Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK


MENURUT UU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK
DALAM PRESFEKTIF SIYASAH DUSTURIYAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu:
Dr. H. Chaerul Shaleh, M. Ag.

Oleh:
Alfandy Faris Al Aziz
1213030010

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BANDUNG
2024
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, penyelenggara


negara telah memilih sistem demokrasi sebagai kerangka politik. Dalam sistem
politik demokrasi, setiap warga negara berhak menyatakan pendapat dan cita-
cita sejalan dengan ideologi nasional. Istilah demokrasi berasal dari bahasa
Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 sebelum Masehi,
yaitu demos yang berarti rakyat dan kratein yang berarti pemerintahan yang
secara literer bermakna pemerintahan rakyat. Adapun secara harfiah, makna
demokrasi adalah pemerintahan negara oleh rakyat atau pemerintah dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, bahwa rakyat memerintah dengan
perantara wakil-wakilnya dan kemauan rakyat yang harus ditaati. Pemerintahan
demokrasi adalah pemerintahan negara yang dilakukan oleh rakyat dan untuk
rakyat.1
Partai politik merupakan bentuk dari pengelompokan sebagai warga negara
berdasar suatu kesamaan dari pikiran dan kepentingan dalam politik. Partai
politik yang merupakan organisasi terstruktur muncul di tahun 1830 sebagai
perwujudan berkembangnya demokrasi di masa modern, yaitu sebagai
demokrasi perwakilan. Dalam perkembangan demokrasi menyebabkan
meningkatnya partisipasi politik warga negara dalam segi berkehidupan
bernegara. Sarana dalam kelembagaan yang penting didapati untuk
mengorganisasi penyebarluasan peran politik tersebut yaitu partai politik.
sedangkan menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2011
tentang perubahan atas undang-undang nomor 2 tahun 2008 tentang partai
politik dijelaskan bahwa Partai Politik merupakan sebuah organisasi yang
memilki sifat nasional dan di bentuk sekelompok warga negara Indonesia
dengan secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak, cita-cita untuk

1
Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, Bandung:Pustaka Setia, 2013 , hal. 273
memperjuangkan kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara,
serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2
Partai politik yang merupakan pilar demokrasi diperlukan penataan dan juga
di sempurnakan untuk dapat mencapai sebuah sistem politik demokratis agar
dapat mendukung dalam sistem presidensil yang efektif. Mengenai pengaturan
serta menyempurnakan partai politik ditujukan kepada dua aspek yang utama,
yakni Pertama tentang membentuk sebuah sikap dan sebuah watak di partai
politik yang memiliki pola atau sistem sehingga dapat menghasilkan budaya
dalam berpolitik yang dapat memajukan prinsip dasar dalam sistem demokrasi.
Hal ini dinyatakan dengan melakukan sikap atau sebuah perilaku partai politik
yang mempunyai sistem dalam seleksi dan rekruitmen keanggotaan yang cukup
layak serta dapat meningkatkan sistem dalam pengkaderan dan kepemimpinan
yang sangat kuat. Kedua, dapat meningkatkan fungsi dari partai politik baik
dalam fungsi partai politik kepada negara ataupun fungsi partai politik kepada
rakyat dengan melakukan pendidikan politik dan pengkaderan serta rekruitmen
politik sehingga efektif untuk membuahkan kader-kader para penurus
pemimpin yang mempunyai kemampuan dalam berpolitik.3
Partai politik memiliki sebuah fungsi yaitu recruitmen politik yang dimana
mencari kader terbaik untuk di jadikan pemimpin, Partai politik sebagai
kendaraan yang sah untuk seleksi anggota partai calon kepala negara pada posisi
strategis di kenegaraan. untuk itu, partai politik wajib mendapatkan anggota
angota terbaik untuk menjabat di tempat strategis sebuah lembaga - lembaga
negara seperti dalam lembaga eksekutif atau pun legislatif. Didalam partai
politik sendiri terdapat sebuah lembaga yang menangani permasalahan sengeta
internal partai, lembaga tersbut yaitu Mahkamah partai yang telah dinaungi oleh
sebuah Undang Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 2011 tentang
perubahan Undang Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 2008 tentang

