Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KESALAHAN BAHASA WACANA PADA BERITA AREMANIA

DAN TRAGEDI STADION KANJURUHAN

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia
yang Diampu oleh Mulasih Tary, M.Pd.

Disusun Oleh:
Nandah Elviani 40421027
Devi Fitriani 40421033
Elsa Zakia Lestari 40421034
Esti Triyuni Rahayu 40421035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu
banyak nikmat yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun
pikiran.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan


makalah sebagai tugas mata kuliah Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dengan
topik inti “Analisis Kesalahan bahasa Wacana pada Berita Aremania dan Tragedi
Stadion Kanjuruhan”. Kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Mulasih, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia serta
semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan
baik isinya maupun struktur penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharap
kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari.

Demikian, semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para


pembaca.

Bumiayu, 29 0ktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................................
A. Pengertian Wacana........................................................................................................
B. Dimensi wacana............................................................................................................
C. Struktur wacana.............................................................................................................
BAB III METODELOGI PENELITIAN................................................................................
A. Desain Penelitian.............................................................................................................
B. Latar Penelitian...............................................................................................................
C. Data dan sumber data penelitian.....................................................................................
D. Teknik pengumpulan data...............................................................................................
E. Keabsahan data................................................................................................................
F. Teknik analisis data.........................................................................................................
BAB III PEBAHASAN...........................................................................................................
A. Analisis kesalahan bahasa wacana pada berita aremania dan tragedi stadion
kanjuruhan ....................................................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................
A. Simpulan.......................................................................................................................

iii
B. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Surat kabar dan berita sering dianggap memiliki berbagai kualitas netralitas serta
otoritas yang pada kenyataannya tidak dimilikinya dan tidak dapat diharapkan
secara logis untuk dimiliki olehnya (Burton, 2008:153). Jadi, berita bukanlah
gambaran atas realitas. melainkan pengkonstruksian realitas yang mengandung
ketidaknetralan. Ketidaknetral an tersebut tidak lepas dari peran subjektivitas
wartawan dalam memandang objek yang diberitakan.
Untuk dapat memahami wacana berita yang disajikan media secara
komprehensif, diperlukan perspektif kritis sehingga bahasa dan praktik
kebahasaan tidak lagi dipahami sebagai alat atau medium yang netral. Salah satu
model analisis wacana kritis ini adalah model kognisi sosial yang ditawarkan
oleh Teun A. van Djik. van Dijk memperkenalkan analisis kognisi sosial, yang
menjadi penghubung antara wacana dan masyarakat (Meyer, 2001: 15). van Dijk
menganalisis tiga dimensi wacana untuk melakukan analisis wacana secara
komprehensif, antara wacana, kognisi, dan masyarakat (2008: 9).
Penelitian dilakukan terhadap berita mengenai Aremania dan tragedi
stadion Kanjuruhan yang muncul dan menjadi berita utama. Hal tersebut
menunjukkan bahwa berita tentang tersebut memiliki berbagai nilai berita,
seperti kenegatifan, konflik, dan kedekatan,
Alasan lain yang menjadikan penelitian ini penting dilakukan adalah
berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan pada umumnya analisis wacana kritis
van Dijk tidak dilakukan secara komprehensif atau tidak melibatkan ketiga
elemen wacananya, yaitu teks. kognisi sosial, dan konteks sosial. Padahal untuk
menerapkan analisis wacana kognisi sosial yang dikemukakan van Dijk, kognisi
sosial dan konteks sosial tidak bisa diabaikan.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk Analisis
Kesalahan Bahasa Wacana pada Berita Aremania dan Tragedi Stadion
Kanjuruhan?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai, yaitu mendeskripsikan bentuk Analisis Kesalahan
Bahasa Wacana pada Berita Aremania dan Tragedi Stadion Kanjuruhan.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian wacana
Kridalaksana (2008:259) menyatakan bahwa “Wacana merupakan satuan
terlengkap dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terbesar”. Sumarlam, dkk
(2009:15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah satuan
bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah,
dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen
tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling
terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
Fairlough dan Wodak dalam Eriyanto (2001: 7) berpendapat bahwa analisis
wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai
bentuk dari praktik sosial. Tujuan analisis wacana kritis adalah menjelaskan
dimensi linguistik kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan proses perubahan
dalam modernitas terkini (Jorgensen dan Philips, 2007: 116).
Salah satu tokoh analisis wacana kritis yakni Teun Adrianus van Dijk, atau
lebih dikenal dengan sebutan Teun van Dijk. Yaitu seorang sarjana ahli linguistik
dan analisis wacana serta merupakan profesor yang ikut mengembangkan teori dan
kajian linguistik teks. Teun Adrianus Van Dijk lahir tanggal 7 Mei 1943 di
Naaldwijk, Belanda. Dia adalah seorang sarjana di bidang linguistik teks, analisis
wacana dan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis (AWK) model van Dijk
dikenal dengan sebutan “kognisi sosial” yakni model analisis yang tidak hanya
mendasarkan analisis teks saja, akan tetapi juga membahas proses produksi
wacana tersebut yang dinamakan kognisi sosial. Dari sekian banyak analisis

