Anda di halaman 1dari 33

TUGAS LEMBAGA KEHAKIMAN

NAMA:RAYMOND
KELAS:XII IPS
Menurut BPS , lembaga survei Indonesia, website resmi Indonesia.
KUMPULAN LINK:

https://www.researchgate.net/publication/
323384414_KEKUASAAN_KEHAKIMAN_DALAM_PERSPEKTIF_NEGARA_HUKUM_DI_INDONESIA

https://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/1402/sejarah-kemenkumham.pdf

HAK LEMBAGA KEHAKIMAN:

Salah satu prinsip negara


hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
Salah satu prinsip negara
hukum adalah
adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka guna
menegakkan
hukum dan keadilan. Hal ini
ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, bahwa
kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan
keadilan.
Kekuasaan kehakiman yang
mandiri
dalam arti independen
tersebut, ditegaskan
pada Pasal 24 ayat (1), ayat
(2) dan ayat 3
UUD NRI Tahun 1945, sebagai
berikut :
1. Ke kuasaan kehakiman mer
upakan
ke ku as a a n ya ng m er de k
a u nt u k
me nyelengg arakan peradilan
guna
menegakkan hukum dan
keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan
badan
berikut adalah hak dan kewajiban dari lembaga kehakiman, salah satu prinsip negara hukum adalah
adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka guna menegakkan hukum dan
keadilan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945, bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan.Kekuasaan kehakiman yang mandiri dalam arti independen tersebut, ditegaskan pada
Pasal 24 ayat (1), ayat (2) dan ayat 3 UUD NRI Tahun 1945, sebagai berikut :

1.Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan


guna menegakkan hukum dan keadilan.

2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan. peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
Militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-
undang

KEWAJIBAN KEHAKIMAN:

Keharusan bagi hakim


tersebut, dipertegas
pada Pasal 5 UU. No. 48 Tahun
2009, bahwa :
(1) Hakim dan hakim
konstitusi waji b
Keharusan bagi hakim tersebut, dipertegas pada Pasal 5 UU. No. 48 Tahun 2009, bahwa :

Hakim dan hakim konstitusi wajib mendapatkan tempat dan kedudukan yang teormat dalam sistem
distribusi atau pencabangan kekuasaan. Kekuasaan kehakiman dalam konsep negara hukum,
sebagaimana halya dengan Negara Republik Indonesia, telah meletakkan kerangka dasar sistem
kekuasaan kehakiman yang independen, terbebas dari pengaruh unsur-unsur kekuasaan lainnya, dalam
implementasi fungi kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman dapat mandiri dalam menjalankan
fungi judisialnya, sehingga memungkinlan pelaksana kekuasaan kehakiman berlaku fair atau adil dalam
memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara berdasarkan hukum dan keadilan.

TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP LEMBAGA


KEHAKIMAN:
hasil survei menunjukkan, secara keseluruhan indeks kepuasan publik terhadap lembaga pengadilan
sebesar 76% berada pada kategori baik. Namun, angka ini relatif moderat jika dibandingkan hasil
pengukuran internal di mana tingkat kepuasan publik rata-ratanya sebesar 79,8%. Jika dibandingkan
dengan baseline indeks kepuasan tahun 2013 sebesar 69,3%, hasil studi kepuasan publik sekarang ini,
mengalami peningkatan sebesar 6,7% poin dalam kurun waktu lima tahun (2014 – 2018). dari berbagai
layanan yang diberikan lembaga-lembaga pengadilan, Layanan Pendampingan Hukum yang diperankan
oleh Pos Bantuan Hukum (Posbakum)/advokat piket mendapatkan indeks kepuasan tertinggi (79%),
disusul Layanan Mediasi dan Layanan Administrasi dan Sidang (masing-masing 75%), serta Layanan
Informasi (74%). Menurutnya, kepuasan Layanan Pendampingan Hukum, SDM Posbakum dinilai sudah
cakap dalam memberi saran hukum, namun kelengkapan dan keakuratan informasi di lembaga peradilan
masih perlu ditingkatkan. Selain itu, publik juga menilai rendah ketersediaan ruangan/kantor dan alat
penunjang kerja Posbakum, kebersihan toilet, sehingga variabel-variabel ini perlu ditingkatkan oleh
lembaga peradilan dalam meningkatkan layanan pendampingan hukum ke depan.

