Anda di halaman 1dari 21

Masyarakat Informasi

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Aplikasi
Internet, Dosen Pengampu: Muhammad Rosyihan Hendrawan, S.IP., M.Hum.

Oleh
Kelompok 1
Ulfy Najminaul Wana 145030700111002
Dhany Fertri Elysia 145030701111006
Ari Setiawan 145030701111008
Merita Anisah 145030701111010
Widita Pambudi 115030700111001
Muhammad Ulin Nuha Khoirul Uma 135030707111015

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Maret 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena


berkat rahmat-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Masyarakat
Informasi”. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Perpustakaan Digital Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya;
2. Bapak Muhammad Rosyihan Hendrawan, SIP. M.Hum. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Pengembangan Aplikasi Internet;
3. Rekan-rekan Program Studi Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan
dukungan moril maupun materiil;
4. Dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.Semoga
makalah ini memberikan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi penulis dan
pembaca.

Malang, Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ vi

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................... 3


2.1 Definisi Masyarakat Informasi ...................................................................... 3
a) Technology .............................................................................................. 4
b) Economy .................................................................................................. 5
c) Occupational ............................................................................................ 6
d) Spatial ...................................................................................................... 9
e) Cultural .................................................................................................... 11
2.3 Kualitas dan Kuantitas ................................................................................. 12
2.4 Informasi dan Pengetahuan Teoritis ............................................................ 13

BAB III. PENUTUP............................................................................................................ 15


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
3.2 Saran .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perkembangan Masyarakat ...............................……………………….. .. 3

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pembagian Masyarakat Perspektif Manuel Castells ……………….. 4

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dan kemajuan zaman membawa banyak perubahan pada
pola dan tatanan masyarakat. Dimulai sejak zaman primitif hingga sekarang,
kehidupan manusia terus berkembang mengikuti pengetahuan baru yang
ditemukan. Dari masyarakat agraris kemudian berevolusi menjadi masyarakat
industri, kini masyarakat kita tengah berevolusi menjadi masyarakat informasi (era
informasi). Istilah masyarakat informasi sebenarnya sudah mulai marak disebutkan
pada tahun 1980-an setelah teknologi informasi berkembang.
Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya masyarakat kini bermigrasi
dari era industri menuju era informasi. Dibutuhkan waktu 100 tahun untuk
berevolusi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri, namun hanya
dibutuhkan waktu sekitar 20 tahun saja dari masyarakat industri menuju
masyarakat informasi. Karena belum lama sejak masyarakat berada pada era
industri, teknologi informasi mulai berkembang. Sehingga masyarakat informasi
sebenarnya merupakan suatu akibat pesatnya pekembangan teknologi informasi.
Setiap aktivitas manusia membutuhkan apa yang disebut informasi.
sehingga masyarakat membutuhkan penyediaan informasi yang beragam bagi
kebutuhannya. Informasi dipandang sebagai sesuatu yang sangat berharga,
karena tanpa menguasai informasi seseorang akan cenderung pasif dan tidak
kreatif dalam melakukan sesuatu. Dengan tingkat kebutuhan informasi yang
semakin banyak dan beragam, dibutuhkan berbagai alat pengolahan informasi
untuk mengolah dan menyebarkan informasi. Maka tak heran jika pada era ini,
setiap aktivitas yang dilakukan, manusia selalu menggunakan teknologi canggih
seperti smartphone, komputer, internet, ATM dll. Kemudahan, kenyamanan, dan
kecepatan akses yang ditawarkan membuat masyarakat memiliki ketergantungan
yang sangat tinggi terhadap perkembangan teknologi informasi. Oleh karena itu
kunci utama dari masyarakat informasi adalah penggunaan teknologi. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai apa dan bagaimana Masyarakat Informasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Apa dan bagaimana masyarakat informasi?

