Anda di halaman 1dari 24

TUGASKU DALAM ACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA

“PAGAR AYU”

PROPOSAL KEGIATAN
MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH (JAWA)

Oleh
NAWANG DWI YULIANTI
NIS. 16949 / XI AKC 2 / 26

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 MALANG


PROGRAM KEAHLIANLAYANAN KESEHATAN
KONSENTRASI KEAHLIAN ASISTEN KEPERAWATAN DAN
CAREGIVER

OKTOBER 2023
TUGASKU DALAM ACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA
“PAGAR AYU”

PROPOSAL KEGIATAN
Diajukan kepada
Bapak Erwin Mulyo Pambudi, S.Pd., M.Pd.
untuk memenuhi sebagian persyaratan Ujian Akhir Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2023 – 2024

Oleh
NAWANG DWI YULIANTI
NIS. 16949 / XI AKC 2 / 26

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 MALANG


PROGRAM KEAHLIAN LAYANAN KESEHATAN
KONSENTRASI KEAHLIAN ASISTEN KEPERAWATAN DAN
CAREGIVER

OKTOBER 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal dengan judul:


TUGASKU DALAM ACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA
“PAGAR AYU”

Oleh Nawang Dwi Yulianti ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Malang,
Pembimbing
Selaku Guru Mata Pelajaran

ERWIN MULYO PAMBUDI, S.Pd., M.Pd.


NUPTK. 0450770671130112
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal dengan judul:


TUGASKU DALAM ACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA
“PAGAR AYU”

Oleh Nawang Dwi Yulianti ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Malang,
Pembimbing
Selaku Guru Mata Pelajaran

ERWIN MULYO PAMBUDI, S.Pd., M.Pd.


NUPTK. 0450770671130112

Mengetahui,
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

ZULQOIDAH, S.Kom.
NIP. 19790929 200903 2 004
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2 Perkawinan merupakan
upacara sangat sakral
dalam perjalanan
3 kehidupan manusia.
Perkawinan atau
pernikahan merupakan
upacara
4 pengikatan janji nikah
yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua
orang
5 dengan maksud
meresmikan ikatan
perkawinan secara hukum
agama, hukum
6 negara, dan hukum adat.
7 Perkawinan merupakan
upacara sangat sakral
dalam perjalanan
8 kehidupan manusia.
Perkawinan atau
pernikahan merupakan
upacara
9 pengikatan janji nikah
yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua
orang
10 dengan maksud
meresmikan ikatan
perkawinan secara hukum
agama, hukum
11 negara, dan hukum
adat.
12 Perkawinan merupakan
upacara sangat sakral
dalam perjalanan
13 kehidupan manusia.
Perkawinan atau
pernikahan merupakan
upacara
14 pengikatan janji nikah
yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua
orang
15 dengan maksud
meresmikan ikatan
perkawinan secara hukum
agama, hukum
16 negara, dan hukum
adat.
17 Perkawinan merupakan
upacara sangat sakral
dalam perjalanan
18 kehidupan manusia.
Perkawinan atau
pernikahan merupakan
upacara
19 pengikatan janji nikah
yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua
orang
20 dengan maksud
meresmikan ikatan
perkawinan secara hukum
agama, hukum
21 negara, dan hukum
adat.
Perkawinan atau pernikahan merupakan upacara pengikatan janji nikah yang
dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orangdengan maksud meresmikan ikatan
perkawinan secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat.Perkawinan adat
Jawa mempunyai beberapa tahapan yang harus dilaksanakan.Tata cara pernikahan
adat jawa perlu mengikuti beberapa aturan dan ketentuan agar prosesi dapat berjalan
dengan lancar, bahkan ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh para
mempelai untuk acara yang akan diselenggarakan.Prosesi pernikahan adat jawa
diawali dengan pemasangan tarub, bleketepe, dan tawuhan.Tarub merupakan atap
sementara atau peneduh di halaman rumah, yang dihiasi janur melengkung.Bleketepe
merupakan anyaman daun kelapa tua yang dipasang oleh oleh orang tua mempelai
wanita.Sedangkan tuwuhan adalah tumbuh-tumbuhan seperti pisang raja, kelapa
muda, batang padi, janur, yang dipasang di kiri dan kanan gerbang.Tuwuhan
bermakna harapan agar calon pengantin memperoleh keturunan yang sehat, beretika,
berkecukupan, dan bahagia.Selanjutnya kedua calon pengantin melakukan
sungkeman kepada orangtua masing-masing. Prosesi sungkeman ini bermaksud
meminta doa dan restu dari kedua orang tua calon pengantin.Prosesi selanjutnya
adalah siraman, siraman memiliki makna sebagai penyucian diri dengan tujuan ketika
memasuki hari pernikahan, kedua calon pengantin dalam keadaan suci lahir dan batin.
Kemudian prosesi midodareni diartikan sebagai bidadari. Prosesi malam sebelum
melepas masa lajang ini memiliki harapan sang calon pengantin wanita akan terlihat
cantik esok harinya seperti bidadari dari surga. Prosesi ini, calon pengantin wanita
ditemani oleh keluarga saja dan dilarang bertemu dengan calon suaminya karena akan
menerima nasehat-nasehat yang berkaitan dengan pernikahan. Selanjutnya adalah
puncak upacara pernikahan yaitu, ijab qobul, kemudian dilanjutkan prosesi panggih
atau temu manten.
Pada perayaan pesta perkawinan adat suku Jawa juga memiliki kebudayaan
yang unik dan menarik yaitu tradisi temu manten. Tradisi temu manten merupakan
tradisi yang berasal dari suku Jawa di daerah Yogyakarta ataupun Jawa Timur. Tradisi
temu manten dilaksanakan disaat mereka akan melangsungkan pernikahan atau akad
nikah dirumah kediaman mempelai wanita. Ada tiga belas prosesi atau serangkaian
tata cara tradisi temu manten yang harus dilakukan oleh kedua mempelai adalah
penyerahan pisang sanggan, tukar kembang mayang, balangan suruh, wiji dadi
(menginjak telur), junjung derajat, sindur binayang, timbang pakon, tanem jero,
kacar-kucur, dhahar klimah, ngunjuk tuyo wening, mapag besan serta
sungkeman.Semua prosesi tersebut harus di lakukan di dalam suatu perkawinan. Jika
tidak dilakukan maka mereka memiliki kepercayaan bahwa melanggar prosesi
tersebut akan menyebabkan ketidak harmonisan dalam rumah tangga.
Dalam adat Jawa pada saat prosesi pengantin pasti tidak lepas dari adanya
pagar ayu. Biasanya yang menjadi pagar ayu ini adalah orang terdekat dari pihak
pengantin, bisa saja keluarga, sanak saudara, ataupun teman dekat atau sahabat.
Dalam pernikahan adat Jawa, ada pagar ayu yang berarti pengiring pengantin,
biasanya pagar ayu akan didampingi oleh pagar bagus. Jika melihat dari sejarah dan
budaya, tugas pagar ayu biasanya dilimpahkan pada gadis atau mereka yang belum
menikah. Dalam praktik pernikahan adat jawa ini saya ingin berperan menjadi pagar
ayu, karena saya pernah menjadi pagar ayu di acara pernikahan kakak kandung saya.
Pagar ayu akan menemani pengantin wanita selama prosesi acara pernikahan dan juga
memiliki tugas seperti menerima tamu dan penyambut tamu serta mengiringi
pengantin menuju tempat resepsi, dan menjadi pembawa bunga.

