DETERMINAN-DETERMINAN KOMPENSASI
Disusun Oleh :
Kelompok :7
Nama Anggota : 1. Ihya Ashabul Qorin (201180)
Segala puji hanya milik Allah. Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa, pengatur
segala urusan dan takdir. Oleh karena itu, sangat beralasan jika puncak segala pujian tercurah
kepada Engkau atas segala nikmat yang diberikan. Dengan kucuran nikmat-Nyalah makalah
ini dapat terselesaikan.
Dalam makalah ini, saya menjelaskan sedikit tentang Determinan-Determinan
Kompensasi secara umum dan ringkas.
Saya menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, yang
disebabkan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB II ISI
2.1 Definisi Kompensasi ...............................................................................................2
2.2 Definisi Determinan Kompensasi ...........................................................................2
2.3 Macam-Macam Determnan Kompensasi ................................................................3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai
Determinan-Determinan Kompensasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi Kompensasi
Kompensasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh didalam sebuah perusahaan,
faktor yang satu ini menjadi salah satu pemicu utama bagi karyawan / pegawai dalam
menentukan langkah kedepan dan bagi perusahaan adalah sebuah penentuan langkah strategi
perusahaan kedepannya. Seringkali sangat sulit untuk memberikan kompensasi bersesuaian
dengan karakteristik Individu. Hal ini perlu dipertimbangkan apakah dapat meningkatkan
nilai tambah bagi perusahaan.
Jika dikelola dengan baik, kompensasi akan membantu perusahaan untuk mencapai
tujuan dan memperoleh, memelihara, dan menjaga karyawan dengan baik. Sebaliknya, tanpa
kompensasi yang cukup, karyawan yang ada sangat mungkin untuk meninggalkan
perusahaan dan untuk melakukan penempatan kembali tidaklah mudah. Akibat dari
ketidakpuasan dalam pembayaran yang di rasa kurang akan mengurangi kinerja,
meningkatkan keluhan-keluhan, penyebab mogok kerja, dan mengarah pada tindakan-
tindakan fisik dan psikologis, seperti meningkatnya derajat ketidakhadiran dan perputaran
karyawan, yang pada gilirannya akan menurunkan kesehatan jiwa karyawan yang semakin
parah. Sebaliknya apabila terjadi kelebihan pembayaran, juga akan menyebabkan perusahaan
dan individual berkurang daya kompetisinya dan menimbulkan kegelisahan, perasaan
bersalah, dan suasana yang tidak nyaman di kalangan karyawan.
2
3. Kondisi Pasar Tenaga Kerja : Tingkat persaingan di pasar tenaga kerja dapat
memengaruhi seberapa banyak perusahaan harus membayar untuk menarik dan
mempertahankan bakat terbaik.
4. Kebijakan Internal Perusahaan : Kebijakan internal perusahaan, seperti
struktur gaji, skema bonus, dan insentif lainnya, dapat memainkan peran dalam
menentukan tingkat kompensasi.
5. Performa Individu dan Organisasi : Kinerja karyawan secara individual dan
kinerja keseluruhan organisasi dapat memengaruhi kebijakan kompensasi, dengan
insentif yang mungkin diberikan kepada mereka yang mencapai atau melebihi
target kinerja.
6. Ketidaksetaraan Kompensasi : Faktor-faktor sosial, seperti keadilan dalam
penggajian antara jenis kelamin atau kelompok pekerja tertentu, dapat
memengaruhi kebijakan kompensasi.
7. Kondisi Ekonomi dan Industri : Faktor-faktor eksternal, seperti kondisi
ekonomi secara keseluruhan dan kondisi industri spesifik, juga dapat
mempengaruhi kebijakan kompensasi.
3
Manejer cenderung memandang kompensasi sebagai pengeluaran (expense) dan suatu
aset. Kompensasi merupakan pengeluaran dalam pengertian bahwa kompensasi
mencerminkan biaya tenaga kerja. Bagaimanapun, kompensasi finansial merupakan suatu
aset bilamana kompensasi menyebabkan karyawan mencurahkan upaya terbaiknya dan tetap
berada di pekerjaannya. Sasaran utama pemberian kompensasi adalah menciptakan sistem
pemberdayaan karyawan yang dapat menampilkan kinerja produktif. Produktivitas pekerjaan
menunjukan tingkat kemampuan pegawai dalam mencapai hasil (output) terutama dilihat dari
sisi kuantintasnya. Tingkat produktivitas tiap pegawai dapat berbeda, bisa tinggi bisa juga
rendah, tergantung juga tingkat kegigihan dalam menjalankan tugasnya. Produktivitas kerja
dapat diartikan sebagai hasil konkret (produk) yang di hasilkan oleh indivdu atau kelompok
dalam satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang di
hasilkan dalam waktu yang semakin singkat dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitasnya
mempunyai nilaiyang tinggi. Produktivitas dapat diartikan sebagai rasio antara hasil karya
nyata (output) dalam bentuk barang dan jasa, dengan masukan (input) yang sebenarnya
(Yuniarsih dan Suwatno, 2008).
4
yang terjadi. Terkait dengan budaya organisasi dan kompensasi, hal ini adalah penting untuk
organisasi menyesuaikan praktik kompensasi dengan budaya organisasi khususnya usaha
yang dibuat untuk mengubah budaya yang disebabkan adanya tekanan kompetitif. Sedangkan
terkait kompensasi dengan kompetisi dapat dijelaskan bahwa dalam analisis pekerjaan
beberapa organisasi lebih menekankan kompetensi daripada tugas-tugas yang dikerjakan.
Selanjutnya, semakin banyak jumlah organisasi yang menggaji karyawan untuk kompetensi
mereka dan bukannya hanya tugas-tugas spesifik yang dikerjakan karyawan, menggaji untuk
kompetensi memberikan imbalan kepada karyawan yang tampak lebih cakap dan terus
mengembangkan kompetensi mereka. Dalam gaji berdasarkan pengetahuan (knowledge base
pay) atau sistem gaji berdasarkan keterampilan (skill base pay), karyawan mulai dari tingkat
dasar dari gaji dan menerima kenaikan ketika mereka belajar mengerjakan tugas-tugas lain
atau mencapai keterampilan tertentu sehingga menjadi lebih berharga bagi pengusaha
(Simamora, 1997).
Kompensasi adalah sejumlah imbalan yang diterima pekerja atas jasa yang
diberikannya dalam proses produksi barang atau jasa di perusahaan/organisasi. Dengan
demikian, karyawan dan pengusaha mempunyai kepentingan langsung dengan sistem dan
kondisi kompensasi yang diberikan di setiap Perusahaan.
5
i. Mempermudah perusahaan mencapai tujuan
Abraham Maslow mengatakan bahwa kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan fisik,
rasa aman, sosial, serta pengakuan dan aktualisasi diri (Hariandja, 2002). Kebutuhan fisik
misalnya makan minum istirahat dan pakaian untuk itu uang makan dan penyediaan tempat
makan menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan. Istirahat dalam waktu kerja, cuti, dan
meninggalkan pekerjaan yang tidak dapat dihindari seperti sakit juga harus diperhitungkan
dalam kompensasi (time of benefit). Selanjutnya terkait dengan kebutuhan rasa aman
misalnya kebutuhan rasa aman bilamana sewaktu-waktu berhenti bekerja dengan alasan yang
tidak terhindarkan seperti rasa sakit, pemutusan hubungan kerja, pensiun, atau kecelakaan
membuat perusahaan harus mengikutsertakan pegawai dalam program-program pensiun,
asuransi tenaga kerja, menciptakan lingkungan kerja yang aman, program pemeliharaan
kesehatan, seperti pendirian klinik, sarana olahraga, dan lain-lain. Handoko (2001:155)
mengemukakan sebagai berikut: “ bahwa suatu cara manajemen SDM meningkatkan
prestasi kerja, motivasi, kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi.”
6
Di samping organisasi, pasar tenaga kerja, dan pekerjaan, faktor-faktor lainnya yang
juga bersangkut paut dengan karyawan adalah esensial dalam menentukan keadilan gaji.
Bilamana karyawan menunaikan pekerjaan yang serupa dan kinerja serta pengalaman mereka
adalah sepadan, adalah masuk akal membayar mereka sama semua. Namun demikian, jika
beberapa orang ternyata lebih produktif atau lebih berpengalaman dibandingkan dengan yang
lainnya, sudah sepantasnyalah orang-orang ini mendapatkan imbalan yang lebih besar
Pendekatan mengelola kompensasi dan strategi bisnis ini mensyaratkan bahwa tingkat
aktual kompensasi sepatutnya tidak secara kaku menjadi persoalan apa yang dibayar di
pasaran tenaga kerja. Sebaliknya, tingkat kompensasi diturunkan dari suatu penilaian apa
yang mesti dibayarkan agar memikat dan mempertahankan orang yang tepat, apa yang
mampu dibayar oleh organisasi, dan apa yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan strategik
organisasi.
“Suplai tenaga kerja yang tersedia bagi perusahaan sebagian berasal dari pasar tenaga kerja
eksternal, suatu wilayah geografis, atau accupational group darinya sebuah organisasi
merekrut para karyawan ke dalam perusahaan. Tingkat sebuah perusahaan terbuka terhadap
7
pasar tenaga kerja eksternal tergantung pada tipe dan jumlah karyawan yang dibutuhkan.
Pasar tenaga kerja eksternal juga mengatur tingkat terhadap organisasi bersaing untuk
personalia yang keahliannya dalam permintaan yang tinggi.”