2
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia, 2003 hlm 160
3
Nalom kurniawan, Jurnal Kekuatan Putusan Mahkamah Partai Ditinjau dari Sistem Kekuasaan
Kehakiman Menurut UUD 1945 (Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara, Pengelolaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia) hlm 1
partai politik yang selanjutnya akan disebut dengan Undang Undang Partai
politik . Mahkamah Partai merupakan suatu organ sangat baru di dalam partai
politik yang harus dibuat dalam tiap partai menurut Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Keberadaan
mahkamah parrtai di rancang sebagai peradilandi internal agar dapat
memeriksa, mengadili, dan memutus sebuah sengketa internal partai dengan
sederhana, cepat berkepastian dan adil. Akan tetapi, Mahkamah Partai dalam
sebuah putusan yang di hasilkan belum bisa membantu partai politik untuk
menyelesaikan perselisihannya dengan efisien dan efektif.4
Seiring dengan bergulirnya reformasi disegala bidang dan dibukanya
kebebasan mendirikan partai politik, bermunculan partai politik baru. Peran
partai politik dijaman orde baru hanya sebagai stempel pemerintah, saat ini
sudah bergeser menjadi penguasa baru, yakni dalam Pemilu Legislatif,
Presiden, Gubernur dan Bupati atau Walikota tidak bisa dilepaskan tanpa peran
partai politik. Adanya kekuasaan baru dan atau kewenangan yang besar tersebut
akan menimbulkan persaingan atau pertarungan dikalangan anggota dan
pengelola partai. Kehidupan politik dan ketatanegaraan suatu negara terdiri atas
dua bagian, yaitu infrastruktur dan suprastruktur. Menurut pasal 32 ayat 2
Undang undang partai politik pengertian mahkamah partai adalah mahkamah
partai merupakan organ politik yang memiliki wewenang untuk menyelesaikan
perselisishan atau konflik di internal partai. Mengenai Undang-Undang
Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 2008 Jo Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik.

4
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang perubahan
atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Dalam pasal 32 ayat (2) menyatakan bahwa:
1. Perselisihan Partai Politik diselesaikan oleh internal Partai Politik
sebagaimana diatur di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
2. Penyelesaian perselisihan internal Partai Politik sebagaimana
dimaksud pada ayat satu dilakukan oleh suatu mahkamah Partai
Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik.
3. Susunan mahkamah Partai Politik atau sebutan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat dua disampaikan oleh Pimpinan Partai Politik
kepada Kementerian.
4. Penyelesaian perselisihan internal Partai Politik sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 harus diselesaikan paling lambat enam puluh
hari.
5. Putusan mahkamah Partai Politik atau sebutan lain bersifat final dan
mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan
dengan kepengurusan.

Dalam penjelasan terkai Pasal 32 Ayat 1 Yang dimaksud dengan perselisihan


Partai Politik meliputi antara lain:

1) Perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan.


2) Pelanggaran terhadap hak anggota Partai Politik;
3) Pemecatan tanpa alasan yang jelas
4) Penyalahgunaan kewenangan
5) Pertanggung jawaban keuangan
6) Keberatan terhadap keputusan Partai Politik.

Hadirnya sebuah mahkamah partai lahir dari buah pemikiran para legislator
yang tidak ingin menghendaki sebuah peran yang terlalu besar dari
pemerintahan, termasuk dari institusi perdilan sekalipun ketika menyelesaikan
sebuah perselisihan di internal partai politik, semasa ini bila terjadi sebuah
permasalahan internal pemerintah selalu dianggap memiliki andil untuk
membuat intervensi di jelaskan lebih lanjut di pasal 33 Undang Undang No 2
tahun 2011 tentang partai politik terkait penyelesaian sengketa lebih lanjut :

1. Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 32 tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui
pengadilan negeri.
2. Putusan pengadilan negeri adalah putusan tingkat pertama dan
terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.
3. Perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan oleh
pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan
perkara terdaftar di kepaniteraan pengadilan negeri dan oleh
Mahkamah Agung paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak memori
kasasi terdaftar di kepaniteraan Mahkamah Agung.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 2011


