berapa jumlah obat-obatan yang digunakan dalam proses

Pemeliharaan kelapa?

3. Pemanenan

a. Berapa jumlah produksi buah butir kelapa per batang?

b. Apa saja alat bantu yang digunakan untuk melakukan pemanenan

kelapa?

c. Berapa upah panen?

C. Aspek Hilir

1. Berapa harga jual kelapa per butir?

2. Bagaimana sistem transportasi yang digunakan petani untuk menjual hasil

produksi?

3. Produksi kelapa dijual kemana? Dibawa sendiri ke pasar atau di jual ke

tengkulak?

4. Berapa biaya transportasi hasil panen saat mendistribusikan ke produsen?

5. Bagaimana sistem pembayaran pada saat penjualan?

33
III. Biaya Produksi

1. Biaya Tetap

Jumlah Harga Satuan Jangka Umur Biaya Penyusutan


No Jenis Alat (Unit) (Rp/Unit) Ekonomis (Bulan) (Rp/Bulan

2. Biaya Tidak Tetap

Jumlah Harga Satuan Biaya Tidak Tetap


No Jenis input (Unit) Satuan (Rp) (Rp/Bulan

34

Anda mungkin juga menyukai