3
wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van
Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Dikarenakan model Van Dijk
lebih membahas secara keseluruhan suatu wacana mulai dari bagian-bagian
teksnya, kognisi sosial suatu wacana, serta analisis sosial dari wacana tersebut.
B. Dimensi wacana
Mulyana (2021: 54) Van Dijk mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis model Van Dijk adalah
menggabungkan tiga dimensi wacana tersebut dalam satu kesatuan analisis,
tiga dimensi wacana tersebut yaitu:

1. Dimensi Teks
Dalam dimensi teks yang pertama, yang diteliti adalah bagaimana struktur
teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.
2. Kognisi Sosial
Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks yang melibatkan
kognisi individu. Proses ini melibatkan kognisi individu penulis berita.
Kognisi sosial memiliki dua arti, dalam konteks ini, satu aspek menunjukkan
bagaimana jurnalis menghasilkan berita, sedangkan aspek lain
menggambarkan nilai-nilai masyarakat yang digunakan jurnalis dalam
pembuatan teks berita (Anggoro et al., 2019).
3. Konteks Sosial
Aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam
masyarakat akan suatu masalah. Konteks sosial terdiri atas dua poin penting,
yaitu kekuasaan dan akses. Senada dengan pernyataan tersebut, Fairclough
menggunakan wacana untuk memperhatikan bagaimana bahasa digunakan
sebagai alat dalam praktik sosial (Eriyanto, 2001).
Lestarini (2021: 7) Dimensi ketiga dari analisis wacana kritis milik
Van Dijk adalah konteks sosial. Wacana berkembang dimasyarakat, sehingga
untuk meneliti sebuah teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan

4
meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikontruksi
dalam masyarakat. Dalam konteks sosial, menganalisis bagaimana wacana
yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi
seseorang atau peristiwa digambarkan.
Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan
secara bersama-sama dalam analisis Teun Van Dijk (Eriyanto 2012: 225).

C. Struktur Wacana

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau
tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Lestarini (2021: 6)
pendekatan analisis wacana kritis model Teun. A Van Dijk mengelaborasi
elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara
praktis. Ia membaginya kedalam 3 tingkatan. Abdullah (2014: 32)
menjelaskan pendekatan Teun van Dijk mencoba menghubungkan struktur
bahasa ke struktur makro dan mikro dan berfokus pada kognisi sosial sebagai
penengah antara teks dan masyarakat, dan analisis sosial.

Lestarini (2021: 6) Van Dijk melihat suatu wacana terdiri atas berbagai
struktur/tingkat, yang masing-masing bagian saling mendukung satu sama
lain. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan, yakni:

1. Struktur makro yaitu makna umum dari suatu teks yang dapat dipahami
dengan melihat topik dari suatu teks. Topik direpresentasikan ke dalam suatu
atau beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok wacana.
Topik juga dikatakan sebagai “semantic macrostructure” (Dijk, 1985: 69).
Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.
2. Superstruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur dan elemen
wacana disusun dalam teks secara utuh.

5
3. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil
dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan
gambar (Eriyanto 2011: 226).
Mulyana (2021: 55) struktur-struktur teks tersebut menurut van Dijk
pada dasarnya juga mengandung sejumlah elemen teks, elemen teks menurut
Teun A. van Dijk yaitu:
1. Tematik
Yakni merujuk pada gambaran umum dari suatu teks atau gagasan umum
suatu teks, ringkasan unsur utama dalam suatu teks tertentu.
2. Skematik
Skematik dalam suatu teks atau superstruktur merupakan gambaran dari
bentuk umum suatu teks yang tersusun dalam beberapa kategori seperti
pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, penutup dan lain
sebagainya
3. Semantik
Van Dijk menggolongkan semantik sebagai makna lokal suatu teks. Makna
semantik selain untuk mendefinisikan unsur terpenting suatu struktur wacana,
akan tetapi dapat pula mengarahkan suatu peristiwa ke sisi tertentu
4. Sintaksis
Yakni cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang seluk-beluk dari suatu
wacana, kalimat, kalusa, dan frase.
5. Stilistika
Stilistika atau biasa disebut gaya bahasa adalah cara dimana seorang
komunikator menyampaikan suatu pesan yang ingin disampaikan kepada
komunikan atau penerima pesan, dengan menggunakan bahasa sebagai sarana
dalam menyampaikan pesannya
6. Retoris
Retoris yaitu cara penyampaian pesan dari seseorang ketika berbicara dan
menulis, dan cenderung disampaikan dengan cara berlebihan atau hiperbolik.

