Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Alkohol

a. Pengertian

Alkohol adalah zat penekan susunan saraf pusat meskipun dalam

jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan (Apriliani, 2010).

Istilah alkohol ditujukan pada sekelompok besar organik yang memiliki

gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada atom karbon jenuh. Etil alkohol

juga disebut etanol adalah bentuk alkohol yang umum, seringkali disebut

sebagai alkohol minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH 3-CH2-OH

(Kaplan,1997).

b. Bentuk Fisik dan Sifat Kimiawi

Berbentuk cairan bening tidak bewarna, berbau khas, sangat mudah

larut di air, dan bersifat pelarut kuat. Bersifat Cytotoxic, dengan kadar >14 %

sudah bersifat cytolitic. Melalui proses peragian terhadap glutosa dan

fruktosa, dihasilkan kadar alkohol maksimum 14 %, sesudah itu sel-sel ragi

akan mati karena sifat cytolitic alkohol. Minuman dengan kadar alkohol >14

% diperoleh melalui proses distilasi dengan memanaskan cairan beralkohol

berulang-ulang, kemudian uapnya diembunkan. Sifat : depresan SSP,

disinhibisi agresifitas, adiktif (Nurdin, 2002)

8
c. Gejala Intoksikasi

Setelah tegukan pertama minuman alkohol dengan kadar berapapun,

terjadi iritasi singkat pada mukosa mulut dan esophagus, di lambung

diabsorbsi, sebagian kecil sampai ke usus halus yang dengan cepat masuk ke

sirkulasi darah. Makanan dalam usus halus mengurangi kecepatan absorbsi.

Sebagian kecil keluar melalui pernapasan, tetapi sebagian besar masuk ke

sirkulasi darah. Beberapa menit setelah masuk ke sirkulasi darah, alkohol

sampai di seluruh neuron otak, menghambat interneuronal tranmission

sehingga terjadi depresi susunan saraf pusat dengan hambatan fungsi-fungsi

vital (intoksikasi). Myocardium berupaya mengatasi hambatan dengan

bekerja dengan lebih keras, sehingga frekuensi denyut jantung meningkat.

Berat hambatan pada suatu saat tergantung pada jumlah alkohol di

dalam sirkulasi darah yang ditentukan kadar alkohol pada minuman atau

jumlah total minuman alkohol yang diminum. Kadar alkohol darah (mg/dl)

berkolerasi langsung dengan berat gejala dan lamanya intoksikasi

(Nurdin,2002).

d. Efek Alkohol

1) Efek Pada Otak

a) Biokomia

Teori yang telah lama ada tentang efek biokimiawi dari alkohol

menyatakan efeknya pada membran neuron yang menyebabkan

meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek, tetapi

pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran

9
menjadi kaku. Fluiditas membran adalah penting untuk dapat

berfungsinya reseptor, saluran ion, dan protein fungsional (Kaplan,1997).

b) Efek Perilaku

Pada tingkat 0.05 % alkohol di dalam darah, pikiran, pertimbangan, dan

pengendalian mengendur dan sering kali terputus. Pada kosentrasi 0.1 %,

aksi motorik yang disadari biasanya menjadi dirasakan canggung. Pada

kosentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di otak yang mengatur

pernapasan dan denyut jantung terpengaruhi dan dapat menyebabkan

kematian. tetapi orang dengan riwayat penggunaan alkohol yang telah

lama mampu untuk mentoleransi kosentrasi alkohol yang jauh lebih

banyak dibandingkan orang yang jarang minum alkohol dan mungkin

secara keliru mereka tampak kurang terintoksikasi dari sebenarnya

karena adanya toleransi tersebut (Kaplan,1997).

c) Efek Pada Tidur

Walaupun asupan alkohol dimalam hari dapat menyebabkan semakin

mudahnya tidur, alkohol juga mempunyai efek yang merugikan pada

arsitektur tidur. Secara spesifik, penggunaan alkohol dapat menyebabkan

menurunnya tidur REM (rapid eye movement), menurunnya tidur malam

(stadium 4), dan meningkatnya fragmentasi tidur, termasuk lebih banyak

dan lebih lamanya episode terbangun (Kaplan,1997).

2) Efek Fisiolagis Lain

a) Hati

10
Penggunaan alkohol walaupun episode singkat dapat menyebabkan

suatu akumulasi lemak dan protein yang menimbulkan perlemakan hati

(fatty liver). Hubungan antara infiltrasi lemak di hati dan kerusakan hati

belum jelas tetapi penggunaan alkohol mempunyai hubungan dengan

perkembangan hepatitis alkoholik dan sirosis hati (Kaplan,1997).

b) Sistem Gastrointestinal

Minum berat lebih dari 2 botol sehari dalam waktu lama dapat

menyebabkan perkembangan esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus

lambung. Perkembangan varises esofagus dapat menyertai penggunaan

alkohol, kadang-kadang gangguan pada usus kecil juga terjadi.

Pangkreatitis dan insufisiensi pangkreas, dan kanker pangkreas juga

berhubungan dengan penggunaan alkohol yang berat. Penggunaan

alkohol juga tampak menghambat kapasitas usus untuk mengabsorpsi

berbagai zat gizi termasuk vitamin dan asam amino.

c) Sistem Tubuh Yang Lain

Asupan alkohol yang bermakna telah dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida dan meningkatnya

resiko terjadinya infark miokard dan penyakit serebrovaskular. Alkohol

terbukti dapat meningkatkan curah jantung istirahat, kecepatan denyut

jantung, dan konsumsi oksigen mioklardium. Asupan alkohol juga dapat

merugikan sistem hemopoietik dan dapat meningkatkan insiden kanker.

Intoksikasi akut dapat juga berhubungan dengan hipoglikemi yang jika

11
tidak dikenali dapat menyebabkan kematian mendadak pada orang yang

terintoksikasi. Kelemahan otot adalah efek samping dari alkohol.

e. Perilaku Intoksikasi

Karena sekaligus menghambat neuron inhibitory dan excitatory,

peminumnya langsung kehilangan rasa malu dan takut sehingga mampu

berperilaku yang tidak akan dilakukannya sebelum minum, tetapi kualitas

perilaku tersebut rendah karena menurunnya daya ingat, daya nalar dan

kewaspadaan sipeminum.

f. Tahap Alkoholisme

Atkinson (1983) mengungkapkan tahap alkoholisme sebagai berikut :

1) Tahap praalkoholik. Individu minum-minum bersama-sama teman dan

kadang-kadang minum agak banyak untuk meredakan ketegangan dan

melupakan masalahnya.

2) Tahap prodromal. Minum cara sembunyi-sembunyi dimana orang

tersebut tetap sadar dan relatif masih koheren tetapi kemudian tidak

lagi mengingat kejadian-kejadian.

3) Tahap gawat. Semua kendali hilang, begitu orang pada tahap ini

minum, dia akan melanjutkannya sampai sakit atau pingsan.

4) Tahap kronis. Minum-minuman keras tidak berhenti, individu ini

hanya hidup untuk minum.

12
2. Remaja

a. Pengertian

Menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa

peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual,

mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan

mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif

mandiri (Notoatmodjo, 2007).

Remaja menurut Santrock (2003) diartikan sebagai masa perkembangan

transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan

biologis, koqnitif dan sosial emosional.

b. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menjadi dewasa Syamsu Yusuf (2006)

mengemukakan 3 tahap perkembangan remaja :

1) Masa praremaja (remaja awal)

Masa praremaja biasanya hanya berlangsung dalam waktu relatif singkat.

Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali

masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang,

kurang suka bekerja, dan pesimistik yang menyebabkan para remaja awal

ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2) Masa remaja (remaja madya)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,

kebutuhan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman

yang dapat turut merasakan suka dukanya.

13
3) Masa remaja akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah

mencapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas

perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan

masuklah individu ke dalam masa dewasa.

c. Tugas Perkembangan Remaja

Pikunas (1976) mengemukakann pendapat Willian Kay yaitu bahwa tugas

perkembangan remaja sebagai berikut :

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar

bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual

maupun kelompok.

4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan

sendiri.

