Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIPERTENSI”

OLEH:

SULFIANA
BT 2101028
2A

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2023
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Preeklamsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension
(PIH) kehamilan atau toksemia kehamilan, ditandai dengan Tekanan darah
meningkat, oedema, bahkan adanya proteinuria. Biasanya preeklamsia
terjadi pada ibu yang usia kehamilannya 20 minggu keatas atau tiap
triwulan dari kehamilan, pada kehamilan 37 minggu tersebut umumnya
preeklamsia biasa terjadi hingga minggu pertama setelah persalinan
(Lalenoh, 2018).

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita


hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan
proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan (Muzalfah et al, 2018).

Preeklampsia menurut Sarwono P (2011) merupakan kelainan


multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya
hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya. Pada kasus preeklampsia,
biasanya gejala akan muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu
(Nurarif, 2016).

Klasifikasi Menurut (Nurarif, 2016) dalam bukunya menjelaskan


preeklampsia dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Preeklampsia Ringan Pada kondisi ini terjadi peningkatan pada


tekanan darah 140.90 mmHg atau lebih yang diukur dengan posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolic mencapai 15 mmHg
atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Selanjutnya
adalah ditemukannya edema umum pada kaki, jari tangan, dan muka
atau kenaikan berat badan mencapai 1 kg atau lebih. Proteinuria pada
kondisi ini juga bias ditemukan, dengan kwantitatif 0,3 gr atau lebih
per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2. Preeklampsia Berat Pada kondisi ini bila salah satu diantara gejala
atau tanda ditemukan pada ibu hamil kemudian diikuti dengn adanya
tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih dari 3g/liter, oliguria
dengan jumlah urin< 100.000/m

B. Etiologi
Preeklampsia hingga saat ini belum diketahui dengan pasti
penyebabnya. Tetapi preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan
penyakit pada kehamilan pertama (nullipara) yang biasanya penyakit ini
dialami oleh wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu remaja
belasan tahun atau wanita di atas 35 tahun (Lalenoh, 2018).

C. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat kepekaan yang lebih tinggi terhadap
bahan-bahan vasoaktif, dibandingkan kehamilan normal. Fakta ini telah
dibuktikan dengan penelitian prospektif dengan memakai bahan vasoaktif
katekolamin atau angiotensin II. Desakan darah normal terjadi kenaikan
yang tinggi dari renin plasma, aktivitas renin, substrak renin, angiotensin II
dan aldosterone. Tingginya kadar tersebut menyebabkan vasodilatasi
akibat dari diikutinya kenaikan yang cukup tinggi pada volume plasma.
(Muzalfah et al, 2018).

Pada kehamilan normal, tahanan vaskuler dalam darah otak tidak


berubah, tetapi pada kehamilan dalam hipertensi tahanan
vaskulermeningkat dalam otak hingga mencapai 50%. Aliran darah ke
plasenta tergantung dari desakan darah ibu. Yang memberi desakan perfusi
sebanding dengan aliran darah ke plasenta. Pada preeklampsia juga terjadi
peningkatan hematokrit dimana perubahan pokok pada preeklampsia yaitu
mengalami spasme pembuluh darah, dan perlu adanya suatu usaha untuk
meningkatkan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan tercukupi. Hal ini
disebut dengan spasme pembuluh darah, yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada organ, antara lain:
1. Otak
2. Ginjal
3. Uri
4. Paru
5. Hepar

D. Manifestasi klinis
Menurut Gustri. (2016) peningkatan tekanan darah pada kasus
preeklampsia yang menjadu tanda klinis utama, ada beberapa gejala
lainnya dari preeklampsia yaitu :
1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang
diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal.
2. Gangguan penglihatan pada pasien hingga terjadinya kebutaan
sementara
3. Gelisah pada ibu
4. Nyeri perut pada bagian ulu hati
5. Ganguan pernafasan akibat dari oedema pada paru
6. Gangguan kesadaran
7. Gangguan fungsi ginjal akibat dari proteinuria

E. Komplikasi
Menuru Nur, A. F., & Arifuddin, A. (2017).Komplikasi dari preeklamsia
yaitu;
1. Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP
b. Eklampsia
c. Penyakit kardiovaskuler
d. Kegagalan pada organ
e. Gangguan pembekuan darah
f. Solusio plasenta
g. Stroke
2. Bagi Janin
a. Terjadinya bayi lahir secara premature
b. Kematian pada janin
c. Pertumbuhan yang terhambat pada janin
d. Asfiksa neonatorum

