KOMPENSASI MANAJEMEN
Mata Kuliah :
Sistem Pengendalian Manajemen
DOSEN PENGAMPU :
Andri Zainal, SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA.
OLEH : KELOMPOK 7
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini diselesaikan
guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. a. upah minimum; b. upah kerja lembur; c. upah tidak masuk kerja karena
berhalangan; d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di
luar pekerjaannya; e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat
kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran upah; g. denda dan potongan
upah; h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. struktur dan
skala pengupahan yang proporsional; j. upah uuntuk perhitungan pajak
penghasilan.
Tidak terlalu mudah untuk dicapai dan juga tidak terlalu sulit. Standar yang
terlalu mudah tentunya tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan yang
terlalu sulit menyebabkan karyawan frustrasi.Kompensasi tidak langsung (fringe
benefit) Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan
berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya asuransi kesehatan,
asuransi jiwa, dan bantuan perumahan. Penghargaan itu diberikan untuk berbagai
macam tujuan. Sebagai contoh, Hill, Bergma, dan Scarpello (1994)
mengemukakan bahwa kompensasi diberikan untuk :
a. menarik karyawan dalam jumlah dan kualitas yang diinginkan,
b. mendorong agar lebih berprestasi,
c. agar dapat mempertahankan mereka.
3
hendaknya berpedoman daripada menunda lebih baik mempercepat dan
menetapkan waktu yang paling tepat.
4
Bila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi atau upah
semakin besar. Tetapi sebaliknya jika tingkat biaya hidup di daerah itu rendah,
maka tingkat kompensasi atau upah relatif kecil. Seperti tingkat upah di Jakarta
lebih besar daripada di Bandung.
7. Posisi Jabatan
Karyawan yang mendapat jabatan yang lebih tinggi maka akan menerima
gaji atau kompensasi yang lebih besar. Sebaliknya yang menjabat jabatan yang
lebih rendah akan memperoleh gaji atau kompensasi yang kecil. Hal ini wajar
karena seseorang yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab yang besar
harus mendapatkan gaji atau kompensasi yang lebih besar pula.
5
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2000 : 122), program kompensasi (balas
jasa) harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan memperhatikan
undang-undang perburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus mendapat
perhatian dengan sebik-baiknya supaya balas jasa yang akan diberikan
merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawan.
1. Asas Adil
Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus
disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, risiko pekerjaan,
tanggungjawab, jabatan pekerja, dan memenuhi persyaratan internal
konsistensi.Jadi adil dalam hal ini bukan berarti setiap karyawan menerima
kompensasi yang sama besarnya. Asas adil harus menjadi dasar penilaian,
perlakuan dan pemberian hadiah atau hukuman bagi setiap karyawan. Dengan
asas adil akan tercipta suasana kerja sama yang baik, semangat kerja, disiplin,
loyalitas, dan stabilitas karyawan akan lebih baik.
6
Metode jamak yaitu suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas
beberapa pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan informal bahkan
hubungan keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang. Jadi standar
gaji pokok yang pasti tidak ada. Ini terdapat pada perusahaan-perusahaan
diskriminasi.
3. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapkan besarnya
jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan
besarnya balas jasa berdasarkan sistem borongan ini cukup rumit, lama
7
mengerjakannya, serta berapa alat yang diperlukan untuk menyelesaikannya.Jadi
dalam sistem borongan ini pekerja biasa mendapat balas jasa besar atau kecil,
tergantung atas kecermatan kalkulasi mereka.
8
Sudah barang tentu, kita dapat menetapkan kompensasi yang layak lebih
tinggi dari jumlah tersebut, apabila menurut penelitian kita jumlah kompensasi
tersebut terlalu rendah. Oleh karena itu, menetapkan kompensasi layak yang lebih
tinggi, justru akan menguntungkan organisasi tersebut. Apabila kita telah
menetapkan kompensasi layak ini, tidak berarti bahwa kita tidak boleh
menetapkan lebih tinggi dari ketentuan tersebut tersebut. Setiap organisasi
hendaknya tidak hanya dapat menetapkan kompensasi yang layak secara umum,
tetapi harus dapat pula menetapkan kompensasi layak secara khusus. Dengan
kompensasi yang layak secara umum, yang dimaksud adalah kompensasi layak
yang diberikan kepada pegawai yang paling bawah. Sementara itu, dengan
kompensasi layak secara khusus adalah kompensasi layak yang akan diberikan
pada setiap pegawai.
Penetapan kompensasi yang layak ini penting, sebab apabila kita
menetapkan kompensasi di bawah kebutuhan layak maka dapat menyulitkan
organisasi. Kesulitan tersebut antara lain organisasi tersebut akan dianggap
melanggar secara yuridis, tidak tahu etika, kurang mempunyai rasa kemanusiaan
dan sebagainya. Hal lain yang tidak kalah penting, adalah kemungkinan organisasi
tersebut tidak dapat memperoleh pegawai, moral, dan disiplin kerja sangat rendah.
Hal itu, justru akan merugikan organisasi dan menjatuhkan nama organisasi yang
bersangkutan.
Besarnya kompensasi harus diusahakan sehingga mampu mengikat
pegawainya. Hal ini sangat penting sebab bila kompensasi yang diberikan pada
pegawainya tersebut terlalu kecil bila dibandingkan dengan organisasi lain pada
umumnya, maka bila ada kesempatan hal ini menimbulkan kecenderungan
pindahnya pegawai tersebut ke organisasi lain. Hal ini harus diperhatikan terutama
bagi pegawai yang penting, sebab mereka ini pada umumnya telah diberikan
latihan dengan biaya yang cukup besar.
Selain latihan memerlukan biaya yang cukup besar maka keluarnya
sebagian besar pegawai yang penting dapat menyebabkan kemacetan bagi
organisasi yang bersangkutan. Apalagi saat-saat ini, ada kecenderungan bagi
organisasi baru atau lama untuk berusaha menarik pegawai penting dari mereka
9
yang sudah berpengalaman dengan imbalan yang menggiurkan. Padahal sebagian
besar pegawai tersebut pada umumnya bekerja pada organisasi yang lain.
Untuk dapat menetapkan besarnya kompensasi yang mampu mengikat,
maka kita harus meneliti besarnya kompensasi yang diberikan organisasi lain.
Pada umumnya untuk tugas yang sejenis atau hampir sama. Apabila keuangan
organisasi memungkinkan, maka kita mengetahui betapa besar pengaruh
penetapan kompensasi yang kurang adil. Untuk dapat menetapkan upah/gaji yang
adil, maka organisasi tersebut harus mengkategorikan tugas-tugas dalam beberapa
bagian yang menurut penilaiannya perlu diberikan kompensasi yang sama.
Penggolongan tersebut jangan terlalu banyak sebab akan merepotkan
administrasinya. Sebaliknya, kalau terlalu sedikit maka dapat menyebabkan
kemungkinan penggolongan tersebut kurang tepat. Penggolongan pekerjaan
tersebut didasarkan pada penilaian bahwa untuk tugas-tugas tersebut perlu
diberikan kompensasi yang sama berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara
lain berat ringannya pekerjaan; sulit tidaknya pekerjaan; besar kecilnya risiko
pekerjaan; dan perlu tidaknya keterampilan dalam pekerjaan.
Terkait dengan kompensasi tersebut Sikula (1981) mengemukakan
batasannya sebagai berikut, ”a compensation is anything that constitutes or is
regarded as an equivalent or recompense”. Atas batasan tentang kompensasi
tersebut, selanjutnya dapat dikemukakan bahwa kompensasi merupakan segala
sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau
ekuivalen. Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh
organisasi/perusahaan kepada pegawai, yang dapat bersifat finansial maupun
nonfinansial, pada periode yang tetap.
Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi
karyawan dan memungkinkan organisasi memperoleh, mempekerjakan, dan
mempertahankan karyawan. Bagi organisasi, kompensasi memiliki arti penting
karena kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan
meningkatkan kesejahteraan pegawainya. Pengalaman menunjukkan bahwa
kompensasi yang tidak memadai dapat menurunkan prestasi kerja, motivasi kerja,
dan kepuasan kerja pegawai, bahkan dapat menyebabkan pegawai yang potensial
keluar dari organisasi.
10
2.10 CONTOH KASUS
Kasus yang kami ambil yaitu kompensasi manajemen pada PT BNI 46
sudirman Jakarta. Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen kompensasi karyawan di PT BNI 46 sudirman Jakarta memiliki
perbedaan respon antara kelompok teller dan marketing.
Sebagaimana diketahui teller memiliki tingkat pekerjaan yang lebih berat di
banding marketing. Menurut Samsidar & Mustika menyimpulkan bahwa teller
bekerja memerlukan sejumlah biaya menunggu daripada biaya fasilitas bank itu
sendiri, misal biaya menunggu sebesar Rp 10.000 per menit, sedangkan biaya
fasilitaas sebesar Rp 1.369/ menit. Artinya biaya menunggu 7,3 lipat biaya
fasilitas. Dimisalkan jika yang beroperasi hanya 5 teller, maka nasabah harus
menunggu dalam antrian selama 57 menit dan harus menunggu dalam dalam
sistem antrian total selama 64 menit. Kemudian jika beroperasi sekaligus 7 orang
teller, maka waktu tunggu nasabah dalam antrian menjadi 16 menit dan waktu
tunggu nasabah dalam sistem total menjadi 26 menit.
Dengan demikian dapat di taksir seorang teller mendapat gaji pokok sebesar
Rp 3,100,000, menurut UMR tahun 2016 (Deny, 2015) + Rp 10,000/menit X 16
menit + Rp 10,000/menit X 26 menit sehingga pada akhir bulan seorang teller
dapat memperoleh penghasilan Rp 3,520.000, dengan pertimbangan tak ada
potongan, dimana pada umumnya seorang teller merupakan karyawan tetap.
Wagelindicator (2016) mengatakan seorang marketing digaji yang memiliki
tingkat pengalaman freshgraduate dengan lulusan S1 sebesar 3.230.498, hal ini
tidak lepas dari peran jasa rekrutmen (outsourching) yang melakukan potongan
jasa setiap bulannya dan potongan kesehatan.
Disisi lain marketing memiliki pembayaran gaji dan pesangon berdasar
tingkat pengalaman kurang dari 5 tahun sebesar Rp 3.230.498 – 3.252.215 dan
pada umumnya pegawai sudah memiliki masa kerja 2 tahun akan memperoleh
promosi, sehingga akan mendorong semangat kerja. Dengan demikian, rekrutmen
dankebijakan penetapan pembayaran gaji dan kompensasi didasarkan oleh
11
kebijakan perusahaan perbankan dalam merekerut karyawannya, baik
menggunakan rekrutmen internal atau menggunakan jasa rekrutmen eksternal.
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kompensasi adalah imbalan jasa kepada karyawan karena karyawan
tersebut telah memberi bantuan atau sumbangan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Serta kompensasi tambahan finansial atau non finansial yang
diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dan
usaha meningkatkan kesejahteraan mereka seperti tunjangan hari raya dan uang
pensiun. tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) adalah antara lain :Ikatan
Kerja Sama,Dengan pemberian kompensasi maka terjalinlah ikatan kerja sama
formal antara majikan dengan bawahan, di mana karyawan harus mengerjakan
tugas-tugasnya dengan baik, sedang pengusaha atau majikan wajib membayar
kompensasi itu sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca semakin memahami
materi mengenai manajemen kompensasi. Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah kedepannya
12
DAFTAR PUSTAKA
13