Tentang Partai Politik ini menjadikan mahkamah partai salah satunya lembaga
yang bebas dan independen ketika memutus sengketa internal partai. Meskipun
Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
tidak merumuskan definisi tentang mahkamah partai, namun mahkamah partai
oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 2011 Tentang Partai
Politik memberikan kewenangan untuk memutus permasalahan ditubuh partai
politik itu sendiri, Penyelesaian perselisihan Partai Politik dapat dilakukan
secara internal melalui Mahkamah Partai Politik maupun secara eksternal
melalui pengadilan negeri dan kasasi di Mahkamah Agung, hal tersebut diatur
dalam Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Parubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 menyatakan bahwa
perselisihan Partai Politik diselesaikan oleh internal Partai Politik sebagaimana
diatur di dalam AD/ART, dan penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang
dibentuk oleh Partai Politik.5
Tentang permasalahan disini, menjelaskan bahwa, kewenagan
mahkamah partai yang memiliki sifat atributif dan dari segi fungsional
melakukan fungsi yaitu quasi perdailan selanjutnya diuraikan sebagaimana
berikut ini: mahkamah partai dalam hal kewenangani memiliki sifat yakni
atributif dengan secara tidak langsung dan bila dilihat dari segi fungsional
menempatkan bahwa mahkamah partai menjadi pendelegasi negara dalam badan
partai politik sehingga dalam pembuataanya dan untuk melengkapi struktrunya
di berikan terhadap setiap partai. Dengan begitu setiap putusan yang muncul dari
mahkamah partai merupakan sebuah hukum yang patut dipatuhi oleh setiap
jajaran dalam badan partai politik dan seluruh pihak yang termasuk negara wajib
menghormati produk hukum tersebut.
Keberadaan Mahkamah Partai yang diatur oleh undang-undang
bertujuan untuk menciptakan prosedur dan mekanisme internal untuk
menyelesaikan konflik internal, hal itu bertujuan untuk melindungi dan
menghormati kedaulatan dan otonomi para pihak dalam menyelesaikan setiap
masalah internal dengan berkeadilan dan kepastian hukum, menggunakan
prosedur dan mekanisme baru yang memperkenalkan prinsip prinsip negara
hukum demokrasi dalam pelembagaan partai, di sisi lain prinsip-prinsip tersebut
secara kelembagaan dibagi menjadi fungsi mengatur, fungsi mengurus, dan
fungsi pengambilan keputusan, sehingga lembaga tersebut berdaulat dan
otonomi dalam pengelolaan semua hal yang dijamin dalam permasalahan

internal Partai Politik6


Dalam dinamika kehidupan bernegara yang demokratis, peranan partai
politik sangat menentukan. Berbagai dinamika menghiasi perjuangan partai
politik dalam mencapai perubahan yang besar demi kepentingan rakyat. Bahkan

5
Kristo Roland Pattiapon, “Eksistensi Mahkamah Partai Politik dalam Menyelesaikan
Perselisihan Internal Partai Politik”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Volume 5, Nomor 1, Juni 2021, hlm. 88.
6
Firdaus, “Kekuatan Putusan Mahkamh Partai Ditinjau dari Sistem Kekuasaan Kehakima
Menurut UUD 1945”, Jurnal Konstitusi , Volume 14, Nomor 3, September 2017, hlm. 652 .
Soekarno menyatakan bahwa perubahan besar tatanan sosial atau revolusi, selain
dapat dilakukan melalui kehadiran massa-aksi, juga dapat dilakukan apabila ada
satu partai politik Marhaen nan progresif revolusioner yang dengan gagah berani
menggerakkan massa. Dengan dalih demokrasi, justru di internal partai politik
bergejolak hingga menimbulkan konflik atau sengketa demi untuk
memperebutkan tampuk kekuasaan, baik itu kekuasaan di internal partai maupun
kekuasaan di eksternal seperti pada jabatan politik. Pada rezim tertentu,
terkadang dirasakan adanya intervensi penguasa terhadap situasi dan kondisi di
internal partai politik sehingga menjadi salah satu partai pendukung bagi rezim
yang sedang berkuasa. Hal ini sebagaimana telah terjadi pada saat kekuasaan
Orde Baru yang memberlakukan pengetatan peraturan partai politik Secara teori,
perselisihan atau sengketa memang dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja.
Perselisihan atau sengketa dapat terjadi antara individu dengan individu, antara
individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok, bahkan dapat
menyerang internal partai politik. Dengan kata lain, perselisihan atau sengketa
dapat bersifat publik maupun bersifat keperdataan.7
Perselisihan di dalam partai politik pada beberapa waktu yang lalu, salah
satunya dialami Partai Golkar yang dikenal punya sejarah panjang dalam
perpolitikan Indonesia dan dikenal cukup solid, akhirnya melalui fase krisis,
perpecahan pengurus partai. Partai berlambang beringin ini terpecah ke dalam
dua kubu, dan saling mengklaim sebagai DPP Partai Golkar yang sah. Kubu
Munas Bali dimotori Aburizal Bakrie (ARB) bertarung melawan kubu Munas
Ancol yang dimotori Agung Laksono. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
punya nasib yang sama. Kubu Romahurmuzi melawan kubu Djan Faridz. Golkar
dan PPP sudah melewati mekanisme penyelesaian konflik secara internal, yakni
melalui Mahkamah Partai. Pihak yang keberatan atas putusan Mahkamah Partai
pun mengajukan keberatan ke pengadilan negeri (PN).
Sengketa atau perselisihan kepengurusan yang biasa menyerang internal
partai politik jika ditinjau dari teori yang berkaitan dengan sebab musabab

