Anda di halaman 1dari 21

KOMPENSASI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya
Insani
Dosen Pengampu: Nila Nopianti, SE., M.E

Oleh
MUTI ATUL HASANAH
1961206004

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


STEI AR-RISALAH
CIAMIS
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji Allah SWT karena berkat limpah Rahmat dan Karunia-Nya
yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas Manajemen Sumber Daya Insani tentang Kompensasi. Selain itu tujuan dari
penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Manajemen secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nila Nopianti, SE., M.E
selaku dosen Manajemen Sumber Daya Insani yang telah membimbing saya agar
dapat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya saya menyadari bahwa makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
saya menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya
tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Ciamis, 07 November 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................2
C. Tujuan Masalah.............................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................4
A. Definisi dan Tujuan Kompensansi...............................................4
B. Kompensansi Dalam Ajaran Islam..............................................6
C. Gaji atau Upah...............................................................................7
D. Kaidah Islam yang Berkaitan dengan Gaji atau Upah...............9
PENUTUPAN.......................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................13
B. Saran...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................15

ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompensasi merupakan salah satu bidang menajemen sumber daya
manusia yang paling sulit dan menantang karena mengandung banyak unsur dan
memiliki dampak yang cukup panjang bagi tujuan strategi organisasi. Jika
dikelola secara tepat, kompensasi atau balas jasa, dapat membantu organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuannya dan mendapatkan, memelihara, serta
mempertahankan pekerja-pekerja unggul dan produktif. Kompensasi yang
meliputi pembayaran uang tunai secara langsung, imbalan tidak langsung dalam
bentuk maslahat tambahan (benefit), pelayanan, dan insentif untuk memotivasi
pekerja agar mencapai produktivitas yang lebih tinggi.
Pentingnya kompensasi sebagai salah satu indikator kepuasan dalam
bekerja sulit ditaksir, karena pandangan-pandangan karyawan mengenai uang atau
imbalan langsung nampaknya sangat subjektif dan barang kali merupakan sesuatu
yang sangat khas dalam industri. Tetapi pada dasarnya dugaan adanya
ketidakadilan dalam memberikan gaji merupakan sumber ketidakpuasan karyawan
terhadap kompensasi yang pada akhirnya bisa menimbulkan perselisihan dan
semangat rendah dari karyawan itu sendiri.
Tidak mudah merancang dan mengelola sebuah sistem kompensasi atau
sistem imbalan yang efektif. Kompensasi dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
seperti faktor pasar tenaga kerja, kompetisi, kesepakatan kerja, peraturan
pemerintah, dan filosofi manajemen puncak mengenai pemberian gaji atau upah
dan maslahat serta berbagai faktor lain. Implementasi manajemen dan sistem
kompensasi juga seringkali menjadi isu yang peka dalam sebuah organisasi,
karena pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai adalah terwujudnya imbalan
yang adil dan layak bagi seluruh anggota organisasi.
Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi memegang
peranan sangat penting. Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam
perusahaan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu
memberikan output optimal. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi
oleh kinerja individu pegawai nya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan

1
2

selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai, dengan harapan apa yang
menjadi tujuan organisasi akan tercapai. Dalam meningkatkan kinerja
karyawannya organisasi menempuh beberapa cara salah satunya melalui
pemberian kompensasi yang layak. Melalui proses tersebut, pegawai diharapkan
akan lebih memaksimalkan tanggung jawab atas pekerjaan mereka.
Setiap anggota dari suatu organisasi mempunyai kepentingan dan tujuan
sendiri ketika ia bergabung pada organisasi tersebut. Bagi sebagian pegawai,
harapan untuk mendapatkan uang adalah satu-satunya alasan untuk bekerja,
namun yang lain berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu dari banyak
kebutuhan yang terpenuhi melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan merasa
lebih dihargai oleh masyarakat di sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja.
Untuk menjamin tercapainya keselarasan tujuan, pimpinan organisasi bisa
memberikan perhatian dengan memberikan kompensasi, karena kompensasi
merupakan bagian dari hubungan timbal balik antara organisasi dengan sumber
daya manusia
Permasalahan yang terpenting mengenai kompensasi saat ini adalah belum
optimalnya kompensasi yang diterima pegawai apabila dibandingkan dengan
beban kerja yang dilakukan masing-masing pegawai. Dengan dituntutnya pegawai
untuk bekerja lebih profesional, disiplin dan mampu menyelesaikan program kerja
yang ada dengan tepat dan hasil kerja yang baik, sedangkan di sisi lain
kompensasi yang diterima pegawai dirasa belum optimal. Menurut Siagian (2007)
jika pegawai diliputi oleh rasa tidak puas atas kompensasi yang diterimanya
dampaknya bagi organisasi akan sangat bersifat negatif artinya apabila
permasalahan kompensasi tidak dapat terselesaikan dengan baik maka dapat
menurunkan kepuasan kerja pegawai.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan, banyak permasalahan yang
didapatkan. Permasalahan tersebut, diantaranya adalah:
1. Apa Definisi dan Tujuan Kompensansi.
2. Apa saja Kompensansi Dalam Ajaran Islam.
3. Bagiamana Gaji atau Upah.
3

4. Apa pengertian Kaidah Islam yang Berkaitan dengan Gaji atau Upah.
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dari disusunnya makalah ini, diantaranya yaitu
sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan definisi dan tujuan Kompensansi.
2. Dapat mengetahui Kompensansi dalam Ajaran Islam.
3. Dapat menjelaskan Gaji atau Upah.
4. Dapat menjelaskan kaidah Islam yang Berkaitan dengan gaji atau upah.
PEMBAHASAN
A. Definisi Kompensansi dan Tujuan Kompensasi
Pemberian kompensasi menjadi salah satu langkah untuk
mendapatkan pegawai yang bermutu, mempertahankan pegawai yang ada,
menjamin keadilan dan kesamaan, mendorong pegawai bekerja sesuai
dengan yang diinginkan, serta menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan produktivitas kerja.
1. Definisi Kompensasi
Kompensasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Kompensasi adalah imbalan jasa yang diberikan kepada pegawai karena
yang bersangkutan telah memberikan bantuan untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Kompensasi adalah pembayaran kepada anggota-anggota team kerja untuk
partisipasi mereka.
c. Kompensasi adalah jumlah yang diterima karena telah bekerja untuk suatu
jangka waktu tertentu (Moekijat, 1990:83).
Dengan demikian, kompensasi adalah hal yang diterima oleh pegawai,
baik berupa uang maupun selain uang, sebagai balas jasa yang diberikan atas
upaya atau kontribusi pegawai yang diberikan terhadap organisasi
(Anonimous, 1994:93).
Kasus yang terjadi dalam hubungan kerja mengandung masalah
kompensasi dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan, kenaikan
kompensasi, struktur kompensasi, dan skala kompensasi. Dalam praktiknya
masih banyak perusahaan yang belum memahami secara benar sistem
kompensasi. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan
terhadap nilai-nilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan
organisasi. Kompensasi adalah keseluruhan imbalan yang diberikan kepada
para karyawan sebagai balasan atas jasa atau kontribusi mereka terhadap
organisasi.
2. Tujuan Kompensasi

4
Kompensasi sebenarnya lebih dari sekedar upah atau gaji karena
cakupannya jauh lebih luas bila dibandingkan dengan upah atau gaji. Yang

5
6

termasuk kedalam kompensasi adalah insentif atau perangsang atau dapat


juga berupa program proteksi atau kesejahteraan seperti masalah keselamatan
kerja (safety and health) atau program bantuan untuk pekerja (employee
assistance program), dapat pula berupa beberapa cara kerja internal seperti
kesempatan berpartisipasi dalam membuat keputusan, memberikan supervisi
yang baik, memberi peluang untuk mengikuti pelatihan, bahkan dapat pula
berupa perhatian seperti penghargaan, sertifikat, atau sekedar perhatian.
Menurut Singodimedjo, pemberian kompensasi kepada para karyawan
juga mempunyai tujuan, antara lain menjamin sumber nafkah karyawan
beserta keluarganya, meningkatkan presatasi kerja, meningkatkan harga diri
para karyawan, mempererat hubungan kerja antarkaryawan, mencegah
karyawan meninggalkan perusahaan, meningkatkan disiplin kerja, efisiensi
tenaga karyawan yang potensial, perusahaan dapat bersaing dengan tenaga
kerja di pasar, mempermudah perusahaan mencapai tujuan, melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan perusahaan dapat
memberikan teknologi baru.
Manajemen kompensasi berkaitan dengan upaya memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi dan kebijakan kompensasi. Manajemen
kompensasi dalam sebuah organisasi dalam mewujudkan keberhasilan jangka
panjang (yang bersifat strategis).
Kompensasi dapat menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
produktivitas. Tanpa kompensasi yang memadai, pegawai cenderung keluar
dari organisasi. Ketidakpuasan karena kompensasi akan mengakibatkan:
a. Muncul keinginan untuk mencari imbalan lebih.
b. Ketertarikan pegawai terhadap pekerjaan akan berkurang.
c. Pegawai akan mencari pekerjaan sambilan di tempat lain sehingga mutu
pekerjaan yang ada kurang diperhatikan.
d. Menyebabkan mogok kerja.
e. Menimbulkan keluhan pegawai.
f. Pegawai mencari pekerjaan yang menawarkan gaji lebih tinggi (Gaol,
2014:311).
7

Namun, pemberian kompensasi terlalu tinggi (overpaid) akan


mengakibatkan:
a. Pegawai merasa cemas (discomfort) karena di tempat lain ia tidak dibayar
setinggi itu sehingga ia akan merasa bahwa organisasi menuntut terlalu
banyak padahal ia tidak terlalu mampu.
b. Pegawai merasa bersalah jika ia tidak mampu menghasilkan suatu produk.
c. Pegawai merasa tidak senang.
Dengan demikian, kompensasi yang diberikan bertujuan:
a. Untuk memperoleh pegawai yang bermutu (qualified).
b. Mempertahankan pegawai yang ada agar tidak keluar.
c. Menjamin keadilan atau kesamaan, baik internal equity maupun external
equity.
d. Mendorong agar pegawai dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan
(reinforcement theory).
Oleh karena itu, hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika
menetapkan kompensasi adalah:
a. Kompensasi harus memenuhi kebutuhan minimal.
b. Kompensasi harus bersifat mengikat.
c. Kompensasi harus dapat menimbulkan gairah dan semangat kerja.
d. Kompensasi harus diberikan secara adil.
e. Kompensasi tidak boleh bersifat statis (Gaol, 2014:317).
B. Kompensasi dalam Ajaran Islam
Tentang kompensasi, Islam memiliki konsep yang lebih
komprehensif sebab kompensasi dalam konsep Islam tidak terbatas hanya
berupa imbalan material duniawi seperti gaji, upah, atau harta kekayaan.
Islam juga, melainkan juga berupa imbalan yang bersifat ukhrawi berupa
pahala, kebaikan, amal shalih, dan surga. Allah SWT berfirman:
َ‫خَي ُر ال ٰ ّر ِزقِ ۡين‬
ۡ ‫اَمۡ ت َۡســَٔـلُهُمۡ خَ ۡرجًا فَ َخ ٰر ُج َربِّكَ خ َۡي ٌ‌ر ‌ۖ َّوه َُو‬
Artinya: “Atau kamu meminta upah kepada mereka?", Maka upah dari Tuhanmu
adalah lebih baik, dan dia adalah pemberi rezeki yang paling baik.” (Q.S.
Al-Mu’minun (23):72).
8

َ‫ب َو َءاتَ ْي ٰنَهُ َأجْ َر ۥهُ فِى ٱل ُّد ْنيَا ۖ وَِإنَّهۥُ فِى ٱلْ َءا ِخ َر ِة لَ ِمن‬
َ َ‫وب َو َج َع ْلنَا فِى ُذ ِّريَّتِ ِه ٱلنُّبُ َّوةَ َو ْٱل ِك ٰت‬
َ ُ‫ق َويَ ْعق‬ َ ٰ ‫َو َوهَ ْبنَا لَ ٓۥهُ ِإس‬
َ ‫ْح‬
َ‫صلِ ِحين‬ َّ ٰ ‫ٱل‬
Artinya: “Dan kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan kami
jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan kami berikan
kepadanya balasannya di dunia, dan Sesungguhnya dia di akhirat, benar-
benar termasuk orang-orang yang saleh.”(Q.S. Al-`Ankabût (29):27).
Dalam bentuk materi, kompensasi dapat berupa barang. Nabi
Muhammad SAW, ketika melakukan perjalanan dagang untuk Khadijah,
mendapatkan upah berupa dua ekor unta betina dewasa. Pernah pula Nabi
Muhammad SAW menerima bagian keuntungan yang lebih besar dari
yang telah mereka sepakati sebelumnya karena Nabi Muhammad SAW
telah memberikan keuntungan yang jauh lebih besar kepada Khadijah
dibanding pedagang yang lainnya. Jadi, Nabi menerima bonus dari niaga
yang dijalankannya.
C. Gaji atau Upah
1. Perbedaan Gaji Dan Upah
Pada umumnya, gaji dan upah selalu dikaitkan dengan status karyawan
(tetap atau tidak tetap) dan sistem pembayarannya (berkala atau spontan)
sehingga, dalam command sense, gaji selalu dikaitkan dengan karyawan tetap
yang mendapat imbalan secara berkala, misalnya bulanan. Adapun upah
biasanya dikaitkan dengan karyawan tidak tetap yang memperoleh imbalan
secara spontan setelah pekerjaan diselesaikan.
Menurut Dewan Penelitian Perubahan Nasional, dalam Ahmad S. Ruky
(2001:7), upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada
penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan
yang berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi
kemanusiaan dan produksi yang dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang
yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang, dan peraturan
dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi dan penerima
kerja. Sedangkan hasil konvensi ILO Nomor 100 menyatakan bahwa upah
atau gaji biasa, pokok atau minimum, dan setiap emolumen tambahan yang
9

dibayarkan langsung atau tidak langsung, apakah dalam bentuk uang tunai
atau barang oleh pengusaha kepada pekerja dalam kaitan dengan hubungan
kerja (Ruky, 2001:9), itulah yang dimaksud dengan gaji atau upah. Ketika
memberikan imbalan berupa uang, ada empat hal yang perlu diperhatikan,
yakni:
a. Tingkat imbalan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Ini yang
dimaksud dengan prinsip adil dan layak dalam penentuan besaran gaji.
b. Adil diukur pada pasar kerja eksternal. Artinya manajemen perusahaan
melakukannya secara terbuka dan jujur dengan memahami kondisi internal
dan situasi eksternal kebutuhan karyawan terhadap pemenuhan kebutuhan
pangan, sandang, dan papan.
c. Adil dari ukuran organisasi (keadilan internal). Artinya, manajemen
perusahaan perlu melakukan perhitungan maksi-maksi besaran gaji yang
sebanding dengan besaran nishab zakat.
d. Pengaturan dengan karyawan menurut kebutuhan mereka.
Manajemen perusahaan perlu melakukan revisi perhitungan besaran
gaji, baik pada saat perusahaan mendapat laba maupun merugi, dan
mengkomunikasikannya kepada karyawan (Jusmaliani, 2011:117).
2. Gaji Atau Upah Dalam Ajaran Islam
Dalam terminologi Islam, Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang
yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai
seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga dan pikiran dalam
mencapai tujuan perusahaan.
‫ت َحمۡ ٍل فَا َ ۡنفِقُوا َعلَ ۡي ِه َّن‬
ِ ‫ن ؕ َواِ ۡن ُك َّن اُواَل‬ ‌َّ ‫ضيِّقُ ۡوا َعلَ ۡي ِه‬
َ ُ‫ضٓارُّ ۡوه َُّن لِت‬ َ ُ‫ث َس َك ۡنـتُمۡ ِّم ۡن ُّو ۡج ِد ُكمۡ َواَل ت‬ ُ ‫اَ ۡس ِكنُ ۡوه َُّن ِم ۡن َح ۡي‬
ۤٗ‫ض ُع لَه‬ ‌ٍۚ ‫ُن ۚ َو ۡاتَ ِمر ُۡوا بَ ۡينَ ُكمۡ بِ َم ۡعر ُۡو‬
ِ ‫ف َواِ ۡن تَ َعا َس ۡرتُمۡ فَ َستُ ۡر‬ ‌َّ ‫ض ۡعنَ لَـ ُكمۡ فَ ٰا تُ ۡوه َُّن اُج ُۡو َره‬
َ ‫ُن ۚ فَا ِ ۡن اَ ۡر‬ َ َ‫َح ٰتّى ي‬
‌َّ ‫ض ۡعنَ َحمۡ لَه‬
‫اُ ۡخ ٰرى‬
Artinya: “Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka
berikanlah kepada mereka upahnya (Q.S. Al-Thalâq (65):6).
َ‫فَلَ َّما َجٓا َء ال َّس َح َرةُ قَالُ ۡوا لِفِ ۡرع َۡونَ اَ ِٕٮ َّن لَـنَا اَل َ ۡجرًا اِ ۡن ُكنَّا ن َۡحنُ ۡال ٰغلِبِ ۡين‬
Artinya: “Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada Fir'aun:
10

"Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami


adalah orang-orang yang menang?" (Q.S. Al-Syu`arâ’ (26):41).
Islam tidak membenarkan ketika seseorang bekerja tetapi kemudian ia
tidak memperoleh apa-apa dari pekerjaannya itu. Diriwayatkan bahwa
Abdullah ibn Umar al-Sa`idiy, salah seorang pegawai Umar ibn al-Khaththab,
menolak gaji yang diberikan kepadanya dengan alasan bahwa ia memiliki
beberapa ekor kuda dan hamba sahaya dan ia dalam kondisi tidak
kekurangan. Abdullah menginginkan agar gaji dari pekerjaannya
disedekahkan kepada kaum muslimin. Umar ibn al-Khaththab berkata:
“Jangan engkau lakukan itu. Sesungguhnya aku menginginkan hal yang sama
denganmu tetapi Rasulullah SAW memberikan gaji kepadaku padahal aku
menginginkan gaji itu disedekahkan kepada fakir miskin. Rasulullah SAW
bersabda, yang artinya “Ambillah gaji itu, kembangkanlah dan sedekahkanlah
ia. Gaji yang engkau terima bukanlah hasil meminta-minta dan tidak isrâf
(berlebihan), maka ambillah dan janganlah engkau memperturutkan hawa
nafsumu” (Sinn, 1984:87).
D. Kaidah Islam yang Berkaitan dengan Gaji (Upah)
`Gaji atau upah merupakan tipe motif paling umum dalam
memenuhi kebutuhan material para pegawai. Namun Islam memiliki
konsep upah yang lebih komprehensif bila dibandingkan dengan konsep
upah secara umum. Perbedaan konsep gaji atau upah dalam Islam dan
konsep gaji atau upah konsep Barat dapat dilihat dalam tabel berikut:
No Aspek Islam Barat
1 Keterkaitan yang erat antara upah dan moral Ya Tidak
2 Upah memiliki dua dimensi: dunia dan akhirat Ya Tidak
3 Upah diberikan berdasarkan prinsip keadilan Ya Ya
4 Upah diberikan berdasarkan prinsip kelayakan Ya Ya
Tabel 6.1. Konsep Upah antara Islam dan Barat
Meskipun demikian, menetapkan gaji atau upah kerja sesuai
dengan kehendak Syari’ah bukan perkara mudah sebab terdapat beragam
persoalan untuk mentransformasikannya ke dalam dunia kerja. Kesulitan
11

ini pernah dialami misalnya oleh para sahabat ketika mereka harus
menetapkan berapa gaji khalifah Abû Bakr al-Shiddiq, seorang pengusaha
yang saat itu memangku jabatan khilafah Islam yang pertama. Beberapa
prinsip penting dalam penggajian atau memberikan upah menurut Islam
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Gaji atau upah yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan pokok
Tujuan utama pemberian upah adalah agar para pegawai mampu memenuhi
kebutuhan pokok mereka sehingga mereka tidak terdorong untuk melakukan
tindakan yang tidak dibenarkan sekedar untuk memenuhi nafkah diri dan
keluarganya. Dalam sejarah Islam, Nabi memberikan gaji kepada `Itab ibn
Usayd sebagai pemimpin di Makkah sebesar satu dirham setiap hari.
Atas gaji tersebut, `Itab tidak lagi membutuhkan bantuan dari yang lain.
Memberikan gaji yang tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup sama dengan
mengeksploitasi tenaga kerja dan membuka peluang melakukan
penyimpangan. Khalifah Ali ibn Abû Thâlib menyampaikan: “Kemudian
sempurnakan gaji yang mereka terima karena gaji atau upah itu akan
memberikan kekuatan bagi mereka untuk memperbaiki diri, menjauhkan diri
mereka dari melakukan tindakan “koruptif” dengan kekuasaan yang dimiliki,
dan bisa menjadi alasan jika mereka melakukan perlawanan atau berkhianat
padamu” (Sinn, 2006:111).
2. Manusiawi
Menurut Al-Māwardī, dalam Effendi (2003:56), dasar penetapan upah
pekerja adalah standar cukup, namun gagasan ini banyak menerima “catatan”
dari para penulis lain sebab standar cukup dapat melahirkan standar
minimum; standar yang dijadikan pijakan oleh kaum kapitalis untuk
menentukan upah. Kaum kapitalis menetapkan standar upah yang wajar,
yakni biaya hidup dengan batas minimum. Standar upah dengan
menggunakan batas minimum ini telah menyisakan persoalan, yaitu tidak
memperhatikan dan mengesampingkan jasa atau manfaat tenaga yang
diberikan.
3. Sesuai dengan kesepakatan
12

Menurut `Abd al-Rahmân al-Maliki (2001:146), untuk menentukan upah


pekerja maka dapat dilakukan berdasarkan pada jasa atau manfaat yang
dihasilkan oleh pekerja. Ia menganalogikannya dengan jual-beli, yang mana
jual-beli itu berlangsung dengan kerelaan kedua belah pihak, maka kontrak
kerja pun berlangsung dengan kerelaan ajir (pekerja) dan musta’jir (pemberi
pekerjaan). Apabila keduanya telah sepakat, maka upah yang disepakati itu
disebut al-ajr al-musammâ, namun apabila upah tidak disebutkan dan tidak
dilakukan kesepakatan pada saat akad, maka musta’jir harus menentukan
upah yang sesuai dan layak. Upah jenis ini yang disebut al-ajr al-mitsliy atau
upah yang setara.
4. Gaji atau upah diberikan secara adil dan proporsional
Dalam sejarah Islam, Rasulullah memberikan upah sesuai dengan jenis
pekerjaan dan kompetensinya. Ini selaras dengan firman Allah SWT dalam
surat Al-Ahqâf (46):19). Allah SWT berfirman:
َ‫ت ِّم َّما َع ِملُ ۡوا‌ ۚ َولِيُ َوفِّيَهُمۡ اَ ۡع َمالَهُمۡ َوهُمۡ اَل ي ُۡظلَ ُم ۡون‬
ٌ ‫َولِ ُك ٍّل َد َر ٰج‬
Artinya: “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan” (Q.S.
Al-Ahqâf (46):19).
Ayat ini menegaskan bahwa pekerjaan seseorang akan dibalas dengan
imbalan yang mungkin berbeda menurut berat-ringannya pekerjaan. Ini
senada dengan konsep equality pay for equality job (upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama).
5. Gaji karyawan harus ditetapkan secara jelas dengan sepengetahuan kedua
belah pihak pada saat akad berlangsung
Rasulullah SAW bersabda Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering
keringatnya dan beritahukanlah kepadanya gajinya terhadap apa yang
dikerjakannya (HR Al-Bayhaqi). Dari Sa’id al-Hudhriy bahwasanya Nabi
SAW bersabda: “Barangsiapa yang memperkerjakan seseorang, hendaklah ia
menyebutkan upah baginya” (HR Al-Bayhaqi).
13

6. Gaji harus diberikan segera atau tanpa penangguhan, kecuali apabila


disepakati bahwa gaji itu diberikan secara berkala, misalnya bulanan.
Rasulullah SAW bersabda, Dari Abdullah ibn `Umar ia berkata: “Rasulullah
SAW bersabda: “Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya”
(HR Ibn Mâjah dan al-Thabrani). Riset Freud Luthans, dalam Fayaz Ahmad
(2005:149), menunjukkan bahwa pembayaran gaji dengan sesegera mungkin
setelah respon yang diharapkan (pekerjaan), diantaranya melalui penguatan
jadwal gaji yang tepat, dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik.
7. Gaji harus diberikan secara penuh, tanpa pengurangan atau melakukan
tindakan zhalim terhadap gaji dari kerja yang telah disepakati. Rasulullah
SAW bersabda, Diriwayatkan dari Abû Hurairah RA, dari Nabi SAW bahwa
ia bersabda: “Allah telah berfirman: “Ada tiga jenis manusia dimana Aku
menjadi musuh mereka pada hari kiamat:
a. Orang yang akan memberi atas nama-Ku kemudian ia tidak memenuhinya.
b. Orang yang menjual seorang manusia yang merdeka (bukan budak)
kemudian ia makan darinya (memakan uangnya).
c. Orang yang memperkerjakan seseorang hingga penuh (selesai) namun ia
tidak memberikan upahnya” (HR Al-Bukhari). Berbuat dzhalim terhadap
upah pekerja termasuk ke dalam dosa besar (HR Ahmad).
8. Gaji harus diberikan secara layak. Ukuran kelayakan gaji yang harus
dibayarkan majikan tentu saja ukurannya adalah sandang, pangan, dan papan,
bahkan dalam sebuah Hadits, majikan berkewajiban untuk mencarikan istri
apabila karyawannya belum menikah atau mencarikan orang yang dapat
membantunya dalam melakukan pekerjaannya.
Rasulullah SAW bersabda, Dari `Abd al-Rahmân ibn Jubayr ibn Nufayr dari
Al-Mustawrid ibn Saddad ia berkata: “Aku mendengar Nabi bersabda:
“Barang siapa yang memiliki pekerja, hendaklah ia (majikan) mencarikan
istri untuknya. Apabila ia (pekerja) tidak memiliki pembantu, maka ia
(majikan) harus mencarikan pembantu baginya. Apabila ia (pekerja) tidak
memiliki tempat tinggal, maka ia (majikan) harus mencarikan tempat tinggal
baginya”. Abû Bakr berkata: “Aku diberitahu bahwa Nabi SAW bersabda:
14

“Barangsiapa yang mengambil sikap selain itu, maka ia (majikan) adalah


seorang yang keterlaluan atau pencuri” (HR Abû Dawud).
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi
atau perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun
non finansial, pada periode yang tetap. Sistem kompensasi yang baik akan
mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan
perusahaan memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan
karyawan. Bagi organisasi atau perusahaan, kompensasi memiliki arti
penting karena kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.
Pengalaman menunjukkan bahwa kompensasi yang tidak memadai dapat
menurunkan prestasi kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja karyawan,
bahkan dapat menyebabkan karyawan yang potensial keluar dari
perusahaan.
Kompensasi yang tinggi pada seorang karyawan mempunyai
implikasi bahwa organisasi memperoleh keuntungan dan manfaat
maksimal dari karyawan yang bersangkutan karena besarnya kompensasi
sangat ditentukan oleh tinggi atau rendahnya produktivitas kerja karyawan
yang bersangkutan. Semakin banyak pegawai yang diberi kompensasi
yang tinggi berarti semakin banyak karyawannya yang berprestasi tinggi.
Banyaknya karyawan yang berprestasi tinggi akan mengurangi
pengeluaran biaya untuk kerja-kerja yang tidak perlu (yang diakibatkan
oleh kurang efisien dan efektifitasnya kerja). Dengan demikian pemberian
kompensasi dapat menjadikan penggunaan Sumber Daya Manusia secara
lebih efisien dan lebih efektif.
B. Kesimpulan
Dalam Organisasi manusia ditempatkan sebagai unsur yang sangat
khusus karena manusia baru akan terdorong untuk bekerja dan
meningkatkan produktivitasnya jika beragam kebutuhannya mulai dari
kebutuhan fisik (seperti: makan, papan, pakaian), kebutuhan rasa aman,
kebutuhan sosial, sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri dapat

15
terpenuhi dengan baik. Ada beberapa hal yang perlu diingat oleh
organisasi dalam pemberian kompensasi. Pertama, kompensasi yang
diberikan harus dapat dirasakan adil oleh pegawai. Kedua, besarnya
kompensasi tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan oleh pegawai.
Apabila

16
17

dua hal ini dapat dipenuhi, maka pegawai akan merasa puas. Kepuasan akan
memicu pegawai untuk terus meningkatkan kinerjanya, sehingga tujuan organisasi
maupun kebutuhan pegawai akan tercapai secara bersama. Untuk mencapai
keadilan sebagaimana diharapkan oleh pegawainya, maka organisasi harus
mempertimbangkan kondisi eksternal, kondisi internal dan kondisi individu.
Kompensasi harus diusahakan sebanding dengan kondisi di luar organisasi.
Kompensasi juga harus memperhatikan kondisi individu, sehingga tidak
memberikan kompensasi dengan pertimbangan subyektif dan diskriminatif.
Untuk memenuhi harapan pegawai, hendaknya kompensasi yang
diberikan oleh organisasi dapat memuaskan berbagai kebutuhan pegawai.
Kompensasi yang diberikan berdasarkan pekerjaan atau senioritas tanpa
memperhatikan kemampuan dan keterampilan seringkali membuat
pegawai yang mempunyai keterampilan dan kinerja baik menjadi frustasi
dan meninggalkan organisasi. Sebab, kompensasi yang diberikan oleh
organisasi dirasakan tidak adil dan tidak sesuai dengan harapan mereka.
Sebaliknya kompensasi ini akan membuat pegawai yang tidak berprestasi
menjadi benalu bagi organisasi. Kompensasi yang diberikan berdasarkan
kinerja dan keterampilan pegawai nampaknya dapat memuaskan pegawai
sehingga diharapkan pegawai termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan
mengembangkan keterampilannya. Hal ini disebabkan karena pegawai
yang selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja dan keterampilannya
akan mendapatkan kompensasi yang semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA

Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.


Flippo, Edwin B. 1994. Manajemen Personalia: Edisi Keenam, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Kartawan, Lina, Agus, 2018. Manajemen Sumber Daya Insani, LPPM Universitas
Siliwangi
Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia:
Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Usman, Husaini. 2009. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.

18

Anda mungkin juga menyukai