Anda di halaman 1dari 16

TOKSISITAS AKUT

MATERI
• BAHAN DAN ALAT, PROSEDUR LD50, Dosis & Pembuatan sediaan , Tabel
pengumpulan data
• Praktikum bedah hewan coba: Tujuan, Praktek pengambilan darah dari vena
mata
• Praktek mengamati, pengambilan serta penimbangan organ dalam,
Membandingkan % berat organ sehat terhadap bobot
• Prosedur bedah hewan, Praktek bedah hewan
• Pelaporan
• Kriteria pengamatan
• Tabel 2 : Pemeriksaan fisik dalam uji ketoksikan akut pada roden
• Tabel 3 : Perbandingan Organ per Berat Badan Mencit
• LATIHAN
Deskripsi singkat

• Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik sesuatu


senyawa yang terjadi dalam waktu singkat setelah
pemberian dosis tunggal atau beberapa kali dalam
jangka waktu 24 jam.
• Uji Toksisitas akut dilakukan dengan memberikan
zat kimia yang sedang diuji sebanyak satu kali atau
beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam
TOKSISITAS AKUT
• Ketoksikan akut merupakan kisaran dosis letal atau dosis
toksik obat terkait, pada satu jenis hewan uji atau lebih.
• Dapat digunakan untuk menilai berbagai gejala klinis
yang timbul, adanya efek toksik yang khas, dan
mekanisme yang memerantarai kematian hewan uji.
• Jadi dalam uji ketoksikan akut, data yang dikumpulkan
berupa tolok ukur ketoksikan kuantitatif (kisaran dosis
letal/toksik) dan tolok ukur ketoksikan kualitatif (gejala
klinis, wujud dan mekanisme efek toksik).
Tabel 1 : Pemeriksaan fisik dalam uji ketoksikan akut pada roden
Sistem organ Pengamatan dan Tanda-tanda umum ketoksikan
pemeriksaan
Perubahan sikap terhadap pengamat, vokalisasi luar
Perilaku
biasa, gelisah
Kedutan, tremor, ataksia, katatonia, paralisis,
Gerakan
SSP & konvulsi, keterpaksaan gerak
somatomotor Kereaktivan terhadap Keberangasan, kepasifan, anestesia, hiperaestesia
aneka rangsang
Refleks serebral & spinal Lemah, tidak ada
Tonus otot Kekakuan, kelembekan
Ukuran pupil Miosis, midriasis
SSO
sekresi Salivasi, lakrimasi
Pernafasan Sifat & laju nafas Bradipnea, dispnea
Kardiovaskuler Palpitasi daerah kardiak Bradikardi, aritmia, denyut nadi lebih kuat atau lemah
Peristiwa perut Diare, sembelit, flatulent, kontraksi
Saluran cerna
Konsistensi tinja Tidak terbentuk, warna hitam
Vulva, kel. mame Bengkak
Genitourinari Penis prolap
Daerah perineal Kotor
Kulit dan bulu Warna, keutuhan Kelembekan, kemerahan, pelepuhan, piloereksi
Konyungtiva, mulut Kongesti, perdarahan, sianosis, kekuningan
Membran Kelopak mata Ptosis
mukosa mata Bola mata Eksophtalamus, nistagmus
transparansi Opositas
Tempat injeksi Bengkak
Lain-lain
Kondisi umum Perawakan abnormal, kurus
LD50 dan TD50
• Tolok ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan
kisaran dosis letal atau toksik, berturut-turut adalah dosis letal tengah
(LD50) atau dosis toksik tengah (TD50).

• Yakni suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan


dosis tunggal suatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau
menimbulkan efek toksik yang berarti 50% hewan uji

• Terdapat tiga metode yang paling sering digunakan untuk menghitung harga
LD50 , yakni metode
–Cara Farmakope indonesia III
–Cara Weil
–Metode probit
–aritmatik Reed & Muench (1938),
–Metode OECD
yang pada dasarnya didasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan
% hewan yang menunjukkan respons.
Kegunaan Nilai LD50
1. Mengklasifikasikan potensi ketoksikan zat kimia (tabel 1)
2. Pertimbangan akibat bahaya dari overdosis
3. Perencanaan studi toksisitas jangka pendek pada binatang
4. Menyediakan informasi tentang
a. mekanisme keracunan,
b. pengaruh terhadap umur, seks, inang lain dan faktor lingkungan,
c. respons yang berbeda diantara spesies dan galur
5. Menyumbang informasi yang diperlukan secara menyeluruh dalam
percobaan obat penyembuh bagi manusia
6. Kontrol kualitas : mendeteksi ketidakmurnian produk racun dan
perubahan fisik bahan kimia yang mempengaruhi kehidupan
OECD 423
• Prinsip pengukian berdasarkan prosedur bertahap dengan
menggunakan jumlah hewan minimal per step
• Senyawa uji diberikan secara oral kepada group hewan
percobaan pada dosis yang ditentukan
• Setiap tahap menggunakan 3 hewan, satu jenis kelamin,
adanya kematian atau tidak menentukan langkah
selanjutnya
– Tidak ada pengujian lanjutan
– Pengujian terhadap 3 hewan lagi dengan dosis yang sama
– Pengujian terhadap 3 hewan pada dosis yang lebih tinggi atau
lebih rendah
OECD-Hewan Uji
Pemilihan hewan uji
• Spesies roden yang lebih disukai tikus, umumnya digunakan betina, kecuali
ada data yang menunjukan jantan lebih sensitif pada terhadap senyawa
yang diuji
• Hewan sehat nulipara, tidak hamil umur 5-6 minggu untuk mencit, 8-12
minggu untuk tikus, berat badan tidak lebih dari ±20% rata2 berat badan uji
sebelumnya.
Persiapan hewan
• Hewan dipilih secara random, dan diaklimatisasikan di kandang paling tidak
selama 5 hari sebelum perlakuan
Persiapan dosis zat uji
• Umumnya Zat uji harus diberikan dengan volume yang konstan pada setiap
kelompok hewan coba
• Pada rodent volume zat uji tidak boleh lebih dari 1 mL/100g BB, bila
menggunakan aqueous solution 2 mL/100g BB
Prosedur - OECD
• Hewan uji harus dipuasakan sebelum diberikan perlakuan
(tikusdipuasakan selama 14-18 jam, mencit dipuasakan
selama 3-4 jam, air minum boleh diberikan)
• Zat uji diberikan single dose dengan sonde oral, dalam kondisi
pemberian single dose tidak memungkinkan obat dapat
diberikan beberapa kali tidak lebih dari 24 jam.
• Setelah diberikan perlakuan, pakan boleh diberikan kembali
setelah 3-4 jam untuk tikus dan 1-2 jam untuk mencit.
• Bila sediaan uji diberikan beberapa kali, maka pakan boleh
diberikan setelah perlakuan tergantung pada lama periode
pemberian sediaan uji tersebut.
TEST PROCEDURE WITH A STARTING
DOSE OF 300 MG/KG BODY WEIGHT
Observation
• Hewan uji diobservasi secara individual sekurang-
kurangnya pada 30 menit pertama setelah pemberian
sediaan uji, dan secara periodik setiap 4 jam selama 24
jam pertama dan sehari sekali setelah itu selama 14 hari
• Pengamatan yang dilakukan termasuk pada: kulit, bulu,
mata, membran mukosa dan juga sistem pernafasan,
sistem syaraf otonom, sistem syaraf pusat, aktivitas
somatomotor serta tingkah laku. Selain itu, perlu juga
pengamatan pada kondisi: gemetar, kejang, salivasi, diare,
lemas, tidur dan koma.
Hal- hal yang harus diamati dalam periode observasi
adalah:
a. Tingkah laku hewan seperti jalan mundur, jalan
menggunakan perut
b. Berat Badan
c. Pemeriksaan Patologi
Tabel pengumpulan data organ

Tabel Bobot organ


No da Se jan- Lam- ren+ad paru- lim uterus tes ves.
cit jt/bt Berat rah rum hati tung bun renal paru pa & ovar tes sem.
(g) (mL) (mL) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g)
SELAMAT MENCOBA
LATIHAN I
1.Hitunglah berapa ml sediaan uji dibutuhkan untuk menyediakan 3
ekor mencit dengan dosis 1 mL/100g BB bila bobot rata-rata mencit
dianggap 30 g.
2. Bila anda mempunyai warfarin tablet 2 mg, dan anda ingin
melakukan pengujian dengan dosis 300 mg/kg, bagaimana cara
mempersiapkan sediaan uji sehingga setiap hewan mendapatkan
sediaan uji dengan volume 1 mL/100gBB?
3.Bagaimana memberikan 0,2 ml per-oral atau ip
4. Bagaimana melakukan pengamatan pada pengujian toksisitas akut
dengan metode OECD?

Anda mungkin juga menyukai