1
1.3 Tujuan
Tujuan makalah berdasarkan rumusan masalah di atas adalah :
Mengetahui dan memahami masyarakat informasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Masyarakat Informasi


Masyarakat informasi banyak disebutkan sebagai perkembangan dari
masyarakat industri, dimana pada masa masyarakat informasi, masyarakat
telah meninggalkan industri manufaktur sebagai sentral kehidupan. Masyarakat
informasi ditandai dengan adanya perilaku informasi, yang ditujukan seseorang
ketika berinteraksi dengan sistem informasi, dan perilaku penggunaan
informasi yaitu perilaku yang dilakukan seeorang ketika menggabungkan
informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah dimiliki
sebelumnya (Muhammad Rosyihan Hendrawan, 2015). Menurut Joey F.
George dalam jurnal Menjadi Masyarakat Informasi karya Florida Nirma Sanny
Damanik (2012), masyarakat informasi dapat diartikan sebagai suatu
masyarakat dimana kualitas hidup, dan juga prospek perubahan sosial dan
pembangunan ekonomi, tergantung pada peningkatan dan pemanfaatan
informasi. Dalam masyarakat seperti ini standar hidup, pola kerja dan
kesenangan, sistem pendidikan, dan pemasaran barang-barang sangat
dipengaruhi oleh akumulasi peningkatan informasi. Masyarakat informasi dapat
pula diartikan sebagai suatu keadaan dimana produksi, distribusi dan
manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama. Berikut ini merupakan
tabel perkembangan masyarakat:
Tabel 2.1. Perkembangan Masyarakat

Sumber: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=120253&val=5499&title=Menjadi%20Masyarakat%20Informasi

3
Asal mula ide masyarakat informasi sebenarnya masih menjadi
perdebatan. Istilah masyarakat informasi mulai muncul serempak di Amerika
Utara dan, Eropa Barat dan Jepang antara akhir tahun 1960-an dan 1970-an.
Dalam bukunya yang berjudul Theories of the Information Society, Frank
Webster (2006) menjabarkan karakteristik masyarakat informasi ke dalam 5
sudut pandang yaitu technology, economic, occupational, spatial, dan cultural.
Berbeda halnya dengan gambaran masyarakat informasi dalam perspektif
Manuel Castells yang membagi menjadi: Informasionalisme, masyarakat
jaringan (network society), cyberculture, ekonomi informasional, transformasi
angkatan kerja, dan global city.
Gambar 2.1. Pembagian Masyarakat Informasi Perspektif Manuel Castells

Sumber : http://www.muradmaulana.com/2016/05/masyarakat-informasi-dalam-
perspektif.html

Masyarakat informasi berdasarkan 5 sudut pandang :

a) Technology
Konsep teknologi muncul pada tahun 1970-an, di mana saat itu
terjadi peralihan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi.
Information society atau masyarakat informasi adalah suatu keadaan
masyarakat dimana produksi, distribusi dan manipulasi suatu informasi
menjadi kegiatan utama. Pengaruh perkembangan masyarakat informasi
akan berdampak kepada kesejahteraan masyarakat yang menggunakan
teknologi sebagai pendamping dalam menjalankan kehidupannya.

4
Menurut Everett M. Rogers “An information society is a nation in
which a majority of labor force is composed of information workers and in
which information is the most important element”. Masyarakat informasi
adalah suatu bangsa dimana sebagian besar pekerjanya terdiri dari pekerja
informasi dan dimana informasi menjadi elemen kehidupan yang paling
penting.
Teknologi merupakan sebuah perangkat untuk membantu aktivitas
kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan
sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi komunikasi diartikan
sebagai seperangkat alat, struktur organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana
individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-menukar informasi
dengan individu-individu lain. Teknologi komunikasi seringkali dikaitkan
dengan teknologi informasi. Hal ini dikarenakan teknologi komunikasi berarti
semua teknologi informasi yang mendukung semua teknologi komunikasi.
Oleh karena itu, munculnya sebuah istilah ICT (Information and
Commnication Technogy) merupakan gabungan antar kedua aspek
tersebut. Pertumbuhan yang cepat dari perkembangan Internet dapat
mempromosikan keberhasilan ekonomi, pendidikan dan proses demokrasi,
yg telah mendapat banyak tanggapan.
Masyarakat informasi berbeda dengan masyarakat industri ataupun
agraris. Pada masyarakat informasi hampir semua kegiatan tidak terlepas
dari komputer dan telekomunikasi. Informasi menjadi suatu hal yang
penting, informasi menjadi sebuah produk yang ditawarkan dan informasi
juga merupakan bahan baku yang akan diolah menjadi suatu informasi baru
yang lebih berguna. Secara implisit masyarakat informasi ditandai oleh
penggunaan komputer dan media elektronik lain serta media audio visual.