1.2 Manfaat Kegiatan


Menjadi pagar ayu dalam pernikahan adat Jawa memiliki berbagai manfaat,
termasuk melestarikan tradisi budaya, penghormatan pada keluarga dan masyarakat,
simbolisasi peran dalam pernikahan, bantuan kepada pengantin, mempererat
hubungan keluarga atau persahabatan, pengalaman budaya berharga, meningkatkan
keterampilan sosial, dan memperluas jaringan kenalan serta membangun hubungan
baru. Namun, penting untuk memahami peran ini dengan baik dan menghormati nilai-
nilai dan adat istiadat pernikahan Jawa.Selain itu, manfaat kegiatan ini adalah
menambah pengalaman saya dalam mengetahui susunan pernikahan khususnya
pernikahan adat Jawa dan juga menambah pengalaman saya berinteraksi dengan
banyak orang.
1.3 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan Praktik Temu Manten Adat Jawa di SMK Negeri 2 Malang
antara lain:
1) Siswa kelas XI PS 1
2) Siswa kelas XI PS 2
3) Siswa kelas XI PS 3
4) Siswa kelas XI ULW 1
5) Siswa kelas XI ULW 2
6) Siswa kelas XI ULW 3
7) Siswa kelas XI PHT 1
8) Siswa kelas XI PHT 2
9) Siswa kelas XI PHT 3
10) Siswa kelas XI KL 1
11) Siswa kelas XI KL 2
12) Siswa kelas XI KL 3
13) Siswa kelas XI KL 4
14) Siswa kelas XI AKC 1
15) Siswa kelas XI AKC 2
16) Siswa kelas XI AKC 3
17) Siswa kelas XI TKJ 1
18) Siswa kelas XI TKJ 2
19) Siswa kelas XI TKJ 3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pernikahan dari Perspektif Agama