6
Menurut Teun Van Dijk, meskipun terdiri dari berbagai elemen, semua
elemen tersebut merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan
mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung
oleh kerangka teks, pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Teun
Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok
kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran
dan kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana
oleh Teun Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan:
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Teun Van Dijk adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan
analisis.

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membaca dan
memahami Kesalahan Bahasa Wacana pada Berita Aremania dan Tragedi
Stadion Kanjuruhan Pemahaman isi berita kemudian mengerucut pada rumusan
masalah yang membutuhkan jawaban. Langkah ini kemudian ditindak lanjuti
dengan melakukan Analisis Kesalahan Bahasa Wacana pada Berita Aremania
dan Tragedi Stadion Kanjuruhan melalui metode deskriptif analisis, metode ini
digunakan sebagai jembatan untuk mengetahui tentang kesalahan berbahasa
wacana.

B. Latar Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi yang digunakan dalam penelitian.
Adapun tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah fleksibel.
2. Waktu Penelitian

8
Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih 6 hari.
Adapun untuk memudahkan proses pelaksanaan penelitian yakni mulai dari
tanggal 29 – 3 Oktober 2023.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian membahas mengenai karakteristik yang akan
digunakan dalam penelitian atau dapat diartikan sebagai benda, hal atau
orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang
dipermasalahkan. Adapun subjek penelitiannya membahas mengenai analisis
kesalahan bahasa wacana pada berita Aremania dan tragedi stadion
Kanjuruhan

C. Data dan Sumber Data Penelitian


Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data yang diambil berupa hasil
kajian tentang analisis kesalahan bahasa wacana pada berita Aremania dan
tragedi stadion Kanjuruhan yang diambil dari sebuah web online, Sumber data
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita.

D. Teknik Pengumpulan Data


Data adalah bukti sekaligus petunjuk dalam penyusunan sebuah penelitian.
Penelitian kualitatif biasanya berupa deskripsi dalam bentuk kalimat. Pada
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan
catat.
a. Baca
Penggunaan teknik baca ini dilakukan pada saat membaca berita. Tujuan
membaca berita tersebut adalah untuk menganalisis kesalahan bahasa wacana
pada berita Aremania dan tragedi stadion Kanjuruhan
b. Catat
Penggunaan teknik catat yakni berfungsi untuk mencatat hal-hal yang
merupakan hasil dari analisis dari sumber data.

9
E. Keabsahan Data
Adapun perihal ketelitian dan ketepatan data dalam penelitian ini
menggunakan trianggulasi data dan teori. Trianggulasi data digunakan sebagai
penggalian kebenaran data dari sebuah dokumen yang ditulis, dokumen tersebut
berupa buku-buku penunjang, artikel atau jurnal relevan, dan dokumen analisis
data. Selanjutnya, trianggulasi teori digunakan sebagai pembanding antara teori
yang satu dengan teori lainnya, sebagai bahan penguat dalam argumen,
meningkatkan kedalaman pemahaman seorang peneliti dalam menggali
pengetahuan atas hasil analisis yang diperoleh.

F. Teknik Analisis Data


Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok yaitu
reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya. Pertama,
reduksi data yakni dilakukannya pengumpulan data baik di dalam buku, jurnal
dan skripsi yang digunakan, maupun buku-buku teori yang relevan dengan
penelitian. Kedua, sajian data atau analisis data, hal ini sangat penting dilakukan
agar data hasil reduksi terorganisirkan dan tersusun dengan pola yang sistematis
setelah melewati tahapan pengumpulan data berupa hal yang akan ditulis dalam
pembahasan. Data yang ada dalam sajian data ini berupa kutipan berita. Ketiga,
penarikan simpulan atau verifikasi digunakan sebagai tahap akhir untuk
menentukan bukti-bukti berdasarkan temuan yang terdapat di dalam pembahasan.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis wacana kognisi sosial yang dikemukakan van Dijk meliputi tiga level
analisis, yaitu analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial (Van Dijk, 2008:
16).