b) Economic
Informasi dalam suatu negara dapat menjadi kekuatan di bidang
ekonomi dan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
pelaksanaan pembangunan. Pendekatan ini menunjukan grafik
pertumbuhan ekonomi dari kegiatan informasi. Marc Porat membedakan
menjadi sektor informasi primer dan sekunder ekonomi. Sektor primer yaitu
rentan terhadap nilai ekonomi harga pasar, sedangkan sektor sekunder

5
misalnya harga yang sulit, meskipun begitu, tetap penting bagi organisasi
yang melibatkan kegiatan informasi dalam lembaga-lembaga negara.
Kuantifikasi tentang pentingnya ekonomi informasi merupakan
prestasi yang mengesankan. Tidak heran bahwa mereka yakin munculnya
masyarakat informasi telah secara rutin berpaling ke dalam pemikiran
Machlup dan khususnya Porat sebagai demonstrasi otoritatif dari kurva naik
dari aktivitas informasi, satu set untuk memimpin jalan ke era baru. Namun,
ada kesulitan, juga, dengan pendekatan ekonomi informasi (Monk, 1989).
Di balik tabel statistik berbobot ada banyak interpretasi dan pertimbangan
nilai tentang bagaimana untuk membangun kategori dan apa yang harus
menyertakan dan mengecualikan dari sektor informasi.
Dari sini kita tahu bahwa informasi mempengaruhi ekonomi. dalam
buku ini porat melakukan identifikasi tentang “quasi-perusahaan” pada
sebuah perusahaan non-informasi karena ditemukan aktivitas-aktivitas yang
membuat dua perusahaan menjadi pecah belah untuk keperluan statistik.
Adanya pembagian hak yang sewenang-wenang, akan tetapi hal ini tidak
membatalkan temuan porat. Maka dari itu setiap pihak mendukung setiap
ide-ide ekonomi informasi yang muncul. Kesulitan lain adalah bahwa data
agregat homogenisasi kegiatan ekonomi pasti sangat berbeda. Ini untuk
menunjukkan perbedaan antara indeks kuantitatif dan kualitatif.

c) Occupational
Paradigma dan pola kehidupan masyarakat informasi turut
dipengaruhi oleh globalisasi. Hilangnya jabatan-jabatan tertentu pada
struktur kerja, namun juga banyak munculnya jabatan-jabatan baru
(changing caries). Sehingga perlu banyaknya regulasi yang harus
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat (changing regulators), seperti
perlu adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang
transaksi elektronik dan cyber crime.
Banyaknya peran informasi dalam kehidupan masyarakat
menyebabakan perlunya tenaga kerja yang dapat memenuhi kualifikasi
khusus terutama dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan adanya tenaga kerja dan terampil dan informasi maka produktivitas
kerja akan memberikan prospek yang cerah bagi kemajuan industri
informasi.

6
Pada dasarnya ada beberapa tingkatan masyarakat salah satunya
yaitu masyarakat informasi. Masyarakat informasi atau information society
sendiri memiliki pengertian yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat
membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan
teknologi komunikasi baru (new information and communication
technologies (ICT's)). Disini dijelaskan bahwa masyarakat informasi sendiri
dapat dikaji menggunakan pendekatan occupational atau berdasarkan
pekerjaan.
Masyarakat informasi menempati posisi sentral yang dimiliki
teknologi informasi bagi produksi, ekonomi, dan masyarakat luas. Konsep-
konsep yang terkait dengan masyarakat informasi adalah masyarakat
pasca-industri dari Daniel Bell, post-fordism, masyarakat pasca-modern,
masyarakat telematika, revolusi informasi, dan masyarakat jejaring (network
society) dari Manuel Castells. Namun, yang dibahas disini hanya berkisar
pada teori milik Daniel Bell dan Manuel Castell. Manuel Castells memiliki
banyak pandangan terhadap perkembangan masyarakat informasi. Dua
diantaranya adalah mengenai konsep informasionalisme dan masyarakat
jaringan. Secara umum, ada enam hal yang menjadi gambaran masyarakat
informasi menurut perspektif Manuel Castells tersebut, yakni
informasionalisme, masyarakat jaringan (network society), perekonomian
global atau ekonomi informasional, transformasi angkatan kerja, global city
dan cyberculture.
Sedangkan Ini adalah pendekatan yang paling disukai oleh
sosiolog. Hal ini juga salah satu erat terkait dengan karya Daniel Bell
(1973), yang merupakan teori yang paling penting dari 'masyarakat pasca-
industri' (istilah yang identik dengan 'masyarakat informasi', dan digunakan
pada tulisan Bell). Penurunan pekerjaan manufaktur dan munculnya
layanan kerja sektor ditafsirkan sebagai hilangnya pekerjaan manual dan
penggantinya dengan pekerjaan non-produksi. Karena bahan baku tenaga
kerja informasi/non-produksi (yang bertentangan dengan otot dan
ketangkasan ditambah karakteristik mesin tenaga kerja manual),
peningkatan substansial dalam pekerjaan informasi dapat dikatakan
sebagai awal mula munculnya masyarakat informasi. Pekerjaan non-
produksi sendiri dapat dijelaskan sebagai kerja pada sektor informasi, yang