BERAPA BANYAK KASUS YANG SUDAH DITANGANI


LEMBAGA KEHAKIMAN
LINK:

https://mahkamahagung.go.id/id/berita/3943/sepanjang-ma-ri-berdiri-tahun-2019-adalah-rekor-
pencapaian-penyelesaian-perkara

Dalam penyampaiannya, Hatta mengatakan bahwa implementasi kebijakan Mahkamah Agung dalam
penanganan dan penyelesaian perkara terus menunjukkan hasil yang positif. Tahun ini tercatat jumlah
perkara yang diregister di Mahkamah Agung sebanyak 19.370 perkara. Sekalipun jumlah perkara
masuk tersebut meningkat sebesar 12,91% dari tahun sebelumnya, Mahkamah Agung berhasil
memutus 20.021 perkara dari keseluruhan jumlah beban sebanyak 20.276 perkara, jumlah perkara
diputus meningkat 13,51%, sehingga kerja keras Mahkamah Agung tersebut dapat menekan jumlah
sisa perkara menjadi hanya 255 perkara. “Jumlah sisa perkara ini, memecahkan rekor hasil terbaik
yang pernah dicapai oleh Mahkamah Agung,” terang Hatta Ali yang didampingi oleh para Wakil Ketua
Mahkamah Agung dan Para Ketua Kamar Mahkamah Agung. “Data ini masih dinamis karena hingga
hari terakhir 2019, Mahkamah Agung masih terus bersidang dan menyelesaikan perkara,” kata Hatta
Ali yang menegaskan bahwa jumlah itu masih bisa meningkat lagi.

KEBIJAKAN YANG DIKELUARKAN BAGI LEMBAGA


KEHAKIMAN AGAR TIDAK TERJADI PELANGGARAN:
LINK:
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/897.pdf

UNDANG UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 BAB 1 PASAL 21-30 BERBUNYI:

Pasal 21.

(1) Para hakim dan para jaksa dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya : 1e. apabila mereka
ternyata tidak cakap.

2e. apabila diharuskan untuk keperluan Negara.

3e. apabila mereka telah berumur 60 tahun.

(2) Selain dari dengan alasan-alasan tersebut mereka hanya dapat diberhentikan dari jabatannya atas
permintaan sendiri.

Pasal 22.

(1) Para hakim dan para jaksa dapat dipecat :

1e. apabila mereka dihukum penjara, tutupan atau kurungan dari sebab menjalankan

kejahatan.

2e. apabila mereka jatuh failit atau dimasukkan penjara dari sebab tidak membayar

hutangnya.

3e. dari sebab kelakuan tidak baik atau tidak sopan atau selalu alpa dalam jabatannya.

4e. apabila mereka melanggar larangan tersebut dalam pasal-pasal 15, 17 dan 18

Undang-undang ini.

(2) Pemecatan ini dilakukan, untuk para hakim Mahkamah Agung dan para jaksa Kejaksaan

Agung, atas usul atau pertimbangan Dewan Pertimbangan Agung, untuk para hakim atas usul atau
pertimbangan Mahkamah Agung, untuk para jaksa atas usul atau pertimbangan Jaksa Agung, semua
setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.

Pasal 23.

(1) Apabila terhadap para hakim dan para jaksa ada perintah untuk ditangkap atau untuk ditempatkan
dalam rumah sakit jiwa, atau untuk ditahan dalam penjara oleh karena tidak membayar hutang, mereka
dengan sendirinya diberhentikan dari jabatannya untuk sementara waktu.

(2) Apabila mereka dituntut dimuka hakim dalam perkara pidana tidak dengan ditangkap atau apabila ada
hal-hal penting yang mungkin berakibat pemberhentian dalam jabatannya, mereka dapat diberhentikan
untuk sementara waktu, untuk Ketua Mahkamah Agung dan Jaksa Agung, setelah mendapat
pertimbangan Ketua Dewan Pertimbangan Agung, untuk hakim lainnya, setelah mendapat pertimbangan
Ketua Mahkamah Agung dan untuk jaksa lainnya, setelah mendapat pertimbangan Jaksa Agung.
(3) Selama pemberhentian untuk sementara waktu ini yang bersangkutan hanya menerima sepertiga dari
gajinya.

(4) Apabila kemudian ternyata, bahwa yang bersangkutan harus tetap memegang jabatannya, sisa gaji
yang belum diterima, harus dibayar.

Pasal 24.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

-5-

(1) Ketua Mahkamah dan Pengadilan dapat memberi peringatan tentang hal menjalankan kewajiban
dalam jabatannya kepada para hakim dan panitera dari Mahkamah dan Pengadilan masing-masing.

(2) Kepala Kejaksaan dapat memberi peringatan tentang hal menjalankan kewajiban dalam jabatannya
kepada para jaksa dari kejaksaan masing-masing.

Pasal 25.

(1) Para Ketua Pengadilan dan para Kepala Kejaksaan yang mau pergi ke luar daerah hukumnya selama
lebih dari tujuh hari, harus mendapat idzin.

Para Ketua Pengadilan Tinggi, dari Ketua Ketua Pengadilan Tinggi yang berkuasa dalam daerah
hukumnya.

Para Ketua Pengadilan Tinggi, dari Ketua Mahkamah Agung.

Para Kepala Kejaksaan Negeri, dari Kepala Kejaksaan Tinggi yang berkuasa dalam daerah hukumnya.

Para Kepala Kejaksaan Tinggi, dari Jaksa Agung.

(2) Para hakim lainnya tidak boleh meninggalkan kota kediamannya, kecuali dengan idzin dari Ketua
Pengadilan masing-masing.

