Anda di halaman 1dari 15

PENGAMATAN MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SERTA

HAMA DAN PENYAKIT YANG MENYERANG DI DESA


KALIMAS DAN DESA PUNGGUR KECIL KABUPATEN
KUBU RAYA

Oleh:

IRVANJI
4201523019

PROGRAM STUDI DIV BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki
peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat
diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian
tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Demikian besar manfaat
tanaman kelapa sehingga ada yang menamakannya sebagai pohon kehidupan
(Asnawi dan Darwis, 1985).
Desa kalimas terletak pada arah utara dari Kabupaten Kubu Raya dengan
jarak tempuh ± 40 Km, dari Kecamatan Sungai Kakap berjarak ± 4,5 Km, dari
Ibu Kota Provinsi berjarak± 27,5 Km. Secara geografis Desa Kalimas
memiliki luas wilayah 4.565 ha dengan rincian Perkampungan(771 ha),
Perkebunan (2185 ha), Pekarangan (239 ha), Tanah Pertanian (1370 ha),
dengan luas wilayah tersebut maka masyarakat kebanyakan bekerja pada
bidang pertanian, meskipun demikian disamping bertani ada juga yang
berprovesi sebagai buruh, nelayan, wiraswasta, dan ada juga yang menjadi
PNS, TNI/POLRI.
Morfologi tanaman kelapa terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah.
Pohon kelapa tidak memiliki akar tunggang, tetapi akar serabutnya sangat
banyak, mencapai 4000-7000 helai pada pohon yang telah dewasa. Banyak
sedikitnya perakaran tergantung pada keadaan pertumbuhan tanaman dan
kesuburan tanah. Ketebalan rata-rata akar serabut ini adalah 1 cm dengan
panjang antara 3-15 m. Pertumbuhan batang pohon kelapa selalu mengarah
keatas dan tidak bercabang. Hal ini disebabkan karena pohon kelapa hanya
memiliki satu titik tumbuh yang terletak pada ujung batangnya. Batang
berangsur-angsur memanjang dan membesar sampai mencapai ketinggian 30
meter atau lebih dengan diameter batang antara 30-40 cm tergantung pada
jenis (varietas) kelapanya. Di bagian ujung pohon kelapa berturut-turut akan
tumbuh daun-daun yang berukuran besar dan lebar. Daun duduk melingkari
batang dengan pangkal daun mengumpul pada batang. Bagian-bagian daun
terdiri dari tangkai/pelepah daun yang bagian pengkalnya melebar dan
tulang/poros daun serta helai daun yang menyirip berjumlah 100-130 lembar
(Setyamidjaja, 1984).
Pengembangan kelapa sebagai salah satu komoditas andalan sektor
perkebunan, peningkatan produktivitas dan kualitas kelapa menjadi tujuan
utama. Salah satu kendala yang dihadapi dalam usaha peningkatan
produktivitas kelapa adalah karena adanya serangan hama dan penyakit
tanaman kelapa (Suryana, 2005).
Ada beberapa hama penting yang menyerang tanaman kelapa, diantaranya
adalah hama Sexava sp. dan O. rhinoceros. Kerugian yang ditimbulkan hama
ini cukup berarti, sehingga perlu diperhitungkan dalam usaha perkebunan
kelapa di Indonesia. Hama Sexava sp. pertama kali ditemukan di daerah
Sangihe Talaud pada tahun 1927. Hama O. rhinoceros pertama kali ditemukan
di daerah Asia Tenggara, dan serangan berat terjadi pada tahun 1946
(Kalshoven, 1981).
Berdasarkan masalahd diatas maka dilakukan pengamatan morfologi
tanaman kelapa, morfologi buah kelapa dan hama dan pennyakit yang
menyerang tanaman kelapa. Pengamatan dilakukan di perkebunan kelapa
milik rakyat yang terletak di desa Kalimas kecamatan sungai kakap kabupaten
Kubu Raya.
1.2 Tujuan
Praktikum ini yaitu bertujuan untuk mengetahui morfologi tanaman kelapa
dan mengetahui gejala serangan hama dan penyakit tanaman kelapa.
BAB II

MOTEDOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Januari 2018, bertempar di
Desa Punggur Kecil dan Desa Kalimas kecamatan Sungai Kakap Kabupaten
Kubu Raya.
2.2 Alat dan Bahan
1. Alat e. Camera/Handphone
a. Parang 2. Bahan
b. Pulpen a. Buku
c. Penggaris b. Pohon kelapa
d. Gelas ukur c. Buah kelapa muda
2.3 Cara Kerja
1. Pengamatan Serangan Hama dan Penyakit
- Dicari objek masing-masing bagian tanaman yang terkena penyakit atau
hama.
- Kemudian difoto bagian yang telah dideteksi tadi baik dari efek
serangan dan jenis hamanya
- Ditulislah kedalam kertas kerja, dari nama hama atau penyakitnya serta
deskripsikan gejala serangan.
2. Pengamatan Morfologi Buah Kelapa
- Diambil satu tandan buah kelapa muda dan pilih bagian atas, tengah
dan bawah buah.
- Disetiap masing-masing buah diukur satu persatu panjang buahnya,
kemudian tulis dilembar kerja.
- Dibuka ujung buahnya untuk mengambil air, setelah itu masukan air
kedalam gelas ukur, kemudian tulis kedalam lembar kerja.
- Buah kelapa dibelah dua untuk melihat dan mengukur morfologinya
baik exocarp, mesocar, pendocarp, testa dan meat. Setelah itu tulis
kelembar kerja.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Morfologi tanaman kelapa
No Bagian Gambar
1 Daun

2 Bunga

3 Buah

4 Batang

5 Akar
2. Morfologi buah kelapa
No Meat Exocarp Mesocarp Endocarp Water
1 400 ml
4 mm 5 mm 3,8 cm 3 mm
pangkal
2 400 ml
4 mm 4 mm 3,5 cm 3 mm
Tengah
3 420 ml
4 mm 5 mm 4,3 cm 4 mm
Ujung
rataan 4 mm 4,66 mm 3,86 3,33 406,66 ml

3. Serangan hama dan penyakit kelapa


No Gambar Keterangan
1 Serangan hama tupai
pada buah kelapa

2 Serangan kumbang
badak

3 Penyait bercak daun


kelapa.