7
menyebabkan menurunnya pekerjaan buruh industrial (sektor yang
mengandalkan kekuatan fisik dan keterampilan manual).
Pada Eropa Barat, Jepang dan Amerika Utara lebih dari 70 persen
dari angkatan kerja sekarang ditemukan di sektor pelayanan ekonomi, dan
pekerjaan non-produksi yang kini menjadi mayoritas. Oleh karena hal ini
sendiri tampaknya masuk akal untuk berpendapat bahwa saat ini kita
menghuni masyarakat informasi, sejak 'kelompok dominan suatu pekerjaan
terdiri dari pekerja informasi (Daniel Bell, 1979).
Penekanan pada perubahan pekerjaan sebagai penanda
masyarakat informasi telah hilang, ada beberapa cara untuk menggusur
kekhawatiran yang disebabkan peran dominan teknologi. Konsep ini sangat
berbeda dari masyarakat informasi yang menunjukkan teknologi informasi
dan komunikasi sebagai pembeda dengan zaman baru. Fokus pada
perubahan pekerjaan adalah salah satu yang menekankan transformasi
kekuatan informasi itu sendiri karena teknologi, informasi apapun yanga
sedang diangkat dan kemudian diolah dalam pekerjaan seseorang
berdasarkan pendidikan dan pengalaman mereka.
Berbagai penulis berpengaruh, dari Robert Reich (1991), untuk
Peter Drucker (1993), Manuel Castells (1996-8), menunjukkan bahwa
perekonomian saat ini dipimpin oleh orang-orang yang karakteristik
utamanya yaitu kemampuan untuk memanipulasi informasi. Intuitif mungkin
membenarkan bahwa penambang batubara adalah untuk industri sebagai
pemandu wisata adalah masyarakat informasi, tetapi sebenarnya alokasi
pekerjaan untuk berbeda ini kategori adalah panggilan penghakiman yang
melibatkan banyak kebijaksanaan. Ini adalah sebuah perbedaan derajat,
bukan dari jenis. Misalnya, pekerja bagian sinyal kereta api harus memiliki
bekal pengetahuan tentang trek dan jadwal, tentang peran dan rutinitas,
mereka perlu berkomunikasi dengan pekerja sinyal lain di telepon, dengan
personil stasiun dan driver mesin; mereka diwajibkan untuk tahu ‘blok' dari
sendiri dan orang lain kabin mereka, harus mencatat dengan tepat dan
komprehensif semua lalu lintas yang bergerak melalui daerah mereka, dan
mereka memerlukan sedikit kekuatan fisik untuk menarik tuas sejak
munculnya peralatan modern. Namun pemberi sinyal kereta api, tak
diragukan lagi, seorang pekerja manual dari 'era industri'. Sebaliknya,
orang-orang yang datang untuk memperbaiki mesin fotokopi mungkin hanya

8
mengetahui sedikit tentang produk lain diluar hal mereka yang telah
praktikkan, mungkin harus bekerja dalam keadaan panas, kotor dan tidak
nyaman, dan mungkin perlu kekuatan yang cukup untuk menggerakan
mesin dan mengganti bagian yang rusak. Namun mereka pasti akan
diklasifikasikan sebagai 'pekerja informasi' karena pekerjaan mereka pada
New Age mesin sesuai interpretasi. Intinya bahwa kita perlu untuk menjadi
orang yang skeptis yang merupakan hasil dari peneliti persepsi di mana
pekerjaan yang harus paling tepat dikategorikan.
Menghitung jumlah 'pekerja informasi' dalam masyarakat
memberitahu kita tentang macam-macam hierarki dan variasi yang
berkaitan. Misalnya, dapat dikatakan bahwa topik krusial pertambahan
insinyur komputasi dan telekomunikasi karena mungkin sebagai praktik
yang menentukan pengaruh atas laju inovasi teknologi. Atau mungkin
menyarankan bahwa peningkatan peneliti ilmiah adalah kategori penting
dalam pekerja informasi karena mereka adalah faktor yang paling penting
dalam membawa inovasi. Sebaliknya, tingkat yang lebih besar dari ekspansi
pekerja sosial untuk menangani masalah populasi yang menua,
peningkatan dislokasi keluarga dan kenakalan remaja mungkin memiliki
sedikit hubungannya dengan masyarakat informasi, meskipun pekerja
sosial diragukan untuk diklasifikasikan dengan insinyur ICT sebagai 'pekerja
informasi'.

