Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Amar Ghozali

NIM : H0822090
Kelas : AGB B
UJIAN AGROTEKNOLOGI
Jawaban.
1. Untuk meningkatkan pengetahuan para petani dan akhirnya meningkatkan
produktivitas usahatani di desa, pemerintahan desa sebaiknya
mempertimbangkan beberapa program sebagai berikut:
a. Program Pelatihan dan Edukasi Pertanian, Program ini dapat berupa
penyelenggaraan pelatihan dan edukasi berkala untuk petani dalam mengenal
teknik pertanian modern, pengelolaan lahan yang efisien, penggunaan pupuk
pestisida yang tepat, serta pengenalan teknologi pertanian terbaru
b. Pembangunan Balai Penelitian Desa, Pemerintah desa dapat bekerja sama
dengan lembaga penelitian pertanian untuk mendirikan balai penelitian di
desa. Balai ini akan berfungsi sebagai pusat pengetahuan dan teknologi
pertanian yang dapat memberikan informasi terbaru tentang inovasi dan
praktik pertanian terbaik kepada para petani.
c. Program padat karya merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk
menciptakan lapangan kerja dengan mengalokasikan dana untuk proyek-
proyek fisik atau non-fisik di tingkat desa atau wilayah tertentu.
(Sumber:
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/17/18001271/diserahkan-
secara-langsung-tiap-desa-bakal-terima-rp-960-juta)
Alasan atau latar belakang mengapa program-program ini diperlukan adalah.
a. Meningkatkan pengetahuan petani, pengetahuan yang baik mengenai teknik
pertanian modern, teknologi, dan praktik terbaik sangat penting bagi petani
untuk menghadapi tantangan dalam usahatani. Dengan pemahaman yang baik,
petani dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi resiko gagal
panen.
b. Menghadapi perubahan lingkungan, pertanian modern menghadapi
perubahan lingkungan dan iklim yang signifikan. Dengan adanya program
penyuluhan dan pendidikan, petani dapat belajar tentang adaptasi terbaru
terhadap perubahan lingkungan dan mengadapi tantangan baru dalam
pertanian.
c. Program padat karya berfungsi sebagai stimulus ekonomi dalam situasi sulit.
Tujuan utamanya adalah mengurangi tingkat pengangguran di desa,
meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat, serta memperkuat
infrastruktur dan layanan publik. Melalui pembangunan infrastruktur seperti
jalan, irigasi, dan sarana umum lainnya, program ini berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi lokal dan pengentasan kemiskinan. Selain itu,
penggunaan tenaga kerja dan sumber daya lokal juga mendorong
pengembangan potensi lokal dan industri berbasis masyarakat.
2. Ordo Orthoptera (Belalang, Jangkrik, dan Belalang Sembah):
a. Sifat atau kondisi sayap: Biasanya memiliki dua pasang sayap yang panjang dan
keras. Sayap depan lebih kaku dan berfungsi melindungi sayap belakang, yang
lebih tipis dan membranous. Namun, ada juga spesies yang tidak memiliki
sayap (aptera) atau memiliki sayap depan yang kaku, sementara sayap
belakang berbentuk membranous.
b. Tipe alat mulut dan ciri morfologi lainnya: Memiliki alat mulut menggigit yang
kuat, berupa rahang kuat (mandibula) yang digunakan untuk mengunyah
makanan. Kaki belakang yang panjang dan kuat memungkinkan mereka
melompat dengan jarak yang cukup jauh. Beberapa spesies Orthoptera juga
memiliki alat penghasil suara yang khas, seperti orgel dan gesekan sayap.
c. Jenis metamorfosis dan peran sebagai hama: Mengalami metamorfosis
sederhana (tahap telur, nimfa, dan dewasa). Beberapa spesies Orthoptera,
seperti belalang dan jangkrik, dapat menjadi hama karena mereka memakan
tanaman pertanian dalam jumlah besar. Namun, ada juga yang bermanfaat
karena berperan sebagai pemangsa serangga lain.
(Sumber: https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/program-studi/38-
manajemen-pertanian-lahan-kering/topik-kuliah-praktek/perlindungan-
tanaman/130-mengenal-ordo-serangga-hama-orthoptera
Ordo Homoptera (Cicada, Kutu Daun, dan Belalang Tungau):
a. Sifat atau kondisi sayap: Memiliki dua pasang sayap yang sering memiliki
ukuran dan tekstur seragam. Sayap depan dan belakang berbentuk mirip dan
biasanya berwarna transparan atau sedikit berpigmen.
b. Tipe alat mulut dan ciri morfologi lainnya: Memiliki alat mulut menghisap,
seperti selang atau proboscis, yang digunakan untuk menghisap sari-sari
tumbuhan. Beberapa spesies Homoptera memiliki perisai seperti struktur di
punggung, seperti kutu daun.
c. Jenis metamorfosis dan peran sebagai hama: Mengalami metamorfosis
sederhana. Beberapa spesies Homoptera, seperti kutu daun, dapat menjadi
hama karena mereka menghisap sari-sari tumbuhan dan dapat menyebabkan
kerusakan pada tanaman. Namun, ada juga yang berperan sebagai hama dalam
pertanian, seperti kutu daun yang menulari virus pada tanaman.
(Sumber: https://www.upnjatim.ac.id/wp-
content/uploads/2018/09/Entomologi.pdf)
Ordo Hemiptera (Kutu Daun, Kepik, dan Caplak):
a. Sifat atau kondisi sayap: Memiliki dua pasang sayap yang berbeda, sayap
depan sebagian keras dan sebagian membranous, sedangkan sayap belakang
berbentuk membranous. Beberapa spesies Hemiptera dapat memiliki sayap
reduksi atau tidak memiliki sayap sama sekali (brakhiptera).
b. Tipe alat mulut dan ciri morfologi lainnya: Memiliki alat mulut menghisap,
seperti belalang dan Homoptera, namun struktur mulut Hemiptera lebih
khusus dikenal sebagai rostrum atau proboscis. Struktur ini panjang dan
fleksibel, digunakan untuk menghisap cairan dari tumbuhan atau hewan
inangnya.
c. Jenis metamorfosis dan peran sebagai hama: Mengalami metamorfosis tidak
sempurna (tahap telur, nimfa, dan dewasa). Beberapa spesies Hemiptera,
seperti kutu daun dan kepik, dapat menjadi hama karena mereka menghisap
sari-sari tumbuhan atau darah hewan inang dan dapat menyebabkan
kerusakan pada tanaman atau gangguan kesehatan pada hewan dan manusia.
Namun, ada juga yang bermanfaat sebagai musuh alami karena berperan
sebagai pemangsa serangga lain atau memakan organisme yang merugikan.
(Sumber: https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Hemiptera)
Jenis Makanan:
a. Orthoptera: Mayoritas spesies Orthoptera adalah polifagus (memakan
berbagai jenis makanan), terutama tumbuhan, namun ada juga yang
pemangsa. Contoh hama adalah belalang, jangkrik, dan belalang sembah.
b. Homoptera: Mayoritas spesies Homoptera adalah fitofagus (memakan
tumbuhan), terutama memakan getah atau sari-sari tumbuhan. Contoh hama
adalah kutu daun.
c. Hemiptera: Jenis makanan Hemiptera bervariasi, ada yang fitofagus (seperti
kutu daun dan kepik) dan ada yang hematofagus (seperti caplak yang
menghisap darah hewan inangnya).