(3) Para jaksa lainnya tidak boleh meninggalkan kota kediamannya, kecuali dengan idzin dari Kepala
Kejaksaan masing-masing.

Pasal 26.
(1) Ketua Mahkamah dan Pengadilan mengatur pekerjaan antara para Hakim dalam Mahkamah dan
Pengadilan masing-masing.

(2) Ketua Mahkamah dan Pengadilan mengawasi dengan teliti perbuatan jabatan dari panitera
Mahkamah dan Pengadilan masing-masing.

(3) Terserah kepada kebijaksanaan para Hakim, apakah dalam pemeriksaan perkara harus turut duduk
seorang ahli agama atau ahli lainnya sebagai penasehat.

Pasal 27.

Apabila perlu, Ketua Mahkamah dan Pengadilan dapat mengangkat panitera-pengganti dengan tidak
memberatkan keuangan Negara.

Pasal 28.

(1) Panitera Mahkamah dan Pengadilan harus mengadakan daftar dengan nomer berturut-turut dari
segala perkara yang diperiksa, perkara pidana dan perkara perdata terpisah satu sama lain.

(2) Panitera Mahkamah dan Pengadilan harus membikin surat catatan dari soal pemeriksaan dalam
sidang dengan teliti.

Pasal 29.

Panitera Mahkamah dan Pengadilan bertanggung jawab atas segala surat-surat, uang dan barang-
barang bukti yang berada dalam kantor Mahkamah dan Pengadilan untuk keperluan dinas.

Pasal 30.

Segala upah yang menurut Undang-undang harus dibayar berhubung dengan pemeriksaan perkara
perdata harus diurus oleh Panitera dan dibayarkan kepada Kas Negeri.

TOTAL PELANGGARAN YANG DILANGGAR OLEH


LEMBAGA KEHAKIMAN
LINK: https://www.komisiyudisial.go.id/frontend/news_detail/1454/ky-terima-laporan-dugaan-
pelanggaran-kode-etik-hakim

"Pada periode 4 Januari s.d 30 April 2021, KY telah menerima laporan sebanyak 853 yang terdiri dari 494
laporan dan 359 tembusan yang berkaitan dengan pengawasan lembaga peradilan," ujar Ketua Bidang
Pengawasan Hakim dan Investigasi Sukma Violetta di depan media dalam Konferensi Pers virtual
Penanganan Laporan Masyarakat, Senin (3/5) di Ruang Press Room KY.

Berdasarkan jenis perkara, masalah perdata mendominasi laporan yang masuk ke KY, yaitu 234 laporan.
Untuk perkara pidana berada di bawahnya dengan jumlah laporan 121 laporan. Selain itu, ada juga
pengaduan terkait perkara agama (29 laporan), Tipikor (27 laporan), niaga (26 laporan), Tata Usaha
Negara (18 laporan), perselisihan hubungan industrial (13 laporan), dan lainnya.

Lebih lanjut, menurut Sukma, dari laporan yang masuk ke KY di antaranya juga berasal dari Penghubung
KY yang ada di 12 wilayah. Sukma menguraikan, 10 provinsi terbanyak dalam penyampaian laporan
dugaan pelanggaran KEPPH masih didominasi kota-kota besar di Indonesia. Dari tahun ke tahun relatif
tidak banyak perubahan.

Paling banyak adalah DKI Jakarta (128 laporan), Sumatera Utara (49 laporan), Jawa Timur (44 laporan),
Jawa Barat (40 laporan), Jawa Tengah (22 laporan), Riau (21 laporan), Sumatera Selatan (20 laporan),
Kalimantan Timur (16 laporan), Sulawesi Selatan (14 laporan), Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur
(13 laporan).

KESIMPULAN DARI HASIL EVALUASI DI ATAS:


Dari sini, kita bisa lihat bahwa, kekuasaan kehakiman di Indonesia dijalankan oleh Mahkamah Agung dan
empat badan peradilan di bawahnya yang melingkupi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. Di mana masing-masing memiliki kewenangan absolut yang
khusus. Selain itu, juga dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi yang memiliki kewenangan khusus pula.
Adapun fungsi pengawasan terhadap keduanya dilakukan oleh Komisi Yudisial. Kita juga bisa melihat
bahwa di dalam konteks negara hukum, kekuasaan kehakiman punya peran penting. Kekuasaan
kehakiman berperan penting dalam menegakkan hukum dan keadilan. Selain itu, di dalam
konteksketatanegaraan, kekuasaan kehakiman berperan sebagai benteng terakhir dalam penegakan
hukum dan keadilan. Meski sebetulnya, menegakkan keadilan membutuhkan berbagai sumber daya.
Bukan hanya penegakan instrumen hukum oleh kekuasaan kehakiman.

Dari itu, perlu kiranya segala macam kekuasaan, bukan hanya kekuasaan kehakiman, punya itikad baik
dalam upaya mewujudkan keadilan. Biak pada tingkat kekuasaan legislatif maupun eksekutif dengan
berbagai sumber daya dan kewenangan yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai