Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Ardian Havidani


NIM : 7775210016
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si

SOAL
1. Jika menghadapi situasi lingkungan kerja kantor yang bertentangan dengan norma yang
berlaku bagaimana saudara menyikapinya ? dan bagaimana pula menurut saudara
mengupayakan di unit kerja agar pegawai dapat bertindak sesuai nilai, norma dan etika
organisasi, silakan dijelaskan.
2. Jelaskan menurut saudara bagaimana caranya membantu anggota kelompok dalam suatu
unit kerja menyelesaiakan tugas-tugas mereka dalam bidang administrsai guna mendukung
sasaran tim kerja di suatu unit kerja.
3. Jelaskan menurut saudara bagaimana cara mendorong dan mengarahkan orang lain untuk
patuh pada standar kualitas dalam suatu organisasi.
4. Apa perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan ? dan jelaskan sumber munculnya
kepemimpinan serta berikan contoh dan jelaskan atas sumber-sumber kepemimpinan
tersebut.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan jejaring kebijakan publik ? Berikan contoh dan
jelaskan bentuk jejaring kebijakan publik.
UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Ardian Havidani


NIM : 7775210016
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si

JAWABAN

1. Jika menghadapi situasi lingkungan kerja kantor yang bertentangan dengan norma yang
berlaku cara menyikapinya yaitu harus meluruskan setiap pelanggaran moral dan etika
bahwa itu adalah hal yang tidak baik. Setiap Pegawai harus berlandaskan pada nilai-nilai
dan Kode Etik dan Kode Perilaku. Dengan adanya landasan perilaku pegawai yang
didasarkan pada nilai-nilai serta Kode Etik dan Kode Perilaku diharapkan bisa
mewujudkan aparat pemerintah yang bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab. Kode
Etik dan Kode Perilaku tersebut tentunya bukan sekedar dibaca dan dihafalkan tetapi harus
diterapkan, dilaksanakan dan diejawantahkan dalam perilaku setiap pegawai, tidak hanya
di tempat kantor tetapi juga di keluarga dan di kehidupan bermasyarakat. Setiap pegawai
adalah pemimpin, harus mampu menggerakkan dirinya dan orang-orang di sekitarnya
untuk selalu melaksanakan landasan perilaku tersebut. Tindakan penegakkan etika perlu
ditingkatkan yaitu dengan menerapkan sanksi secara konsisten dan obyektif terhadap setiap
pelanggaran etika yang dilakukan oleh pegawai.

2. Cara membantu anggota kelompok dalam suatu unit kerja menyelesaiakan tugas-tugas
mereka dalam bidang administrsai guna mendukung sasaran tim kerja di suatu unit kerja
yaitu dengan Kerjasama tim. Keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai target atau visi
bergantung pada kerja sama tim. Suatu organisasi atau unit kerja membutuhkan kerja
sama tim yang solid untuk bisa melengkapi proses pencapaian tujuan dari organisasi atau
unit kerja tersebut. Kerja sama dalam tim dapat terbentuk melalui kepercayaan dan
kekompakkan. Semakin tinggi rasa percaya antar setiap anggota tim maka semakin baik
pula kerja sama tim. Kerja sama tim harus efektif agar memberikan kontribusi yang baik
bagi kinerja karyawan dan hasil kerja dalam suatu organisasi atau unit kerja. Kerja
UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Ardian Havidani


NIM : 7775210016
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si

sama tim akan menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi dengan baik.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik
daripada kinerja per individu di suatu organisasi ataupun perusahaan. Namun demikian
dalam penyelesaian pekerjaan tersebut harus sesuai tugas pokok dan fungsi kita pada
organisasi atau unit kerja tersebut agar tidak terjadi tumpang tindih.

3. Cara mendorong dan mengarahkan orang lain untuk patuh pada standar kualitas dalam
suatu organisasi :
Berperan aktif mendorong dan mengarahkan orang lain untuk patuh pada standar kualitas
yang berlaku. Mengarahkan pembakuan, pelembagaan dan integrasi berbagai standar
kualitas dalam organisasi. Menerapkan standar kualitas kerja tinggi dan sistem
pengendalian serta pemberian sanksi terhadap pelanggaran. Meneliti penyimpangan dan
pelanggaran terhadap aturan yang berlaku, dan berusaha memperbaikinya. Berinisiatif
untuk melakukan evaluasi sistem dan aturan kerja yang ada. Mengembangkan sistem
prosedur, aturan kerja dan pembakuannya dalam organisasi secara keseluruhan. Para
anggota organisasi harus mempunyai rasa memiliki organisasisi agar tujuan organisasi
berjalan sesuai standar organisasi

4. Perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan :


Pemimpin yaitu seseorang yang memiliki fungsi untuk memimpin. Pemimpin dalam arti
yang luas adalah "seseorang yang memimpin, dengan jalan memprakarsai tingkah laku
sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisasikan atau mengontrol usaha (upaya)
orang lain atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Pemimpin adalah seseorang yang
memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk
melakukan kerja sama ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Ardian Havidani