d) Spatial
Masyarakat informasi meskipun jika ditarik dari ilmu ekonomi dan
sosiologi, memiliki inti penekanan tertentu pada aspek ruang geografis.
Penekanan utamanya adalah pada jejaring informasi yang menghubungkan
lokasi-lokasi dan sebagai konsekuensinya memberi dampak dramatis pada
pengorganisasian ruang dan waktu. John Goddard (1992) mengidentifikasi
empat unsur yang saling berkaitan dalam transisi ke masyarakat informasi.
Pertama, informasi mulai menduduki panggung utama sumber daya
strategis kunci dimana organisasi ekonomi dunia tergantung padanya.
Kedua, teknologi komputer dan komunikasi menyediakan infrastruktur yang
memungkinkan informasi diproses dan didistribusikan. Ketiga, ada
pertumbuhan yang sangat cepat pada “sektor informasi yang bisa

9
diperdagangkan” dalam ekonomi mencakup pertumbuhan eksplosif jasa-
jasa semacam media baru dan database online.
Bagi Castells, kemajuan teknologi informasi telah menyediakan
“dasar materi” bagi “perluasan pervasive” dari apa yang disebut bentuk
jejaring sosial dari organisasi dalam setiap keadaan struktur sosial (Rahma
Sugihartati, 2014). Pervasive adalah suatu bentuk dimana teknologi telah
menyatu terhadap pemakai teknologi dan lingkungannya sehingga teknologi
tersebut bukan suatu hal yang khusus. Bisa dikatakan teknologi tersebut
sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Misalnya penggunaan smartphone
oleh seseorang untuk aktivitasnya sehari-hari. Ketika smartphone tersebut
ketinggalan, maka akan menimbulkan ketidakpastian perasaan.
Ini konsepsi masyarakat informasi, sementara itu menarik dari ilmu
ekonomi dan sosiologi, pada intinya merupakan ruang geografi. Berikut
pengaruh utama penekanan pada jaringan informasi yang menghubungkan
lokasi dan akibatnya dapat memiliki efek mendalam pada organisasi ruang
dan waktu. Hal ini biasa untuk menekankan sentralitas jaringan informasi
yang mungkin menghubungkan lokasi yang berbeda di dalam dan antar
kantor, kota, daerah, benua, seluruh dunia. Semakin kita semua terhubung
ke jaringan dari satu jenis atau yang lain dan jaringan sendiri memperluas
jangkauan dan kemampuan mereka dalam eksponensial cara. Kami
membagi mereka secara pribadi di berbagai tingkatan di elektronik point-of-
sale terminal di toko-toko dan restoran, dalam mengakses data dibenua, di
rekan-rekan e-mail, atau bertukar informasi di Internet.
Ide populer di sini adalah bahwa jalan raya elektronik menghasilkan
penekanan baru pada arus informasi, sesuatu yang mengarah pada radikal
revisi hubungan waktu-ruang. Dalam kendala sebuah 'masyarakat jaringan'
jam dan jarak telah secara radikal menjadi lega, perusahaan-perusahaan
dan bahkan individu yang mampu mengelola urusan mereka secara efektif
pada skala global. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa jaringan
informasi adalah fitur penting dari kontemporer masyarakat: satelit yang
memungkinkan komunikasi saat putaran dunia, database dapat diakses
dari Oxford ke Los Angeles, Tokyo dan Paris, mesin faksimili dan sistem
komputer saling berhubungan adalah bagian rutin dari bisnis modern.
Hal ini juga menimbulkan masalah apakah kita menggunakan
definisi teknologi dari masyarakat informasi yaitu adalah jaringan yang