6) Memperkuat seft-control (kemampuan pengendalian diri) atas dasar skala

nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

7) Mampu meninggalkan reaksi dan menyesuaikan diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

d. Perkembangan Psikologik Remaja

1) Pembentukan konsep diri

14
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara

psikologik, kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri

psikologik tertentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologik itu menurut G.W.

allport (dalam Carducci, 2009) adalah :

a) Pemekaran diri sendiri (extension off the self), yang ditandai dengan

kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai

bagian dari dirinya sendiri. Perasaan egoisme berkurang. Salah satu

tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai

orang lain dan alam sekitarnya.

b) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self

objectivication) yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai

wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk

menangkap humor (sense of humor).

c) Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Tanpa

perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata. Orang

seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan pendapat-pendapatnya

serta sikap-sikapnya cukup jelas dan tegas.

2) Perkembangan intelegensi

Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan

bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara

efektif. Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ (Intelegence Quotient).

3) Perkembangan peran sosial

15
Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lainnya pada umumnya

disebabkan oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin

mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia masih harus terus

mengikuti kemauan orangtua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan C.

Kagitcibasi rasa ketergantungan pada orang tua dikalangan anak-anak

Indonesia lebih besar karena memang dikehendaki oleh orangtua. Pola

harapan orangtua Indonesia yang menekankan agar anak selalu menurut

pada orangtua adalah dalam rangka agar anak menjadi orang sukses

seperti yang dicita-citakan orangtua. Konflik peran yang dapat

menimbulkan berbagai masalah pada remaja dapat diatasi dengan

memberikan latihan-latihan agar anak bisa mandiri sedini mungkin (Dr.

Sarlito Wirawan, 2001).

4) Perkembangan peran seksual

Peran seksual pada hakikatnya adalah bagian dari perannn sosial.

5) Perkembangan moral dan religi

Moral dan religi adalah bagian pentingdalam jiwa remaja. Moral dan

religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa

sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan

dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Tiadanya moral dan religi

seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan

remaja (Dr. Sarlito Wirawan, 2001).

Religi yaitu keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan

jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara

16
hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat

agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah

ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut

(http://diaz2000.multiply.com/).

Penggunaan alkohol oleh remaja dalam penelitian ini diukur dengan

membandingkan hasil skoring jawaban dengan ketentuan (Nurdin, 2002):

a. Menggunakan bila mengkonsumsi lebih dari 2 kali.

b. Tidak menggunakan bila mengkonsumsi kurang dari 2 kali.

3. Tingkat Pengetahuan

a. Pengetian

Pengetahuan adalah fakta, keadaan atau kondisi tentang pengertian,

mencakup kombinasi dari kesadaran sederhana tentang fakta dan pemahaman

tentang bagaimana fakta ini berkaitan satu sama lain (Green dalam Notoatmodjo

2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) penegatahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang. Apabila suatu

tindakan didasari oleh pengetahuan maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng,

sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan diantaranya

adalah sebagai berikut :

1) Umur

17
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam & Siti

Pariani, 2000).

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang

lain menuju ke arah suatu cita–cita tertentu (Suwono, 1992) jadi dapat

dikatakan bahwa pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima

informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang

dimilikinya (Nursalam & Pariani, 2000).

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya (Nursalam & Pariani,

2000).

4) Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan

pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-

kebutuhan lain yang lebih mendesak (Efendi Nasrul, 1998).

c. Sumber pengetahuan

Sumber Pengetahuan Manusia menurut Nursalam (2001) adalah sebagai

berikut :

18
1) Tradisi

Dengan adat istiadat kita dan profesi keperawatan beberapa pendapat

diterima sebagai sesuatu yang benar. Banyak pertanyaan terjawab dan

banyak permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan suatu tradisi. Tradisi

adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak dianjurkan untuk

memulai mencoba memecahkan masalah. Akan tetapi tradisi mungkin

terdapat kendala untuk kebutuhan manusia karena beberapa tradisi begitu

melekat sehingga validitas, manfaat, dan kebenarannya tidak pernah

dicoba/diteliti.

2) Autoritas

Dalam masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu autoritas seseorang

dengan keahlian tertentu, pasien memerlukan perawat atau dokter dalam

lingkup medik. Akan tetapi seperti halnya tradisi jika keahliannya

tergantung dari pengalaman pribadi sering pengetahuannya tidak teruji

secara ilmiah.

3) Pengalaman Seseorang

Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan

pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting dan

bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan dan

membuat prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola penalaran

manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai keterbatasan

pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk

19
membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan b) pengalaman

seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subyektif.