2.1.1 Pernikahan dari Perspektif Agama Islam
Di dalam agama Islam, pernikahan dapat diartikan bahwa suatu perjanjian
suci yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang ingin melanjutkan hubungan
menjadi hubungan yang halal. Mereka akan mengikat janji untuk menyatakan bahwa
sudah siap untuk membangun rumah tangga. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh seorang ulama, Abdurrahman Al-Jaziri yang menyatakan bahwa
perkawinan adalah sebuah perjanjian suci yang dilakukan antara laki-laki dan seorang
perempuan dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia. Dalam hal ini,
perjannjian suci pernikahan dapat dinyatakan ke dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab
dan qabul yang merupakan bentuk dari perjanjian pernikahan ini harus dinyatakan
oleh satu majelis, baik itu berasal dari langsung dari pihak yang melangsungkan
pernikahan (calon suami atau calon istri) atau dapat diwalikan.
Pernikahan dalam Islam merupakan salah satu asas hidup yang bisa membuat umat
Muslim menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, pernikahan bukan hanya menjadi
cara untuk melaksanakan ibadah saja, tetapi juga berhubungan dengan membangun
kehidupan rumah tangga dan keturunan. Bahkan, dengan pernikahan, pintu
silaturahmi menjadi terbuka lebar karena menjadi lebih mengenal keluarga suami dan
keluarga istri, sehingga antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya bisa saling
membantu.
2.1.2 Pernikahan dari Perspektif Agama Katolik
Perkawinan Katolik menurut ajaran Katolik adalah perjanjian (foedus), yang
dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka
persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada
kesejahteraan suami-istri (bonum conugium) dan kelahiran serta pendidikan anak,
antara orang-orang yang dibaptis, yang diangkat oleh Tuhan ke dalam martabat
sakramen. Hakikat perkawinan Katolik sendiri merupakan ajaran kitab suci dan
ajaran Gereja paska konsili vatikan II tentang perkawinan. Landasan persekutuan
hidup suami istri kita jumpai pertama dalam perjanjian lama. Terutama dalam
Kejadian 2:2410. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Kemudian ayat ini
ditekankan kembali dalam kitab Perjanjian Baru, terutama di dalam Matius 19:1-12
dan Markus 10:1-12. Yesus menjelaskan bahwa dalam perkawinan bersifat tidak
terceraikan dan tidak ada instansi manusia manapun yang dapat mengakhiri
perkawinan tersebut. Yesus mengajarkan tuntunan kepada suami istri untuk hidup
dalam kesetiaan serta persatuan selamanya sampai mati. Sehingga dapat disimpulkan
bahwasanya hakikat perkawinan ialah kesatuan yang erat antara seorang pria dan
seorang wanita, yang dipersatukan oleh Allah sendiri, sedemikian erat hingga bukan
lagi dua melainkan satu.
2.1.3 Pernikahan dari Perspektif Agama Kristen
Dalam pandangan Kristen, pernikahan secara hakiki bukan hanya
sesuatu yang bersifat kemasyarakatan, tapi juga mempunyai aspek kekudusan.
Pernikahan dilihat sebagai suatu persekutuan badaniah dan rohaniah antara seorang
laki-laki dan perempuan untuk membentuk suatu lembaga. Dalam pemaknaannya
yang lebih luas, pernikahan tidak hanya dipandang sebagai relasi antara laki-laki dan
perempuan yang telah diberkati sebagai suami dan isteri, tetapi lebih dari pada
itu pernikahan juga melambangkan relasi antara Allah dan umat-Nya atau Kristus dan
jemaat-Nya.
2.1.4 Pernikahan dari Perspektif Agama Hindu
Perkawinan dalam konsep Hindu disebut Grhastha. Asal katanya grh yang
artinya rumah. Grhastha artinya masa berumah tangga. Masa berumah tangga ini
dimulai dengan perkawinan (wivaha), masa hidup yang kedua setelah Brahmacari.
Grhastha ini dilakukan sebelum memasuki masa 2 wanaprastha dan
bhiksuka/sanyasin. Di dalam naskah Agastyaparwa diuraikan perkawinan adalah
grhastha ta pwa sira, manak madruwenya hulun, ityawawadhi manguhaken
kayekadharma yathasakti artinya grhastha artinya bersuami istrilah ia, mempunyai
anak, memupuk kebajikan yang berhubungan dengan pembinaan diri pribadi (kayika
dharma) dengan kekuatan yang ada padanya (yathasakti). Wiwaha atau perkawinan
ini bermakna sepasang manusia mengikatkan diri secara lahir batin, dengan landasan
saling mencintai, mengasihi untuk saling membantu, membagi suka dan duka yang
disahkan melalui upacara keagamaan dan hukum yang berlaku.
2.1.5 Pernikahan dari Perspektif Agama Budha
Dalam pandangan mengenai apa yang telah dikatakan tentang “kelahiran dan
penderitaan,” beberapa orang telah mengkritik ajaran Buddha dengan mengatakan
bahwa ajaran Buddha menentang hidup berumah tangga. Mereka kurang memahami
lebih dalam. Buddha tidak pernah berbicara dalam menentang hidup berumah tangga.
Namun demikian, beliau menunjukkan segala permasalahan, kesulitan dan
kekhawatiran yang akan dihadapi oleh setiap orang ketika mereka mengambil
tanggung jawab pernikahan. Hanya karena beliau memperingatkan seseorang akan
permasalahan dalam pernikahan tidaklah berarti bahwa Buddha tidak menyetujui
pernikahan.
2.1. 6 Pernikahan dari Perspektif Agama Khonghucu
Pernikahan menurut agama Khonghucu adalah tugas suci manusia yang
melangsungkan sejarah dan mengembangkan benih-benih firman Tuhan. Tuhan yang
Maha Esa yang berwujud kebajikan serta melanjutkan manusia membimbing putra
putrinya. Pelaksanaan ritual pernikahan yaitu pendamping upacara menyiapkan altar
dan didahului menyalakan lilin berukuran sedang untuk disimpan didepan altar.
Kedua mempelai meletakan tangan kiri di atas kitab, di sebelah kanan masing-
masing untuk diletak di dada, kedua mempelai dipersilahkan untuk tanda tangan surat
pernikahan. Setelah itu kedua mempelai berfoto bersama kedua orang tua/wali para
saksi. Prosesi pernikahan ini juga menyertakan beberapa perlengkapan berupa buah-
buahan seperti pisang, jeruk, apel dan pir serta beberapa kue seperti kue mangkok dan
kue wajik. Makna dibalik simbol prosesi pernikahan agama Khonghucu adalah Genta
Rohani dengan tulisan Zhong Shu, genta rohani ini memberikan arti bahwa genta
memanggil semua rakyat untuk mendengarkan kebajikan sedangankan Zhong Shu
memiliki arti satya tepa selira. Seperti contoh makna pisang yaitu langgeng, jeruk
kebaikan, apel bermakna ketentraman. Pir yang bermakna keberuntungan, makna kue
mangkok yaitu berkembang, dan kue wajik bermakna peningkatan/bahagia.