10
didefinisikan sebagai sistem teknologi atau apakah fokus lebih tepat akan
berada di arus informasi yang bagi beberapa penulis yang membedakan
zaman sekarang. Dan jika pada arus informasi, maka mungkin cukup
diminta berapa banyak dan mengapa volume dan kecepatan arus informasi
harus menjadi tanda sebuah masyarakat baru. Akhirnya, orang dapat
berargumentasi bahwa jaringan informasi telah berkembang untuk waktu
yang sangat lama. Dari setidaknya hari-hari awal layanan pos, melalui
telegram dan fasilitas telepon, kehidupan ekonomi, sosial dan politik banyak
yang terpikirkan tanpa pembentukan jaringan informasi tersebut. Mengingat
ini pada jangka panjang menyebabkan ketergantungan dan inkremental,
jika pengembangan dipercepat, mengapa harus itu dan akan baru saat ini
komentator mulai berbicara terkait hal masyarakat informasi.

e) Cultural
Gambaran tentang sebuah masyarakat informasi saat ini mudah
diakui, namun yang paling sedikit diukur. Kini, kita sedang mendiami
sebuah masyarakat dengan muatan-media, dimana segi informasi lebih
secara menyeluruh melakukan penetrasi ke dalam berbagai aspek,
membuat pola kehidupan sehari-hari menjadi tidak biasa. Kondisi
masyarakat informasi telah memberikan peningkatkan informasi dalam
peredaran sosial. Dan secara tidak langsung media baru telah ada di
sekeliling kita, memberikan pesan-pesan yang mungkin perlu kita tanggapi
atau tidak. Namun, kenyataannya lingkungan informasi ini adalah sebuah
hal yang sangat mendalam, lebih mengatur tentang bagaimana diri kita.
Postman (1985) dalam The Rise of the Network Society karangan Manuel
Castells mengatakan “we do not see...reality...as ‘it’ is, but as our languages
are. And our languages are our media. Our media are our metaphors. Our
methapors create the content of our culture”, dalam hal ini budaya adalah
yang tersalurkan dan dibuat melalui komunikasi, budaya itu sendiri, yang
kemudian bertransfomasi seiring waktu dan akhirnya menciptakan sistem
teknologi.
Masyarakat informasi dapat disebut sebagai suatu budaya
kontemporer. Budaya kontemporer merupakan perwujudan muatan
informasi yang lebih berat dibandingkan dengan yang dahulu. Kini kita telah
berada dalam lingkungan dipenuhi dengan media, yang artinya bahwa

11
intisari kehidupan ini adalah tentang simbolisasi, tentang penukaran dan
penerimaan, atau mencoba untuk menukar dan menolak penerimaan
pesan-pesan tentang diri kita sendiri atau orang lain. Hal ini merupakan
sebuah pengakuan dari luapan pemaknaan yang banyak penulis pahami
tentang masuknya kita menjadi bagian dalam masyarakat informasi. Jarang
sekali mereka berusaha untuk mengukur perkembangan ini dalam sebuah
hubungan kuantitatif, namun lebih memulai dari kejelasan dari kehidupan
kita di “lautan tanda” , secara penuh dibandingkan waktu terdahulu.
Mungkin, hal ini merupakan sebuah ledakan informasi yang
membuat beberapa penulis untuk menyebutkan hal yang kita anggap
sebagai sebuah kematian tanda (Death of Sign). Disekeliling kita dikejutkan
dengan tanda, merancang diri kita dengan tanda, kita tidak dapat
dipisahkan dari tanda, namun anehnya, gagal dalam pemaknaan tanda itu
sendiri. Jean Braudillard (1972) pernah mengatakan “There is more and
more information, and less and less meaning”. Tanda datang dari berbagai
arah, dan sangat bermacam-macam, cepat berubah, dan bertentangan,
bahwa kekuatannya telah mengecil. Hal ini dapat membuktikan bahwa
sebuah tanda kini tidak lagi merepresentasikan seseorang atau sesuatu.
Sebuah ide tentang masyarakat informasi cukup mudah untuk
dikenali, namun sebagai definisi dari sebuah masyarakat baru, hal ini lebih
tidak patuh/berlawanan dari berbagai gagasan yang telah dipertimbangkan.
Memberikan kekurangan dari kriteria yang mungkin kita gunakan untuk
mengukur pertumbuhan dari pengertian selama beberapa tahun terakhir.