Pasar tenaga kerja eksternal mengatur tingkat terhadapnya organisasi bersaing untuk
personalia yang keahliannya dalam permintaan yang tinggi. Selanjutnya, pasar tenaga kerja
eksternal tersusun atas pembeli dan penjual tenaga kerja; permintaan (membeli) unit tenaga
kerja perusahaan, dan karyawan mau memasok (menjual) tenaga kerja mereka kepada sebuah
perusahaan pada harga tertentu (gaji atau upah).
Oleh karena itu, perusahaan mengangkat karyawan yang mau menyediakan dirinya
sendiri pada tarif yang berlaku di pasar tenaga kerja. Konsep ini dikenal sebagai konsep nilai
tukar (exchange value concept). Pasar tenaga kerja yang terikat ketat menguntungkan
karyawan dan menghasilkan tingkat gaji yang lebih tinggi, sedangkan pasar tenaga kerja yang
lemah menguntungkan perusahaan dan berakibat tingkat gaji yang lebih rendah. Gomes
(2003: 26) mengemukakan terkait dengan sumber tenaga kerja tersebut adalah:
a. Integrasi yang strategis antara permintaan dan jumlah staf yang ada
c. Persaingan SDM dan sasaran perusahaan masa depan secara tepat guna
e. Memperluas informasi SDM sesuai dengan kegiatan SDM dan unit organisasi lain
f. Permintaan jumlah yang besar pada pasar tenaga kerja lokal akan terpenuhi
8
g. Kordinasi program SDM dan pemenuhan kebutuhan yang tersedia
Bagi organisasi kecil mungkin juga ada keuntungannya, namun dalam kenyataannya
keuntungan yang diperoleh dengan adanya perencanaan SDM tersebut tidak seimbang
dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan Hariandja (2002: 127) mengemukakan sebagai
berikut: “jenis orang yang diperlukan dalam suatu organisasi pada umumnya mengacu pada
apa yang dimaksud dengan KSA (Knowledge /pengetahuan, Skill / keterampilan, Ability /
kemampuan) tau yang lainnya misalnya nilai kepribadian, kesehatan, dan lain-lain”
Pemahaman mengenai kriteria ini sangat penting dan mendasar dalam upaya
mendapatkan pegawai yang paling tepat. Dikatakan “unless the selector are clear about what
they are looking for there is a little chance for them finding it or knowing when they have
found it”. Bilamana penyeleksi tidak jelas mengenai apa yang mereka cari, sedikit
kemungkinannya untuk menemukan atau mengetahui kapan mereka mendapatkannya.
Rivai (2005: 376) mengemukakan sebagai berikut: “pendapat bahwa dalam penentuan
proses kompensasi tersebut. Salah satu aspek yang sangat penting adalah jumlah kompensasi
yang diterima karyawan harus memiliki exsternal equity dan internal equity. Internal equity
adalah jumlah yang diperoleh dan dipersepsi sesuai dengan input yang diberikan
dibandingkan dengan pekerjaan yang sama dalam perusahaan. Exsternal equity adalah jumlah
yang diterima dipersepsi sesuai dengan jumlah yang diterima dibandingkan dengan yang
diterima dalam pekerjaan yang sejenis di luar organisasi.”
a. Menganalisis jabatan/tugas
9
b. Mengevaluasi jabatan
Evaluasi pekerjaan (job evaluation) adalah proses yang secara sistematis menganalisis
pekerjaan-pekerjaan dalam rangka menentukan nilai relatif pekerjaan tersebut dalam
organisasi. Analisis ini merupakan basis hierarkis pekerjaan dan rentang gaji. Hasilnya adalah
sistem gaji dengan tingkat gaji untuk setiap pekerjaan yang sepadan dengan statusnya dalam
hierarki pekerjaan.
10
BAB III
KESIMPULAN
Kompensasi merupakan faktor penting bagi karyawan dan perusahaan, karena dapat
mempengaruhi langkah strategis perusahaan dan keputusan karyawan mengenai masa depan
mereka. Penting untuk mempertimbangkan apakah kompensasi dapat meningkatkan nilai
perusahaan dan membantu mencapai tujuannya. Kompensasi yang dikelola dengan baik dapat
membantu menarik dan mempertahankan karyawan yang baik, sementara kompensasi yang
tidak memadai dapat menyebabkan ketidakpuasan, penurunan kinerja, dan peningkatan
perputaran.
Ada berbagai jenis faktor penentu kompensasi, termasuk organisasi dan karyawan
sebagai faktor penentu. Strategi korporat organisasi memberikan arahan untuk program
kompensasi, dan kompensasi dapat dipandang sebagai biaya dan aset. Karyawan perlu
memahami program kompensasi untuk meningkatkan produktivitas mereka.
Pasar tenaga kerja dan pekerjaan juga menjadi penentu kompensasi finansial. Pasar
tenaga kerja menentukan tingkat di mana organisasi bersaing untuk mendapatkan personil,
dan mengatur sejauh mana organisasi bersaing untuk mendapatkan personil dengan
keterampilan yang dibutuhkan.
11