2.2 Pernikahan dari Perspektif Budaya / Masyarakat


Pernikahan adalah fenomena yang melibatkan banyak aspek budaya dan
sosial. Setiap budaya dan masyarakat memiliki pandangan dan praktik unik terkait
pernikahan. Setiap budaya memiliki tradisi pernikahan yang berbeda - beda. Misalnya
dalam budaya Jawa, pernikahan dianggap sebagai upacara adat yang melibatkan
banyak prosesi tradisional. Sedangkan dalam budaya Barat, pernikahan sering kali
diadakan dalam gereja dengan upacara yang lebih sederhana.
Adapun perbedaan adat pernikahan dari beberapa daerah, contohnya ;
1. Melamar mempelai pria Adat Minangkabau
Berbeda dengan adat yang lain, keluarga mempelai wanita di Minangkabau menjadi
pihak yang akan melamar mempelai pria. Ada beberapa tahapan adat yang dijalani
jika menikah dalam tradisi Minangkabau. Dimulai dari Maresek (pertemuan
keluarga), Maminang dan Batimban (mengusulkan dan bertukar tanda), Mahanta
Siriah (meminta izin), dan Babako-Babaki (membawa berbagai seserahan).
Dilanjutkan dengan malam Bainai (menggosok kuku mempelai wanita), Manjapuik
Marapulai (menjemput mempelai pria), penyambutan di rumah mempelai wanita dan
tradisi setelah akad nikah.
2. Sinamot dalam Budaya Batak
Sinamot adalah prosesi pernikahan dalam etnis Batak mengenai negoisasi mahar
pernikahan. Besarnya mahar yang diberikan tergantung pada status sosial, tingkat
pendidikan, dan karier dari pihak perempuan. Perempuan dengan gelar sarjana tinggi
akan dihargai dengan nilai yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan menjadi penentu
utama bagi calon pengantian pria. Hal ini dijadikan sebagai tolak ukur bagi seorang
laki-laki untuk memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi agar dapat menghidupi
keluarganya di masa depan.
3. Menculik mempelai wanita tradisi di Lombok
Sebelum pernikahan, pengantin pria harus menculik pengantin wanita dari
keluarganya. Setelah diculik, pengantin wanita akan tinggal sementara di kediaman
kerabat pengantin pria. Ketika orang tua perempuan mengetahui bahwa putrinya tidak
pulang, mereka akan melaporkannya ke bupati. Setelah itu, pengantin pria akan
mengunjungi rumah orang tuanya untuk menginformasikan bahwa putri mereka telah
‘kawin lari’.

2.3 Prosesi Panggih Temanten / Temu Manten


Selayaknya upacara adat pernikahan lainnya, Panggih Pengantin juga
memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui oleh kedua mempelai pengantin.
Beberapa tahapan upacara Panggih Pengantin, di antara lain
1) Upacara Penyerahan Sanggan
Sanggan diberikan oleh pihak mempelai pria kepada orang tua mempelai wanita,
sebagai bentuk tebusan putri mereka.Penyerahan sanggan ini memiliki arti bahwa
seorang suami wajib memenuhi nafkah lahir maupun batin, mengarahkan,
membimbing, menjaga, serta bertanggung jawab penuh atas tingkah laku
istrinya.Isi dari sanggan bisa berupa satu tangkep atau dua sisir pisang raja
matang di pohon, benang lawe, sirih ayu, serta kembang telon yang terdiri dari
mawar, melati, dan kenanga.
2) Upacara Balangan Gantal atau Lempar Sirih
Balangan artinya melempar, sedangkan gantal artinya daun sirih yang diisi
dengan bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau yang diikat dengan
menggunakan benang lawe. Upacara ini dilakukan dari arah berlawanan, berjarak
sekitar dua meter.Mempelai pria melemparkan gantal ke dahi, dada dan lutut
mempelai wanita.Lalu dibalas oleh mempelai wanita yang melempar gantal ke
dada dan lutut mempelai pria.Balangan gantal mengandung makna komitmen
karena dalam tahapan ini pengantin pria melemparkan gantalan ke bagian dada
sebagai bentuk simbol perlindungan dan kasih sayang kepada sang istri.
Kemudian istri membalasnya dengan lemparan yang sama sebagai simbol
pengabdian kepada suami.
3) Wiji Dadi dan Ranupada
Ranupada berasal dari dua kata yaitu ranu yang berarti air dan pada artinya
kaki.Perlengkapan yang dipakai untuk ranupada terdiri dari gayung, bokor, baki,
bunga sritaman dan telur.Seorang pemaes akan datang sambil membawa sebutir
telur ayam mentah yang disentuhkan ke dahi mempelai pria, untuk kemudian
dilanjut dengan dahi mempelai wanita sebanyak tiga kali.Telur ayam tersebut lalu
diinjak oleh pengantin pria dengan harapan bahwa keduanya telah siap untuk
memiliki keturunan.Ranupada merupakan prosesi pengantin wanita yang
membasuh kaki pengantin pria.Prosesi ini mencerminkan wujud bakti istri kepada
suami.
4) Bergandungan Tangan Kanten Asto
Pada prosesi ini, kedua pengantin berdiri berdampingan dan bergandengan tangan
sambil mengaitkan jari kelingking dan berjalan bersama menuju pelaminan.
5) Selimut Sindur
Sebelum mulai berjalan ke arah pelaminan, ibu mempelai wanita akan menutup
bahu kedua pengantin terlebih dahulu dengan menggunakan kain berwarna merah
dan putih. Kemudian, ayah dari mempelai wanita akan mengantar keduanya
menuju pelaminan secara perlahan sambil memegangi kain sindur yang telah
dipasangkan tadi.Posisi ayah mempelai wanita yang berada paling depan
bermakna untuk ‘membuka jalan’, dan membimbing putra-putrinya menuju
kebahagiaan. Tepat di belakang kedua pengantin, sang ibu mempelai wanita
merangkul dan menyelimuti dengan kain sindur yang bermakna bahwa sang ibu
akan selalu sedia mendorong putra-putrinya.
6) Tanem Jero
Setelah sampai di pelaminan, upacara panggih berlanjut dengan kedua mempelai
tetap berdiri berdampingan dengan posisi membelakangi pelaminan atau
menghadap tamu undangan.Dengan disaksikan ibu mempelai wanita, ayah
mempelai wanita mendudukan kedua mempelai ke kursi pengantin sambil
memegang dan menepuk-nepuk bahu keduanya.Prosesi ini memiliki makna
bahwa kedua mempelai telah "ditanam" agar menjadi pasangan yang mandiri.
7) Kacar-Kucur atau Tampa Kaya
Prosesi kacar-kucur dimulai dari pengantin pria yang menuangkan secara
perlahan isi tikar anyaman berupa biji-bijian, beras kuning, uang logam, dan
kembang telon ke atas pangkuan mempelai wanita yang telah dibungkus dengan
kain sindur.Ini adalah lambang suami yang bertugas sebagai mencari nafkah
untuk keluarga dan sebagai simbolik dari menyerahkan hasil kerja kerasnya
kepada istri.Kain ini juga menjadi bentuk kesiapan istri untuk menggunakan hasil
nafkah sang suami dengan sebaik mungkin guna mencukupi kebutuhan rumah
tangga.
8) Dulangan atau Dhahar Klimah
Upacara dulangan dalam pernikahan adat Jawa maknanya melambangkan
kerukunan yang serasi antara suami dan istri. Dalam upacara ini kedua pengantin
baru saling menyuapi nasi satu sama lain. Pada upacara dulangan ini mempelai
pria membuat tiga kepalan nasi kuning dan diletakkan di atas piring yang
dipegang oleh pengantin wanita.Dan disaksikan mempelai pria, mempelai wanita
memakan satu per satu kepalan nasi. Lalu mempelai pria memberikan
memberikan segelas air putih kepada mempelai wanita. Prosesi ini
menggambarkan kerukunan suami istri akan mendatangkan kebahagiaan dalam
keluarga.
9) Ngunjuk Tuyo Wening
Minum air jernih (ngunjuk tuyo wening) berarti minum air yang masih murni,
bersih, sehat, dan alami.Kedua mempelai saling memberi minum air tersebut
sebagai simbol agar dalam mengarungi kehidupan keluarga, kedua mempelai
senantiasa berdasarkan pikiran yang jernih dan hati yang tenang, tidak mudah
marah, tidak grusa-grusu, rukun dan damai.
10) Mapag besan
Mapag besan adalah kehadiran kedua orang tua dari pengantin pria di
pelaminan.Adanya penjemputan besan ini dalam upacara Panggih Pengantin
dikarenakan orang tua pengantin pria tidak diperkenankan hadir selama prosesi
panggih hingga prosesi ngunjuk toya wening.Penjemputan bagi orang tua
mempelai pria agar keduanya dapat menyaksikan anak-anak mereka bersanding di
pelaminan.
11) Sungkeman
Prosesi yang terakhir dalam panggih adalah sungkeman. Sungkeman dilakukan
sebagai wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti pada orangtua
mereka. Pada prosesi ini, kedua mempelai bersembah sujud kepada kedua
orangtua untuk memohon doa restu serta memohon maaf atas segala khilaf dan
kesalahan. Kedua mempelai memohon doa dan restu kepada orangtua agar
menjadi keluarga yang bahagia.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Nama Kegiatan