NIM : 7775210016
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si

Kepemimpinan dalam bahasa inggris diartikan sebagai “Leadership”, namun secara umum
kepemimpinan dapat diartikan sebagai hubungan yang erat antar seseorang dengan suatu
kelompok. Kepemimpinan mempunyai kepentingan yang sama. Selain itu, Kepemimpinan
juga merupakan aspek yang sangat urgen dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi,
karena kepemimpinan memiliki keterkaitan terhadap perilaku seorang pemimpin dalam
memengaruhi para pegawai atau karyawannya, sehingga para pegawai mau bekerja sama
untuk mewujudkan suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan.
Ada beberapa teori tentang sumber munculnya kepemimpinan diantaranya adalah teori
genetik, teori sosial dan teori ekologis.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Teori Genetik
Inti teori ini tersimpul dalam ungkapan yang mengatakan bahwa leaders are born
and not made. Berarti bahwa para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang
mengatakan bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan, karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, satu kali
kelak ia akan tampil sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis
pandangan ini tergolong kepada pandangan yang fatalistik atau deterministik.
Contohnya seseorang yang terlahir sudah memiliki bakat pemimpin misalnya sejak
dini anak tersebut menjadi ketua kelas.
b. Teori sosial
Jika teori pertama di atas adalah satu ekstrem, maka teori ini pun merupakan ekstrim
pada ujung lain dari polarisasi ekstrim ini. Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa
leaders are made and not born merupakan kebalikan inti teori genetik. Para penganut
teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pelatihan yang cukup.
UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Ardian Havidani


NIM : 7775210016
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si

Contohnya adalah seseorang menempuh Pendidikan dan pelatihan tentang


kepemimpinan

c. Teori ekologis
Karena kedua teori yang ekstrem di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran
maka sebagai reaksi kepada kedua teori tersebut timbullah teori ketiga, yang disebut
teori ekologis yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik, apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-
bakat kepemimpinan. Bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat yang memang telah dimiliki itu. Contohnya
seseorang yang telah berpengalaman dalam organisasi akan secara alami timbul
kepemimpinan dalam dirinya, lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses
kepemimpinan.

5. Yang dimaksud dengan Jejaring kebijakan publik adalah suatu hubungan yang terbentuk
akibat koalisi diantara aktor kebijakan dalam merumuskan sebuah kebijakan. Jejaring
kebijakan digambarkan dalam beberapa kategori. Adapun aktor yang dimaksud di sini
adalah pemerintah (organisasi publik), kemudian kelompok kepentingan, partai, kelompok
sosial, dunia usaha (organisasi swasta) dan entitas-entitas lain dalam masyarakat serta
warga-masyarakat itu sendiri (perorangan). Pertama, didiskripsikan sebagai aktor-aktor,
Kedua, linkages diantara aktor-aktor, ketiga, boundary. Interaksi antara sejumlah
departemen dan organisasi pemerintahan dengan organisasi masyarakat merupakan policy
networks yang bersifat instrumental dalam proses kebijakan public. Kekuatan policy
networks atau jejaring kebijakan tergantung pada tingkat integrasi, kemapanan
UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Ardian Havidani


NIM : 7775210016
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si

keanggotaan, sumber daya dan hubungan dengan public. Contoh jejaring kebijakan publik
terdiri dari Formal dan Non formal. Formal terdiri dari Pemimpin Daerah, Sekda, DPRD.
Nonformal terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi masyarakat, dan
masyarakat sipil. Adapun bentuk jejaring publik terdapat beberapa macam yaitu Triple
Helix, Quadro Helix, Penta Helix. Triple Helix yaitu sinergi dan penyatuan tiga kalangan
yang terdiri dari Akademisi, Bisnis/Pengusaha dan Pemerintah Saat itu kalangan
Akademisi fokus pada ilmu pengetahuan, dan teknologinya yang inovatif dan aplikatif.
Lalu kemudian kalangan bisnis melakukan kapitalisasi dan sedangkan pemerintah menjaga
stabilitas hubungan keduanya dengan regulasi. Seiring dengan mengglobalnya prinsip
demokrasi, konsep Triple Helix dinyatakan kurang relevan, sebab tidak ada pengakuan
terhadap unsur masyarakat sebagai pemilik kedaulatan. Maka lahirlah konsep baru yang
bernama Quadroo Helix, yang meliputi empat sektor yaitu : Akademisi, Bisnis/Penguasa,
Pemerintah dan Masyarakat Sipil. Namun pada kenyataannya dalam prinsip Quadro Helix
unsur masyarakat masih menjadi usur atau pihak yang lemah. Dukungan media masssa
sangat dibutuhkan. Kemudian muncul konsep Penta Helix yang terdiri dari: Akademisi,
Bisnis, Pemerintah, Masyarakat Sipil dan Media Massa. Jaringan aktor dalam perumusan
kebijakan publik merupakan suatu model yang kini sudah dimulai diadopsi dan oleh
negara-negara sedang berkembang dalam merumuskan sebuah kebijakan. Dalam model
jaringan, pemerintah tidak lagi bertindak sebagai aktor tunggal, adanya aktor diluar
pemerintah, seperti LSM, kelompok professional, masyarakat, dan stakeholder lainnya
yang saling berinteraksi, komunikasi, dan kerjasama demi tercapai tujuan. Sehingga,
kebijakan yang dirumuskan sesuai dengan harapan dan mengakomodasi nilai-nilai
kepentingan aktor lainnya. Pemerintah akan lebih survive dengan mengadopsi model
jaringan. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dapat teratasi melalui jaringan. Pada
intinya, jaringan akan terbangun apabila terdapat kesepakatan, kesamaan visi dan misi,
serta komitmen bersama dalam suatu forum atau organisasi yang berbasis jaringan. Oleh
UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Ardian Havidani


NIM : 7775210016
Kelas : 1B
Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Dr. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si

karena itu, pemerintah sudah saatnya membangun jaringan agar melahirkan kebijakan
maupun program yang mengakamodasi nilai-nilai kepentingan masyarakat dan
stakeholder, demi terwujudnya pemerintah yang demokratis.

Anda mungkin juga menyukai