3.2 Pembahasan
1. Morfologi tanaman kelapa
A. Daun
Pertumbuhan dan pembentukan mahkota daun, dimulai
sejak biji berkecambah dan pada tingkat pertama membentuk 4 – 6
helai daun. Daun tersusun saling membalut satu sama lain,
merupakan selubung dan memudahkan susunan lembaga serta akar
menembus sabut pada waktu tumbuh. Daun kelapa tersusun
majemuk, menyirip, berwarna kekuningan jika masih muda dan
berwarna hijau tua jika sudah tua. Manfaat daun kelapa sangat
banyak sebagai bahan kerajinan tangan seperti hiasan, atap rumah,
sapu, keranjang (Foale et al., 2011). Hal tersebut sesuai dengan apa
yang dijumpai dilapangan yang menunjukan bahwa daun kelapa
tersusun majemuk, menyirip, berwarna kekuningan jika masih
muda dan berwarna hijau tua jika sudah tua.
B. Bunga
Bunga kelapa pada dasarnya merupakan bunga tongkol
yang dibungkus oleh selaput upih yang keluar dari sela-sela
pelepah daun. Bunga kelapa tergolong bunga serumah (monoeous),
artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu bunga. Bunga
tersusun dalam karangan bunga yang disebut mayang atau manggar
yang berturut-turut tumbuh keluar dari ketiak-ketiak daun.
Karangan bunga terdiri dari induk tangkai bunga dan bercabang-
cabang sebanyak 30-40 helai. Tiga sampai empat minggu setelah
manggar menbuka, bunga betina talah dibuahi dan mulai tumbuh
menjadi buah (Rukmana dan Yudirachman, 2004). Hal tersebut
sesuai dengan apa bunga kelapa yang dijumpai di lapangan pada
saat praktikum.
C. Buah
Buah merupakan bagian utama dari tanaman kelapa yang
dimanfaatkan sebagai bahan industri. Beberapa komponen dari
buah kelapa adalah sebagai berikut sabut, tempurung, daging buah
dan air kelapa. Komponen buah kelapa tersebut memiliki manfaat
yang penting dan bernilai. Sabut kelapa (Mesocarpium) merupakan
bagian terluar dari buah kelapa yang membungkus tempurung
kelapa dengan ketebalan sabut kelapa bervariasi berkisar antara 4-6
cm. Sabut kelapa memiliki serat-serat halus yang dapat digunakan
sebagai bahan pembuat karpet, karung, sikat dan keset. Daging
buah adalah komponen utama dari kelapa yang dapat diolah
menjadi berbagai macam produk bernilai ekonomi yang tinggi
seperti minyak goreng, VCO, santan, selai, es kelapa muda
(Allorerung et al., 2006). Hal tersebut sesuai dengan buah kelapa
yang dijumpai dilapangan pada saat praktikum dilapangan.
D. Batang
Batang pohon kelapa merupakan batang tunggal, tetapi
terkadang dapat bercabang. Pada umumnya, batang kelapa
mengarah lurus ke atas dan tidak bercabang karena pertumbuhan
batang kelapa berasal hanya dari 1(satu) titik tumbuh yaitu
meristem apikal yang terdapat pada bagian tengah ujung batang,
kecuali pada tanaman di pinggir sungai, tebing dan lain-lain,
pertumbuhan tanaman akan melengkung menyesuaikan arah sinar
matahari. Berdasarkan karakter batang kelapa dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu kelapa Dalam (Tall) dan kelapa Genjah
(Dwarf).
Kelapa Dalam (Tall) memiliki ciri pada pangkal batangnya
membesar (disebut bole), umumnya memiliki batang yang
tingginya sekitar 15-30 meter sedangkan kelapa Genjah memiliki
ciri pangkal batangnya tidak membesar atau tidak ada bole
umumnya memiliki batang yang tinggi sekitar 5-10 meter, dari
hasil silang kedua tipe tersebut disebut kelapa Hibrida yang
memiliki ciri mirip dengan kelapa Genjah. Batang pohon kelapa
banyak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, bahan
mebel dan jembatan (Foale and Harries, 2014).
E. Akar
Tanaman kelapa yang baru bertunas mempunyai akar
tunggang. Namun perkembangan akar tersebut makin lama akan
dilampaui oleh akar-akar yang lain, sehingga fungsi dan bentuknya
sama seperti akar serabut biasa. Hal ini sesuai dengan akar kelapa
yang dijumpai di lapangan bahwwa akar kelapa memiliki sistem
perakaran yang serabut dan teori menunjukan bahwa jumlah kar
tanaman kelapa berkisaran 2000-4000 helai. Sebagian besar akar
serabut tanaman kelapa tumbuh mendatar dekat permukaan tanah.
2. Morfologi buah kelapa
Pertumbuhan buah kelapa melalui tiga fase yaitu;

 Fase pertama, berlangsung selama 4-6 bulan. Pada fase ini bagian
tempurung dan sabut hanya membesar dan masih lunak. Lubang
embrio juga ikut memesar dan beisi penuh air
 Fase kedua, ber;angsung selama 2-3 bualan. Pada fase ini bagian
tempurung berangsur-angsur menebal tetapi belum keras betul
 Fase ketiga, pada fase ini putih lembaga atau endosperm sedang
dalam penyusunan, yang dimulai dari pangkal buah berangsur-
angsur menuju ke ujung. Pada bagian pangkal mulai tampak
terbentuknya lembaga, warna tempurung berubah dari putih
menjadi coklat kehitaman dan bertambah keras.

Gambar 1.