Praktik Temu Manten Adat Jawa di SMK Negeri 2 Malang.

3.2Pelaksanaan Kegiatan
Hari :Senin - Kamis
Tanggal : 20 – 24 November 2023
Waktu :Pukul 08.00 – 12.00 WIB
Tempat : Lapangan Indoor SMK Negeri 2 Malang
Kegiatan : Praktik Temu Manten Adat Jawa

3.3 Bentuk Kegiatan


1. Prosesi penyerahan pisang sanggan
2. Prosesi tukar kembar mayang
3. Prosesi sawatan gantal
4. Prosesi wiji dadi
5. Prosesi junjung derajat
6. Prosesi ngunjuk tuyo wening
7. Prosesi sindur binayang
8. Prosesi timbang pakon
9. Prosesi tanem jero
10. Prosesi kacar – kucur
11. Prosesi dulangan / dhahar klimah
12. Prosesi ngunjuk tuyo wening
13. Prosesi mapag besan
14. Prosesi sungkeman
15. Resepsi
3.4 Susunan Acara
NO WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
 Pengantin
 Orang tua
Proses make-up Pengantin,
 Pager ayu
1. 03.00 – 05.00 WIB keluarga dan petugas
 Pager bagus
pernikahan
 Among tamu
 Pranatacara
Persiapan dan pengecekan final
 Bidang perlengkapan
2. 05.00 – 08.00 WIB persiapan temu manten dan
 Soundman
resepsi pernikahan
 Pengantin pria
 Orang tua pengantin
Rombongan pengantin pria pria
3. 08.00 – 08.15 WIB datang di kediaman pengantin  Keluarga pengantin
wanita pria
 Pengiring pengantin
pria
 Saudara tertua
(wanita) pengantin
Prosesi tinampi pisang pria
4. 08.15 – 08.18 WIB
sanggan  Saudara tertua
(wanita) pengantin
wanita
 Pager ayu
5. 08.18 – 08.21 WIB Prosesi tukar kembar mayang
 Pager bagus
Pengantin pria dan
6. 08.21 – 08.23 WIB Prosesi sawatan gantal
wanita
Pengantin pria dan
7. 08.23 – 08.25 WIB Prosesi salaman
wanita
Pengantin pria dan
8. 08.25 – 08.28 WIB Prosesi wiji dadi
wanita
Pengantin pria dan
9. 08.28 – 08.30 WIB Prosesi junjung drajat
wanita
Pengantin pria dan
10. 08.30 – 08.32 WIB Prosesi muteri ping telu
wanita
Orang tua pengantin
11. 08.32 – 08.35 WIB Prosesi ngunjuk tuyo wening
wanita
Orang tua pengantin
12. 08.35 – 08.40 WIB Prosesi sindur binayang
wanita
Orang tua pengantin
13. 08.40 – 08.43 WIB Prosesi timbang pangkon
wanita
14. 08.43 – 08.44 WIB Prosesi tanem jero Ayah pengantin wanita
Pengantin pria dan
15. 08.44 – 08.47 WIB Prosesi kacar-kucur
wanita
Prosesi kembul bujana /
Pengantin pria dan
16. 08.47 – 09.00 WIB dhahar kembul lan ngunjuk
wanita
tuyo wening
 Orang tua pengantin