F. Pemeriksaan diagnostic
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada preeklampsia
adalah sebagai berikut (Nurarif, 2016) :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin dengn nilai rujukan wanita hamil
adalah 12-14gr%
2) Hematokrit meningkat dengan nilai rujukan 37-43 vol%
3) Trombosit menurun dengan nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b. Urinalisis Ditemukan protein dalam urin
c. Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat
2) LDH (Laktat Dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamate prufat transaminase (SGPT) meningkat
(N=15-45 u/ml)
5) Serum glutamate oxaloacetic transaminase (SGOT)
meningkat (N=f)
d. Total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dl)
e. Tes kimia darah Asam urat meningkat (N=2,4-2,7 mg/dl)
2. Radiologi
a. Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin
intrauterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat
dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung bayi lemah
G. Penatalaksanaan medik
Menurut (Nurarif, 2016) tujuan utama dari penanganan
preeklampsia adalah mencegah terjadinya eklampsia, melahirkan bayi
tanpa adanya asfiksia, dan mencegah mortalitas maternal dan perinatal.
Penatalaksanaan pada preeklampsia menurut (Nurarif, 2016) adalah
sebagai berikut :
1. Istirahat di tempat tidur dengan metode tirah baring kiri kanan.
Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah
ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat , tekanan vena pada
ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan menurun.
2. Memantau tanda-tanda vital, refleks dan DJJ
3. Pemberian obat sedatif, antihipertensi, klorpromazin, dan larutan
magnesium sulfat (MgSO4).
4. Monitor keadaan janin
KONSEP MEDIS POST PARTUM
A. Definisi
Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai sama
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil dimana tubuh menyesuaikan baik fisik
maupun psikososial terhadap proses melahirkan kira-kira selama 6
minggu. ( Bari S A, 2016)
Post partum merupakan periode waktu yang diperlukan untuk
pulihnya organ- organ reproduksi kembali pada keadaan semula (tidak
hamil) yang lamanya 6 minggu setelah bayi dilahirkan dapat juga disebut
dengan masa nifas (peurperium) (Rahmi, 2019).
Post partum atau masa nifas adalah masa setelah melahirkan
plasenta dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. (Chalik, 2017).

B. Etiologi
Etiologi post partum menurut Oktarina M, (2016):terbagi menjadi 2
yaitu:
a. Post partum dini
Post partum ini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan
lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta,
ubinvolusi di daerah insersi plasenta dari luka bekas seksio sesaria

C. Patofisiologi

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar


untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempura sehinga pedarahan terjadi terus
menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang
sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.(Rahmi,
2019).

D. Manifestasi Klinik
Menurut Mochtar (2016) Manifestasi Klinik dari post partum yaitu:
a. Perubahan pada mammae
b. Perubahan pada dinding perut
c. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
d. Antonia Uteri Uterus
berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir
e. Robekan jalan lahir
Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi
lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-
kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
f. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi
uterus baik.
g. Tertinggalnya sisa plasenta
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,
perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

E. Komplikasi
Menurut Chalik (2017) komplikasi ibu post partum yaitu:
a. Pendarahan
b. Risiko infeksi
c. Rupture pervagina
d. Retensio plasenta
e. Robekan serviks
f. Rupture uteri
g. Trauma jalan lahir

F. Test Diagnostik
Menurut kumalasari (2015) pemeriksaan diagnostic pada post partum
spontan yaitu:
a. Laboratorium
Pada post partum yang biasa di ukur yaitu kadar Hb, hematokrit,
kadar leukosit, golongan darah

G. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan Medik post partum yang mengalami rupture
perineum setelah melahirkan menurut Mochtar ( 2016), diantaranya dapat
dilakukan dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan
memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah
vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat
dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum
adalah:
a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir,
segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta
atau plasenta lahir tidak lengkap.
b. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada
jalan lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum
spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya:
a. Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin
menandakan preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan
terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena Untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan menjaga agar
jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer
Laktat.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian Pasien partum menurut Reni Yuli Aspiani (2017)
a. Biodata yang mencakup identitas pasien meliputi Identitas isteri dan
suami Berisi nama serta latar belakang pendidikan, pekerjaan suku
dan agamam serta alamat yang lengkap. Hal ini berguna agar saat
pemberian asuhan dapat diberikan dengan memperhatikan social
budaya dan ekonomi. Pencantuman 58 alamat lengkap akan
memudahkan dalam kunjungan rumah dan kondisi yang
mengharuskan tindak lanjut di rumah pasien. Biodata berisi: Istri :
nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ras, dan alamat
Suami : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ras, dan
alamat
b. Keluhan utama: Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang Kefasilitas pelayanan kesehatan. Kaji apa yang
menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan bagaimana pengaruhnya
pada ibu. Seperti : ibu merasa nyeri pada perineum akibat adanya
jahitan luka jalan lahir, demam, keluar darah segar dan banyak dan
infeksi luka jaihtan dan lain-lain
c. Riwayat keluhan utama
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
e. Riwayat menstruasi
f. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa,
Usia mulai hamil, Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
g. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta, Riwayat persalinan meliputi: Tua
kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada
kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir, Riwayat nifas meliputi: Keadaan
lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi
ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
h. Riwayat Kehamilan sekarang
i. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat.
j. Pengkajian pada pola aktivitas sehari-hari meliputi:
1) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum yang
meliputi nafsu makan, frekuensi, banyak, jenis makanan dan
juga pantangan makanan.
2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar dan kebiasaan buang air kecil, meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, warna dan bau, apakah terjadi
diuresis setelah melahirkan, apakah terjadi retensi urine karena
takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan, dan kebiasaan
penggunaan toilet.
3) Istirahat tidur Menggambarkan pola istirahat dan tidur klien,
berapa jam klien tidur, kebiasaan tidur siang dan kebiasaan tidur
malam.
4) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
5) Aktivitas Pada pola ini dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Apakah ibu melakukan ambulansi, seberapa
sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Pemeriksaan TTV
b) Pengkajian tanda-tanda anemia 3
c) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
d) Pemeriksaan reflek
e) Kaji adanya varises
f) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
2) Payudara
a) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
b) Kaji adanya abses
c) Kaji adanya nyeri tekan
d) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
e) Kaji pengeluaran ASI
3) Abdomen atau uterus
a) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
b) Kaji adnanya kontraksi uterus
c) Observasi ukuran kandung kemih
4) Vulva atau perineum
a) Observasi pengeluaran lokhea
b) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy
c) Kaji adanya pembengkakan
d) Kaji adnya luka
e) Kaji adanya hemoroid
B. Diagnosa Keperawatan
Standar diagnosa keperawatan adalah sebagaiacuan bagi
perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan ,meningkatkan
otonomi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan,memudahkan
komunikasi inttraprofesional atau interprofesional sehingga dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
(PPNI, 2018)

1. Nyeri melahirkan
a. Definisi :
Pengalaman sensorik dan emosional yang bervariasi dari
menyenangkan sampai tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan persalinan
b. Penyebab
1) Dilatasi servik
2) Pengeluaran janin
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif ( mis. Waspada , posisi menghindari
nyeri )
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Tekana darah meningkat
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
2. Gangguan Pola Tidur.
a. Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
b. Penyebab :
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
c. Gejala dan Tanda Mayor :
1) Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Objektif
(tidak tersedia)
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2) Objektif
(tidak tersedia)
3. Ansietas
a. Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
b. Penyebab.
1) Krisis situasional.
2) Kebutuhan tidak terpenuhi.
3) Krisis maturasional.
4) Ancaman terhadap konsep diri.
5) Ancaman terhadap kematian.
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7) Disfungsi sistem keluarga.
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat.
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-
lain).
12) Kurang terpapar informasi.
c. Gejala dan Tanda Mayor :
1) Subjektif
a) Merasa bingung.
b) Merasa khawatir dengan akibat.
c) Sulit berkonsenstrasi.
2) Objektif
a) Merasa bingung.
b) Merasa khawatir dengan akibat.
c) Sulit berkonsenstrasi.
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Merasa bingung.
b) Merasa khawatir dengan akibat.
c) Sulit berkonsenstrasi.
2) Objektif
a) Frekuensi napas meningkat.
b) Frekuensi nadi meningkat.
c) Tekanan darah meningkat.
d) Diaforesis.
e) Tremos.
f) Muka tampak pucat.
g) Suara bergetar.
h) Kontak mata buruk.
i) Sering berkemih.
j) Berorientasi pada masa lalu.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko ketidak adekuatan
pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit)
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum
( atonia uterus)
C. Intervensi Keperawatan
Standar Intervensi Keperawatan mencakup intervensi
keperawatan secara komprehensif yang meliputi intervensi pada berbagai
level praktik (generalis dan spesialisis), berbagai kategori (fisiologis dan
psikososial), berbagai upaya kesehatan (kuratif, preventif dan promotif),
berbagai jenis klien (individu, keluarga, komunitas), jenis intervensi
(mandiri dan kolaborasi) serta intervensi komplementer dan alternative
(PPNI, 2018)
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan agen pengeluaran janin
a. Outcome
Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : Keluhan nyeri,
meringis, sikap protektif, gelisah, kesulitan tidur menurun
b. Intervensi keperawatan
Menejemen Nyeri
1) Observasi

a) lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik

2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang control tidur
a. Outcome
Pola Tidur.membaik
b. Intervensi keperawatan
Dukungan tidur
1) Observasi
a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
c) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur (mis: kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu
tidur, minum banyak air sebelum tidur)
d) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2) Terapeutik
a) Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)
b) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c) Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d) Tetapkan jadwal tidur rutin
e) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
f) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan
untuk menunjang siklus tidur-terjaga
3) Edukasi
a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
e) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis: psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
f) Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya

3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi


a. Outcome
Tingkat Ansietas menurun dengan kriteria hasil prilaku gelisah
menurun, prilaku tegang menurun, pola tidur membaik
b. Intervensi keperawatan
Reduksi anxietas
1) Observasi:
a) Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi,
waktu, stressor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
2) Terapeutik:
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
c) Pahami situasi yang membuat anxietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
g) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
3) Edukasi:
a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih teknik relaksasi
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko ketidak adekuatan
pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit)
a. Outcome
Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil kebersihan tangan
dan kebersihan badan meningkat, demam, kemerahan,nyeri dan
bengkak menurun
b. Intervensi keperawatan
Pencegahan infeksi
1) Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokasi dan sistemik
2) Terapeutik
a) Batasi jumlah pengunjung
b) Berikan perawatan kulit pada area edema
c) Cuci tangan sebelum dan sesuda kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
d) Pertahankan tekhnik aseptic pada pasien berisiko tinggi
e) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
f) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
g) Ajurkan meningkatkan asupan nutrisi
h) Ajurkan meningkatkan asupan cairan
3) Kolabirasi
a) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum
( atonia uterus)
a. Outcome
Tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil perdarahan anus
menurun tekanan darah membaik, kognitif meningkat
b. Intervensi keperawatan
pencegahan perdarahan
1) Observasi
a) Monitor tanda dan gejala perdarah
b) Monitor tanda-tanda vitak ortostatik
2) Terapeuti
a) Pertahankan bedrest selama pendarahan
b) Hindari pengukuran suhu rektal
3) Eduakasi
a) Anjurkan melapor jika terjadi perdarah
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan intervensi keperwatan dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan dan hasil. Ketika tahap pelaksanaan asuhan keperawatan
dilakukan, perawat harus mengkaji respons pasien dan memodifikasi
setiap rencana sesuai kebutuhan pasien. Selanjutnya, perawat perlu
memastikan terdapat pendokumentasian setiap tahapan proses
pelaksanaan asuhan keperawatan (Kardiyudiani dan Susanti,2019).

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dilakukan untuk menentukan tingkat keefektifan
pelaksanaan asuhan keperawatan. proses evaluasi dilakukan dengan
melakukan pengkajian respons pasien berdasarkan kriteria tujuan.
Apabila tujuan dan outcomes tidak tercapai, perlu dipikirkan kembali
rencana kerja melalui suatu proses untuk mengembangkan rencana
perawatan yang lebih efektif (Kardiyudiani dan Susanti,2019).
DAFTAR PUSTAK

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Trans Info Media

Bari S A.2016.Buku Acuan Nasioanal Pelayanan kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Chalik,TMA.2017.Hemoragi Utama Obstetrics & Ginekologi.Jakarta: Widya


Medika

Gustri. (2016). Determinan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat (JIKM).

Kardiyudiani dan Susanti, (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta :


Pustaka Baru.

Kumalasari I. 2015. Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir


dan Konsepsi. Salemba Medika. Jakarta Selatan

Mochtar,R.2016 Sinopsis Obstetri Fisiologi, Observasi Patologi. Jakarta: EGC

Oktariana, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: CV. Budi utama.

Lalenoh, D. C. (2018). Preeklamsia Berat dan Eklampsia : Tatalaksana Anastesia


Periopertif (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.

Muzalfah, R., Dyah, Y., Santik, P., & Wahyuningsih, A. S. (2018). Kejadian 87
Preeklamsia pada Ibu Bersalin. Higeia Journal of Public Health
Research And Development, 2(3), 417–428.

Nur, A. F., & Arifuddin, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Preeklamsia Pada Ibu
Hamil Di RSU ANUTAPURA KOTA PALU 2. Jurnal Kesehatan
Tadulako, 3(2), 69–75.

Nurarif (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Yogyakarta:2016


PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2017). Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

Rahmi, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Partum Di


Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2019.
Penyimpanan KDM

nulipara umur
Baru pertama mempunyi mempunyi
belasan tahun dan
hamil riwaayat riwaayat
berusia lebih dari 40 preeklamsia vaskuler
tahun hipertensi

preeklamsia

Spasme
pembuluh Post partum
darah
proses meelahirkan
penningkatan Perubahn
tekanan darah fisiologis
pengeluarran janin
Antonia uteri
khawatir dengan
rupture perineum
kondisinya
Kegagalan
cedera jaringan lunak setelah miometrum
cemas persalinan uuntuk
berkontraksi

ansietaas trauma mekanis


Uterus dalam
keadaan
nyeri melaahirkan lembek,relaksasi
kurangnya control tidur
dan melebar

gangguan pola tidur Pembuluh darah rusak Pembuluh


darah tidak
mamppu
Kerusakan integritas kulit berkontraksi

Invasi bakteri Pembuluh darah


terbuka

Risiko infeksii Risiko


perdarahan

Anda mungkin juga menyukai