1. LATAR BELAKANG
Beberapa waktu belakangan, Saya mendiskusikan budaya ritual pernikahan
dengan teman perempuan dari Suku Jawa dan suku Batak Toba pada mata kuliah
Masyarakat Siber dan Media Digital di program studi pascasarjana Sosiologi
Universitas Gadjah Mada. Pada saat itu, kami membicarakan pengaruh teknologi
informasi dalam perubahan prosesi ritual pernikahan di keluarga Jawa. Kemudian
terperangah, saya beridentitas suku Jawa mendengarkan penjelasan prosesi
pernikahan adat Batak seakan “kembar”. Hal itu ada dugaan subyektif terjadi
akibat adanya pengaruh aspek sosial-budaya, ekonomi dan politik di kehidupan
kewarganegaraan Indonesia. Karena dugaan tak tervalidasi ini, saya
mengembangkan diskusi lebih lanjut dari tulisan sebelumnya pada ujian tengah
semester berjudul Urban Spectacles: Produksi Tanda Dalam Fenomena Ritual
Pernikahan Di Media Sosial.
Dalam validasi praktik kebudayaannya, saya mencoba perhatian pada
budaya pernikahan Adat Batak (Paramita P. et al., 2015) pada prosesi permohonan
ijin meminang antar orang tua, Mahori-hori (perundingan lamaran antar keluarga
besar), Martupol (Pertunangan resmi), Pernikahan resmi (pernikahan agama, adat
dan negara), serta resepsi (pesta pernikahan antar keluarga). Sedangkan dalam
pengetahuan Jawa, adat pernikahannya memiliki beberapa prosesi (Fitri &
Wahyuningsih, 2019; Pratiwi, 2019; Sa’diyah, 2020), seperti prosesi silahturahmi
tembung (antar orang tua), nembung (lamaran dan tunangan), midodareni
(penyepian pengantin perempuan), siraman (penyerimanan pada pengantin),
pernikahan utama (pernikahan agama, adat dan negara), serta resepsi pernikahan.
Dalam hal ini, kami menemukan adanya persamaan tradisi dalam persepsi makna
rencana pelaksanaan prosesi pernikahan adat. Gagasan sejumlah peneliti sosial
melihat adanya komparasi pengaruh antara profanitas budaya (sektor ekonomi,
penggunaan teknologi, status pendidikan, dan lainnya) dan sakralitas budaya
berpengaruh dalam perubahan pemaknaan dari sistem ritual pernikahan bagi
konsumsi kaum muda pada manusia perempuan dan laki-laki (Dewandaru &
Triastuti, 2021; Malinowski, 1948; Zhang, 2020).
1.1. Rumusan Masalah
Salah satu praktik komparatif di atas, banyak orang menggunakan media
sosial dalam pelanggengan sakralitas prosesi pernikahan. Bukan hanya dampak
pandemi COVID-19 seseorang melibatkan aktivitas pernikahan dengan media
sosial. Bagi penerus gagasan klasik dari Freud dalam Malinowski (1929),
prefrensi pilihan orang dalam hubungan rasional pernikahan adat akibat fenomena
kehidupan seksual pada estetika, emosi, keluarga, dan kehidupan sosial
masyarakat. Tidak sampai disitu, Dia mengutarakan adanya pengaruh aspek
ketuhanan dan keilmuan dalam prosesi pernikahan pada kumpulan essay berjudul
Magic, Science and Religion and Other Essays.
Gejala pernikahan adat tidak hanya diselenggarakan oleh masyarakat
tradisional, namun beberapa peneliti menemukan kecenderungan sebagai bentuk
budaya tanda bagi masyarakat simulasi terus-menerus sesuai konteks modernitas.
Menurut Hary J., Benda dalam Sa’diyah (2020) unsur-unsur perubahan dan
penyambungan budaya tidak hanya dipandang melalui historiografi, tetapi sejarah
sendiri sebagai medan masyarakat dalam pengubahan dan penghubungan antara
tradisionalitas dan modernitas. Unsur-unsur itu dapat kita temui seperti
keagamaan, adat istiadat, ke-suku-an dan lain sebagainya searah dengan kontruksi
kapitalisme industri; perkembangan pemikiran masyarakat kapitalistis
mempengaruhi dinamika budaya pernikahan/perkawinan adat di perkotaan
(Pratiwi, 2019).
Gejala dinamika budaya pernikahan sesuai konteks ini menggambarkan
perilaku tontonan konsumsi tanda melalui normalitas yang dibentuk oleh kaum
sebelum dewasa (adolescent) di kehidupan masyarakat (Fitri & Wahyuningsih,
2019; Pratiwi, 2019). Dalam konteks sejarah komunitarian bagi Benda,
masyarakat menghadapi situasi normalitas kebersamaan dan tanpa batas dalam
berkumpul pada aspek sosial-budaya. Hal ini sejalan dalam gagasan Ben White
(2012) bahwa, kaum muda mengikuti pergerakan zaman sebelumnya dalam
melakukan perubahan masa depan. Menurut Debord (2014) menyebutkan lebih
tajam dengan, perilaku tontonan ini mengubah representasi dan respon masyarakat
dari sakral menjadi profan. Dengan begitu, relasi seseorang dengan orang lain
melibatkan representasi citra dari media-media yang telah menjadi konsumsi dan
konstruksi, termasuk perubahan praktik budaya pernikahan adat bagi kaum muda
di tengah kehidupan masyarakat perkotaan.