4) Trial dan error

Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita

dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah.

Meskipun pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih praktis sering tidak

efisien. Metode ini cenderung mengandung resiko yang tinggi,

penyelesaiannya untuk beberapa hal mungkin “idiosyentric”.

5) Alasan yang logis

Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran yang

logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan

ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena validitas

alasan deduktif tergantung dari informasi dimana seseorang memulai, dan

alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi

permasalahan.

6) Metode ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu

kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis

serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada

prinsip validitas dan reliabilitas.

d. Mengukur tingkat pengetahuan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang dalam domain kognitif

menurut Notoatmojo (2003) dapat dilihata dari 6 tingkat yaitu :

20
1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau dirangsang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

3) Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

sesuatu objek ke dalam sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi. Dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainnya.

5) Sintesis (Synthesis)

21
Sintesis yang menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan

hasil skoring jawaban dengan ketentuan (Nursalam, 2003):

a. Tinggi bila nilai ≥ mean

b. Rendah bila nilai < mean

4. Keluarga

a. Pengertian

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling

berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Baylon dan Maglaya 1978).

Friedman (1998), mendefenisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang

disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang

mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan menurut

Departemen Kesehatan RI ( 1998 ), keluarga merupakan unit terkecil dari

22
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul

dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Keluarga merupakan sumber batasan yang penting bagi indvidu atau

anggota keluarga yang dapat mempengaruhi gaya hidup agar berorientasi

kesehatan. Keluarga punya peranan penting dalam membantu anggota keluarga

untuk hidup dalam kehidupan yang sehat (Setyowati & Muwarni, 2008).

b. Fungsi dan Tugas Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh

keluarga sebagai berikut :

1) Fungsi biologis :

a) Meneruskan keturunan,

b) Memelihara dan membesarkan anak,

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

2) Fungsi psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga

b) Memberikan perhatian diantara keluarga

c) Memberikan kedewasan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan masing-masing

23
c) Meneruskan nilai-nilai budaya

4) Fungsi Ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

b) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan

datang

5) Fungsi Pendidik

a) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimiliki.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar didalamnya terdapat

delapan tugas pokok sebagai berikut :

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan anggotanya

2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dikeluarga

3) Pembagian tugas masing-masing anggota keluarga sesuai dengan

kedudukannya

4) Sosialisasi antar anggota keluarga

5) Pengaturan jumlah anggota keluarga

6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas

24
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

c. Keluarga Harmonis

1. Pengertian Keluarga Harmonis

Sebuah keluarga dikatakan harmonis apabila sebuah keluarga di dalam

kesehariannya menjalankan huidup dengan selaras dan seimbang. Dikatakan

selaras jika masing-masing anggota keluarga memiliki ketertarikan hubungan

yang sama. Dikatakan seimbang artinya jika masing-masing anggota keluarga

seimbang, tidak hanya menerima, tetapi juga memberi.

Kebahagiaan dalam keluarga dapat diperoleh melalui ikatan bathin dan

perasaan saling memberi dan menerima satu sama lain. Kebahagiaan dan

kepuasan bathin yang diinginkan karena kebutuhan dasar manusia akan perasaan

kasih sayang dan hubungan persaudaraan (http://pahlevy.web.id/index.php

/komunikasi/1-keluarga-harmonis).

2. Ciri-ciri Keluarga Harmonis

a. Adanya pertemuan rutin

Dengan adanya pertemuan rutin, maka anggota keluarga satu sama lain

dapat saling berbicara dari hati ke hati. Layaknya seperti sebuah organisasi

atau pun lembaga, yang ingin terus berkembang dan berjalan baik,

keantitas pertemuan sangat dominan dalam menentukan baik buruknya

sebuah lembaga.

Di sela-sela kesibukan, anggota keluarga dapat meluangkan waktunya

untuk saling bertemu dan berkumpul, apakah itu di rumah,atau di tempat

lain jika memiliki dana berlebih.