A. Analisis teks

1. Kultur inilah yang juga tidak dapat dilepaskan dari Aremania, kelompok
pendukung tim Arema yang saat ini sedang berduka. Kehadiran sepak bola di Malang
ibarat “otot” yang membalut tubuh seorang lelaki. Olahraga rakyat ini menjadi
keseharian yang disenangi sekaligus dianggap sebagai sebagi ruang ekspresi
kejantanan, ksatria, sekaligus kebersamaan bagi para pendukungnya. Sejak tahun

11
1994, Aremania telah mengibarkan benderanya di setiap laga Arema yang membawa
kebanggaan sepak bola bagi warga Kota Malang.

Teks tersebut menjelaskan tentang budaya Aremania, kelompok suporter tim


sepak bola Arema di Malang. Namun teks tersebut mengandung kekeliruan
dalam wacananya yaitu analisis teks. Kesalahannya adalah teks tersebut tidak
berhubungan dengan konteks topik. Teks tersebut membahas budaya Aremania dan
bagaimana sepak bola menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Namun, teks tersebut tidak memberikan informasi apapun tentang budaya Aremania,
seperti kepercayaan, adat istiadat, atau tradisi mereka. Melainkan hanya membahas
tentang pentingnya sepak bola di Malang dan bagaimana Aremania mendukung tim
sepak bola Arema sejak tahun 1994. Oleh karena itu, teks tersebut tidak berhubungan
dengan konteks topik yaitu budaya Aremania.

B. Kognisi sosial

2. Menariknya ketika Persatuan Sepakbola Arema (PS Arema) berdiri pada tahun
1987, geng-geng ini mulai mengalihkan perhatiannya ke Stadion Gajayana. Lorong-
lorong gang kota mulai ditinggalkan dan kelompok-kelompok anak muda ini
menemukan tempat berekspresi yang spontan. Sepak bola telah menjadi media
pendamai di luar lapangan hijau dan secara alami membentuk mereka menjadi
kelompok baru yang bernaung dalam satu nama: Aremania. Meski mengibarkan
nama yang sama, Aremania berjalan sebagai organisasi yang tak memiliki struktural.
Tidak ada istilah pemimpin sentral hingga sekarang, yang ada hanyalah koordinator
wilayah (korwil) untuk mengatur sekelompok anggota Aremania. Wilayah yang
mencakup korwil bukanlah kecamatan atau kelurahan, melainkan kawasan atau gang
sehingga terdapat peta imajinasi baru yang hanya berlaku bagi mereka. Berbeda
dengan kelompok pendukung klub sepak bola lainnya, Aremania tidak memiliki
hubungan struktural dengan pengurus Yayasan Arema. Semua pendanaan, aturan, dan

12
gerakan diatur oleh korwil. Seiring perkembangan, fenomena Aremania turut melebar
ke arah kepentingan ekonomi, sosial dan politik, hingga keamanan.

Teks tersebut mengandung beberapa kesalahan wacana menurut teori kognisi


sosial van Dijk. Kesalahan-kesalahan ini adalah:

1. Perhatian selektif : Teks hanya berfokus pada aspek positif Aremania dan tidak
menyebutkan aspek negatif atau kritik apa pun. Hal ini menciptakan pandangan yang
sepihak dan bias terhadap kelompok tersebut.

2. Penyajian selektif : Teks hanya menyajikan informasi terbatas tentang Aremania,


seperti sejarah dan strukturnya, tanpa memberikan konteks atau informasi latar
belakang apa pun. Hal ini menyulitkan pembaca untuk memahami sepenuhnya
kelompok tersebut dan signifikansinya.

3. Persuasi : Teks ini menggunakan bahasa persuasif untuk menggambarkan


Aremania secara positif, seperti menggambarkan mereka sebagai "ekspresi spontan"
dan "kelompok baru" yang terbentuk secara alami melalui kecintaan mereka pada
sepak bola. Bahasa ini dimaksudkan untuk menciptakan kesan positif terhadap
kelompok dan mempengaruhi pendapat pembaca.

4. Stereotip : Teks tersebut menggunakan bahasa stereotip untuk menggambarkan


Aremania, seperti menyebut mereka sebagai "geng" dan "kelompok pemuda". Bahasa
ini memperkuat stereotip negatif terhadap generasi muda dan menciptakan kesan
negatif terhadap kelompoknya.

5. Dekontekstualisasi : Teks menyajikan informasi tentang Aremania tanpa


memberikan konteks atau latar belakang informasi, seperti kondisi sosial dan politik
yang menyebabkan terbentuknya kelompok tersebut. Hal ini menyulitkan pembaca
untuk memahami sepenuhnya kelompok tersebut dan signifikansinya.

13
Secara keseluruhan, teks tersebut menyajikan pandangan terbatas dan bias terhadap
Aremania yang dimaksudkan untuk menciptakan kesan positif terhadap kelompok
tersebut. Namun, pendekatan ini bermasalah karena mengabaikan faktor-faktor sosial
dan politik kompleks yang menyebabkan terbentuknya kelompok tersebut dan
melanggengkan stereotip negatif terhadap generasi muda.

3. Kesadaran kolektif Kelahiran Aremania lebih didorong oleh kesadaran kolektif


dengan dasar persamaan emosi untuk menyatukan ingatan. Kesadaran kolektif ini
kian diperkuat dengan hadirnya simbol Ongis Nade (Singo Edan) dengan dominasi
warna biru yang menggambarkan sifat ksatria, keperkasaan, dan kepahlawanan.
Entah dari mana asalnya, singa (binatang) yang tidak pernah ada di Jawa tiba-tiba
muncul sebagai simbol Arema. Pada tahun 1937, pemerintah kolonial Belanda
menetapkan simbol Kota Malang yang terdiri dari tiga singa. Satu singa terletak di
dalam perisai serta dua lainnya berdiri memegang perisai yang berwarna kuning
emas. Namun, gambar singa dalam simbol kolonial tersebut bukanlah rujukan Arema.
Salah satu pencetus PS Arema, Lucky Acub Zaenal mengatakan bahwa simbol singa
untuk Arema karena terbentuk pada 11 Agustus 1987 yang berhubungan dengan rasi
bintang singa (Leo). Kembali pada kesadaran kolektif, Aremania juga menjadi bentuk
perlawanan di awal berdirinya. Kala itu, Pemerintah Kota Malang hanya
memperhatikan Persema Malang, sedangkan Arema cenderung mengabaikan.
Perlawanan Aremania ditampilkan dengan mendukung mati-matian Arema dan
membiarkan Persema dalam keadaan tenang dukungannya. Imbasnya, sempat ada
dikotomi sepak bola plat merah (Persema) dan sepak bola plat kuning (Arema).

Jika dianalisis menggunakan teori van dijk yaitu teori kognisi sosial. Teks
tersebut membahas tentang lahirnya Aremania, sebuah kelompok suporter sepak bola
di Malang, yang didorong oleh kesadaran kolektif berdasarkan kesetaraan emosional
untuk menyatukan identitas mereka. Dalam teks tersebut juga disebutkan adanya
lambang Ongis Nade, yaitu singa berwarna biru yang melambangkan kesatria,

14
kekuatan, dan kepahlawanan. Namun teks tersebut mengandung beberapa kesalahan
wacana yang melanggar teori kognisi sosial van Dijk. Kesalahannya adalah:

1. Representasi selektif : Teks hanya menampilkan lahirnya Aremania dari sudut


pandang pendukungnya, tanpa mempertimbangkan pandangan pemangku
kepentingan lainnya, seperti pemerintah, klub sepak bola, atau suporter rival.
Representasi selektif ini dapat menciptakan pemahaman yang bias dan tidak lengkap
terhadap fenomena tersebut.

2. Kategorisasi : Teks tersebut mengelompokkan suporter sepak bola ke dalam dua


grup, Persema dan Arema, berdasarkan warna tim masing-masing, merah dan kuning.
Kategorisasi ini terlalu menyederhanakan kompleksitas identitas suporter sepak bola
yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti geografi, sejarah, etnis, agama,
dan ideologi.

3. Evaluasi : Teks ini menilai peran Aremania sebagai bentuk perlawanan terhadap
pengabaian pemerintah terhadap klub sepak bolanya, Arema, dan sikap permusuhan
suporter rival terhadap mereka. Evaluasi ini dapat menimbulkan sikap terpolarisasi
dan konfrontatif terhadap pemangku kepentingan lainnya, sehingga dapat
meningkatkan konflik dan kekerasan.

Untuk menghindari kesalahan wacana ini, teks tersebut harus mengadopsi pendekatan
yang lebih inklusif, bernuansa, dan empati dalam memahami identitas suporter sepak
bola dan hubungan mereka dengan pemangku kepentingan lainnya.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

15
Berdasarkan analisis wacana kognisi sosial yang melibatkan teori van Dijk, dapat
disimpulkan bahwa teks-teks yang telah dianalisis memiliki beberapa kesalahan
wacana. Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi perhatian selektif, penyajian
selektif, penggunaan bahasa persuasif, penggunaan stereotip, dan
dekontekstualisasi. Teks-teks tersebut juga mengandung kesalahan seperti
representasi selektif, kategorisasi, dan evaluasi. Kesalahan-kesalahan ini dapat
memengaruhi pemahaman dan persepsi terhadap kelompok atau fenomena yang
dibahas dalam teks. Dalam konteks kognisi sosial, penting untuk memahami
bahwa wacana yang bias atau terlalu selektif dapat menciptakan pandangan yang
sempit dan tidak objektif terhadap suatu topik. Sebagai solusi, teks-teks tersebut
perlu mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif, berimbang, dan empati dalam
menyajikan informasi tentang kelompok atau fenomena yang dibahas. Dengan
demikian, pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif dan
akurat tentang topik tersebut.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah “Analisis Kesalahan
Wacana pada Berita Aremania dan Tragedi Stadion Kanjuruhan” Penulis berharap
makalah ini bisa menjadi referensi dan bisa menambah wawasan bagi pembaca,
walaupun dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak keliruan, penulis mengucapkan mohon maaf serta mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah
berikutnya bisa lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

16
Abdullah, Faiz Sathi. (2014). An Overview of Focal Approaches of Critical Discourse
Analysis. International Journal of Education & Literacy Studies. 2(4): 28-35.

Anggoro, A. D., Amin, A., & Hassan, M. S. N. A. (2019). A discourse research towards news
report of jakarta regional election on media indonesia.com and okezone.com
published from october 2016 until April 2017. International Journal of
Recent Technology and Engineering, 8(2), 229–237.
https://doi.org/10.35940/ijrte.B1040.0782S319

Dijk, Teun A. Van. (1986). Discourse Analysis in Society. London: Academic Press Inc.

Eriyanto. 2012. Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”. PT. LKis.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Eriyanto. (2011). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS

Ellya, Fasilatul Nur. Yarno. (2023). Pemberitaan Tragedi Kanjuruhan Dalam Tayangan
Youtube Narasi Mata Najwa: Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk.
Semantik Volume 12, No. 2, September 2023 pp 203-220.

Fauzi, Joko Arif Nur. (2023). Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk Dalam Lirik Lagu
“Mangku Purel” Karya Nurbayan. JOB volume (19, nomer 1) (2023).

Humaira, Hera Wahdah. (2018). Analisis Wacana Kritis (Awk) Model Teun A. Van Dijk
pada Pemberitaan Surat Kabar Republika. Jurnal Literasi. Volume 2. Nomor
1, 32-40.

Imam, Ahmad Fachruddien. (2012). Analisis Wacana Van Dijk Pada Lirik Lagu Irgaa Tani
(My Heart Will Go On). Journal Of Arabic Learning And Teaching. Volume
2. Nomor 1.

Jorgensen, M. W. dan Louise J. P. (2007). Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.

17
Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Edisi Revisi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.

Lestarini, Noviana Dwi. (2021). Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Atas Lirik Lagu
“Ojo Mudik” Ciptaan Didi Kempot. Jurnal BATRA, 7(1). IAIN Surakarta.

Mukhlis, Muhammad. Akbar Al Masjid, dkk. (2020). Analisis Wacana Kritis Model Teun
A.Van Dijk pada Surat Kabar Online dengan Tajuk Kilas Balik Pembelajaran
Jarak Jauh Akibat Pandemi Covid-19. Geram (Gerakan Aktif Menulis).
Volume 8, Nomor 2, Desember 2020.

Mulyana. (2021). Metodologi Penelitian Wacana, Panduan Aplikatif Penelitian Wacana.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saadillah, Andi. Nurul Haeniah. (2020). Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk dalam
Cerpen “Tukang Dongeng” Karya Ken Hanggara. Jurnal Lingue Bahasa,
Budaya, dan Sastra. Volume 2, No.2 , h. 80-87.

Sumarlam, dkk. (2009). Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta. Pustaka Cakra.

18

Anda mungkin juga menyukai