2.2 Kualitatif dan Kuantitatif


Banyaknya definisi yang berbeda dari masyarakat informasi menjadi ide
permasalahan dari apa yang diangkat dan bagaimana membedakan sebuah
masyarakat informasi. Permasalahan awalnya yaitu terkait dengan ukuran
kualitatif dan kuantitatif dalam mengukur aktivitas informasi di masyarakat.
Definisi masyarakat informasi pada umumnya memberikan sebuah
ukuran kuantitatif (jumlah pekerja profesional, persentase produksi bruto dalam
bidang informasi, dll), dan anggaplah pada saat ini kita telah memasuki
masyarakat informasi ketika ini baru saja akan mendominasi. Namun tidak ada
alasan jelas terhadap penunjukannya sebagai jenis masyarakat yang kita
pandang sebagai kuantitas terbesar dari informasi dalam peredarannya. Ketika

12
ada sebuah informasi, kita kesulitan membedakan apakah informasi tersebut
merupakan hal yang sangat baru bagi kita.
Sesuatu hal yang sangat ganjil yaitu banyak yang mengenali sebuah
masyarakat informasi sebagai suatu jenis baru dari masyarakat melalui
anggapan bahwa ini adalah perubahan kualitatif yang ditetapkan berdasarkan
perhitungan berapa banyak informasi yang beredar, berapa banyak orang yang
bekerja dalam bidang informasi, dan sebagainya. Dapat disepakati bahwa
peningkatan informasi saat ini sangat diperlukan dalam kehidupan kita, namun
bukan berarti informasi dapat menjadi suatu masyarakat apabila kita tidak
dapat mendefinisikan fenomena ini ke dalam suatu tatanan sosial. Contohnya,
makanan ada suatu hal yang sangat kita perlukan dalam kehidupan, tetapi
bukan berarti makanan dapat dijadikan suatu gambaran dari masyarakan
kontemporer. Satu hal yang menjadi tantangan adalah perkiraan bahwa
kuantitatif dapat meningkatkan perubahan—dalam cara yang tidak khusus—
menjadi perubahan kualitatif dalam sistem sosial.
Theodore Roszak (1986) memberikan pendapatnya terhadap kritik
dalam tema masyarakat informasi ini. Ia menekankan pada pentingnya
pembeda informasi secara kualitatif, melanjutkannya pada kegiatan sehari-hari
yang sering kita lakukan ketika kita membedakannya antara fenomena seperti
data, pengetahuan, pengalaman, dan kebijaksanaan. Menurut pandangan
Roszak, keberadaan fungsi ‘mengagungkan informasi’ adalah untuk
menghancurkan semacam perbedaan kualitatif yang merupakan hasil dari
kehidupan. Hal ini dilakukan dengan bahwa infomasi merupakan suatu subjek
kuantitatif murni untuk pengukuran statistik.

2.3 Informasi dan Pengetahuan Teoritis


Informasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bermakna, memiliki
objek, dan suatu petunjuk akan sesuatu atau seseorang. Informasi adalah
sesuatu yang membuat pengetahuan berubah, memperkuat atau menemukan
hubungan yang ada pada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumya.
Masyarakat informasi menempati posisi dimana pengetahuan teoritis berada
pada posisi tertinggi. Pengetahuan teoritis pada buku Frank Webster (2006) ini
akan banyak disampaikan pada bab 3, 5 dan 8. Pada chapter II ini dijelaskan
secara sekilas, pengetahuan teoritis dimaksudkan bahwa yang abstrak,
digeneralisasikan dan dikodifikasikan dalam media atau sejenisnya. Maksud