25
b. Memiliki kesamaan VISI dan MISI

Dengan perencanaan yang jelas, sebuah keluarga tentunya akan

mengetahui apa saja yang perlu dan tidak perlu dilakuklan. Tujuan yang

terarah pun dapat memberikan arahan pada kebijakan-kebnijakan bila ada

tindakan suaminya yang melenceng dari apa yang direncanakan, dan istri

wajib mengingatkan bila hal itu terjadi.

c. Setia pada pasangan

Yang dimaksud dengan kesetiaan adalah kesediaan pasangan untuk

tetap menjalankan perannya meskipun keadaan tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan. Kesetiaan merupakan syarat mutlak bagi sebuah keluarga

harmonis. Dengan adanya kesetiaan, masing-masing anggota keluarga

menjalankan tanggung jawabnya masing-masing.

d. Rela berkorban memberikan yang terbaik

Dalam berumahtangga, tentunya akan mengalami apa kendala,

hambatan, dalam mencapai tujuan bersama. Tentu saja di sini diperlukan

kerelaan dalam berkorban, baik itu waktu, pikiran, tenaga, atau pun materi.

Rela berkorban merupakan ladang amal kelak di akhirat.

e. Dapat saling memaafkan satu sama lain

Untuk menghindari adanya kekerasan dalam rumah tangga, tentunya

setiap pasangan harus mampu saling memaafkan kesalahan dan

kekurangan pasangannya. Hakikat dari berkeluarga adalah untuk saling

melengkapi dalam mencapai tujuan bersama. Kekurangan, perselisihan,

26
dan kesalahan tidak mungkin tidak ada, oleh karena itu perlu kesediaan

kita untuk memaafkan satu sama lain.

f. Mensyukuri nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa

Berbagai tujuan yang kita targetkan terkadang membuat kita lupa

untuk menysukuri apa yang kita miliki. Bandingkan saja apa yang telah

kita miliki sekarang dengan sebelumnya. Betapa besarnya Tuhan

memberikan nikmat bagi pasangan yang berkeluarga. Oleh karena itu, kita

perlu menysyukuri apa yang diberikan oleh Tuhan, dan jangan kufur atas

segala sesuatu yang kita miliki.

Dalam penelitian ini keadaam hubungan keluarga diukur dengan

membandingkan hasil skoring jawaban dengan ketentuan (Sntrock, 2003):

a. Harmonis bila nilai ≥ dari mean.

b. Tidak harmonis bila nilai < dari mean.

5. Lingkungan

a. Pengertian

Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi individu di dalam

hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orang tuanya, rumahnya,

kawan-kawan bermainnya, masyarakat sekitarnya maupun dalam bentuk

psikologis seperti perasaan-perasaan yang di alaminya, cita-citanya, persoalan-

persoalan yang dihadapinya dan sebagainya (Patty F, 1982).

1. Penggolongan Lingkungan

1) Lingkungan manusia

27
Lingkungan manusia terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat,

termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan

sebagainya.

2) Lingkungan benda

Yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna

pada jiwa manusia yang berada di sekitarnya.

3) Lingkungan geografis

Latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia.

Masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai keahlian,

kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang tinggal

di daerah yang gersang.

(Heri Purwanto, 1998).

b. Pengaruh Lingkungan

Pengaruh lingkungan pada individu meliputi 2 (dua) sasaran, yaitu

lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial dan lingkungan membuat

wajah budaya bagi individu. Dengan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku

manusia sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk

sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya (Heri Purwanto,

1998).

c. Peranan Lingkungan

Lingkungan dengan aneka ragam kekayaan merupakan sumber inspirasi dan

daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan

sebagai wajah budaya bagi individu berarti pula bahwa individu sendiri berperan

28
sebagai pusat dari lingkungan tersebut. Dengan individu menjadi pusat

lingkungan maka dalam berhadapan dengan lingkungan tersebut memungkinkan

timbulnya peranan lingkungan bagi individu sebagai berikut :

1) Lingkungan sebagai alat bagi individu

Alat untuk kepentingan individu, alat untuk kelangsungan hidup individu

dan alat untuk kepentingan dalam pergaulan sosial.

2) Lingkungan sebagai tantangan bagi individu

Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu

karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi

individu untuk mengatasinya. Individu harus berusaha menaklukkan

lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.

3) Lingkungan sebagai sesuatu yang harus diikuti

Sifat manusia senantiasa ingin mengetahui sesuatu dan ingin mencoba

sesuatu dalam batas-batas kemampuannya. Lingkungan yang beraneka

ragam senantiasa memberikan rangsangan daya tarik kepada individu

untuk mengikutinya. Individu peka akan perubahan lingkungan sehingga

individu selalu berpartisipasi di dalamnya.

4) Lingkungan objek penyesuaian diri bagi individu

Lingkungan mempengaruhi individu, sehingga ia berusaha untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tersebut. Usaha untuk

menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan terdapat dua bentuk yaitu

autoplastis dan alloplastis. Penyesuaian diri dengan cara alloplastis berarti

bahwa individu berusaha agar lingkungan sesuai dengan dirinya

29
sedangkan autoplastis penyesuaian diri dimana individu berusaha agar

dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan yang bersangkutan.

(Heri Purwanto, 1998).

Dalam penelitian ini keadaan lingkungan diukur dengan membandingkan

hasil skoring jawaban dengan ketentuan (Candra, 2007):

a. Lingkungan menunjang bila nilai ≥ dari mean.

b. Lingkungan tidak menunjang bila nilai < dari mean.

B. Kerangka teori

Berdasarkan kutipan Munzir (2009) dan artikel dari

hppt://www.pikirdong.org/, tentang beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang menggunakan alkohol, maka peneliti menggambarkan kerangka teori

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepribadian

Lingkungan
Tingkat Pengetahuan

Keluarga

Pendidikan

Pengetahuan

30
C. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan kepustakaan dan tujuan penelitian yaitu Faktor-faktor

Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alkohol Oleh Remaja Kelurahan

Simpang Rumbio Kota Solok Tahun 2011. Maka variabel-variabel penelitian ini

adalah : (1) variabel pengetahuan, (2) variabel keluarga, (3) variabel lingkungan

yang merupakan variabel independen penelitian dan mempengaruhi variabel

dependen yakni : penggunaan alkohol oleh remaja.

Adapun susunan kerangka konsep dari penelitian ini dapat dilihat pada

gambar kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan

Penggunaan Alkohol
Keluarga Oleh Remaja

Lingkungan

Gambar 2.1
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alkohol Oleh
Remaja Di Kelurahan Simpang Rumbio Kota Solok Tahun 2011

D. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
1. Penggunaan Konsumsi Dengan Kuesioner Ordinal (0)Mengguna
alkohol oleh minuman memberikan kan bila ≥ 3
Remaja beralkohol 2 buah kali dalam satu
oleh remaja pertanyaan tahun terakhir
kepada (1)Tidak
remaja menggunakan
tentang bila < 3 kali
penggunaan dalam satu
alkohol tahun terakhir
2. Pengetahua Segala sesuatu Dengan Kuesioner Ordinal (1)Tinggi :

31
n remaja yang diketahui memberikan bila nilai ≥
tentang oleh remaja 10 buah mean,
alkohol yang pertanyaan (0)Rendah :
didapatkan kepada bila nilai <
baik secara remaja mean
formal maupun tentang
informal penggunaan
tentang alkohol
alkohol
meliputi : (1)
pengertian, (2)
kandungan,
dan (3) efek
dari alkohol
3. Kondisi Keadaan Dengan Kuesioner Ordinal (1)Harmonis :
Keluarga hubungan yang memberikan 6 bila nilai ≥
dialami oleh buah mean
remaja di pertanyaan (0)Kurang
dalam kepada remaja harmonis :
keluarganya tentang bila nilai < dari
kondisi mean
lingkungan
4. Kondisi Segala sesuatu Dengan Kuesioner Ordinal (1)Lingkunga
Lingkungan yang berada di memberikan 7 n menunjang :
sekitar remaja buah bila nilai ≥
yang dapat pertanyaan mean,
menyebabkan kepada remaja (0)Lingkunga
remaja tersebut tentang n tidak
minum kondisi menunjang :
minuman lingkungan bila nilai < dari
beralkohol mean
E. Hipotesa

Ha :

1. Adanya hubungan antara pengetahuan tentang penggunaan alkohol

dengan penggunaan alkohol oleh remaja

2. Adanya hubungan antara kondisi keluarga dengan penggunaan alkohol

oleh remaja

3. Adanya hubungan antara kondisi lingkungan dengan penggunaan alkohol

oleh remaja

32

Anda mungkin juga menyukai