Anda di halaman 1dari 88

PERANGKAT PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013

MATA PELAJARAN SEJARAH PEMINATAN


KELAS XI
SEMESTER GANJIL
Tema : Kerajaan Maritim Indonesia masa Hindu Buddha

Disusun oleh :

NAMA : IMAWATI
NIM : 18406241053

SMA NEGERI 3 JOMBANG


Tahun Pelajaran 2019-2020
PENGEMBANGAN SILABUS
MATA PELAJARAN SEJARAH PEMINATAN

Sekolah : SMAN 3 JOMBANG


Kelas/Semester : XI/Ganjil
Standar Kompetensi :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan..

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan/Pengalaman Waktu Sumber Bahan


Belajar
3.1 Menganalisis 1. Pengertian kerajaan maritim 1. Siswa mengamati 2x4 JP 1. Buku siswa : MGMP
kerajaan-kerajaan Kerajaan Kutai gambar atau video Sejarah Kabupaten
maritim Indonesia 2. Sistem Pemerintahan yang sudah disediakan Jombang. 2019. “Sejarah
pada masa Hindu dan Kerajaan Kutai oleh guru. Peminatan Kelas XI SMA
Buddha dalam sistem 3. Sistem Sosial Kerajaan 2. Siswa menanyakan Kurikulum 13”. Jombang:
pemerintahan, sosial, Kutai hal yang kurang jelas CV Sinar Abadi. (3-10)
ekonomi, dan 4. Sistem Ekonomi Kerajaan atau informasi lain 2. Buku siswa : Sarkonah
kebudayaan serta Kutai tentang gambar atau dan Rudi Permadi. 2016.
pengaruhnya dalam 5. Sistem Kebudayaan video tersebut. “Sejarah untuk SMA/MA
kehidupan masyarakat Kerajaan Kutai 3. Siswa berdiskusi Kelas XI Kelompok
Indonesia pada masa Kerajaan Tarumanegara secara berkelompok Peminatan Ilmu-Ilmu
kini 6. Sistem Pemerintahan (mengumpulkan Sosial”. Jakarta: CV Arya
Kerajaan Tarumanegara informasi, dan Duta. (5-31)
7. Sistem Sosial Kerajaan mengolah informasi) 3. Buku referensi : Abd.
Tarumanegara 4. Siswa Rahman Hamid. 2015.
8. Sistem Ekonomi Kerajaan mempresentasikan “Sejarah Maritim
Tarumanegara atau menyampaikan Indonesia”. Yogyakarta:
informasi tersebut di Ombak. (3-150)
9. Sistem Kebudayaan
depan kelas 4. E-Jurnal : Imam Hadi
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Mataram Kuno Sutrisno. “Makna Sumpah
10. Sistem Pemerintahan Palapa bagi Nusantara”.
Kerajaan Mataram Kuno Jurnal UNSAM, Vol. 5,
11. Sistem Sosial Kerajaan No. 1, Tahun 2018. (7-15)
Mataram Kuno (http://jurnal.unsam.ac.id/i
12. Sistem Ekonomi Kerajaan ndex.php/jsnbl/article/vie
Mataram Kuno w/610/445 diakses pada
13. Sistem Kebudayaan 29 Maret 2020)
Mataram Kuno 5. Situs internet: Fian
Kerajaan Singasari Assan. “Kerajaan-kerajaan
14. Sistem Pemerintahan Maritim Masa Hindu
Kerajaan Singasari Buddha”.
15. Sistem Sosial Kerajaan (https://www.slideshare.ne
Singasari t/fianassan/kerajaankerajaa
16. Sistem Ekonomi Kerajaan n-maritim-masa-hindubud
Singasari dha diakses pada 29 Maret
17. Sistem Kebudayaan 2020)
Singasari 6. Gambar: Peta Indonesia,
Kerajaan Sriwijaya Peta wilayah kekuasaan
18. Sistem Pemerintahan Majapahit, Peta
Kerajaan Sriwijaya Persebaran Pelabuhan
19. Sistem Sosial Kerajaan Besar di Indonesia
Sriwijaya 7. Video/film: Sejarah
20. Sistem Ekonomi Kerajaan Maritim Nusantara. 2012.
Sriwijaya Youtube : Negeriku
21. Sistem Kebudayaan Bagus.
Sriwijaya (https://youtu.be/UYV3JL
Kerajaan Majapahit oLn6w diunduh pada
22. Sistem Pemerintahan tangga 29 Maret 2020)
Kerajaan Majapahit
23. Sistem Sosial Kerajaan
Majapahit
24. Sistem Ekonomi Kerajaan
Majapahit
25. Sistem Kebudayaan
Majapahit
26. Pengaruh keberadaan
kerajaan maritim Indonesia
pada masa Hindu Buddha
dalam kehidupan masyarakat
4.1 Menyajikan hasil Indonesia masa kini.
analisis tentang 27. Analisis tentang
kerajaan-kerajaan kerajaan-kerajaan maritim
maritim Indonesia Indonesia pada masa Hindu
pada masa Hindu dan dan Buddha dalam sistem
Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial,
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
ekonomi, dan serta pengaruhnya dalam
kebudayaan serta kehidupan masyarakat
pengaruhnya dalam Indonesia pada masa kini
kehidupan masyarakat dalam bentuk makalah.
Indonesia pada masa
kini dalam bentuk
tulisan dan/atau media
lain
SISTEM PENILAIAN MATA
PELAJARAN SEJARAH

Sekolah : SMAN 3 JOMBANG


Kelas/ Semester : XI/Ganjil

Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan..

INDIKATOR PENILAIAN
Jenis Bentuk Instruksi Rumusan
1. Mendeskripsikan penngertian Test Uraian 1. Deskripsikan pengertian kerajaan
kerajaan maritim maritim
Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai
2. Menganalisis sistem Pemerintahan 2. Analisislah sistem Pemerintahan
Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai
3. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan 3. Analisislah sistem Sosial Kerajaan
Kutai Kutai
4. Menganalisis sistem Ekonomi 4. Analisislah sistem Ekonomi
Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai
5. Menganalisis sistem Kebudayaan 5. Analisislah sistem Kebudayaan
Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai
Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Tarumanegara
6. Menganalisis sistem Pemerintahan 6. Analisislah sistem Pemerintahan
Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Tarumanegara
7. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan 7. Analisislah sistem Sosial Kerajaan
Tarumanegara Tarumanegara
8. Menganalisis sistem Ekonomi 8. Analisislah sistem Ekonomi
Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Tarumanegara
9. Menganalisis sistem Kebudayaan 9. Analisislah sistem Kebudayaan
Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno
10. Menganalisis sistem Pemerintahan 10. Analisislah sistem Pemerintahan
Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno
11. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan 11. Analisislah sistem Sosial Kerajaan
Mataram Kuno Mataram Kuno
12. Menganalisis sistem Ekonomi 12. Analisislah sistemEkonomi
Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno
13. Menganalisis sistem Kebudayaan 13. Analisislah sistem Kebudayaan
Mataram Kuno Mataram Kuno
Kerajaan Singasari Kerajaan Singasari
14. Menganalisis sistem Pemerintahan 14. Analisislah sistem Pemerintahan
Kerajaan Singasari Kerajaan Singasari
15. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan 15. Analisislah sistem Sosial Kerajaan
Singasari Singasari
16. Menganalisis sistem ekonomi 16. Analisislah sistem ekonomi
Kerajaan Singasari Kerajaan Singasari
17. Menganalisis sistem Kebudayaan 17. Analisislah sistem Kebudayaan
Singasari Singasari
Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya
18. Menganalisis sistem Pemerintahan 18. Analisislah sistem Pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya
19. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan 19. Analisislah sistem Sosial Kerajaan
Sriwijaya Sriwijaya
20. Menganalisis sistem Ekonomi 20. Analisislah sistemEkonomi
Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya
21. Menganalisis sistem Kebudayaan 21. Analisislah sistem Kebudayaan
Sriwijaya Sriwijaya
Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit
22. Menganalisis sistem Pemerintahan 22. Analisislah sistem Pemerintahan
Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit
23. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan 23. Analisislah sistem Sosial Kerajaan
Majapahit Majapahit
24. Menganalisis sistem Ekonomi 24. Analisislah sistemEkonomi
Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit
25. Menganalisis sistem Kebudayaan 25. Analisislah sistem Kebudayaan
Majapahit Majapahit
26. Menganalisis pengaruh keberadaan 26. Analisislah pengaruh keberadaan
kerajaan maritim Indonesia pada kerajaan maritim Indonesia pada
masa Hindu Buddha dalam kehidupan masa Hindu Buddha dalam
masyarakat Indonesia masa kini. kehidupan masyarakat Indonesia
27. Menganalisis tentang masa kini.
kerajaan-kerajaan maritim Indonesia 27. Analisislah tentang kerajaan-
pada masa Hindu dan Buddha dalam kerajaan maritim Indonesia pada
sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, masa Hindu dan Buddha dalam
dan kebudayaan serta pengaruhnya sistem pemerintahan, sosial,
dalam kehidupan masyarakat ekonomi, dan kebudayaan serta
Indonesia pada masa kini dalam pengaruhnya dalam kehidupan
bentuk makalah. masyarakat Indonesia pada masa
kini dalam bentuk makalah.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SMAN 3 JOMBANG


Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Kerajaan Maritim masa Hindu Buddha
Alokasi Waktu : 2 Minggu x 4 Jam Pertemuan

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik
sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan
komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


KD Indikator
3.1 Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada 1. Mendeskripsikan pengertian kerajaan maritim
masa Hindu dan Buddha dalam sistem pemerintahan, Kerajaan Kutai
sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta pengaruhnya 2. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Kutai
dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini 3. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Kutai
4. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Kutai
5. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Kutai
Kerajaan Tarumanegara
6. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan
Tarumanegara
7. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Tarumanegara
8. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Tarumanegara
9. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan Mataram Kuno
10. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Mataram
Kuno
11. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Mataram Kuno
12. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Mataram Kuno
13. Menganalisis sistem Kebudayaan Mataram Kuno
Kerajaan Singasari
14. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari
15. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Singasari
16. Menganalisis sistem ekonomi Kerajaan Singasari
17. Menganalisis sistem Kebudayaan Singasari
Kerajaan Sriwijaya
18. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
19. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Sriwijaya
20. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
21. Menganalisis sistem Kebudayaan Sriwijaya
Kerajaan Majapahit
22. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit
23. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Majapahit
24. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Majapahit
25. Menganalisis sistem Kebudayaan Majapahit
26. Menganalisis pengaruh keberadaan kerajaan maritim
Indonesia pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini.
4.1 Menyajikan hasil analisis tentang kerajaan-kerajaan 1. Menganalisis tentang kerajaan-kerajaan maritim
maritim Indonesia pada masa Hindu dan Buddha dalam Indonesia pada masa Hindu dan Buddha dalam sistem
sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta
serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia
Indonesia pada masa kini dalam bentuk tulisan dan/atau pada masa kini dalam bentuk makalah.
media lain

 Karakter : Religius, Toleransi, Cinta Tanah Air

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama:

1. Mendeskripsikan pengertian kerajaan maritim


Kerajaan Kutai
2. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Kutai
3. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Kutai
4. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Kutai
5. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Kutai
Kerajaan Tarumanegara
6. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Tarumanegara
7. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Tarumanegara
8. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Tarumanegara
9. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Mataram Kuno
10. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno
11. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Mataram Kuno\
12. Menganalisis sistemEkonomi Kerajaan Mataram Kuno
13. Menganalisis sistem Kebudayaan Mataram Kuno
14. Fokus penguatan karakter: Religius, Toleransi, Cinta Tanah Air

Pertemuan kedua :

Kerajaan Singasari
1. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari
2. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Singasari
3. Menganalisis sistem ekonomi Kerajaan Singasari
4. Menganalisis sistem Kebudayaan Singasari
Kerajaan Sriwijaya
5. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
6. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Sriwijaya
7. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
8. Menganalisis sistem Kebudayaan Sriwijaya
Kerajaan Majapahit
9. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit
10. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Majapahit
11. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Majapahit
12. Menganalisis sistem Kebudayaan Majapahit
13. Menganalisis pengaruh keberadaan kerajaan maritim Indonesia pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini.
14. Fokus penguatan karakter: Religius, Toleransi, Cinta Tanah Air