Berdasarkan gejala di atas, saya menyajikan artikel terkait perilaku
konsumsi tanda dalam persepsi kaumuda terhadap fenomena pernikahan adat.
Dalam hal ini, saya memberikan penjelasan dari pertanyaan: bagaimana
perubahan perilaku konsumsi tanda berupa ‘mahar’ (dowry) sebagai tontonan di
kehidupan masyarakat perkotaan? Kemudian, penyusunan artikel ini
menggunakan cara pandang Guy Debord dari karya berjudul the society of
spectacles. Dalam proses pengumpulan data perilaku pernikahan ini, saya
menggunakan teknik pencarian data sekunder melalui pemaknaan gambar dan
konten di media sosial, dan analisis perspektif dari konsep wacana kritis dari Guy
Debord.
2. PEMBAHASAN
2.1 Pernikahan: Kearifan dan Komersialisasi
Pernikahan merupakan sebuah prosesi dalam hidup manusia sebagai sesuatu
yang penting untuk jenjang sebelum/setelah melakukan reproduksi kehidupan
seperti penghidupan, kelahiran, remaja, pernikahan, dan kematian (Malinowski,
1948). Terutama, budaya ketimuran menuntut manusia sebelum melakukan
reproduksi sebagai legalitas; bahkan prasyaratnya berstatus menikah. Kemudian
dalam kamus besar bahasa indonesia, istilah pernikahan mengambil dari kata
dasar ‘nikah/kawin’ (marry) sebagai tata bahasa baku. Kata dengan praktik luas
dan makna ganda ini menggambarkan proses ikatan (akad) perkawinan yang tidak
jarang terselenggara sesuai dengan ketentuan hukum adat, hukum negara, dan
hukum agama, seperti budaya Jawa.
REFRENSI
Debord, G. (2014). The society of the spectacle (K. Knabb, trans.). In Bureau of
Public Secrets.
Dewandaru, S. N., & Triastuti, E. (2021). Gender Role Commodification by the
Wedding Industry. Proceedings of the Asia-Pacific Research in Social
Sciences and Humanities Universitas Indonesia Conference (APRISH 2019),
558(Aprish 2019), 225–233. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210531.028
Fitri, F. N., & Wahyuningsih, N. (2019). Makna Filosofi dan Fungsi Tata Rias
Pernikahan Jawa di Daerah Surakarta. Haluan Sastra Budaya, 3(2), 118–134.
Hidayat, A. (2019). Platform Donasi Online Dan Filantropi Digital. Jurnal
Universitas Airlangga, 1–16.
http://repository.unair.ac.id/87205/5/JURNAL_AISYAH AYU
ANGGRAENI HIDAYAT__071511533036.PDF.pdf
Malinowski. (1929). THE SEXUAL LIFE OF SAVAGES, in North-Western
Melaesia: An Etnographic Account of Courtship, Marriage and Family Life
Among The Native of The Trobriand Islands, British New Guinea.
Malinowski, B. (1948). Magic, Science and Religion and Other Essays (R.
Redfield (ed.)). The Free Press. https://doi.org/10.2307/3017623
Paramita P., D. M., Sukirno, & Sudaryatmi, S. (2015). Diponegoro law journal.
Serambi Hukum, 6(02), 1–13.
https://www.academia.edu/34113996/EKSISTENSI_HUKUM_KONTRAK_
INNOMINAT_DALAM_RANAH_BISNIS_DI_INDONESIA
Pratiwi, K. B. (2019). Dari Ritual Menuju Komersial: Pergeseran Tradisi
Ruwahan Di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
Haluan Sastra Budaya, 2(2), 204. https://doi.org/10.20961/hsb.v2i2.23306
Sa’diyah, F. (2020). UPACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA: Kajian
Akulturasi Nilai-nilai Islam dalam Pernikahan Adat Jawa di Desa Jatirembe
Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. AL-THIQAH: Jurnal Ilmu
Keislaman, 3(02), 171–190.
Susanti, D., & Rochman, K. L. (2017). Analisis Terhadap Komodifikasi Tubuh
Perempuan Dalam Iklan Es Krim Magnum Versi Pink & Black.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 10(2), 201–218.
https://doi.org/10.24090/komunika.v10i2.944
White, B., & Naafs, S. (2012). Generasi antara: refleksi tentang studi pemuda
Indonesia. Jurnal Studi Pemuda, 3(2), 1–27.
https://repub.eur.nl/pub/39148/Metis_184783.pdf
Zhang, Y. (2020). Marriage and Money Entangled: Commodification, Agency,
and Economic Analysis in Chinese Marriage Payment Lawsuits. UCLA
Women’s Law Journal, 27(2), 159–212. https://doi.org/10.5070/l3272051563