Berdsarkan data yang didapat pada saat praktikum pengamatan


morfologi buah kelapa yang dilakukan di Desa Punggur Kecil,
maka hasil yang didapat pada saat pengukuran pada buah kelapa
muda dengan letak/posisi kelapa yang berbeda. Kelapa pertama
yang diukur pada bagian pangkal tandan buah kelapa, airnya
sebanyak 400 ml, exocarp 5 mm, mesocarp 3,8 cm, endocarp 3
mm, dan daging buah tebalnya 4 mm. Sedangkan kelapa yang
kudua yaitu pada bagian tengah tandan kelapa airnya sebanyak 400
ml, exocarp 4 mm, mesocarp 3,5 cm, endocarp 3 mm, dan daging
buah tebalnya 4 mm. Sedangkan kelapa yang terakhir yaitu buah
kelapa pada bagian ujung tandan kelapa airnya sebanyak 420 ml,
exocarp 5 mm, mesocarp 4,3 cm, endocarp 4 mm, dan daging buah
tebalnya 4 mm. Dari ketiga buah kelapa yang diukur dengan posisi
buah kelapa yang berbeda menunjukan bahwa ukuran kelapa yang
paling ujung tandan buah kelapa ukurannya lebih bedar dari buah
kelapa yang berada pada pangkal tandan kelapa dan bagian tengah.
Hal ini disebabkan karena buah kelapa yang paling ujung tidak
terganggu peetumbuhannya oleh buah yang laing atau tidak terjepit
oleh buah kelapa yang lain.

Berdasarkan data yang didapat maka rata-rata dari ketiga buah


kelapa yang di ukur adalah airnya sebanyak 406, 66 ml, exocarp
4,66 mm, mesocarp 3,86 cm, endocarp 3,33 mm, dan daging buah
tebalnya 4 mm. Hal ini sesuia dengan tori yang menujukan
bahwwa morfologi buah kelapa berkisaran. Daging buah kelapa
berwarna putih dan strukturnya tebal. Struktur buah kelapa itu sendiri terdiri
atas empat bagian, yaitu: Epicarp buah, yaitu kulit bagian luar yang
permukaannya licin agak keras dan tebalnya 1/7 mm. Mesocarp,
yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut, terdiri dari serat-serat
yang keras tebalnya 3-5 cm. Endocarp yaitu bagian tempurung
yang keras sekali, tebalnya 3-6 mm. bagian dalamnya melekat pada
pada kulit luar dari biji/endosperm. Putih lambaga atau endosperm
yang tebalnya 8-10 mm.

Komposisi buah kelapa yang telah tua bobotnya biasanya


terdiri dari ; 35% sabut, 12% tempurung, 28% endosperm, dan
25% air. Sedangkan endosperm mengandung ; 52% air, 34%
minyak, 3% protein, 1,5% zat gula dan 1% abu. Adapun air kelapa
mengandung 2% gula, 4% zat kering dan zat abu (Setyamidjaja,
1984).

3. Serangan hama dan penyakit kelapa


A. Gejala Serangan Bajing Kelapa (C. notatus)
Hama bajing kelapa merupakan hama kebun yang cukup serius
karena hama ini menurunkan produksi dengan cara melubangi dan
memakan buah kelapa yang masih muda maupun yang tua. Selain itu
bajing kelapa juga dapat merusak tajuk. Gejala serangan hama bajing
pada buah kelapa tampak terbentuknya lubang yang cukup lebar dan
tidak teratur dekat dengan ujung buah (Gambar 2), sedang jika yang
menyerang tikus maka lubang yang terbentuk lebih kecil serta tampak
lebih teratur/rapi.

A B
Gambar 2. C. notatus (a) Gejala serangan C. notatus (b)
Pengendalian Hama Bajing Kelapa (C. notatus)
Dalam menekan perkembangan hama bajing kelapa (C. notatus) yang
menyerang tanaman kelapa dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
pengendalian antara lain :
1. Sanitasi dengan melakukan perawatan kebun dengan membersihkan
tempat-tempat yang menjadi sarang bajing kelapa.
2. Pemanfaatan musuh alami predator dari golongan karnivora seperti
anjing, serigala, burung hantu, burung elang dan ular (Tamura dan
Yong , 1993)
3. Pengendalian secara mekanis yaitu pengendalian dengan menggunakan
alat perangkap, berburu, gropyokan dan umpan-umpan beracun
(Setyamidjaya, 1986)
4. Pengendalian secara kimia merupakan alternatif terakhir yaitu
menggunakan rodentisida dan kemosterilan sebagai bahan pemandul.
B. Oryctes rhinoceros
Selama pengamatan di areal perkebunan kelapa yang
terletak di Desa Kalimas sampel dapat dilihat bahwa hama yang
merusak tanaman kelapa selain Tupai. juga terdapat hama O.
rhinoceros dengan gejala serangan sebagai berikut: daun-daun
kelapa tampak terpotong-potong seperti digunting membentuk
kipas atau berbentuk huruf V terbalik (Gambar 2).

Gambar 3. Gejala serangan O.rhinoceros


Menurut pendapat Umiarsih (2011), daun yang terserang
hama O. rhinoceros nampak seperti tergunting akan lebih jelas
terlihat sesudah pelepah daun terbuka dan bentuk guntingan
berbentuk huruf “V”, hal ini merupakan ciri khas dari serangan
hama O. rhinoceros. Hama O. rhinoceros selain menyerang
tanaman kelapa, juga menyerang jenis-jenis palma lainnya seperti
sagu, pinang, kelapa sawit dan tebu. Menurut Kartasapoetra (1987)
bahwa hama O. rhinoceros selain memakan daun kelapa juga
bagian buah yang masih muda, sehingga buah mengalami
kegagalan, kering terpaksa dan kalau dikupas sangat sukar,
biasanya buah-buah tersebut jatuh sebelum waktunya.

C. Penyakit bercak daun


Penyebab: cendawan Pestalotia sp., Gloeosporium sp.,
Helminthosphorium sp., Fusarium sp., Thielaviopsis sp.,
Curvularia sp., dan Botrydiplodia sp. Penyebaran penyakit ini
melalui penyebaran spora melalui udara, air ataupun serangga.
Gejala: (1) pada daun muda dan tua terdapat becak-becak dalam
berbagai bentuk dan rupa; (2) pada berbagai bagian daun terjadi
perubahan warna, mula-mula berupa bintik-bintik kuning,
kemudian hijau yang berangsur hilang; (3) bintik-bintik
meninggalkan bekas terang berupa warna tertentu seperti hitam,
abu-abu dan coklat. Bagian tersebut kemudian kering karena
jaringan mati; (4) bentuk pinggiran becak-becak tidak teratur, ada
yang berupa lingkaran, oval, lonjong atau belah ketupat; (5) pada
serangan berat seluruh mahkota dan daun kelihatan kering, daun-
daun dalam keadaan mennutup. Pada tanaman yang telah berbuah,
akibat tidak langsung buah-buah muda atau putik gugur sebelum
waktunya. Pengendalian: (1) memotong bagian daun yang
terserang, kemudian dibakar sampai habis; (2) tanaman disemprot
dengan fungisida, misalnya Dithane M-45, Difotan 4F, Koper
Oxychlorida atau Cobox 50, dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil data pengamatan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
tanaman kelapa memiliki morfologi akarnya serabut, batang tunggal lurus
ke atas, daun majemuk, bunya jantan bentuknya lonjong dan bunga betina
agak bulat, dan Buah pada tanaman ini berwarna hijau atau kuning
tergantung variatesnya dan jika berwaran kecoklatan bahwa menunjukan
buah tersebut sudah tua. Hama dan penyakit yang menyerang perkebunan
kelapa di Desa Klimas adalah hama Tupai, Oryctes rhinoceros, dan bercak
daun kelapa.
DAFTAR PUSTAKA

Allorerung (Ed.). 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa.


Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
Asnawi, S. dan S.N. Darwis. 1985. Prospek Ekonomi Tanaman Kelapa dan
Masalahnya di Indonesia. Balai Penelitian Kelapa : Manado
Foale M & Harries H (2011) (revised). Farm and forestry production and
marketing profile for coconut (Cocos nucifera). Dalam Elevitch CR
(eds)Specialty Crop for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture
Resource (PAR), Holualoa, Hawai’i.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Houve
Jakarta.
Kartasapoetra, A.C. 1987. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi
Aksara Jakarta.
Rukmana, H. Rahmat dan Yudirachman, H. Herdi. 2004. Budi Daya
Kelapa Kopyor. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang.
Setyamidjaja, Djoehana. 1989. Bertanam Kelapa, Budidaya dan
Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.
Suryana, A. 2005. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Kelapa di Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional PHT Kelapa.BALITKA,Manado 30 November
2005.1-20
Tamura., NH. Young. 1993. Vocalizations in response to predators in three
species of Malaysian Callosciurus (Sciuridae). Journal of Mammalogy, 74
(3) : 703 – 714
Umiarsih. 2011. Hama Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) di Indonesia.
https://umiarsih.wordpress.com/2011/12/. di askes 14 Februari 2013.

Anda mungkin juga menyukai