Prosesi mapag besan / tilik wanita


17. 09.00 – 09.05 WIB
pitik  Orang tua pengantin
pria

 Orang tua pengantin


wanita

18. 09.05 – 09.25 WIB Prosesi sungkeman  Orang tua pengantin


pria
 Pengantin

 MC
 Keluarga pengantin

Prosesi Pemasrahan wanita


19. 09.25 – 10.00 WIB
Penganten  Keluarga pengantin
pria
 Pengantin

20. 10.00 – 12.00 WIB Resepsi Pernikahan  MC


 Pengantin
 Among tamu
 Pager ayu
 Pager bagus
 Orang tua pengantin
3.5 Rancangan Anggaran Kegiatan
N JUMLAH SATUAN
URAIAN JUMLAH
O KEBUTUHAN HARGA
1 Make up 2 paket Rp. 250.000 Rp. 500.000
2 Kebaya 2 set Rp. 150.000 Rp. 300.000
3 Janur 4 ikat Rp. 5.000 Rp. 20.000
4 Batang pohon pisang 4 buah Rp. 6.000 Rp. 24.000
5 Bunga mayang 1 ikat Rp. 22.000 Rp. 22.000
TOTAL Rp. 866.000

3.6 Tugasku dalam Acara Pernikahan Adat Jawa


Pagar ayu bertugas menerima tamu dan penyambut tamu serta mengiringi
pengantin menuju tempat resepsi, dan menjadi pembawa bunga (kembar mayang).
Pada saat mempelai pengantin dipertemukan pager ayu menggiring di sampingnya.
Jika mempelai wanita masih perawan, cara membawa kembar mayang diangkat
sejajar pundak. Jika kembar mayang diangkat dan dibawa hanya sebatas perut atau
tidak sejajar kepala, maka artinya mempelai sudah tidak perjaka dan tidak perawan.
Jika posisi tinggi kembar mayang tidak melebihi perut, maka mempelai perempuan
dalam kondisi hamil. Jika pengantin wanita sedang hamil dan kembar mayang
diangkat di atas kepala maka ditakutkan pengantin wanita akan mengalami
keguguran. Pembawa kembar mayang pun dibawa oleh sepasang perjaka dan gadis.
Pada saat membawa kembar mayang tidak boleh sampai jatuh, karena jika jatuh
dipercaya pernikahan tidak akan bertahan lama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Harapan Terselenggaranya Praktik Temu Manten Adat Jawa
Harapan dari kegiatan praktik temu manten adat jawa yaitu praktek dapat
berjalan dengan lancer sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan serta teman
teman yang berkontribusi dalam kegiatan praktik temu manten adat jawa lebih
melestarikan budaya daerah masing masing, serta menggunakan adat sesuai dengan
budaya adat daerah di pernikahannya kelak.

4.1.2 Harapan Dari Penulis


Harapan dari penulis supaya dapat memahami dan mengetahui tugas yang
dilakukan pagar ayu serta mengetahui larangan dan ritual apa yang harus
dilakukan saat prosesi tukar kembar mayang.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai