Anda di halaman 1dari 3

Antagonis Histamin

Antagonis H2 secara selektif mehambat reseptor H2. Reseptor ini terdapat pada sel parietal dengan
menghambat reseptor ini akan mencegah gastrin, yang menyebabkan pelepasan histamin lokal dan
menstimulasi reseptor ini, menstimulasi produksi asam hidroklorida kerja obat ini juga mengurangi
produksi pepsin oleh chief cell (sel utama)

4 antagonis H2 yang telah tersedia:

 Simetidin (tagamet HB)


Obat pertama yang dikembangkan dalam kelas ini. Obat ini memiliki efek
antiadrenergik,termasuk ginekomastia dan galaktorea.obat ini diekskreasikan melalui urine
dan diketahui menembus plasenta serta masuk ke ASI. Obat ini harus digunakan
kewaspadaan selama kehamilan dan laktasi.
 Ranitidin (zantac)
Memiliki waktu kerja yang lebih lama dan lebih poten dari pada simetidin, tidak memiliki
efek merugikan antiadrenergik atau perlambatan metabolisme yang jelas di dalam hati. obat
ini diekskreasikan melalui urine dan diketahui menembus plasenta serta masuk ke ASI. Obat
ini harus digunakan kewaspadaan selama kehamilan dan laktasi.
 Famotidin (pepcid AC)
Obat ini lebih kuat dari pada simetidin maupun ranitidin. Obat ini dapat diberikan melalui
rute oral atau intravena. obat ini diekskreasikan melalui urine dan diketahui menembus
plasenta serta masuk ke ASI. Obat ini harus digunakan kewaspadaan selama kehamilan dan
laktasi.
 Nizatidin (axid)
Obat terbaru dalam kelas ini, serupa dengan ranitidin dalam efektivitas dan efek
merugikannya. Obat ini berbeda dari ketiga obat lainnya karena obat ini dieliminasi oleh
ginjal, tanpa metabolisme lintas pertama di dalam hati. Obat ini merupakan obat plihan
pasien yang mengalami disfungsi hati dan mereka yang menggunakan obat lain yag
metabolismenya diperlambat oleh aktivitas hati dari ketiga jenis antagonis H2 lainnya. Obat
ini jua menembus plasenta dan masuuk ke ASI.

Cara kerja Obat dan Indikasi Tarapeutik


Obat-obatan ini digunakan dalam kondisi berikut:
 Pengobatan jangka pendek ulkus duodenum aktif atau ulkus lambung benigma
(pengurangan kadar asam secara keseluruhan dapat meningkatkan penyembuhan dan
mengurangi rasa tidak nyaman)
 Pengobatan kondisi hipersekresi patologi seperti sindrom Zollinger-Ellison (menghambat
produksi asam hidroklorida yang berlebihan terkait dengan kondisi ini)
 Profilaksis ulkus akibat stres dan pendarahan akut GI bagian atas pada pasien kritis
 Pengobatan refluks gastroesofaus (menurunkan kadar asam yag mengalami regugirtasi ke
dalam esofagus akan meningkatkan penyembuhan dan menurunkan nyeri)
 Meredakan gejala heartburn, kegagalan dalam mencerna asalm, dan lambung yang perih
(sediaan bebas)
Kontraindikasi dan Peringatan
Antagonis H2 seharusnya tidak digunakan pada pasien yang diketahui memiliki alergi
terhadap obat-obatan dalam kelas ini. Tindakan kewaspadaan perlu diterapkan pada pasien
yang sedang hamil atau menyusui, dan mengalami disfungsi hati yang dapat memengaruhi
metabolisme dan eksresi obat. (Disfungsi hati tidak begitu menimbulkan masalah pada
penggunaan obat nizatidin)

Efek merugikan
Efek merugikan yang paling sering dikaitkan dengan antagonis H2 adalah sebagai berikut:
 Efek GI, yaitu diare atau konstipasi
 Efek SPP, yaitu pusing, sakit kepala, somnolen, kebingungan, atau halusinasi
(diperkirakan terkait dengan kemungkinan efek resiptor H2 dalam SPP)
 Aritmia jantung dan hipotensi (terkait dengan penghambatan resiptor H2 dijantung
lebih sering terlihat pada pemberian melalui intravena dan intramuscular atau pada
penggunaan yang lama) dan Ginekomostia dan impotensi.

Interaksi Obat-obatan yang penting secara klinis

Ketiga antagonis H2 yang mengalami metabolisme dalam hati dapat memperlambat


metabolisme beberapa obat berikut ini, menyebabkan peningkatan kadar serum dan kemungkinan
reaksi toksi antikoagulan wrfain, fenitoin, penyekat adrenergik, alkohol, kuinidin, lidokain, teolifin,
antidepresan trisiklik, prokainamid, dan karbamazepin.

Pertimbangan keperawatan bagi pasien yang menggunakan Antagonis Histamin-2

Pengkajian: Riwayat dan Pemeriksaan

Yang dapat merupakan kontraindikasi atau peringatan dalam penggunaan obat ini riwayat alergi
terhadap antagonis H2 apapun gangguan funsi ginjal atau hati, kehamilan atau laktasi, serta
deskripsi yang detail mengenai masalah GI, termasuk lamanya gangguan evaluasi medis. Lakukan
penapisan terhadap adanya lesi kulit, orientasi dan efek, nilai dasar denyut nadi dan tekanan darah,
pemeriksaan abdomen, serta uji fungsi hati dan ginjal.

Diagnosis Keperawatan

Pasien yang mendapatkan antagonis H2 mungkin memiliki diagnosis keperawatan berikut ini yang
berhubungan dengan terapi obat:

 Nyeri akut yang berhubungan dengan efek obat pada SPP dan GI
 Gangguan persepsi sensori (kinestetik, auditori) yang berhubungan dengan efek pada sistem
saraf pusat (SPP)
 Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan aritmia jantung
 Kurang pengetahuan mengenai terapi obat

Implementasi
 Beri obat oral bersama atau sebelum makan dan sebelum tidur (waktu pemberian yang pasti
bervariasi pada setiap produk), untuk memastikan kadar terapeutik ketika efek obat paling
dibutuhkan
 Atur pengurangan dosis obat untuk keadaan disfungsi hati dan ginjal, untuk mencegah
toksisitas yang serius
 Pantau pasien secara kontinu bila obat diberikan secara intravena, untuk memungkinkan
deteksi dini dari efek merugikan yang berpotensi, termasuk arutmia jantung
 Kasi pasien secara seksama terhadap adanya interaksi obat-obat potensial apabila obat
diberikan dalam kombinasi dengan obat lain, karena adanya efek obat pada sistem enzim
hati
 Lakukan tindakan yang memberi kenyamanan dan keamanan, termasuk pemberian
analgesik, kemudahan akses kekamar mandi, bantuan dalam melakukan ambulasi, dan
orientasi secara terhadap apabila terjadi efek GI atau SPP, untuk memastikan keamanan
pasien dan meningkatkan toleransi pasien terhadap obat dan efek obat
 Aturlah pemeriksaan tindak lanjut yang teratur, untuk mengevaluasi efek obat dan masalah
yang mendasarinya
 beri penyuluhan secara menyeluruh kepada pasin, tentang nama dan dosis obat, tindakan
untuk menghindari efek merugikan, tanda bahaya yang dapat mengindikasikan adanya
masalah
 berikan dukungan dan semangat, untuk membantu pasien dalam menghadapi penyakit dan
menjalani program pengobtan

Evaluasi

 pantau respon pasien terhadap obat (redanya gejala GI, ulkus sembuh, pencegahan
perkembangan ulkus lambung).
 pantau adanya efek merugikan (pusing, kebingungan, halusinasi, perubahan GI, aritmia
jantung, hipotensi, ginekomastia).
 Evaluasi keefektifan rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan nama dan dosis obat,
efek merugikan yang perlu diperhatikan dan tindakan khusus untuk menghindari efek
merugikan)
 Pantau keefektifan tindakan yang memberi rasa nyaman dan kepatuhan dalam menjalani
program pengobatan (lihat pedoman asuhan keperawatan antagonis histamin-2)

Anda mungkin juga menyukai