13
abstrak disini adalah bahwa hal-hal yang tidak langsung penerapannya atau
untuk situasi tertentu, digeneralisasikan sejauh memiliki relevansi dengan
keadaan tertentu, dan disajikan kedalam buku, artikel, televisi dan program
pendidikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa teori pengetahuan telah datang
untuk memainkan peran kunci dalam masyarakat kontemporer, kontras dengan
untuk zaman sebelumnya ketika pengetahuan praktis lebih dominan.
Masyarakat informasi sangat berbeda dari masyarakat industri yang
bertumpu pada harta benda, masyarakat inormasi mana lebih menekankan
pada pengetahun teoritis. Orang memperoleh bentuk-bentuk pendidikan yang
maju bukan saja untuk kegunaan sosial yang penting, tapi juga untuk
peningkatan kesenangan dan intelektual. Pada masyarakat ini yang terpenting
adalah penyusunan prediksi, perencanaan dan pengelolaan organisasi. Jika
para era sebelum-sebelumnya, masyarakat lebih percaya terhdap hal-hal
seperti magis dan kekuatan alam, masyarakat informasi lebih berfikir modern
dengan menggunakan nalar atau logika dengan lebih percaya kepada
pengetahuan teoritis. Hal tersebut yang kemudian memberikan sumbangan
besar terhadap kemunculan teknologi dan berkembangan ilmu pengetahuan
dalam hal ekonomi, politik, dan sosial.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masyarakat informasi atau information society merupakan
perkembangan dari masyarakat industri. Dijuluki era informasi karena pada
masa ini informasi dan pengetahuan menjadi modal utama dalam masyarakat
ini. Pengaruh perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi menjadi
faktor utama penyebab munculnya istilah information society ini. Pada
masyarakat informasi sumber daya yang diolah adalah informasi yang
pengolahan dan transmisi data dilakukan oleh komputer. Sehingga pada masa
ini banyak terjadi perubahan susunan kerja, dimana akan banyak jabatan atau
posisi yang pada masa sebelumnya akan hilang dan tergantikan dengan
jabatan-jabatan baru dalam dunia kerja, Karena semua yang dikerjakan secara
manual atau mesin akan tegantikan dengan teknologi-teknologi canggih. Untuk
dapat bertahan dan bersaing di era ini, masyarakat perlu menguasai
pengetahuan dengan baik, karena dalam pekerja yang dibutuhkan ialah mereka
yang memiliki skill tinggi.

3.2 Saran
Era informasi menjadikan kehidupan manusia lebih murah, cepat, tepat,
dan akurat. Seperti 2 sisi mata uang koin, selain memiliki sisi positif
perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi juga menyisahkan sisi
negatif. Contohnya seperti menyerap informasi budaya yang jelek, yang dapat
merubah perilaku dan etika seseorang atau timbulnya tingkat konsumtif
masyarakat yang tinggi. Internet dianggap seperti dewa yang bisa menyediakan
begitu banyak sumber yang diinginkan masyarakat, dan sekarang ini mulai
timbul kebiasaan malas bagi masyarakat. Semakin malas, semakin
ketergantungan, sehingga mereka selalu menginginkan segala halnya secara
instant tanpa mereka mau mengulasnya lebih dalam. Oleh karena itu
diperlukan sikap arif dalam menyikapi era informasi ini, agar tidak terjerembab
pada lubang yang salah karena perkembangan zaman. Selain itu, perlunya
mengkaji konsep ‘information society’ itu sendiri dan bagaimana
mendefinisikan suatu masyarakat itu merupakan bagian dari ‘information
society’.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bell, Daniel. 1973. The Coming of Post-Industrial Society. New York: Basic Books

Damanik, Florida Nirma Sanny. 2012. Menjadi Masyarakat Informasi, (Online),


(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=120253&val=5499&title=Menjadi%20Masyarakat%20Informasi), diakses
pada 19 Maret 13.04.

Handiwidjojo, Wimmie. Tanpa tahun. Masyarakat Informasi, (Online),


(http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/KOMPUTERMASYARAKAT/document/
MATERI_AJAR/Materi_5_Masyarakat_Informasi.pptx?
cidReq=KOMPUTERMASYARAKAT.), diakses pada 18 Maret 2017 pukul 5.00.

Hendrawan, Muhammad Rosyihan. 2015. Peran Perpustakaan Umum dalam


Membangun Masyarakat Informasi: Sebuah Telaah Ruang Publik Jurger
Habermas, (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/283353598_Peran_Perpustakaan_U
mum_dalam_Membangun_Masyarakat_Informasi_Sebuah_Telaah_Ruang_Pu
blik_Jurgen_Habermas), diakses pada 18 Maret 2017 pukul 4.39.

Maulana, Murad. 2016. Masyarakat Informasi dalam Perspektif Manuel Castells,


(Online), (http://www.muradmaulana.com/2016/05/masyarakat-informasi-dalam-
perspektif.html), diakses pada 18 Maret 2017 pukul 12.12.

Webster, Frank. 2006. The Information Society Reader. New York: Routledge.

16

Anda mungkin juga menyukai