D. Materi Pembelajaran
1. Materi pembelajaran reguler
a. Definisi kerajaan maritim
Pada dasarnya wilayah Nusantara bertumpu pada pertanian dan kegiatan yang bersifat agraris. Beberapa penemuan arkeologi
membuktikan bahwa masyarakat Indonesia saat itu sudah memiliki ilmu dan teknologi perkapalan dan navigasi. Sehingga
masyarakat Indonesia pada masa itu juga memanfaatkan laut untuk mengangkut hasil bumi ke wilayah lainnya, baik antar
kerajaan di Nusantara maupun diluar wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa Nusantara telah memiliki peradaban
maritim. Bahkan
beberapa kerajaan telah diklasifikasikan sebagai kerajaan yang bercorak maritim. Kerajaan maritim yaitu kerajaan yang
ekonominya bertumpu dan pada perdagangan laut, bahkan menguasai wilayah perdagangan tertentu. Ciri lain dari kerajaan
maritim yaitu umumnya terletak di daerah tepi laut atau sungai, memiliki daerah kekuasaan di wilayah lain di luar pulau.
b. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua yang ada di Indonesia, berdiri pada tahun 400-500M. kerajaan ini terletak di tepi
sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kehidupan politik Kerajaan Kutai pada masa itu mencapai keemasan pada masa
pemerintahan Mulawarman. Kehidupan sosial masyarakatnya dibagi atas kasta karena kerajaan ini bercorak Hindu. Kehidupan
ekonomi penduduknya bergantung pada pertanian, perternakan dan perdagangan.
c. Kerajaan Tarumanegara
Berbeda dengan kerajaan Kutai yang menjadi kerajaan tertua di Indonesia, kerajaan tarumanegara menjadi kerajaan yang tertua
di Jawa, berdiri sekitar abad ke-5 di lembah Sungai Citarum Bogor, Jawa Barat. Raja yang paling terkenal di kerajaan
Tarumanegara adalah Raja Purnawarman. Bukti pemerintahan Kerajaan Tarumanegara terdapat pada prasasti Jambu yang dimana
adalah terdapat telapak kaki yang memberikan pemujian terhadap raja purnawarman. Kehidupan ekonomi pada masa Tarumanegara
adalah menjadi sudah sangatlah berjalan teratur dikarenakan terdapat pembangunan dari terusan yang dimana sangatlah
memberikan arti yang dimana sangatlah besar dri kerjaan Tarumanegara. Kehidupan sosial yang dimana terjadi pada masa kerajaan
Tarumanegara adalah terbentuk dengan cara yang sangatlah rapih dan hal ini akan dapat terlihat sebagia sebuah bentuk dari upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan. Tingkat kebudayaannya sudah sangatlah tinggi dari perkembangan akan kebudayaan dari tulis
menulis yang berada di wilayah Kerajaan Tarumanegera
d. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad-8 dan menganut ajaran Hindu Siwa. Kerajaan ini diperintah pertama kali
oleh Raja Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan mataram kuno kemudian terpecah menjadi dua, setelah
meninggalnya Panangkaran, yaitu bercorak Hindu dan Budha. Kerajaan mataram kuno yang bercorak hindu diperintah oleh Dinasti
Sanjaya, sedangkan kerajaan mataram kuno yang bercorak budha diperintah oleh Dinasti Syailendra. Rakyat di kerajaan mataram
kuno telah mengenal perdagangan internasional, sekalipun mereka memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan,
perdagangan, dan pengrajin.
e. Kerajaan Singasari
Sri Maharaja Sri Kertanegara berhasil memperbesar wilayah kekuasaan Singasari dengan beragam cara. Dalam bidang
pemerintahan, ia mengganti beberapa pejabat kerajaan dan memelihara keamanan dengan melakukan perkawinan politik.
Kedua cara itu ditempuh untuk menciptakan pemerintahan yang solid, kuat, dan stabil. Untuk memperluas kekuasaannya,
Kertanegara menjalankan ekspedisi Pamalayu ke Kerajaan Melayu, Sunda, Bali, dan Pahang. Selain itu, ia juga menggalang kerja
sama dengan
Kerajaan Campa. Seperti diketahui, Singasari menempati daerah yang subur di sekitar sungai Brantas dan Bengawan Solo. Kedua
sungai itulah yang menjadi sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Peninggalan kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain
berupa prasasti, candi, dan patung. Candi peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Singasari.
Menurut kitab Pararaton dan Negarakertagama, kehidupan sosial masyarakat Singasari diliputi suasana yang aman dan damai.
f. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya terletak di muara takus, riau, dan berpindah ke palembang, stelah berhasil menguasai palembang,
tepatnya di Sungai musi. Kerajaan sriwijaya dipimpin oleh balaputradewa, dan berhasil membawa kerajaan tersebut mencapai
pundak keemasan, sebab dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Budha di Asia tenggara. Kerajaan ini juga
dijuluki sebagai kerajaan maritim terbesar, namun mengalami kemunduran, ketika terjadi endapan di sungai musi. Kehidupan sosial
masyarakat pada masa itu tergolong majemuk dan terdapat stratifikasi sosial. Mata pencaharian mereka di bidang pertanian dan
perdagangan.
g. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, pada tahun 1293 M dan dibantu oleh Kebo Anabrang, Ronggo Lawe, Nambi,
Lembu Sora, dan Aria Wiraraja. Kerajaan ini terletak di Sungai Brantas, Jawa Timur dan bercorak agama Hindu. Pada masa
pemerintahan Raden Wijaya terjadi pemberontakan Lembu Sora, Nambi, dan Ranggalawe, namun dapat dipadamkan oleh raja.
Kerajaan majapahit memiliki wilayah yang luas dan subur, sehingga menjadi produsen barang-barang yang laku di pasar
dan menjadi perantara untuk membawa hasil bumi antar daerah.
h. Pengaruh keberadaan kerajaan maritim masa Hindu Buddha dalam kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Pengaruh-pengaruh keberadaan kerajaan maritim masa Hindu Buddha berupa aspek fisik dan nonfisik. Pengaruh fisik
merupakan tinggalan zaman Hindu Buddha yang dapat kita liht secara fisik pada bennda-benda masa kini. Contoh pengaruh fisik
yaitu adanya wilayah Nusantara, dan adanya bidang arsitektur khas. Sedangkan pengaruh nonfisik yaitu tinggalan yang
mempengaruhi adat, pola pikir ataupun perilaku pada masyarakat masa kini. Contohnya yaitu teknologi perkapalan, navigasi
pelayaran, sistem pendidikan, bahasa dan sistem aksara, serta upacara/tradisi.
i. Bersikap religius, toleransi dan cinta tanah air

2. Materi pembelajaran pengayaan


a. Makna Sumpah Palapa Gadjah Mada
Sumpah Palapa merupakan dasar yang paling kuat dalam persatuan Indonesia. Wilayah Nusantara yang di satukan oleh Gadjah
Mada telah menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional untuk mengikat wilayah Indonesia yang terwujud dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.
3. Materi pembelajaran remedial
a. Pengaruh keberadaan kerajaan-kerajaan maritim masa Hindu-Buddha dalam kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Pengaruh-pengaruh keberadaan kerajaan maritim masa Hindu Buddha berupa aspek fisik dan nonfisik. Pengaruh fisik
merupakan tinggalan zaman Hindu Buddha yang dapat kita liht secara fisik pada bennda-benda masa kini. Contoh pengaruh fisik
yaitu adanya wilayah Nusantara, dan adanya bidang arsitektur khas. Sedangkan pengaruh nonfisik yaitu tinggalan yang
mempengaruhi adat, pola pikir ataupun perilaku pada masyarakat masa kini. Contohnya yaitu teknologi perkapalan, navigasi
pelayaran, sistem pendidikan, bahasa dan sistem aksara, serta upacara/tradisi.

E. Metode Pembelajaran
Pembelajaran dengan Metode Ilmiah (Pendekatan Saintifik)

F. Media dan Bahan


1. Media
a. Video/film: Sejarah Maritim Nusantara. 2012. Youtube : Negeriku Bagus. (https://youtu.be/UYV3JLoLn6w diunduh pada tangga
29 Maret 2020)
b. Gambar: Peta Indonesia, Peta wilayah kekuasaan Majapahit, peda persebaran pelabuhan besar di Indonesia

G. Sumber Belajar
1. Buku siswa : MGMP Sejarah Kabupaten Jombang. 2019. “Sejarah Peminatan Kelas XI SMA Kurikulum 13”. Jombang: CV Sinar
Abadi. (3-10)
2. Buku siswa : Sarkonah dan Rudi Permadi. 2016. “Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial”.
Jakarta: CV Arya Duta. (5-31)
3. Buku referensi : Abd. Rahman Hamid. 2015. “Sejarah Maritim Indonesia”. Yogyakarta: Ombak. (3-150)
4. E-Jurnal : Imam Hadi Sutrisno. “Makna Sumpah Palapa bagi Nusantara”. Jurnal UNSAM, Vol. 5, No. 1, Tahun 2018. (7-15)
(http://jurnal.unsam.ac.id/index.php/jsnbl/article/view/610/445 diakses pada 29 Maret 2020)
5. Situs internet: Fian Assan. “Kerajaan-kerajaan Maritim Masa Hindu Buddha”.
(https://www.slideshare.net/fianassan/kerajaankerajaan-maritim-masa-hindubuddha diakses pada 29 Maret 2020)

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama 4 JP

Kegiatan Deskripsi Abstraksi Waktu


Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik 15 menit
2. Mengawali proses belajar mengajar dengan doa
3. Presensi kehadiran peserta didik
4. Menyampaikan topik pembelajaran dan materi yang akan dibahas secara
sepintas.

Kegiatan Inti 1. Mengamati 150 Menit


 Guru menayangkan video tentang sejarah maritim di Nusantara.
 Peserta didik mengamati dan memperhatikan video tersebut
 Peserta didik mencatat pertanyaan tentang informasi yang kurang
dipahami dari video tersebut.

2. Menanya
 Peserta didik menanyakan pertanyaan kepada guru.
 Guru mempersilahkan peserta didik lain untuk menjawab atau
menanggapi pertanyaan tersebut.
 Guru menjawab atau mengkonfirmasi jawaban peserta didik lainnya.

3. Mengumpulkan informasi
 Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok dengan materi sebagai berikut:
Kelompok 1 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan
kebudayaan Kerajaan Kutai.
Kelompok 2 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan
kebudayaan Kerajaan Tarumanegara
Kelompok 3 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan
kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno
Kelompok 4 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan
kebudayaan Kerajaan Singasari
Kelompok 5 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan
kebudayaan Kerajaan Sriwijaya
Kelompok 6 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan Kerajaan Majapahit

 Peserta didik mengmpulkan informasi mengenai materi masing-masing


yang telah dibagi.

4. Mengolah data
 Peserta didik menuliskan hasil diskusi kelompok dan menuangkannya
dalam bentuk PowerPoint.

5. Mempresentasikan
 Kelompok 1, 2 dan 3 mempresentasikan/ menjelaskan pada peserta didik
lain dengan Powerpoint tersebut.
 Kelompok lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan, saran,
sanggahan dan sebagainya.

6. Guru menyimpulkan dan meluruskan informasi yang kurang benar pada


diskusi dan presentasi kelompok 1, 2 dan 3.

Penutup 1. Guru menyampaikan kegiatan belajar yang dikerjakan sebagai PR yaitu tugas 15 menit
kelompok membuat makalah sesuai kelompok dan materi yang telah dibagi.
2. Guru memberitahukan kepada kelompok 1, 2 dan 3 untuk mengumpulkan
makalah pada pertemuan berikutnya.
3. Guru memberitahukan kegiatan belajar dan materi selanjutnya pada
pertemuan berikutnya, yaitu tentang kehidupan pemerintahan, ekonomi,
sosial dan budaya kerajaan Singasari, Sriwijaya dan Majapahit yang akan
di
presentasikan oleh kelompok 4, 5 dan 6.
4. Guru mengingatkan kelompok 4, 5 dan 6 untuk menyiapkan presentasi dan
makalah untuk pertemuan berikutnya.
5. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Kedua 4 JP

Kegiatan Deskripsi Abstraksi Waktu


Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik 15 menit
2. Mengawali proses belajar mengajar dengan doa
3. Presensi kehadiran peserta didik
4. Menyampaikan topik pembelajaran dan materi yang akan dibahas yaitu
tentang kehidupan pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya kerajaan
Singasari, Sriwijaya dan Majapahit.

Kegiatan Inti 1. Mempresentasikan (Melanjutkan pertemuan pertama) 150 Menit


 Kelompok 4, 5 dan 6 mempresentasikan/ menjelaskan pada peserta didik
lain dengan Powerpoint.
 Kelompok lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan, saran,
sanggahan dan sebagainya.
2. Guru menyimpulkan dan meluruskan informasi yang kurang benar pada
diskusi dan presentasi kelompok 4, 5 dan 6.
3. Guru membimbing peserta didik untuk berdiskusi ringan tentang pengaruh
kerajaan maritim dalam kehidupan masyarakat Indonesia masa kini +
refleksi.
4. Mengevaluasi
Guru memberikan soal test 10 soal pilihan ganda dan 3 soal uaraian
 Peserta didik mengerjakan soal test.
Peserta mengoreksi jawaban teman secara acak.

Penutup 1. Guru merekap nilai peserta didik 15 menit


2. Guru memberitahukan pembelajaran remedi yaitu yaitu dengan membuat
analisis mengenai pengaruh kerajaan maritim dalam kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini dibantu oleh tutor sebaya.
3. Guru memberitahukan pembelajaran program pengayaan, yaitu dengan
menganalisis makna sumpah palapa bagi kerajaan Majapahit dan
hubungannya dengan Indonesia di masa kini.
4. Guru memberitahukan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya,
yaitu tentang kerajaan maritim masa Islam,
6. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

I. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Sikap spiritual
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
1. Observasi Jurnal Lihat Lampiran ... Saat pembelajaran Penilaian untuk dan pencapaian
berlangsung pembelajaran (assessment for and of
learning)

b. Sikap sosial
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
1. Penilaian Lihat Lampiran ... Setelah pembelajaran Penilaian sebagai pembelajaran
antar teman usai (assessment as learning)

c. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
Tertulis Pertanyaan Lihat Lampiran ... Setelah pembelajaran Penilaian pencapaian pembelajaran
dan/atau tugas usai (assessment of learning)
tertulis berbentuk
esei, pilihan
ganda,
benar-salah,
menjodohkan,
isian, dan/atau
lainnya

d. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
Proyek Tugas Lihat Lampiran ... Saat pembelajaran Penilaian untuk, sebagai, dan/atau
(keterampilan) berlangsung dan/atau pencapaian pembelajaran
setelah usai (assessment for, as, and of learning)
2. Pembelajaran Remedial
Kegiatan pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk pemanfaatan tutor sebaya bagi peserta didik yang belum
mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian.

3. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan
untuk perluasan dan/atau pendalaman materi (kompetensi) anatara lain dalamm bentuk tugas menganalisis makna sumpah palapa bagi
kerajaan Majapahit dan hubungannya dengan Indonesia di masa kini.

Yogyakarta, 08 Juni 2020

Mengetahui,
Kepala SMA Guru Mata Pelajaran

Ilham Aditya, B.A., M.B.A. Imawati


NIP :0406198423102019 NIM : 18406241053
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Lampiran 1. Penilaian Pembelajaran

A. Penilaian Sikap Spiritual


1. Teknik Penilaian
Observasi. Sikap yang dinilai SIKAP RELIGIUS
2. Instrumen Penilaian

Lembar Observasi
Penilaian Sikap Religius

Kelas : …………………..
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : Kerajaan Maritim Indonesia Masa Hindu Buddha

No. Nama 1 2 3 4 5 Skor Catatan


1
2
3
4
5
Dst.
Petunjuk :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Keterangan:
1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2. Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3. Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi
4. Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan
5. Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan

3. Cara penskoran
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Peserta didik memperoleh nilai :


Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3.33 < skor < 4.00
Baik : apabila memperoleh skor : 2.33 < skor < 3.33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1.33 < skor < 2.33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor < 1.33

B. Penilaian Sikap Sosial


1. Teknik Penilaian:
Penilaian Diri. Aspek yang dinilai SIKAP TOLERANSI
2. Instrumen Penilaian

LEMBAR PENILAIAN DIRI


SIKAP TOLERANSI

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Materi Pokok : Kerajaan Maritim Indonesia Masa Hindu Buddha
Tanggal : ………………….

PETUNJUK
• Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
• Berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari

No. Pernyataan TP KD SR SL
1 Saya menghormati teman yang berbeda pendapat
2 Saya menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, bbudaya, dan
gender
3 Saya menerimakesepakatan meskipun berbeda dean pendapatnya
4 Saya menerima kekurangan orang lain
5 Saya memaafkan kesalahan orang lain
Keterangan :
SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

3. Cara penskoran
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Peserta didik memperoleh nilai :


Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3.33 < skor < 4.00
Baik : apabila memperoleh skor : 2.33 < skor < 3.33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1.33 < skor < 2.33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor < 1.33

D. Penilaian Pengetahuan
1. Teknik Penilaian:
Tertulis.
2. Instrumen Penilaian
Selesaikan soal soal di bawah ini dengan benar dan komprehensip.
1. Deskripsikan pengertian Kerajaan Maritim!
2. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Kutai!
3. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Tarumanegara!
4. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Mataram Kuno !
5. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Singasari!
6. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Sriwijaya!
7. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Majapahit!
8. Jelaskan bagaimana pengaruh dari keberadaan Kerajaan Maritim Indonesia masa Hindu Buddha bagi keadaan masyarakat
Indonesia masa kini!
9. Jelaskan apa tujuan dilaksanakannya ekspedisi pamalayu oleh Kertanegara!
10. Jelaskan apa saja penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit!

3. Kunci Jawaban
1. Kerajaan maritim yaitu kerajaan yang ekonominya bertumpu dan pada perdagangan laut, bahkan menguasai wilayah
perdagangan tertentu. Ciri lain dari kerajaan maritim yaitu umumnya terletak di daerah tepi laut atau sungai, memiliki daerah
kekuasaan di wilayah lain di luar pulau.
2. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua yang ada di Indonesia, berdiri pada tahun 400-500M. kerajaan ini terletak di tepi
sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kehidupan politik Kerajaan Kutai pada masa itu mencapai keemasan pada masa
pemerintahan Mulawarman. Kehidupan sosial masyarakatnya dibagi atas kasta karena kerajaan ini bercorak Hindu. Kehidupan
ekonomi penduduknya bergantung pada pertanian, perternakan dan perdagangan.
3. Kerajaan Tarumanegara menjadi kerajaan yang tertua di Jawa, berdiri sekitar abad ke-5 di lembah Sungai Citarum Bogor, Jawa
Barat. Raja yang paling terkenal di kerajaan Tarumanegara adalah Raja Purnawarman. Bukti pemerintahan Kerajaan
Tarumanegara terdapat pada prasasti Jambu yang dimana adalah terdapat telapak kaki yang memberikan pemujian terhadap raja
purnawarman. Kehidupan ekonomi pada masa Tarumanegara adalah menjadi sudah sangatlah berjalan teratur dikarenakan terdapat
pembangunan dari terusan yang dimana sangatlah memberikan arti yang dimana sangatlah besar dri kerjaan Tarumanegara.
Kehidupan sosial
yang dimana terjadi pada masa kerajaan Tarumanegara adalah terbentuk dengan cara yang sangatlah rapih dan hal ini akan dapat
terlihat sebagia sebuah bentuk dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Tingkat kebudayaannya sudah sangatlah tinggi
dari perkembangan akan kebudayaan dari tulis menulis yang berada di wilayah Kerajaan Tarumanegera
4. Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad-8 dan menganut ajaran Hindu Siwa. Kerajaan ini diperintah pertama kali oleh Raja
Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan mataram kuno kemudian terpecah menjadi dua, setelah meninggalnya
Panangkaran, yaitu bercorak Hindu dan Budha. Kerajaan mataram kuno yang bercorak hindu diperintah oleh Dinasti Sanjaya,
sedangkan kerajaan mataram kuno yang bercorak budha diperintah oleh Dinasti Syailendra. Rakyat di kerajaan mataram kuno
telah mengenal perdagangan internasional, sekalipun mereka memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan,
perdagangan, dan pengrajin.
5. Sri Maharaja Sri Kertanegara berhasil memperbesar wilayah kekuasaan Singasari dengan beragam cara. Dalam bidang
pemerintahan, ia mengganti beberapa pejabat kerajaan dan memelihara keamanan dengan melakukan perkawinan politik. Kedua
cara itu ditempuh untuk menciptakan pemerintahan yang solid, kuat, dan stabil. Untuk memperluas kekuasaannya, Kertanegara
menjalankan ekspedisi Pamalayu ke Kerajaan Melayu, Sunda, Bali, dan Pahang. Selain itu, ia juga menggalang kerja sama
dengan Kerajaan Campa. Seperti diketahui, Singasari menempati daerah yang subur di sekitar sungai Brantas dan Bengawan
Solo. Kedua sungai itulah yang menjadi sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Peninggalan kebudayaan Kerajaan
Singasari, antara lain
berupa prasasti, candi, dan patung. Candi peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi
Singasari. Menurut kitab Pararaton dan Negarakertagama, kehidupan sosial masyarakat Singasari diliputi suasana yang aman dan
damai.
6. Kerajaan Sriwijaya terletak di muara takus, riau, dan berpindah ke palembang, stelah berhasil menguasai palembang, tepatnya
di Sungai musi. Kerajaan sriwijaya dipimpin oleh balaputradewa, dan berhasil membawa kerajaan tersebut mencapai pundak
keemasan, sebab dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Budha di Asia tenggara. Kerajaan ini juga dijuluki
sebagai kerajaan maritim terbesar, namun mengalami kemunduran, ketika terjadi endapan di sungai musi. Kehidupan sosial
masyarakat pada masa itu tergolong majemuk dan terdapat stratifikasi sosial. Mata pencaharian mereka di bidang pertanian dan
perdagangan.
7. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, pada tahun 1293 M dan dibantu oleh Kebo Anabrang, Ronggo Lawe,
Nambi, Lembu Sora, dan Aria Wiraraja. Kerajaan ini terletak di Sungai Brantas, Jawa Timur dan bercorak agama Hindu. Pada
masa pemerintahan Raden Wijaya terjadi pemberontakan Lembu Sora, Nambi, dan Ranggalawe, namun dapat dipadamkan
oleh raja. Kerajaan majapahit memiliki wilayah yang luas dan subur, sehingga menjadi produsen barang-barang yang laku di
pasar dan menjadi perantara untuk membawa hasil bumi antar daerah.
8. Pengaruh-pengaruh keberadaan kerajaan maritim masa Hindu Buddha berupa aspek fisik dan nonfisik. Pengaruh fisik merupakan
tinggalan zaman Hindu Buddha yang dapat kita liht secara fisik pada bennda-benda masa kini. Contoh pengaruh fisik yaitu adanya
wilayah Nusantara, dan adanya bidang arsitektur khas. Sedangkan pengaruh nonfisik yaitu tinggalan yang mempengaruhi adat,
pola pikir ataupun perilaku pada masyarakat masa kini. Contohnya yaitu teknologi perkapalan, navigasi pelayaran, sistem
pendidikan, bahasa dan sistem aksara, serta upacara/tradisi.
9. Tujuan dari ekspedisi Pamalayu atau penaklukkan tanah Melayu adalah untuk membendung serangan Mongol di bawah
pimpinan Kubilai Khan. Selain itu, tujuan lainnya yaitu untuk memperluas wilayah Singasari sehingga mengalahkan wilayah
kekuasaan Sriwijaya.
10. Faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit antara lain :
a. Kematian Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada
Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada ada sebuah kmbinasi yang pas sehingga membawa Majapahit ke puncak
kejayannya. Sepeningal dari Hayam Wuruk dan Gajah Mada mungkin memiliki penerus yang tidak cakap sehingga
kekuatan Majapahit berangsur menurun.
b. Adanya perang saudara (perang paregreg)
Perang inilah yang menyebabkan hal utama Kerajaan Majapahit runtuh. Kemungkinan perang ini disebabkan oleh
perebutan kekuasaan atau pengkhianatan. Oleh karena itu, belajar dari Kerajaan Majapahit diharapkan kita selalu bersatu
padu untuk bersama-sama membangun bangsa dariapda saling bertempur dan menyebabkan kehancuran.
c. Banyak kerajaan yang memisahkan diri dengan Majapahit
Sepeninggal dari Hayam Wuruk dan Gajah Mada daerah-daerah kekuasaan Majapihit kembali memisahkan
sendiri satu-persatu. Kekuasaan Majapahit akhirnya semakin menyusut dan akhirnya runtuh.
d. Masuknya pengaruh Islam ke Pulau Jawa
Kebudayaan Islam ini menyebabkan pengaruh Kerajaan Majapahit menjadi pudar. Bahkan, keturunan terakhir dari yaitu
Raden Patah memeluk Agama Islam dan mendirikan Kerajaan Demak (Kerajaan Islam pertama di Jawa).

4. Cara penskoran

(Jumlah soal benar) x 10 = 100 (Nilai sempurna)

Kriteria penilaian :
100-90 = Sangat baik
80-70 = Baik
60-50 = Cukup
40-0 = Kurang

E. Penilaian Ketrampilan
1. Teknik Penilaian:
Penugasan Proyek

2. Rubrik/Instrumen Penilaian
Buatlah karya sejarah (makalah) mengenai Kerajaan Maritim Indonesia Masa Hindu Buddha
Kendali Penilaian Ketrampilan
Penilaian Proyek

Kelompok : ……………………..
Kelas : ……………………...
Tema : Kerajaan Maritim Indonesia Masa Hindu Buddha
No. Aspek Penilaian Nilai
1 (Tidak) 2(Kurang) 3(Cukup) 4 (Sudah)
A. Perencanaan 1. Kesesuaian Tema
2. Pembagian Tugas
B. Pelaksanaan 1. Kerja sama
2. Kesesuaian dengan rencana
3. Partisipasi Anggota
C. Pelaporan 1. Estetika
2. Bahasa
3. Isi Laporan
Rata-Rata Skor

Cara penskoran
 Pengolahan nilai dapat menggunakan bobot yang sama atau berbeda untuk teknik penilaian
 Rumus pengolahan nilai
BAHAN AJAR
MODUL

MATA PELAJARAN SEJARAH PEMINATAN


KELAS XI
SEMESTER GANJIL
Tema : Kerajaan Maritim Indonesia masa Hindu Buddha

Disusun oleh :

NAMA : IMAWATI
NIM : 18406241053

SMA NEGERI 3 JOMBANG


Tahun Pelajaran 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,sehingga penyusun dapat menyelesaikan modul
ini dengan lancar, serta dapat menyelesaikan modul tepat pada waktu yang telah di tentukan.

Penyusun menyadari bahwa terlaksananya ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada teman-teman dan Bapak/Ibu guru yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan modul
ini.

Penyusun sangat memahami bahwa apa yang telah di dapatkan selama pembuatan modul belumlah seberapa. Penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan modul ini.

Penyusun berharap modul ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya, dan bagi para pembaca yang budiman umumnya.

Yogyakarta, 8 Juni 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Daftar Isi.......................................................................................................
B. Tujuan...........................................................................................................
C. Petunjuk Penggunaan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Identitas.........................................................................................................
B. Isi Materi.......................................................................................................
1. Kerajaan Maritim..................................................................................
2. Kerajaan Kutai.......................................................................................
3. Kerajaan Tarumanegara.......................................................................
4. Kerajaan Mataram Kuno......................................................................
5. Kerajaan Singasari................................................................................
6. Kerajaan Sriwijaya................................................................................
7. Kerajaan Majapahit..............................................................................
BAB III EVALUASI.................................................................................................
A. Lembar Kerja Siswa....................................................................................
B. Soal Latihan..................................................................................................
C. Kunci Jawaban Soal Latihan......................................................................
D. Soal Evaluasi.................................................................................................
E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi.....................................................................

C. TUJUAN

Siswa dapat menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Hindu dan Buddha dalam sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini.

D. PETUNJUK PENGGUNAAN

1. Baca dan Pahami materi yang ada di modul ini.


2. Setelah memahami materi, berlatihlah memperluas pengalaman belajar melalui tugas-tugas latihan soal yang telah tersedia dengan
benar.
3. Kerjakan tugas di buku kerja atau portofolio yang sudah kalian siapkan
sebelumnya.
4. Jika kalian telah yakin memahami keseluruhan materi, kerjakan soal evaluasi sebaik mungkin. (Jika belum memenuhi KKM
maka pelajari kembali hingga mencapai nilai KKM)
5. Jangan lupa mengerjakan lembar tugas siswa tentang menganalisis Kerajaan-kerajaan maritim Indonesia masa Hindu Buddha
dan pengaruhnya di kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
BAB II

PEMBAHASAN

KERAJAAN MARITIM INDONESIA MASA HINDU BUDDHA

A. IDENTITAS

1. Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan


2. Semester :3
3. Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Hindu dan Buddha dalam sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia pada masa kini.

4.1 Menyajikan hasil analisis tentang kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Hindu dan
Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini dalam bentuk tulisan dan/atau media lain

4. Materi Pokok : Kerajaan Maritim Indonesia Masa Hindu Buddha


5. Alokasi Waktu : 2 x 4 JP
6. Tujuan Pembelajaran :

Pertemuan pertama:

1. Mendeskripsikan pengertian kerajaan maritim


Kerajaan Kutai
2. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Kutai
3. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Kutai
4. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Kutai
5. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Kutai
Kerajaan Tarumanegara
6. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Tarumanegara
7. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Tarumanegara
8. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Tarumanegara
9. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Mataram Kuno
10. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno
11. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Mataram Kuno\
12. Menganalisis sistemEkonomi Kerajaan Mataram Kuno
13. Menganalisis sistem Kebudayaan Mataram Kuno
14. Fokus penguatan karakter: Religius, Toleransi, Cinta Tanah Air

Pertemuan kedua :

Kerajaan Singasari
1. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari
2. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Singasari
3. Menganalisis sistem ekonomi Kerajaan Singasari
4. Menganalisis sistem Kebudayaan Singasari
Kerajaan Sriwijaya
5. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
6. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Sriwijaya
7. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
8. Menganalisis sistem Kebudayaan Sriwijaya
Kerajaan Majapahit
9. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit
10. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Majapahit
11. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Majapahit
12. Menganalisis sistem Kebudayaan Majapahit
13. Menganalisis pengaruh keberadaan kerajaan maritim Indonesia pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini.
14. Fokus penguatan karakter: Religius, Toleransi, Cinta Tanah Air

B. ISI MATERI

PERTEMUAN PERTAMA 4 JP

KERAJAAN MARITIM

Kerajaan- kerajaan di nusantara telah mulai terbentuk sejak abad ke-2 masehi dan jumlahnya cukup banyak. Kerajaan-kerajaan ini baik
kerajaan yang besar maupun kerajaan kecil tersebar mulai dari tanah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Maluku. Berdasarkan
bukti-bukti sejarah yang ada, kepulauan nusantara memiliki budaya laut yang kuat. Dari banyak kerajaan yang muncul tersebut sebagian besar
membangun kekuatan politik dan ekonominya dengan basis kegiatan maritime. Salah satu sebabnya karena letak geografisnya yang sangat
strategis sehingga kerajaan-kerajaan itu terlibat aktif dalam pelayaran dan perdagangan dunia. Menurut Monoz sumber sejarah awal
kerajaan-kerajaan di nusantara adalah catatan-catatan Cina. Berdasarkan catatan-catatan tersebut lokasi-lokasi yang dianggap sebagai
pusat-pusat pemerintahan di wilayah Nusantara adalah Barousai (Barus) di Sumatra Utara, Ko-Ying yang lokasinya belum dapat
dipastikan tapi diasumsikan di Jawa Barat.
Pembentukan Negara maritime dimulai sejak sekitar abad 1 Masehi. Ketika itu muncul pemimpin yang kuat dalam wilayah
masing-masing, terutama wilayah pesisir yang merupakan tempat perdagangan. Awal terbentuknya kerajaan adalah tahap pesisir dimana mulai
terbentuk pemukiman-pemukiman kecil di sekitar sungai dengan kekuasaan terbatas yang kemudian sejalan dengan perkembangan
perdagangan menjadi besar. Sejarah perjalanan bangsa mencatat bahwa ada dua kutub kekuasaan kerajaan maritim yang menjadi suku guru
Negara maritim nusantara. Keduanya adalah Sriwijaya yang didirikan pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi dan Majapahit pada abad
ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Bersamaan dengan itu, di Wilayah Timur Nusantara muncul pula Kerajaan Gowa sebagai kerajaan maritime
besar yang dibuktikan dengan adanya ekspansi kekuasaan dari berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan, bahkan di Nusantara bagian Timur
seperti Kerajaan Wollo di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara, dan lain-lainnya ditambah
dengan keperkasaan dan kepiawaian pelaut-pelaut Bugis Makassar dalam mengarungi samudera yang terkenal dan dikagumi seantero
nusantara. Kerajaan maritim merujuk kepada kerajaan-kerajaan yang ekonominya bergantung pada perdagangan dan pelayaran. Di
Indonesia,
kerajaan-kerajaan maritim sempat berjaya di masanya. Kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia banyak yang awalnya merupakan pendatang,
kemudian mendirikan kerajaan di Indonesia. Tercatat sebanyak 6 kerajaan maritim Hindu-Budha yang pernah menetap dan menguasai sebagian
wilayah Indonesia.

1. KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini dibuktikan dengan ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti
berupa tiang batu) yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India yang sudah mengenal Hindu. Yupa
mempunyai 3 fungsi utama, yaitu sebagai prasasti, tiang pengikat hewan untuk upacara korban keagamaan, dan lambang kebesaran
raja. Dari tulisan yang tertera pada yupa nama raja Kundungga diperkirakan merupakan nama asli Indonesia, namun
penggantinya seperti Aswawarman, Mulawarman itu menunjukan nama yang diambil dari nama India dan upacara yang dilakukannya
menujukan kegiatan upacara agama Hindu. Dari sanalah dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.

Kerajan Kutai Mulawarman (Martadipura) didirikan oleh pembesar kerajaan Campa (Kamboja) bernama Kudungga,
yang selanjutnya menurunkan Raja Asmawarman, Raja Mulawarman, sampai 27 (dua puluh tujuh) generasi Kerajaan Kutai.

Pendiri Kerajaan Kutai

Pendiri Kerajaan Kutai adalah Aswawarman. Sehingga beliau mendapat gelar Wangsakerta yang berarti pembentuk keluarga raja.
Selain itu, Raja Aswawarman juga mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman yang berarti Dewa Matahari.Pemberian gelar ini juga
disebutkan pada stupa peninggalan Kerajaan Kutai. Namun, dalam beberapa cerita juga disebutkan bahwa pendiri Kerajaan
Kutai adalah Kudungga. Tidak ada informasi otentik yang menyebutkan tentang siapa pendiri kerajaan ini.
Letak Geografis Kerajaan Kutai

Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik
untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian. Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok ke daerah pedalaman,
menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India. Kerajaan kutai adalah
kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.
Hal inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta membuat kegiatan perdagangan menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai. Kerajaan Kutai Martadipura atau Martapura terletak di tepi Sungai Mahakam, tepatnya di Kecamatan Muarakaman,
Kutai, Kalimantan Timur. Wilayah Kerajaan ini cukup luas, hampir menguasai wilayah Kalimantan.

Perkembangan Sosial, Ekonomi, Budaya & Politik

Sosial dan budaya

Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke -4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat
Indonesiayang telah banyak menerima pengaruh hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi
menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan mengembangkannya sesuai
dengan tradisi bangsa Indonesia. Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :

a. Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya.
b. Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
c. Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
d. Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dankemajuan budaya.
e. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yangmenerima dan mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan
masyarakat.

Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggispirit keagamaan dalam kehidupan
kebudayaanya. Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka tulis
menguatkan kesimpulan itu.

Kehidupan ekonomi

Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :

a. Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik
untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian.
b. Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Kehidupan Politik

Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem
pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal. Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan
Kutai, ada yang unik pada nama raja pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum dipengaruhi
oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa pada masa kekuasaan Raja Kudungga, pengaruh Hindu
baru masuk ke Nusantara, kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia
megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara
turun temurun. Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada
masa
pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha.
Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan
kata lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki kuda, maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh
prajurit kerajaan Kutai. Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke puncak kejayaan.
Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya
Raja Mulawarman mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Ditemukannya prasasti atau yupa di Muara Kaman merupakan salah satu bukti bahwa kehidupan Kerajaan Kutai sangatlah makmur
dan sejahtera.Kejayaan Kerajaan Kutai meredup ketika berada di bawah pimpinan Dinasti Kudungga. Hal ini terjadi ketika Kerajaan
besar seperti Majapahit dan Singosari sedang mengalami masa-masa kegemilangan. Sejak saat itu, tidak ada lagi cerita
tentang kehidupan Kerajaan Kutai yang berada di bawah Dinasti Kudungga.Kudungga berasal dari Kerajaan Campa di Kamboja.
Aswawarman yang merupakan anak dari Kudungga dipercaya untuk menjadi raja pertama di Kerajaan Kurtai Martadipura
dengan sebutan Wangsakerta. Tetapi, pada beberapa catatan sejarah juga ada yang menganggap Kudungga sebagai raja yang
pertama dari Kerajaan Kutai. Setelah Raja Aswawarman, tonggak kepemimpinan Kerajaan Kutai diberikan kepada Raja Mulawarman.
Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman. Dimasa pemerintahan Raja Mulawarman ini kerajaan mencapai masa
kejayaan. Hal ini terjadi karena kebijaksanaan dan perhatiannya terhadap hal-hal yang bersifat religius. Raja Mulawarman
memberikan hadih berupa emas, tanah, dan ternak secara adil kepada para Brahmana. Selain itu, beliau juga mengadakan upacara
sedekah di tempat yang dianggap suci atau Waprakeswara.Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, rakyat juga sangat menghormati
rajanya dengan menyelenggarakan kenduri demi keselamatan sang raja. Bukti kebesaran Raja Mulawarman juga tertuang dalam tulisan-
tulisan yang ada di tugu prasasti. Prasasti Mulawarman terdiri dari tujuh Yupa. Prasasti tersebut berisi puisi anustub. Namun dari
ketujuh prasasti tersebut, hanya empat Yupa yang sudah berhasil dibaca dan diterjemahkan.

Keruntuhan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai
Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan
Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365,
yang
disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai
Kartanegara.Kerajaan. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar
Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

2. KERAJAAN TARUMANEGARA

Letak Wilayah

Berdasarkan penemuan beberapa prasasti tentang Kerajaan Tarumanegara, bahwa letak kerajaan itu di wilayah Jawa Barat,dengan
pusat kerajaan terletak disekitar daerah Bogor. Adapun wilayah kekuasaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, ,sampai
perbatasan Cirebon, Sehingga dapat ditafsirkan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawaman wilayah kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara hampir menguasai wilayah seluruh Jawa Barat.

KEHIDUPAN DI KERAJAAN TARUMANEGARA

1. Kehidupan Politik

Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti
Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar
artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian
rakyat.
2. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum
brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.

3. Kehidupan Ekonomi

Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122
tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan
sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan
dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat
Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.

4. Kehidupan Budaya

Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan
Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai
peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.

RAJA-RAJA DI KERAJAAN TARUMANEGARA

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara
terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih
menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan
Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan
Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali
ke
kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda
ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.

PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA

1. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti
tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan
metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar
telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:

a. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
b. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan
sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai
penguasa sekaligus pelindung rakyat.

2. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah
barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya
memuji pemerintahan raja Mulawarman.

3. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor. Yang menarik dari prasasti ini
adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.

4. Prasasti Muara Cianten


Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat
lukisan telapak kaki.

5. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.

6. Prasasti Cidanghiyang

Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul
kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

7. Prasasti Tugu

Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat
panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang
dapat diketahui dari prasasti tersebut.

Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:

 Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati.
Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut
Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali
Bekasi.
 Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan
adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
 Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi
yang dihadiahkan raja.
Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara

Runtuhnya Tarumanegara belum dapat di ketahui pasti, namun kerajaan Tarumanegara masih mengirimkan utusannya ke
cina sampai tahun 669 M. setelah itu tidak di dapatkan lagi berita. Kemungkinan Tarumanegara di taklukan Sriwijaya (sepertihalnya
terlulis dalam Prasasti Karang berahi). Sehingga dapat di duga runtuhnya Tarumanegara sekitar + tahun 669 M oleh serangan Sriwijaya.

3. KERAJAAN MATARAM KUNO

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh
pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu,
Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo
dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang
dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:

1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal
menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa
Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna
yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara)
dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran
atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari
prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta
isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.

Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi
peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon,
Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling
kolosal adalah Candi Borobudur.

Kehidupan pada Masa Kerajaan Mataram Kuno

Dinasti Sanjaya

1. Kehidupan Politik

Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) telah memberikan hadiah tanah
kepada 5 orang patihnya yang berjasa besar kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja- raja
yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah

 Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M) Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-
candi siwa di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia
digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.

 Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M) Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang
berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran
dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa
Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
 Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M) Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap
siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi
arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah

1. Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.


2. Guru Swadaya, Tuhan
3. Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
4. Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama

 Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang
dengan pesat.

 Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M) Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala
macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam.

 Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M) Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan
Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai
Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan
melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.

 Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M) Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai
Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.

 Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip
dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
 Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi
Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.

 Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M) Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan
untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.

 Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M) Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat
menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang
berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana.

 Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M) Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga
sangat terkenal dalam kancah politik internasional.

2. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa
candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini
dilihat melalui cara pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan
candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua agama yang berjalan, sikap toleransi
antar pemeluk agama di masyarakat sangat baik.

3. Kehidupan Ekonomi

Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin. Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak
bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar
mendirikan bangunan suci dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak.

4. Kehidupan Agama
Berdasarkan prasasti Canggal yang menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Siwa), dapat ditarik
kesimpulan bahwa masyarakat Mataram Kuno Wangsa Sanjaya memiliki kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.

Dinasti Syailendra

1. Kehidupan Politik

Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:

 Bhanu ( 752- 775 M ) Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.

 Wisnu ( 775- 782 M) Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya 778.

 Indra ( 782 -812 M ) Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M, di
daerah Prambanan. Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan wilayah
ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan
Syailendra terhadap Sriwijaya adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya
yang bernama Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.

 Samaratungga ( 812 – 833 M ) Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga berperan
menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha, Samaratungga sangat menghayati nilai
agama dan budaya. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi
Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang
merupakan anak dari selir.

 Pramodhawardhani ( 883 – 856 M ) Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan cantik.
Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat.
Pramodhawardhani kelak menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya.
 Balaputera Dewa ( 883 – 850 M ) Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang bernama Dewi
Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang
menjadi suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta tersebut karena beliau
merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan
Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dan melatrikan diri ke Palembang.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balitung (898-910 M). Di masa kekuasaannya,
daerah-daerah di sebelah timur Mataram berhasil ditaklukkannya. Oleh karena itu, daerah kekuasaan Mataram semakin luas, yang
meliputi Bagelen (Jawa Tengah) sampai Malang (Jawa Timur).

Penyebab kejayaan kerajaan Mataram Kuno:

 Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan


 Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna mengatur aliran Sungai Berangas,
sehingga banyak kapal dagang dari Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke pelabuhan itu.
 Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh: Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai
Brantas dan Bengawan Solo yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan. Adanya dataran rendah yang luas sehingga
memungkinkan penanaman padi secara besar-besaran. Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu
itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

Masa Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang
mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi
tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga,
runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur,
jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali
merupakan jalur yang
strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan. Mpu Sindok mempunyai jabatan
sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan
menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan . Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk
Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak
tahun
929 M sampai dengan948 M. Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan,
prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet,
prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya
yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

PERTEMUAN KEDUA 4 JP

4. KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang didirikan oleh Ken Arok. Sejarah Kerajaan
Singasari berawal dari daerah Tumapel, yang di kuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di
wilayah Malang dengan pelabuhan bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan Singasari berkembang dan bahkan menjadi sebuah
kerajaa besar di Jawa Timur. Perkembangan pesat yang di alami oleh kerajaan Singasari ini setelah berhasil mengalahan
Kerajaan Kendiri dalam pertempuran di dekat Ganter tahun 1222 M. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin
oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Ken Arok merebut
daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah
anak buah Tunggul Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken Arok kemudian
mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian
menjadi raja Singasari (1227-1248). Raja terakhir Kerajaan Singasari adalah Kertanegara.
Silsilah Kerajaan Singasari

Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok, keluarga kerajaan ini menjadi penguasa Singasari dan berlanjut pada kerajaan
Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singasari.

Versi Pararaton

1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1247)


2. Anusapati (1247-1249)
3. Tohjaya (1249-1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250-1272)
5. Kertanagara (1272-1292)

Versi Nagarakretagama

1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227)


2. Anusapati (1227-1248)
3. Wisnuwardhana (1248-1254)
4. Kertanagara (1254-1292)

Kehidupan Politik Dalam Negeri dan Luar Negeri Kerajaan Singasari

Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat Jayakatwang ( Raja Kendiri ) yang bernama Ardharaja menjadi
menantunya, juga Raden Wijaya ( cucu Mahesa Cempaka ) sebagai menantunya. Lalu memperkuat angkatan perang. Raja Kertanegara
membangun dan memperkuat angkatan petang baik angkatan darat maupun angkatan laut untuk menciptakan keamanan dan ketertiban
di dalam negeri, serta untuk mewujudkan persatuan Nusantara. Sebagai raja besar Raja Kertanegara dalam politik luar
negerinya bercita-cita mempersatukan seluruh Nusantara di bawah Panji Kerajaan Singasari. Ia berusaha memperkuat partahanan
kerjaan dalam menghadapi serangan kerajaan Cina-Mongol ( Kaisar Khubilai Kahn ). Kertanegara mengirimkan utusan ke
Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai
dengan pengirimkan Arca
Amogapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara. Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda,
Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja Champa,
dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah
selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai nuka utusannya yang bernama
Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan
pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka
Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah
utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti. Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin
langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana.
Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya
(Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan
bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada
Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati. Dengan
gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari.
Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari.
Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.

Kehidupan Kebudayaan Kerajaan Singasari

Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui dari peninggalan candi-candi dan patung-patung yang berhasil
dibangunnya. Candi hasil peninggalan Singasari, di antaranya adalah Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari. Adapun arca atau
patung hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita lambang
kesempurnaan ilmu dan Patung Kertanegara dalam wujud Patung Joko Dolog di temuakan di dekat Surabaya, dan patung Amoghapasa
juga merupakan perwujudan Raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibukota kerajaan melayu. Kudua perwujudan patung Raja
Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun patung Amoghapasa menyatakan bahwa Raja Kertanegara menganut agama Budha
beraliran Tantrayana ( Tantriisme ).
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Singasari

Kehidupan ekonomi semenjak berdirinya Kerajaan Singasari tidak jelas diketahui. Akan tetapi, mengingat Kerajaan Singasari
berpusat di Jawa timur yaitu di tepi sungai Brantas, kemungkunan masalah perekonomian tidak jauh berbeda dengan kerajaan-kerajaan
terdahulu, yaitu secara langsung maupun tidak langsung rakyatnya ikut mengambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga di
dukung oleh hasil-hasil bumi yang sangat besar hasilnya bagi rakyat Jawa Timur. Raja Kertanegara berusaha untuk menguasai jalur
perdagangan di selat Malaka. Penguasaan jalur pelayaran perdagangan atas selat Malaka itu, bertujuan untuk membangun dan
mengembangkan aktivitas perekonomian kerajaannya. Dengan kata lain, Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian para pedagang
untuk melakukan kegiatannya di wilayah kerajaan singasari.

Kepercayaan Kerajaan Singasari

Bahkan didalam keagamaan terjadi sekatisme antara Agama Hindu dan Budha, dan melahirkan Agama Syiwa Budha pemimpinya
diberi jabatan Dharma Dyaksa sedangkan Kartanegara menganut Agama Budha Mahayana dengan menjalankan Upacara keagamaan
secara Pestapora sampai mabuk untuk mencapai kesempurnaan dalam hal ini Kartanegara menyebut dirinya CANGKANDARA
(pimpinan dari semua agama).

Pemerintahan Bersama

Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam
Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka. Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar
terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok yang
bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah cucu Ken Arok.

Prasasti Mula Malurung

Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu, 22.5 x 14 cm. Koleksi Museum für Indische Kunst,
Berlin-Dahlem, Jerman. Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan pandangan lain yang berbeda dengan versi Pararaton yang
selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. Kerajaan Tumapel disebutkan didirikan oleh Rajasa yang dijuluki “Bhatara
Siwa”,
setelah menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin
Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng). Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu,
Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan bahwa sepeninggal
Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang
dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 – 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan
wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng
pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari
Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari
Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.
Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun
permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa
pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Masa Keruntuhan Kerajaan Singasari

Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir Singhasari. Kerajaan Singhasari yang sibuk
mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan
Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan
itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir. Kerajaan Singasari dibangun oleh Ken Arok setelah runtuhnya kerajaan
Kediri. Ken Arok bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi dengan Dinasti Girindrawanca, dengan tujuan untuk menghilangkan jejak
tentang siapa sebenarnya Ken Arok & mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Ken Arok berkuasa ± 5 tahun (1222 – 1227 M).
pada tahun
1227 Ken Arok terbunuh oleh kaki tangan Anusapati.

 Anusapati Memerintah dari tahun 1227 – 1248 M. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar & didengar oleh
Tohjaya, putra Ken Arok dengan Ken Umang. Dimakamkan di Candi Kidal.
 Tohjaya Memerintah tahun 1248 dan pemerintahannya tidak berlangsung lama, karena putra Anusapati yang bernama
Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta kepada Tohjaya.

 Wisnuwardhana (Ranggawuni) Naik tahta pada tahun 1248 dengan gelar Wisnuwardhana, dibantu oleh Mahesa Cempaka
dengan gelar Narashimbamurti. Pemerintahan keduanya sering disebut dengan pemerintahan Ratu Angabaya. Pada
tahun 1254
Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai Yuva raja (Raja muda), dengan maksud mempersiapkan putranyaq yang bernama
Kertanegara sebagai Raja di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardhana meninggal dan tahta kerajaan dipegang oleh
Kertanegara.

 Kertanegara Memerintah tahun 1268 – 1292 M. Ia merupakan Raja terbesar dan terkemuka Kerajaan Singasari. Setelah naik
tahta, ia bergelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara. Pada masa pemerintahannya datang utusan dari Cina atas perintah Kaisar
Khubilai Khan agar Raja Kertanegara tunduk terhadap Kaisr Cina, namun Kertanegara menolak dan menghina utusan tersebut.

Khubilai Khan marah, sehingga mempersiapkan untuk menyerang Kerajaan Singasari, tetapi sebelum serangan itu datang Raja
Kertanegara mengadakan Ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M, menguasai Kerajaan Melayu dengan tujuan menghadang serangan Cina
agar peperangan tidak terjadi di Singasari. Karena pasukan Singasari sebagian menghadang serangan Cina, maka Jayakatwang
keturunan Kerajaan Kediri menyerang Kerajaan Singasari.

5. KERAJAAN SRIWIJAYA

Lokasi Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa kejayaan kepulauan Nusantara di masa lampau. Bukan saja
dikenal di wilayah Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa yang berada jauh di luar Indonesia mengenal Kerajaan Sriwijaya. Hal ini
disebabkan karena letak Sriwijaya yang sangat strategis dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat Malaka. Selat
Malaka pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang menghubungkan pedagang-pedagang Cina dengan India maupun Romawi.
George Coedes, seorang sejarawan, menulis karangan berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M. Coedes kemudian
menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa letak
ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the
Malay
Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I adalah Palembang yang terletak di
Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang. Dari tepian Sungai Musi di
Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya semakin meluas. Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut
Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.

WILAYAH KEKUASAAN

Dalam sejarahnya, kerajaan Sriwijaya menguasai bagian barat Nusantara. Salah satu faktor yang menyebabkan Sriwijaya bisa
menguasai seluruh bagian Barat Nusantara adalah runtuhnya kerajaan Fu-nan di Indocina. Sebelumnya, Funan adalah satu-satunya
pemegang kendali di wilayah perairan Selat Malaka. Faktor lainnya adalah kekuatan armada laut Sriwijaya yang mampu
menguasai jalur lalu lintas perdagangan antara India dan Cina. Dengan kekuatan armada yang besar, Sriwijaya kemudian melakukan
ekspansi wilayah hingga ke pulau Jawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa, kekuasaan Sriwijaya sampai ke Brunei di pulau Borneo.
Dari prasasti Kota Kapur yang ditemukan JK Van der Meulen di Pulau Bangka pada bulan Desember 1892 M, diperoleh petunjuk
mengenai Kerajaan Sriwijaya yang sedang berusaha menaklukkan Bumi Jawa. Meskipun tidak dijelaskan wilayah mana yang dimaksud
dengan Bhumi Jawa dalam prasasti itu, beberapa arkeolog meyakini, yang dimaksud Bhumi Jawa itu adalah Kerajaan Tarumanegara di
Pantai Utara Jawa Barat. Selain dari isi prasasti, wilayah kekuasaan Sriwijaya juga bisa diketahui dari persebaran lokasi prasasti-
prasasti peninggalan Sriwjaya tersebut. Di daerah Lampung ditemukan prasasti Palas Pasemah, di Jambi ada Karang Berahi, di Bangka
ada Kota
kapur, di Riau ada Muara Takus. Semua ini menunjukkan bahwa, daerah-daerah tersebut pernah dikuasai Sriwijaya. Sumber lain ada
yang mengatakan bahwa, kekuasaan Sriwijaya sebenarnya mencapai Philipina. Ini merupakan bukti bahwa, Sriwijaya pernah menguasai
sebagian besar wilayah Nusantara.

Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang mendukung keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing
dan prasasti-prasasti. Berikut beberapa sumber dari luar negeri dan dalam negeri :

Sumber Cina

Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali pada tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu
terdapat lebih dari seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan aturan dan
upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk
belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke
Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.
Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988 M.

Sumber Arab

Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza, Sabay atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik
menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar,
dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu,
gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang mendukung adalah ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai
tempat tinggal sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya.
Sumber India

Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan-kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan
Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama
Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan
membebaskan
5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu
di Kerajaan Nalanda. Di samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan
Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin
menguasai Selat Malaka.

Sumber lain

Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai
Musi. Sumber lain, yakni Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota Kapur, prasasti peninggalan
Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah nama
seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.

Sumber Lokal atau Dalam Negeri

Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari
Kerajaan Sriwijaya sebagian besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain sebagai
berikut.
Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana
dengan perahu, bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki. Sumber lain
menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukan Bumi Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur ditemukan
di Pulau Bangka.

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak
20.000 orang berhasil menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah yang
dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis
untuk perdagangan.

Prasasti Talangtuo

Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.

Prasasti Karang Berahi

Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.
Prasasti Ligor ( Malaysia )

Tempat ditemukan prasasti ini adalah di daerah Ligor Semenanjung Malaya. Berangka tahun 775 Masehi. Isinya
menerangkan bahwa Kerajaan Sriwijaya (Sumatera) mendirikan sebuah pangkalan di Semenanjung Malaya, daerah Ligor untuk
mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.

Prasasti Nalanda ( India )

Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat
kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda
agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan
membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
Struktur Birokrasi Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat langsung, karena raja berperan penting dalam pengawasan terhadap
tempat-tempat yang dianggap strategis. Raja dapat memberikan penghargaan terhadap penguasa daerah yang setia dan sebaliknya dapat
menjatuhi hukumanterhadap penguasa daerah yang tidak setia kepada kerajaan. Dalam beberapa prasasti disebutkan tentang
pelaksanaan suatu keputusan raja, lengkap dengan perincian hadiah atau sanksi yang dapat diterima dalam suatu peristiwa. Selain itu,
ditemukan prasasti-prasasti yang mencatat masalah-masalah penyelesaian hokum sengketa antarwarga. Hal yang menarik bahwa
sebagian prasasti memuat ancaman-ancaman atau kutukan-kutukan yang ditujukan kepada keluarga raja itu sendiri. Walaupun
kedengarannya aneh, namun ada pendapat yang menganggap bahwa hal itu sangat mungkin terjadi, karena keluarga-keluarga raja yang
menjadi ancaman itu, kekuasaannya berada di luar pengawasan langsung dari raja yang berkuasa.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam
menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya
dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari
catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia
Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka
dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya
atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, dan India. Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di Jawa, dalam prasasti Pucangan
disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari
Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya
raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.

Faktor yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar

1. Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.


2. Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia
3. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk
berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
4. Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan
perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-
pelabuhan.

Masa Kemunduran/Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya.
Kerajaan Chola meneruskan penyerangan dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun
invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat terlepasnya beberapa
wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah kerajaan yang berbasiskan pada pertanian. Antara tahun 1079

1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi
mengirimkan lebih dari dua duta besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya telah bergeser secara bertahap dari Palembang ke
Jambi. Ekspedisi Chola telah melemahkan Palembang, dan Jambi telah menggantikannya sebagai pusat kerajaan. Berdasarkan sumber
Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat
dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama
Budha dan Hindu, sedangkan rakyat Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini pula dikatakan bahwa beberapa wilayah
kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri, antara lain Kien-pi (Kampe, di utara Sumatra) dan beberapa koloni di semenanjung Malaysia.
Pada masa itu wilayah Sriwijaya meliputi; Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu), Ling-ya-ssi-kia (Langkasuka), Kilan-tan
(Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t’ing (Jelutong), Ts’ien-mai, Pa-t’a (Batak), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor), Kia-lo-hi (Grahi,
bagian utara semenanjung Malaysia), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-t’o (Sunda), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), and Si-lan (Srilanka).
Pada tahun
1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, menaklukan Palembang dan Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun 1293,
Majapahit pengganti Singosari, memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam Wuruk memberikan tanggung jawab tersebut kepada Pangeran
Adityawarman, seorang peranakan Minang dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi pemberontakan terhadap Majapahit,
tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan walaupun di selatan Sumatra sering terjadi kekacauan dan pengrusakan.
Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia
perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai
daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam
mengakibatkan lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada
Sungai Musi yang berakibat tertutupnya akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat merugikan perdagangan kerajaan.
Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga masuknya Islam ke Aceh yang disebarkan oleh pedagang-pedagang Arab dan India.
Di akhir abad ke-13,
Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra berpindah agama Islam. Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan
Majapahit pada tahun 1377 M. Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan Kesultanan Malaka di
Semenanjung Malaysia.

Faktor runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor berikut.

a. Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering, dan sejumlah anak sungai lainnya membawa
lumpur yang diendapkan di sekitar Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.
b. Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi kedudukannya sebagai
pusat perdagangan nasional maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan
Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada Palembang.
c. Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang
pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan
Sriwijaya di bagian barat.
d. Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh Dharmawangsa terhadap wilayah
selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan
oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun 1023 – 1030.
e. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha
penyerangan terhadap Sriwijaya,
namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan
Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan kesatuan Nusantara (1377).

Kehidupan politik dan pemerintahan

Dalam catatan sejarah Indonesia, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar pertama yang memiliki pengaruh kuat di Asia
Tenggara. Sriwijaya menguasai dan mengontrol seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Sunda, Malaka,
Karimata, dan Tanah Genting Kra. Di samping itu, Sriwijaya juga berhasil menguasai daerah Indonesia sebelah barat,
Semenanjung
Melayu, dan bagian selatan Filipina. Oleh karena itu, Sriwijaya disebut juga Kerajaan Thelasocrasi, yakni kerajaan yang berhasil
menguasai pulau-pulau di sekitarnya. Kebesaran Sriwijaya seperti yang pernah diceritakan para penulis Arab dan Cina itu tak pernah
lengkap dan utuh. Raja-raja yang pernah memerintah di sana hanya diketahui tiga nama saja. Sementara itu, bukti-bukti sejarah
menunjukkan Kerajaan Sriwijaya berusia cukup panjang, sejak abad ke-7 hingga abad ke-14. Ketiga nama raja itu ialah Raja Dapunta
Hyang, Raja Balaputradewa, dan Raja Sanggrama Wijayattunggawarman. Setelah itu, nama Sriwijaya tenggelam. Selanjutnya,
penjelasan mengenai Sriwijaya diperoleh dari sumber yang berasal dari tahun 1477. Penjelasan itu menerangkan bahwa Raja Majapahit
mengirimkan tentaranya untuk menaklukan raja-raja Sumatera yang memberontak terhadap kekuasaan Majapahit. Salah satu di
antaranya ialah Raja Sriwijaya. Dengan ditaklukannya Kerajaan Sriwijaya oleh Majapahit maka berakhirlah riwayat kerajaan itu.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya

Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu di tengah-tengah
jalur pelayaran perdagangan antara India dan Cina. Di samping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat Malak yang
merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-daerah di Asia Tenggara.Kerajaan Sriwijaya mempunyai hubungan perdagangan
yang sangat baik dengan saudagar dari Cina, India, Arab dan Madagaskar. Hasil bumi Kerajaan Sriwijaya merupakan modal utama
bagi masyarakatnya untuk terjun dalam aktifitas pelayaran dan perdagangan. Hasil bumi dari Kerajaan Sriwijaya diantaranya; cengkeh,
kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-
rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katun, sutera dan porselen melalui relasi dagangnya
dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

Kekayaan Kerajaan Sriwijaya pun juga diperoleh dari:

1. Bea masuk dan keluar bandar-bandar Sriwijaya


2. Bea cukai semua kapal yang melalui perairan Asia Tenggara.
3. Upeti persembahan dari raja-raja negara vasal.
4. Hasil keuntungan perdagangan.

Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan perdagangan Asia Tenggara yaitu di Selat Malaka,
mempunyai arti penting bagi perekonomian kerajaan. Karena banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum,
perbekalan makanan, istirahat, atau melakukan aktivitas perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan perdagangan di Selat
Malaka,
Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu di Ligor yang dibuktikan dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian
ibukota Ligor tersebut bukan berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan hanya untuk melakukan pengawasan lebih
dekat terhadap aktivitas perdagangan di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang dilakukan oleh para pedagang
melalui Tanah Genting Kra. Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu,
kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut
dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi dagang dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta merupakan pusat agama Budha yang penting di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Budha Mahayana. Menurut berita dari
Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk belajar agama Budha dari seorang guru
bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India. Peninggalan-peninggalan Kerajaan
Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim yang selalu berpindah-pindah, tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama. Prasasti dan situs yang
ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M),
Prasasti Telaga Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa. Peninggalan sejarah
Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton,
Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs
Muarojambi. Di Lampung, prasasti yang ditemukan adalah Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau,
ditemukan Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.

Hubungan Regional dan Luar Negeri Kerajaan Sriwijaya

Meskipun catatan sejarah dan bukti arkeologi jarang ditemukan, tetapi beberapa menyatakan bahwa pada abad ke-7, Sriwijaya telah
melakukan kolonisasi atas seluruh Sumatra, Jawa Barat, dan beberapa daerah di Semenanjung Melayu. Dominasi atas Selat Malaka dan
Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas
setiap kapal yang lewat. Palembang mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, Melayu, dan India. Kerajaan Jambi merupakan kekuatan pertama yang menjadi pesaing Sriwijaya yang akhirnya dapat
ditaklukkan pada abad ke-7 dan ke-9. Di Jambi, pertambangan emas merupakan sumber ekonomi cukup penting dan kata
Suwarnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini. Kerajaan Sriwijaya juga membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke
seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, dan Kalimantan bagian Barat. Pada abad ke-11 pengaruh Sriwijaya mulai menyusut. Hal ini
ditandai dengan seringnya konflik dengan kerajaan-kerajaan Jawa, pertama dengan Singasari dan kemudian dengan Majapahit. Di akhir
masa, pusat kerajaan berpindah dari Palembang ke Jambi. Pada masa awal, Kerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan Sriwijaya.
Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand sebagai ibu kota terakhir kerajaan, walaupun klaim
tersebut tidak mendasar. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan
Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom. Sriwijaya juga
berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, terutama dalam bidang kebudayaan dan agama. Sebuah prasasti tertahun 860 M
mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan seorang biara kepada Universitas Nalada, Pala. Relasi dengan dinasti Chola
di India selatan cukup baik dan menjadi buruk setelah terjadi peperangan di abad ke-11. Selain dengan Kerajaan Pala, Sriwijaya juga
menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Cholamandala. Raja Sriwijaya yakni Raja Sanggrama Wijayatunggawarman
mendirikan sebuah biara (1006 M) di Kerajaan Chola untuk tempat tinggal para bhiksu dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, persaingan di
bidang pelayaran dan perdagangan membuat keduanya bermusuhan.Raja Rajendra Chola melakukan serangan ke Kerajaan Sriwijaya
sampai dua kali. Serangan pertama tahun 1007 M mengalami kegagalan. Pada serangan kedua (1023 M) Kerajaan Chola berhasil
merebut kota dan bandar-bandar penting Sriwijaya, bahkan Raja Sanggrama Wijayatunggawarman berhasil ditawan.

6. KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu
dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung
Malaya, Borneo, Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Aspek Kehidupan Masyarakat di Kerajaan Majapahit

Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit

Kehidupan politik Kerajaan Majapahit berhubungan pemerintahan dan kepemimpinan rajanya. Raja-raja itu antara
lain:
 Raden Wijaya Berdirinya Kerajaan Majapahit sangat berhubungan dengan runtuhnya Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari
runtuh setelah salah satu raja vasalnya yaitu Jayakatwang mengadakan pemberontakan. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden
Wijaya yang merupakan menantu dari Raja Singasari terakhir yaitu Kertanegara. Raden Wijaya beserta istri dan pengikutnya dapat
meloloskan diri ketika Singasari diserang Jayakatwang. Raden Wijaya meloloskan diri dan pergi ke Madura untuk menemui dan
meminta perlindungan Bupati Sumenep dari Madura yaitu Aryawiraraja. Berkat Aryawiraraja juga, Raden Wijaya mendapat
pengampunan dari Jayakatwang, bahkan Raden Wijaya sendiri diberi tanah di hutan Tarik dekat Mojokerto yang kemudian
daerah itu dijadikan sebagai tempat berdirinya kerajaan Majapahit. Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan di Majapahit dan
mencari saat yang tepat untuk menyerang balik Jayakatwang. Untuk itu, dia mencoba mencari dukungan kekuatan dari raja-raja yang
masih setia pada Singasari atau raja yang kurang senang pada Jayakatwang. Kesempatan untuk menghancurkan Jayakatwang
akhirnya muncul setelah tentara Mongol mendarat di Jawa untuk menyerang Kertanegara. Keadaan seperti ini dimanfaatkan
oleh Raden Wijaya dengan cara memperalat mereka untuk menyerang Jayakatwang. Raden Wijaya bersama-sama dengan
pasukan Kubhilai Khan berhasil mengalahkan pasukan Jayakatwang. Begitu pula Jayakatwang berhasil ditangkap dan lalu dibunuh
oleh pasukan Kubhilai Khan. Setelah Jayakatwang terbunuh, lalu Raden Wijaya melakukan serangan balik terhadap pasukan
Kubhilai Khan. Raden Wijaya berhasil memukul mundur pasukan Kubhilai Khan, sehingga mereka terpaksa menyelamatkan
diri keluar Jawa. Setelah berhasil mengusir pasukan Kubhilai Khan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja Majapahit pada
tahun 1293 M dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Sebagai seorang raja yang besar, Raden Wijaya memperistri empat putri
Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia mempunyai seorang putra yang bernama Jayanegara. Sedangkan dari Gayatri,
ia mempunyai dua orang putri, yaitu Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa. Para pengikut Raden Wijaya yang setia dan
berjasa dalam mendirikan kerajaan Majapahit, diberi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Tetapi ada saja yang tidak
puas dengan kedudukan yang diperolehnya. Hal ini menimbulkan pemberontakan di sana-sini. Pada tahun 1309 M, Raden
Wijaya meninggal dunia dan didarmakan di Antahpura, dekat Blitar. Setelah Raden Wijaya meninggal dunia, Kerajaan Majapahit
dipimpin oleh Jayanegara dengan gelar Sri Jayanegara.

 Jayanegara Pada masa pemerintahannya, Jayanegara dirongrong oleh serentetan pemberontakan. Pemberontakan-
pemberontakan ini datang dari Ranggalawe (1309), Lembu Sora (1311), Juru Demung dan Gajah Biru (1314), Nambi (1316), dan
Kuti (1320). Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki ibu
kota Majapahit, sehingga raja Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Badandea. Jayanegara diselamatkan oleh pasukan
Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada, pemberontakan Kuti berhasil
ditumpas. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan pada tahun 1321 M dan
Patih di Daha (Kediri). Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tabib Israna Ratanca, ia didharmakan di dalam pura
di Sila Petak dan Bubat.
Jayanegara tidak mempunyai putra, maka takhta kerajaan digantikan oleh adik perempuannya yang bernama
Tribhuanatunggadewi. Ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Tribhuanatunggadewi Jaya Wisnu Wardhani.

 Tribhuanatunggadewi Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakan
ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai penghargaan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih di Majapahit
oleh Tribhuanatunggadewi. Di hadapan raja dan para pembesar Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal
dengan nama Sumpah Palapa. Isi sumpahnya, ia tidak akan Amukti Palapa sebelum ia dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun,
Seran, Panjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik. Dalam rangka mewujudkan cita-citanya, Gajah
Mada menaklukkan Bali pada tahun 1334, kemudian Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan beberapa daerah
di Semenanjung Malaka. Seperti yang tercantum dalam kitab Negarakertagama, wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit sangat luas,
yakni meliputi daerah hampir seluas wilayah Republik Indonesia sekarang. Tribhuanatunggadewi memerintah selama dua puluh dua
tahun. Pada tahun 1350, ia mengundurkan diri dari pemerintahan dan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk. Pada
tahun 1350 M, putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Rajasanagara dan ia didampingi
oleh Mahapatih Gajah Mada.

 Hayam Wuruk Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah
kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-cita Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan.
Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan terjadinya peristiwa di Bubat, yaitu perang
antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri
Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat.
Di sana terjadi perselisihan antara Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran kepada raja
Majapahit. Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua
rombongan Kerajaan Pajajaran gugur. Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan yang sangat
besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu
penyebab surutnya kebesaran Kerajaan Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang saudara.
Setelah Hayam Wuruk meninggal, takhta Kerajaan Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Ia adalah menantu Hayam Wuruk
yang menikah dengan putrinya yang bernama Kusumawardhani. Ia memerintah Kerajaan Majapahit selama dua belas tahun.

Pada tahun 1429 M, Wikramawardhana meninggal dunia. Selanjutnya raja-raja yang memerintah Majapahit setelah
Wikramawardhana adalah:
 Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana;

 Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita;

 Sri Rajasawardhana (1451 M 1453 M);

 Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya;

 Sri Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M)

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan sebagai negara agraris tampak dari letaknya di
pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu untuk
menanamkan pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit menitikberatkan
pada bidang pertanian dan pelayaran. Udara di Jawa panas sepanjang tahun. Panen padi terjadi dua kali dalam setahun, butir berasnya
amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah, dan lain-lain kecuali gandum. Buah-buahan banyak
jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, manggis, langsa, dan semangka. Sayur mayur berlimpah macamnya. Jenis
binatang juga banyak. Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit membangun dua buah bendungan,
yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan dan Bendungan Trailokyapur untuk mengairi daerah hilir. Majapahit memiliki mata uang
sendiri yang bernama gobog. Gobog merupakan uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah putih, dan tembaga.
Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya. Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk
Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang Ta- yuan seorang pedagang dari Tiongkok,
komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Sedangkan komoditas impornya adalah mutiara,
emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi.

Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Majapahit


Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di
Majapahit terdapat empat kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam
literatur istana. Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula
golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan
masyarakat Majapahit. Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu: mengajar; belajar;
melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain; membagi dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup;
dan bersatu dengan Brahman (Tuhan). Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam pemerintahan, yang berada pada bidang keagamaan
dan dikepalai oleh dua orang pendeta tinggi, yaitu pendeta dari agama Siwa (Saiwadharmadhyaksa) dan agama Buddha
(Buddhadarmadyaksa). Saiwadyaksa mengepalai tempat suci (pahyangan) dan tempat pemukiman empu (kalagyan). Buddhadyaksa
mengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara). Menteri berhaji mengepalai para ulama (karesyan) dan para pertapa
(tapaswi). Semua rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji. Para rohaniawan biasanya tinggal
di sekitar bangunan agama, yaitu: mandala, dharma, sima, wihara, dan sebagainya. Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris
tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintahan. Keluarga raja dapat dikatakan merupakan
keturunan dari kerajaan Singasari- Majapahit yang dapat dilihat dari silsilah keluarganya dan keluarga-keluarga kerabat raja tersebar ke
seluruh pelosok negeri, karena mereka melakukan sistem poligami secara meluas yang disebut sebagai wargahaji atau sakaparek. Semua
anggota keluarga raja masing-masing diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka di dalam masyarakat. Pemberian nama pribadi
dan nama gelar terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas nama daerah kerajaan yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja.
Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang,
penggara sawah, dan beternak. Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaum sudra yang mempunyai
kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada golongan brahmana.

Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut sebagai pancama (warna kelima), yaitu:

1. Candala merupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki (golongan sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya:
brahmana, waisya, dan waisya). Sehingga sang anak mempunyai status yang lebih rendah dari ayahnya.
2. Mleccha adalah semua bangsa di luar Arya tanpa memandang bahasa dan warna kulit, yaitu para pedagang-pedagang asing
(Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut agama Hindu.
3. Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui
melakukan tatayi, maka raja dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar rumah
orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak, dan memfitnah kehormatan perempuan.
Dari aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, wanita mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini
terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam
urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah
tidak boleh bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria
dan wanita. Pada masa Majapahit bidang seni budaya berkembang pesat, terutama seni sastra. Karya seni sastra yang dihasilkan pada
masa zaman awal Majapahit, antara lain sebagai berikut:

1. Kitab Negarakertagama (karangan Empu Prapanca pada tahun 1365).

Isinya menceritakan hal-hal sebagai berikut:

 Sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit dengan masa pemerintahannya.


 Keadaan kota Majapahit dan daerah-daerah kekuasaannya.
 Kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk ketika berkunjung ke daerah kekuasaannya di Jawa Timur beserta daftar candi-candi
yang ada.
 Kehidupan keagamaan dengan upacara-upacara sakralnya, misalnya upacara Srrada untuk menghormati roh Gayatri
dan menambah kesaktian raja.

2. Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta
Buddha.
3. Kitab Arjunawijaya karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi tentang riwayat raja raksasa yang berhasil ditundukkan oleh
Raja Arjunasasrabahu.
4. Kitab Kunjarakarna dan Parthayajna, tidak jelas siapa pengarangnya. Kitab itu berisi kisah raksasa Kunjarakarna yang
ingin menjadi manusia, dan pengembaraan Pandawa di hutan karena kalah bermain dadu dengan Kurawa.
Kehidupan Agama Di Kerajaan Majapahit

Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha. Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang
besar sehingga tercipta kerukunan umat beragama yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada beragama
Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama dengan baik. Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan
bahwa kedua agama itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa-Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab Sutasoma dengan
kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada
agama yang mendua. Urusan keagamaan diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut Dharmmaddhyaksa. Jabatan itu dibagi dua,
yaitu Dharmmaddhyaksa Ring Kasaiwan untuk urusan agama Syiwa dan Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan untuk urusan agama
Buddha. Kedua pejabat itu dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam
Wuruk yang terkenal ada tujuh orang yang disebut sang upatti sapta. Di samping sebagai pejabat keagamaan, para upatti juga dikenal
sebagai kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya, Empu Prapanca adalah seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang
pujangga besar dengan kitabnya Negarakertagama. Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan pembangunan candi-
candi.

Sejarah Runtuhnya/Jatuhnya Kerajaan Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk
pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota
Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari
selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi
pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara
Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah
taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh
laksamana Chaeng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak
tahun
1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa,
seperti di Semarang, Demak, Tubah dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa Wikramawardhana
memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah
putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan
dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhere Pamotan menjadi
raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa
raja
akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan
oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat
dirinya sebagai raja Majapahit. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki
Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat
Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka
yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.

Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri
dari kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus
memerintah di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan
Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga
1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan
mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada
kurun waktu tahun
1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga
tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah Kronogram atau candasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini
konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini
adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah
gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11

Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan
memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak
adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan
anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman
dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh
Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut
Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri
China. Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi
perpindahan
kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518
dan
1521 M.Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa.
Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung
timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring
mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di
pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Letak Dan Wilayah Peta Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500
M. Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan
keturunan Ken Arok raja Singosari. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Kebudayaan Kerajaan Majapahit

Nagarakertagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta
sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April)
ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit
secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibukota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali
yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara
yang menikmati otonomi luas. Perkembangan budaya di Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan berikut;

 Candi Candi peninggalan Kerajaan Majapahit antara lain Candi Panataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan Surawana (Pare,
Kediri), Candi Sawentar (Blitar), Candi Sumberjati (Blitar), Candi Tikus (Trowulan), dan bangunan-bangunan purba lainnya,
terutama yang terdapat di daerah Trowulan.
 Sastra Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi, Sastra zaman Majapahit awal, hasil sastra pada zaman ini
adalah: Kitab Negarakartagama karangan Mpu Prapanca (1365 M), Kitab Sutasoma dan Kitab Arjunawiwaha karangan Mpu
Tantular, Kitab Kunjarakarna tidak diketahui pengarangnya. Sastra zaman Majapahit akhir, hasil sastra pada zaman Majapahit akhir
ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa). Hasil
sastra terpenting antara lain:

1. Kitab Pararaton, menceritakan riwayat raja-raja Singhasari dan Majapahit


2. Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat
3. Kitab Sorandaka, mencerikatan Pemberontakan Sora
4. Kitab Ranggalawe, menceritakan pemberontakan Ranggalawe
5. Panjiwijayakrama, menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja
6. Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan keraton Majapahit ke
Gelgel, dan penumpasan raja raksasa Maya Denawa
7. Kitab Usana Bali, tentang kekacauan di Pulau bali akibat keganasan Maya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa.

Struktur Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampak
struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi
dalam melaksanakan pemerintahan dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya
diturunkan kepada pejabat-pejabat dibawah, antara lain :

1. Rakryan Mahamantri Katrini biasa dijabat putra-putra raja


2. Rakryan Mantri Pakiran dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan.
3. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan
4. Dharmmaupapatti para pejabat keagaamaan
Sistem Perekonomian Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi
Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping
uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting
terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang “kepeng” yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November
2008 sekitar
10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo.

Sistem Kepercayaan Kerajaan Majapahit

Kepercayaan Siwa-Budha sudah ada sejak jaman Singasari abad XI, kemulaan dianut di Nusantara pada jaman Majapahit
yang telah berhasil menyatukan seluruh Nusantara dengan “ Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangruwa “. Setalah Majapahit
runtuh pada abad XV 1500 M, Kepercayaan Siwa-Budha tidak menonjol lagi di Jawa. Tetapi di pulau Bali yang tidak tersentuh Aliran
Kepercayaan lain, Siwa-Budha tetap lestari dianut oleh para keturunan Majapahit. Kepercayaan Siwa-Budha adalah penghormatan
kepada leluhur dimana jaman dahulu orang mati dibakar dan abunya dilarung ke sungai atau laut agar kembali ke alam Mokswa atau
Tuhan Yang Maha Esa. Titik awal persatuaan Siwa-Budha memang pada jaman Majapahit dimana Pemujaan Roh Leluhur Bhatara
Brahma Raja yang aliran Siwa mempunyai istri Putri Cina yang beraliran Budha dan kemudian menjadi cikal-bakal kawitan Majapahit.
BAB III

EVALUASI

A. LEMBAR TUGAS SISWA

1. Buatlah analisis tentang mengapa kerajaan-kerajaan tersebut dikategorikan menjadi kerajaan maritim, dan jelaskan pula masing-
masing bukti dan kekuasaan maritim dari kerajaan-kerajaan tersebut.