7
Randi Pradito, Perselisihan penyelesaian Partai Politik Secara Mufakat dan Demokratis. Jl.
Salak Raya, Lingkar Timur, Kota Bengkulu, 2018 hlm 378.
timbulnya sengketa, maka ada keterkaitan dengan teori kepentingan manusia.
Pada intinya, teori ini mengungkapkan bahwa konflik dapat terjadi karena
kebutuhan atau kepentingan manusia tidak dapat terpenuhi atau terhalangi,
bahkan merasa dihalangi oleh orang atau pihak lain. Dalam hal ini, bisa saja
kepentingan yang dimaksud datang atau berasal dari dalam, bahkan luar partai
politik sekalipun.8
Jika diteliti lebih jauh, maka kepentingan yang terdapat dalam sengketa atau
perselisihan partai politik bisa saja termasuk dari salah satu dari jenis
kepentingan yang dikemukakan di atas, namun ketiga kepentingan tersebut
mempunyai keterkaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Maka tidak
salah, ketika perselisihan tersebut menjadi rumit karena memang sedari awal
tujuannya ialah adanya kepentingan dari pihak tertentu yang bisa saja berasal
dari internal maupun eksternal partai politik, tentu saja kepentingan tersebut
kecil kemungkinan mengakomodir kepentingan rakyat jelata secara umum.
dengan tulisan ini penulis berharap membawa perubahan nyata terhadap
pengaturan yang lebih spesifik tentang sengketa calon anggota legislatif antar
internal partai politik oleh sebab itu proposal ini penulis memberikan judul
”PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK
MRNURUT UU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK
DALAM PRESFEKTIF SIYASAH DUSTURIYAH”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rmusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaiamana pengaturan penyelesaian sengketa internal parti politik
menurut UU nomor 2 tahun 2011 tentang partai politik?
2. Bagaiamana rekonstruksi hukum penyelesaian perkara perselisihan
internal partai politik di Indonesia?

8
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5504584b9a7ec/mahkamah-partai-dulu--pengadilan,
diakses pada tanggal 30 Juni 2016
3. Bagaimana tinjauan siyasah dusturiyah mengenai penyelesaian perkara
perselisihan internal partai politik di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Untuk mengetahui bagaiamana pengaturan penyelesaian sengketa
internal parti politik menurut UU nomor 2 tahun 2011 tentang partai
politik.
2. Untuk mengetahui bagaiamana rekonstruksi hukum penyelesaian
perkara perselisihan internal partai politik di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan siyasah dusturiyah mengenai
penyelesaian perkara perselisihan internal partai politik di Indonesia.
D. Kerangka Pemikiran
Partai Politik memiliki peran penting dalam masyarakat demokrasi,
dimana mereka menjadi aspirasi antara masyarakat dengan pemerintah. Sebagai
organisasi yang hidup ditengah masyarakat, Partai Politik menyerap,
merumuskan dan mengagregasi kepentingan masyarakat. Namun dalam
dinamika Partai Politik selalu hadir konflik yang akan menghambat efesiensi
dan tujuan tersebut. Maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana
prosedur penyelesaian konflik menurut aturan yang berlaku.
Untuk menganalisa suatu kasus tersebut diperlukan alat untuk dapat
menganalisis dengan tepat, sehingga tidak melebar dan keluar dari koridor
pembahasan analisis yang ingin didapatkan. Dalam hal ini, penulis ingin
membatasi teori yang digunakan untuk memahami penyelesaian konflik Partai
Politik menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik.
Adapun kerangka teori yang hendak penulis pakai pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Teori Pratai Politik


Partai poltik merupakan keharusan dalam kehidupan politik saat ini yang
demokratis. Senagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan
untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu,
memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang bersaing, serta menyediakan
sarana suksesi kepemimpinan politik secra absah dan damai. Karena itu partai
politik dalam pengertian modern dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok
yang mengajukan calon-calon bagi jabaytan publik untuk dipilih oleh rakyat
sehingga dapat mengontrol atau mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah.9
Kegiatan seseorang dalam Partai Politik merupakan suatu
bentuk partisipasi politik. Partisipasi politik meliputi segala kegiatan yang
berkaitan dengan keikutsertaan mengikuti proses pemilihan pemimpin-
pemimpin dan turut serta dalam pembentukan kebijakan umum baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Menurut Max Weber yang dikutip oleh
Firmanzah mendefinisikan Partai Politik merupakan organisasi publik yang
bertujuan untuk membawa mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut.
Partai politik adalah organisasi yang bertujuan untuk membentuk opini publik.
Sebagai suatu organisasi yang khas, partai politik dilihat sebagai suatu bentuk
organisasi yang berbeda dengan organisasi lain.
Dari definisi diatas yang dikemukakan oleh Max Weber dapat
dilihat bahwa Partai Politik mempunyai peranan penting dalam menentukan
jalannya suatu pemerintahan, dengan cara menempatkan seseorang menjadi
pemimpin pada suatu wilayah dengan cara menggiring opini masyarakat, untuk
memilih seorang yang diusung tersebut menjadi seorang pemimpin. Adapun
dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia sendiri yaitu berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, didefinisikan
sebagai organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.10

9
Poerwanto, P.K, Partai Politik di Indonesia, (Jakarta: P.T. Rineka Pers, 1994), hlm. 25.

10
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
Pentingnya keberadaan Partai Politik dalam menumbuhkan demokrasi
harus dicerminkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Era Reformasi
ini Partai Politik membawa cita-cita keadilan, keterbukaan publik, kesetaraan
dan kebebasan, tentunya tidak ingin dikekang lagi seperti pada Era Orde Baru.
Kemudian hadirlah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik,
sebagai regulasi yang mempunyai semangat reformasi yang diharapkan mampu
untuk bisa mengakomodir segala yang berkaitan dengan Partai Politik di
Indonesia.
2. Teori Penyelesaian Konflik
Perbedaan kepentingan dalam internal Partai Politik seringkali hadir
dan menjadi polemik yang berarti, bukan hanya menimbulkan masalah-
masalah sederhana saja. Lebih jauh, akan menimbulkan konflik atau sengketa
dalam keberlangsungan sebuah Partai Politik, karena perbedaan pandang
berfikir dan arah tujuan Partai Politik. Dalam hal ini, Partai Politik selalu mejadi
arena pertarungan antar kelompok yang berambisi untuk saling memperebutkan
kekuasaan. Oleh karena itu, konflik perebutan kekuasaan selalu mewarnai setiap
kehidupan sosial partai dan menjadi komponen utama dalam proses berjalannya
Partai Politik.
Dalam hal penyelesaian sengketa selalu dibutuhkan upaya-upaya kreatif
yang inovatif agar cepat ditemukannya solusi dalam pemecahan masalah
tersebut. Salah satu unsur yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
mediasi. Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif
diluar pengadilan sudah lama dipakai dalam berbagai kasus kasus bisnis,
lingkungan hidup, perburuhan, pertanahan, perumahan, dan sebagainya yang
merupakan perwujudan tuntutan masyarakat atas penyelesaian sengketa yang
cepat, efektif dan efisien.11 Mediasi berasal dari Bahasa inggris “mediation”
atau penengahan, yaitu penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga
sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara menengahi. Sedangkan
secara etimologi, istilah mediasi berasal dai Bahasa latin “mediare” yang berarti

11
Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa, (Yogyakarta:
Gama Media, 2008), hal. 56
berada ditengah. Mediator harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang
bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust)
dari pihak yang bersengketa.19 Prinsipnya mediasi adalah cara penyelesaian
sengketa diluar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga
yang bersifat netral dan tidak berpihak serta diterima kehadirannya oleh pihak-
pihak yang bersengketa. 12

Selain mediasi yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu cara untuk
menyelesaikan sengketa lainnya adalah rekonsilisasi. Rekonsiliasi merupakan
proses dimana para pihak yang saling berseteru kemudian bertemu satu sama
lain dalam sebuah forum guna membahas pandangan mereka yang berbeda dan
mencapai kesepakatan bersama. Rekonsiliasi sendiri bukan berarti harus
bergabung antara satu sama lain, melainkan menghentikan pertikaian dan
kembali ke posisi masing-masing.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai
Politik telah mengklasifikasikan konflik Partai Politik;
1) perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan,
2) pelanggaran terhadap hak anggota Partai Politik,
3) pemecatan tanpa alasan yang jelas,
4) penyalahgunaan wewenang,
5) pertanggung jawaban keuangan,
6) keberatan terh-ap keputusan Partai Politik.

Secara terperinci telah diatur untuk menyelesaikan sebuah konflik


harus terlebih dulu melalui Mahkamah Partai Politik sebagaimana yang telah
diatur dalam AD dan ART Partai. Mahkamah Partai sebagai wadah untuk
meyelesaikan sengketa yang ada di internal partai tentunya sudah diakui dan
diatur dalam Undang-Undang.
Dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan internal partai tersebut
ialah Mahkamah Partai atau sebutan lainnya yang merupakan bagian dari
internal partai untuk menyelesaikan sengketa internal. Apabila telah diperoleh

12
Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan, (sinar grafika : jakarta) hlm 8
putusan dari Mahkamah Partai atau sejenisnya, maka putusan itu bersifat final
dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan dengan
kepengurusan. Tetapi pada Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang yang sama
memberikan peluang kepada para pihak yang tidak mencapai kata sepakat untuk
menyelesaikan persoalan partai melalui Pengadilan Negeri.13
3. Teori Siyasah Dusturiyah
Siyasah Dusturiyah adalah pendekatan dalam hukum tata negara Islam
yang menggabungkan unsur-unsur politik dan hukum dalam konteks
pemerintahan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Dalam konteks
penelitian ini, Siyasah Dusturiyah digunakan sebagai panduan untuk
menyelesaikan perselisihan internal partai politik dengan mempertimbangkan
ajaran Islam. Siyasah dusturiyah termasuk bagian fiqh siyasah yang mengkaji
mengenai undang-undang, pembahasan tersebut membahas sebuah konsep
legislasi, konstitusi, syura dan lembaga demokrasi, mengenai pembahsan yang
lebih luas siyasah dusturiyah mengenai pembahasan negara hukum di siyasah
serta sebuah hubungan simbiotik pemerintah dengan warga negara agar setiap
hak wajib dilindungi.
Mengenai latar belakang tentang permasalahan internal di partai politik,
mahkamah partai disini meninjau dengan Konsep mengenai Asas hukum Islam
cukup beraneka, terdapat yang umum dan terdapat bersifat khusus. Mengenai
asas yang bersifat umum didapati mencakup semua aspek bidang hukum Islam,
ada pula secara spesififik didapati dalam bidang-bidang secara hukum Islam
tertentu.
a. Asas Keadilan
Keadilan di dalam hukum Islam memiliki sumber kepada Allah Swt.
Oleh sebab itu merupakan sifatnya, dan dilakukan terhadap sesama hambanya.
Allah Swt. yang memerintahkan untuk dapat memutus sebuah perkara dengan
adil dengan menjelaskan apabila kamu menegakkan hukum di antara sesama
manusia. Hal ini memberikan isyarat bahwa tiap manusia mempunyai sebuah

13
Ibid, hlm 62
potensi dalam menegakan sebuah keadilan sebelum kelahirannya dan secara
aktual sejak dia akil baligh. Dengan Menetapkan atau juga memutus hukum
bukan wewenang tiap orang. didapati syarat yang harus di penuhi untuk
melakukan pemberian putusan hukum, diantaranya pengetahuan mengenai
hukum tersebuti dan mengetaui tata cara dalam menetapkan hukum serta perkara
perkara yang di hadapi. seorang yang dapat memenuhi sebuah syarat
memutuskan hukum tersebut, maka kepadanya ayat ini di tujukan, yaitu kamu
harus memutus dengan adil.
b. Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum merupakan sebuah perbuatan tidak bisa diancam
ataupun diberikan hukuman kecuali sudah didapatu ketentuan hukum yang kuat
ata perbuatan tersebut. Asas Kepastian Hukum yang menjadi salah satu tujuan
dari hukum dan bisa dikatakan sebagai untuk mencapai keadilan. Dalam bentuk
kenyaataan kepaastian hukum merupakan pelaksaanaannya dan penegakan
dalam hukum kepada suatu perkara dengan tanpa melihat siapa yang melakukan
perbuatan perkara tersebut. Dengan hadirnya kepastian hukum setiap warga
negara dapat memperkirakan kedepan apa yang akan terjadi nila melakukan
perbuatan melawan hukum, kepastian hukum sangatlah dibutuhkan agar dapat
mencapai keadilan. 14
Dalam konteks penelitian ini, Siyasah Dusturiyah berfungsi sebagai
pedoman untuk menyelesaikan konflik internal dalam partai politik dengan
mempertimbangkan ajaran Islam. Pendekatan Siyasah Dusturiyah mengusung
beberapa unsur utama. Pertama, prinsip keadilan dan kesejahteraan menjadi
landasan utama, di mana penyelesaian konflik di dalam partai politik harus
mengarah pada pencapaian keadilan di antara anggota partai dan masyarakat.
Konsep musyawarah juga menjadi elemen kunci, di mana musyawarah
dianggap sebagai metode pengambilan keputusan yang terencana dan
demokratis. Siyasah Dusturiyah menekankan pentingnya kepemimpinan yang
adil, yang berorientasi pada kepentingan umat. Dalam konteks partai politik,

14
Achmad Irwan Hamzani, Asas asas hukum islam, Thafa media, yogyakarta, 2018 hlm 79
kepemimpinan yang adil dibutuhkan untuk mengatasi konflik dan memulihkan
kepercayaan anggota. Prinsip kesejahteraan umat menjadi tujuan akhir,
mencerminkan upaya untuk mencapai stabilitas dan kesinambungan partai
dalam menyelesaikan perselisihan.

Tujuan utama Siyasah Dusturiyah meliputi pencapaian keadilan dan


kesetaraan di antara anggota partai, pembentukan kepemimpinan yang adil,
menjaga stabilitas partai, dan memberikan solusi yang sesuai dengan ajaran
Islam. Dalam konteks penelitian ini, penerapan Siyasah Dusturiyah diharapkan
dapat memberikan wawasan mendalam tentang cara menangani konflik internal
partai politik dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip hukum tata negara
Islam. Melalui pemahaman terhadap ajaran Islam, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan solusi yang holistik dan seimbang dalam menyelesaikan
konflik internal partai politik sesuai dengan UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik.
E. Daftar Pustaka
Achmad Irwan Hamzani, Asas asas hukum islam, Thafa media, yogyakarta, 2018
hlm 79.
Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
sengketa, (Yogyakarta: Gama Media, 2008), hal. 56
Firdaus, “Kekuatan Putusan Mahkamh Partai Ditinjau dari Sistem Kekuasaan
Kehakima Menurut UUD 1945”, Jurnal Konstitusi , Volume 14, Nomor 3,
September 2017, hlm. 652.

Kristo Roland Pattiapon, “Eksistensi Mahkamah Partai Politik dalam


Menyelesaikan Perselisihan Internal Partai Politik”, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Volume 5, Nomor 1, Juni
2021, hlm. 88.

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia, 2003 hlm 160

Nalom kurniawan, Jurnal Kekuatan Putusan Mahkamah Partai Ditinjau dari


Sistem Kekuasaan Kehakiman Menurut UUD 1945 (Pusat Penelitian dan
Pengkajian Perkara, Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia) hlm 1

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang


perubahan atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik.

Poerwanto, P.K, Partai Politik di Indonesia, (Jakarta: P.T. Rineka Pers, 1994), hlm.
25.

Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan, (sinar grafika : jakarta) hlm 8

Randi Pradito, Perselisihan penyelesaian Partai Politik Secara Mufakat dan


Demokratis. Jl. Salak Raya, Lingkar Timur, Kota Bengkulu, 2018 hlm 378

Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, Bandung:Pustaka Setia, 2013 , hal. 273

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5504584b9a7ec/mahkamah-partai-
dulu--pengadilan, diakses pada tanggal 30 Juni 2016
.

Anda mungkin juga menyukai