Contoh Anggota yang Penting sebagai Hama dan/atau Musuh Alami:

a. Hama: Contoh hama dari kelompok ini adalah kutu daun, belalang, kepik, dan
caplak yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman atau gangguan
kesehatan pada hewan dan manusia.
b. Musuh Alami: Beberapa serangga lain, seperti kumbang pemangsa (misalnya
dari famili Coccinellidae) dan laba-laba pemangsa, dapat berperan sebagai
musuh alami yang membantu mengendalikan populasi hama di alam liar.
3. Aspek yang Perlu Dipertimbangkan untuk Tindakan Pengendalian OPT yang Tepat
dan Efektif:
a. Identifikasi dan Pengenalan OPT: Identifikasi dan pengenalan jenis OPT yang
menjadi masalah sangat penting untuk menentukan pendekatan pengendalian
yang tepat dan spesifik.
b. Pengumpulan Data dan Monitoring: Data tentang tingkat populasi OPT,
sebaran wilayahnya, dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya harus
dikumpulkan sebelum melakukan tindakan pengendalian.
c. Ekologi dan Siklus Hidup OPT: Memahami ekologi dan siklus hidup OPT
membantu dalam menentukan strategi pengendalian yang tepat, termasuk
waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan pengendalian.
d. Pendekatan Pengendalian Terpadu (PST): Menggunakan pendekatan
pengendalian terpadu yang memadukan berbagai metode pengendalian,
termasuk biologi, kultur teknis, fisik, dan kimia, untuk mengurangi risiko
resistensi dan dampak lingkungan.
e. Kelemahan dan Kekuatan Target Pengendalian: Memahami kelemahan dan
kekuatan target pengendalian membantu dalam memilih metode
pengendalian yang paling efektif dan efisien.
f. Dampak Lingkungan dan Kesehatan: Penting untuk mempertimbangkan
dampak tindakan pengendalian terhadap lingkungan secara keseluruhan dan
kesehatan manusia.
g. Aspek Legal dan Keselamatan: Tindakan pengendalian harus sesuai dengan
peraturan dan hukum yang berlaku dan harus aman bagi petani dan pekerja
pertanian.
h. Penyuluhan dan Edukasi: Melibatkan petani dan masyarakat lokal dalam
penyuluhan dan edukasi mengenai praktik pengendalian yang tepat dapat
meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pengendalian
yang tepat dan berkelanjutan.
Pengendalian Preventif: Pengendalian preventif adalah strategi untuk mencegah
atau mengurangi risiko serangan OPT sebelum masalah menjadi parah atau
menyebar secara luas. Pendekatan ini didasarkan pada pencegahan dan
manajemen sebelum masalah OPT berkembang menjadi wabah atau bencana.
Beberapa contoh penerapan pengendalian preventif di lapangan meliputi:
a. Penggunaan Varietas Tahan: Memilih dan menggunakan varietas tanaman
yang tahan terhadap hama atau penyakit tertentu.
b. Sanitasi: Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman atau bahan organik yang
dapat menjadi tempat berkembang biak OPT.
c. Rotasi Tanaman: Mempraktikkan rotasi tanaman untuk mengganggu siklus
hidup OPT dan mengurangi risiko serangan.
d. Pengendalian Fisik: Menggunakan penghalang fisik, seperti perangkap
serangga, untuk mencegah masuknya OPT ke area pertanian.
e. Penggunaan Agensia Hayati: Menggunakan agensia hayati yang merupakan
musuh alami OPT untuk membantu mengendalikan populasi serangga
berbahaya.
f. Pembatasan Pergerakan: Memastikan benih atau tanaman yang masuk ke area
pertanian bebas dari OPT dengan menerapkan karantina atau pemeriksaan
sanitasi.

Anda mungkin juga menyukai