B. SOAL LATIHAN

1. Jelaskan apa tujuan dilaksanakannya ekspedisi pamalayu oleh Kertanegara!


2. Jelaskan apa saja penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit!
3. Apakah yang dimaksud dengan Perang Bubat dan Perang Paregrek?
4. Sebutkan apa saja faktor yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar !
5. Jelaskan penyebab kejayaan Kerajaan Mataram Kuno!

C. KUNCI JAWABAN SOAL LATIHAN

1. Tujuan dari ekspedisi Pamalayu atau penaklukkan tanah Melayu adalah untuk membendung serangan Mongol di bawah
pimpinan Kubilai Khan. Selain itu, tujuan lainnya yaitu untuk memperluas wilayah Singasari sehingga mengalahkan wilayah
kekuasaan Sriwijaya.
2. Faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit antara lain :
a. Kematian Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada
Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada ada sebuah kmbinasi yang pas sehingga membawa Majapahit ke puncak
kejayannya. Sepeningal dari Hayam Wuruk dan Gajah Mada mungkin memiliki penerus yang tidak cakap sehingga kekuatan
Majapahit berangsur menurun.
b. Adanya perang saudara (perang paregreg)
Perang inilah yang menyebabkan hal utama Kerajaan Majapahit runtuh. Kemungkinan perang ini disebabkan oleh perebutan
kekuasaan atau pengkhianatan. Oleh karena itu, belajar dari Kerajaan Majapahit diharapkan kita selalu bersatu padu untuk
bersama-sama membangun bangsa dariapda saling bertempur dan menyebabkan kehancuran.
c. Banyak kerajaan yang memisahkan diri dengan Majapahit
Sepeninggal dari Hayam Wuruk dan Gajah Mada daerah-daerah kekuasaan Majapihit kembali memisahkan sendiri satu-
persatu. Kekuasaan Majapahit akhirnya semakin menyusut dan akhirnya runtuh.
d. Masuknya pengaruh Islam ke Pulau Jawa
Kebudayaan Islam ini menyebabkan pengaruh Kerajaan Majapahit menjadi pudar. Bahkan, keturunan terakhir dari yaitu Raden
Patah memeluk Agama Islam dan mendirikan Kerajaan Demak (Kerajaan Islam pertama di Jawa).
3. Perang Bubat terjadi pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Peristiwa Bubat sendiri adalah peristiwa pertempuran
antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Pajajaran di daerah Bubat. Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu Kerajaan yang
sulit ditaklukan oleh Majapahit. Kemudian strategi yang dilakukan oleh Majapahit adalah dengan melakukan perkawinan politik
antara Hayam Wuruk dari Majapahit dengan putrid raja Pajajaran yang bernama Dyah Pitaloka.
Terjadi perbedaan pendapat sehingga terjadi pertempuran yang berakhir dengan kekelahan dipihak Kerajaan Pajajaran.
Sedangkan Perang Paregreg adalah perang saudara antara Bhre Wirabhumi dengan Wikramawardhani merebutkan kekuasaan Kerajaan
Majapahit sepeninggalnya Hayam Wuruk.
4. Faktor yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar :
a. Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
b. Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui
Asia
c. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk
berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
d. Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan
perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-
pelabuhan.
5. Penyebab kejayaan kerajaan Mataram Kuno:
a. Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam
peperangan
b. Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna mengatur aliran Sungai Berangas,
sehingga banyak kapal dagang dari Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke pelabuhan itu.
c. Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh: Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai
Brantas dan Bengawan Solo yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan. Adanya dataran rendah yang luas
sehingga
memungkinkan penanaman padi secara besar-besaran. Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama
waktu itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

D. SOAL EVALUASI

1. Deskripsikan pengertian Kerajaan Maritim!


2. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Mataram Kuno !
3. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Sriwijaya!
4. Jelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya Kerajaan Majapahit!
5. Jelaskan bagaimana pengaruh dari keberadaan Kerajaan Maritim Indonesia masa Hindu Buddha bagi keadaan masyarakat
Indonesia masa kini!

E. KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI

1. Kerajaan maritim yaitu kerajaan yang ekonominya bertumpu dan pada perdagangan laut, bahkan menguasai wilayah
perdagangan tertentu. Ciri lain dari kerajaan maritim yaitu umumnya terletak di daerah tepi laut atau sungai, memiliki daerah
kekuasaan di wilayah lain di luar pulau.
2. Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad-8 dan menganut ajaran Hindu Siwa. Kerajaan ini diperintah pertama kali oleh Raja
Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan mataram kuno kemudian terpecah menjadi dua, setelah meninggalnya
Panangkaran, yaitu bercorak Hindu dan Budha. Kerajaan mataram kuno yang bercorak hindu diperintah oleh Dinasti Sanjaya,
sedangkan kerajaan mataram kuno yang bercorak budha diperintah oleh Dinasti Syailendra. Rakyat di kerajaan mataram kuno telah
mengenal perdagangan internasional, sekalipun mereka memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan, perdagangan, dan
pengrajin.
3. Kerajaan Sriwijaya terletak di muara takus, riau, dan berpindah ke palembang, stelah berhasil menguasai palembang, tepatnya di
Sungai musi. Kerajaan sriwijaya dipimpin oleh balaputradewa, dan berhasil membawa kerajaan tersebut mencapai pundak keemasan,
sebab dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Budha di Asia tenggara. Kerajaan ini juga dijuluki sebagai kerajaan
maritim terbesar, namun mengalami kemunduran, ketika terjadi endapan di sungai musi. Kehidupan sosial masyarakat pada masa itu
tergolong majemuk dan terdapat stratifikasi sosial. Mata pencaharian mereka di bidang pertanian dan perdagangan.
4. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, pada tahun 1293 M dan dibantu oleh Kebo Anabrang, Ronggo Lawe, Nambi, Lembu
Sora, dan Aria Wiraraja. Kerajaan ini terletak di Sungai Brantas, Jawa Timur dan bercorak agama Hindu. Pada masa pemerintahan
Raden Wijaya terjadi pemberontakan Lembu Sora, Nambi, dan Ranggalawe, namun dapat dipadamkan oleh raja. Kerajaan majapahit
memiliki wilayah yang luas dan subur, sehingga menjadi produsen barang-barang yang laku di pasar dan menjadi perantara untuk
membawa hasil bumi antar daerah.
5. Pengaruh-pengaruh keberadaan kerajaan maritim masa Hindu Buddha berupa aspek fisik dan nonfisik. Pengaruh fisik
merupakan tinggalan zaman Hindu Buddha yang dapat kita liht secara fisik pada bennda-benda masa kini. Contoh pengaruh fisik yaitu
adanya wilayah Nusantara, dan adanya bidang arsitektur khas. Sedangkan pengaruh nonfisik yaitu tinggalan yang mempengaruhi
adat, pola pikir ataupun perilaku pada masyarakat masa kini. Contohnya yaitu teknologi perkapalan, navigasi pelayaran, sistem
pendidikan, bahasa dan sistem aksara, serta upacara/tradisi.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA


Pelajaran : Sejarah Peminatan
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Kerajaan Maritim Indonesia Masa Hindu Buddha
Alokasi Waktu : 2x4 JP

1. Tujuan Pembelajaran

No. Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua


1. Mendeskripsikan pengertian kerajaan maritim Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari
2. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Kutai Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Singasari
3. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Kutai Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Singasari
4. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Kutai Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Singasari
5. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Kutai Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
6. Menganalisis sistem Pemerintahan Tarumanegara Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Sriwijaya
7. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Tarumanegara Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
8. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Tarumanegara Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya
9. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Tarumanegara Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit
10. Menganalisis sistem Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Majapahit
11. Menganalisis sistem Sosial Kerajaan Mataram Kuno Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Majapahit
12. Menganalisis sistem Ekonomi Kerajaan Mataram Kuno Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Majapahit
13. Menganalisis sistem Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno Menganalisis pengaruh keberadaan kerajaan maritim Indonesia
pada masa Hindu Buddha dalam kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini.
14. Fokus penguatan karakter: Religius, Toleransi, Cinta Tanah Air
Setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran dengan Metode Saintifik peserta didik diharapkan dapat :

2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama 4 JP

Kegiatan Deskripsi
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik
2. Mengawali proses belajar mengajar dengan doa
3. Presensi kehadiran peserta didik
4. Menyampaikan topik pembelajaran dan materi yang akan dibahas secara sepintas.

Kegiatan Inti 1. Mengamati


 Guru menayangkan video tentang sejarah maritim di Nusantara.
 Peserta didik mengamati dan memperhatikan video tersebut
 Peserta didik mencatat pertanyaan tentang informasi yang kurang dipahami dari video tersebut.

2. Menanya
 Peserta didik menanyakan pertanyaan kepada guru.
 Guru mempersilahkan peserta didik lain untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut.
 Guru menjawab atau mengkonfirmasi jawaban peserta didik lainnya.

3. Mengumpulkan informasi
 Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok dengan materi sebagai berikut:
Kelompok 1 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan Kerajaan Kutai.
Kelompok 2 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan
Kerajaan Tarumanegara
Kelompok 3 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan Kerajaan Mataram
Kuno
Kelompok 4 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan Kerajaan Singasari
Kelompok 5 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan Kerajaan Sriwijaya
Kelompok 6 : materi tentang kehidupan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan Kerajaan
Majapahit
 Peserta didik mengmpulkan informasi mengenai materi masing-masing yang telah dibagi.

4. Mengolah data
 Peserta didik menuliskan hasil diskusi kelompok dan menuangkannya dalam bentuk PowerPoint.

5. Mempresentasikan
 Kelompok 1, 2 dan 3 mempresentasikan/ menjelaskan pada peserta didik lain dengan Powerpoint tersebut.
 Kelompok lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan, saran, sanggahan dan sebagainya.

6. Guru menyimpulkan dan meluruskan informasi yang kurang benar pada diskusi dan presentasi kelompok 1, 2
dan 3.
Penutup 1. Guru menyampaikan kegiatan belajar yang dikerjakan sebagai PR yaitu tugas kelompok membuat makalah
sesuai kelompok dan materi yang telah dibagi.
2. Guru memberitahukan kepada kelompok 1, 2 dan 3 untuk mengumpulkan makalah pada pertemuan berikutnya.
3. Guru memberitahukan kegiatan belajar dan materi selanjutnya pada pertemuan berikutnya, yaitu tentang
kehidupan pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya kerajaan Singasari, Sriwijaya dan Majapahit yang akan di
presentasikan oleh kelompok 4, 5 dan 6.
4. Guru mengingatkan kelompok 4, 5 dan 6 untuk menyiapkan presentasi dan makalah untuk pertemuan
berikutnya.
5. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Kedua 4 JP

Kegiatan Deskripsi
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik
2. Mengawali proses belajar mengajar dengan doa
3. Presensi kehadiran peserta didik
4. Menyampaikan topik pembelajaran dan materi yang akan dibahas yaitu tentang kehidupan
pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya kerajaan Singasari, Sriwijaya dan Majapahit.

Kegiatan Inti 1. Mempresentasikan (Melanjutkan pertemuan pertama)


 Kelompok 4, 5 dan 6 mempresentasikan/ menjelaskan pada peserta didik lain dengan Powerpoint.
 Kelompok lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan, saran, sanggahan dan sebagainya.
2. Guru menyimpulkan dan meluruskan informasi yang kurang benar pada diskusi dan presentasi kelompok 4, 5
dan 6.
3. Guru membimbing peserta didik untuk berdiskusi ringan tentang pengaruh kerajaan maritim dalam kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini + refleksi.

4. Mengevaluasi
Guru memberikan soal test 10 soal pilihan ganda dan 3 soal uaraian
 Peserta didik mengerjakan soal test.
Peserta mengoreksi jawaban teman secara acak.

Penutup 1. Guru merekap nilai peserta didik


2. Guru memberitahukan pembelajaran remedi yaitu yaitu dengan membuat analisis mengenai pengaruh
kerajaan maritim dalam kehidupan masyarakat Indonesia masa kini dibantu oleh tutor sebaya.
3. Guru memberitahukan pembelajaran program pengayaan, yaitu dengan menganalisis makna sumpah
palapa bagi kerajaan Majapahit dan hubungannya dengan Indonesia di masa kini.
4. Guru memberitahukan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya, yaitu tentang
kerajaan maritim masa Islam,
5. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

4. Penilaian
Teknik penilaian
a. Sikap spiritual
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
1. Observasi Jurnal Lihat Lampiran ... Saat pembelajaran Penilaian untuk dan pencapaian
berlangsung pembelajaran (assessment for and of
learning)

b. Sikap sosial
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
1. Penilaian Lihat Lampiran ... Setelah pembelajaran Penilaian sebagai pembelajaran
antar teman usai (assessment as learning)

c. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
Tertulis Pertanyaan Lihat Lampiran ... Setelah pembelajaran Penilaian pencapaian pembelajaran
dan/atau tugas usai (assessment of learning)
tertulis berbentuk
esei, pilihan
ganda,
benar-salah,
menjodohkan,
isian, dan/atau
lainnya

d. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan Keterangan
Instrumen
Proyek Tugas Lihat Lampiran ... Saat pembelajaran Penilaian untuk, sebagai, dan/atau
(keterampilan) berlangsung dan/atau pencapaian pembelajaran
setelah usai (assessment for, as, and of learning)

Yogyakarta, 08 Juni 2020

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran/Kelas

Ilham Aditya, B.A., M.B.A. Imawati


NIP :0406198423102019 NIM : 18406241053

Anda mungkin juga menyukai