XI. SENSUS
A. TUJUAN
Mengumpulkan data tiap blok, meliputi :
1. Jumlah tanaman yang mati/hilang.
2. Jumlah tanaman abnormal/tidak produktif/sakit.
3. Areal yang tidak dapat ditanami.
B. STANDAR
Sensus dilakukan secara lengkap dan akurat.
Ringkasan data jumlah pohon hidup diperbaharui setiap tahun dan disimpan
dalam data base agronomi.
D. PROSEDUR
1. Tim sensus (2 orang pekerja) berjalan di antara 2 baris tanaman sambil mencatat
: areal kosong, tanaman mati atau hilang, tanaman belum menghasilkan,
tanaman menghasilkan, dan tanaman sisipan).
2. Data tersebut dipindahkan ke dalam kertas peta isometrik A3 (titik tanam yang
ada tanaman diberi kode titik, dan yang tidak ada dikosongkan).
3. Sensus dilakukan minimal 6 bulan sekali sampai masuk fase TM.
4. Sensus populasi tanaman dilakukan saat tanam untuk memetakan titik tanam.
5. Prosedur sensus tidak rutin juga hampir sama, namun dilakukan untuk
menentukan jumlah tanaman yang terserang penyakit tertentu seperti crown
disesase atau defisiensi hara seperti white stripe.
6. Tambahan data yang diperlukan untuk sensus tidak rutin meliputi : jumlah pohon
abnormal ; tanaman mati atau hilang ; dan keperluan tanaman sisipan.
E. FREKUENSI
minimal 2 rotasi/tahun (khusus untuk sensus hama – penyakit satu bulan sekali).
F. NORMA
0.04 – 0.03 hk/ha.
XII. PENYISIPAN
A. TUJUAN
Mengganti tanaman yang mati, rusak (terserang hama parah) atau abnormal
B. STANDAR
1. Idealnya 3 – 6 bulan setelah tanam.
2. Bahan tanam khusus yang disediakan untuk sisipan (berumur 14 – 24 bulan,
dengan ukuran large bag 50 cm x 60 cm).
3. Pemupukan awal 1.5 x dosis normal.
4. Frekuensi 2 – 4 rotasi/tahun.
5. Batas waktu penyisipan hanya sampai TBM 3 (semua titik tanam kosong disisip).
D. CATATAN
1. Apabila sudah masuk fase TM, masih ada titik tanam kosong (terpencar/tidak
dalam 1 luasan) maka penyisipan dapat dilakukan secara proporsional (TM1 –
TM5 = 2 titik kosong berurutan disisip 1, 3 titik kosong ditanam 2
2. Apabila titik kosong mencakup areal yang cukup luas dan tidak terpencar semua
titik kosong disisip.
3. Penyisipan dilakukan setiap semester setelah dilakukan sensus pokok.
A. TUJUAN
1. Mengendalikan gulma dan mengoptimalkan pemanfaatan hara, air dan cahaya
Matahari.
2. Menghindari kerusakan kanopi tanaman dan memudahkan kegiatan pemupukan
dan panen agar efektif.
B. STANDAR
1. Piringan dengan diameter 1.5 m bebas gulma (termasuk LCC).
2. Pelepah tidak rusak.
D. PROSEDUR
1. Setiap pekerja bertanggung jawab terhadap satu baris tanaman.
2. LCC disingkirkan dari piringan.
3. Pekerja jangan sampai memotong bagian tanaman selama pengendalian gulma di
piringan.
4. Parang babat tidak boleh digunakan selama pengendalian gulma di piringan
(kerusakan tajuk tanaman dapat memperpanjang masa TBM).
5. Gulma dibabat kandas pada permukaan dan dibuang.
A. TUJUAN
Memelihara jalan panen dan menyediakan akses yang lancar bagi kegiatan pe-
meliharaan, aplikasi pupuk, dan pengawasan.
B. STANDAR
Gulma bersih, di sepanjang jalan panen dengan lebar 1,5 m.
D. PROSEDUR
1. Pada umur sampai 6 bulan, jalan panen dibangun setiap 8 baris.
2. Pada umur 6 – 24 bulan ditingkatkan menjadi setiap 4 baris.
3. Setelah lebih dari 2 tahun, jalan panen dibuat setiap 2 baris. Pembersihan jalan
panen dilakukan secara manual terlebih dahulu, baru kemudian dengan herbisida.
4. Mandor memastikan bahwa pencampuran herbisida dan kalibrasi alat sudah
dilakukan dengan benar.
5. Mandor harus memperagakan kecepatan jalan, tinggi semprotan dan kecepatan
pemompaan yang benar kepada pekerja.
6. Penyemprot berjalan dengan kecepatan konstan, kepala semprot alat diarahkan
terus ke depan operator pada ketinggian tertentu.
7. Penggunaan herbisida terutama herbisida sistemik, tidak boleh dilakukan di dekat
tanaman muda.
E. NORMA
Frekuensi : 2 – 4 rotasi/tahun
Jenis alat L/hk
Knapsak 240 – 280
CDA 20 – 24
A. TUJUAN
1. Mengendalikan gulma yang tumbuh di dekat tanaman (bila dengan herbisida
dikhawatirkan merusak tanaman muda dan/atau LCC).
2. Meningkatkan efektifitas aplikasi herbisida melalui pembabatan sebelum
disemprot.
3. Menjaga dan memelihara kesuburan tanah melalui pemeliharaan LCC.
B. STANDAR
Gulma dikendalikan melalui (1) Babat kandas dan (2) Didongkel dan dibuang
D. PROSEDUR
1. Mandor melakukan pemeriksaan lokasi/blok tanaman yang akan dikendalikan
untuk menentukan norma dan alat kerja yang sesuai
2. Melakukan pendongkelan semak-semak dengan dodos
3. Spot alang-alang dikendalikan dengan “wiping”, menggunakan sarung tangan dan
kain lap (glifosat 1 : 20). Rumput dibabat terlebih dahulu sebelum dilakukan
penyemprotan
E. FREKUENSI
Setiap 2 – 4 bulan sekali
F. NORMA
A. TUJUAN
Membuang seluruh tanaman merambat sebagai pesaing kelapa sawit dalam
memperoleh cahaya matahari, air dan unsur hara
D. Standar
Seluruh tanaman yang merambat termasuk kacangan dibuang dari tajuk dan batang
kelapa sawit dan dibersihkan dari piringan. Pembuangan gulma merambat dilakukan
dengan jalan menarik secara manual
G. PROSEDUR
1. Mandor memperagakan cara menarik dan menggulung tanaman merambat dan
LCC keluar dari piringan sampai radius 1 – 8 m
2. Melakukan penyemprotan dengan herbisida untuk memberantas gulma Mikania sp
dan Merremia umbellata.
H. FREKUENSI
Untuk areal yang bermasalah 2 – 3 rotasi/tahun
I. NORMA
Kondisi gulma Hk/ha
Ringan 0,5 – 0,3
Berat 3,0 – 2,0
A. TUJUAN
1. Mengendalikan gulma keras seperti lalang, melastoma, pakis kawat menggunakan
herbisida.
2. Meningkatkan daya saing gulma bermanfaat bagi predator dan parasit hama
B. STANDAR
1. Pemberantasan gulma secara tuntas
2. Meningkatkan populasi gulma bermanfaat bagi predator dan parasit hama
D. PROSEDUR
1. Identifikasi gulma dominan untuk menentukan jenis herbisida dan peralatan yang
sesuai
2. Perlu dilakukan kalibrasi alat semprot yang meliputi kecepatan jalan, kecepatan
pemompaan, dan tinggi semprotan
3. Melakukan demontrasi teknik penyemprotan, jenis-jenis gulma yang harus
disemprot dan tidak disemprot
4. Alat semprot yang rusak dan bocor harus segera diperbaiki
5. Berikut ini pedoman umum untuk kalibrasi alat semprot
E. FREKUENSI
Setiap 3 – 6 bulan sekali (2 – 4 rotasi/tahun)
F. NORMA
Kondisi gulma Hk/ha
Ringan 0,1 – 0,05
Berat 0,4 – 0,3
A. TUJUAN
Melakukan deteksi dini adanya serangan hama-penyakit tanaman, sehingga dapat
segera dilakukan tindakan pengendalian pada areal yang sempit
B. STANDAR
Petugas monitoring harus mencatat kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh :
a. Tikus, babi hutan, landak, dan lain-lain.
b. Hama pemakan daun (jenis dan jumlahnya).
c. Kumbang (species dan jumlahnya)
d. Tirathaba (tingkat serangan dan distribusinya)
D. PROSEDUR
1. Monitoring dimulai pada awal bulan agar cukup waktu bagai penyelesaian tugas
pada bulan tersebut.
2. Pohon-pohon KCD digunakan sebagai titik awal pengamatan dengan jumlah
pohon sampel 1% dari keseluruhan tanaman.
3. Bila dijumpai ledakan serangan, intensitas pengamatan ditambah dengan 6 pohon
disekeliling KCD sebagai tanaman sampel sehingga jumlahnya menjadi 5%
4. Petugas mencatat hama/penyakit pada tanaman KCD.
5. Hasil pengamatan ditulis dan diringkas untuk kemudian diserahkan kepada
manajer sebagai dasar rekomendasi pengendalian.
6. Petugas pengamat dapat ditambah jika ada ledakan serangan.
7. Tindakan pengendalian secara detil akan dibahas pada materi Pengendalian
Hama-Penyakit dan Gulma.
E. FREKUENSI
Monitoring setiap bulan sekali, yang dimulai pada awal bulan
F. NORMA
Jumlah Hk/ha
1 % sampel 0,03 – 0,02
5 % sampel 0,1 – 0,05
XIX. KASTRASI
A. TUJUAN
Pemotongan bunga untuk membuang tandan kecil (buah pasir) pada tanaman yang
berbuah pertama kali, untuk memacu pertumbuhan tanaman dan mendapatkan
keseragaman panen dikemudian hari.
B. STANDAR
1. Seluruh bunga dan tandan yang belum matang dibuang (dimulai segera setelah
50% tanaman berbunga), yaitu mulai dari tanaman berumur > 12 bulan
2. Kerusakan pelepah minimal (tidak ada).
3. Bunga jantan dipertahankan untuk rumah Elaidobius dan sumber pollen.
C. ALAT
1. 12-20 bulan setelah tanam : Sarung tangan (sampai siku)
2. > 20 bulan : Dodos (7.5 cm), batu asah dan kereta dorong
Gb 19.1. Dodos dan egrek kecil (kiri), dodos dan egrek besar
(kanan)
D. PROSEDUR
1. Umur tanaman 12 – 20 bulan : Buah muda yang muncul dibuang dengan
menggunakan tangan yang dilindungi sarung tangan kulit. Apabila mengalami
kesulitan dapat menggunakan dodos kecil.
2. Umur tanaman > 20 bulan : Bunga muda dipotong dengan dodos kecil
dengan hati-hati tanpa memotong atau mematahkan pelepah di bawahnya.
E. NORMA
F. FREKUENSI
6 – 12 kali rotasi/tahun
XX. PEMUPUKAN
A. TUJUAN
1. Menyediakan unsur hara yang cukup untuk mendorong pertumbuhan vegetatif
tanaman yang sehat, produksi TBS maksimum serta tahan terhadap hama dan
penyakit.
2. Mengkombinasikan pemakaian pupuk mineral dan residu tanaman.
B. STANDAR
1. Pemupukan dengan dosis, waktu dan cara yang tepat.
2. Pemanfaatan secara ekonomis dan sebanyak mungkin sisa tanaman dan limbah
pabrik kelapa sawit.
E. PROSEDUR
Pengelolaan unsur hara (pemupukan) harus dilakukan secara khusus dengan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
Jenis tanah
Sejarah penggunaan lahan
Drainase
Ketersediaan limbah kelapa sawit
b. Tandan kosong
Tandan kosong kelapa sawit (TKS) dapat diberikan dengan dosis 30 – 40 ton/ha
atau 200 – 300 kg/pohon. TKS ditebarkan segera setelah tanam di sekitar batang
setebal satu lapis, untuk mengeliminasi serangan hama Oryctes.
c. Abu janjang
Abu janjang hanya dianjurkan untuk tanah gambut dan tanah sulfat masam untuk
meningkatkan pH dan aktifitas mikroorganisme.
3. Pupuk Mineral
Biaya pemupukan mencapai 60% dari biaya produksi, maka penyusunan
rekomendasi pemupukan harus dilakukan secara cermat dengan
mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
a. Analisis tanah dan daun
b. Penggunaan lahan sebelumnya
c. Produksi TBS tahun sebelumnya
d. Gejala defisiensi
e. Realisasi pemupukan
F. FREKUENSI
Minimum setiap 6 bulan
G. REKOMENDASI PEMUPUKAN
Rekomendasi pada dasarnya mengikuti point E tersebut di atas (setiap kebun atau
blok dapat berbeda), namun secara umum dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah
ini (berdasar ordo tanahnya).
A. TUJUAN
Menyiapkan areal yang akan mulai dipanen, sehingga kegiatan panen yang meliputi
pengumpulan dan pengangkutan buah tidak terhambat.
B. STANDAR
Setiap tanaman dapat dicapai tanpa adanya gangguan berupa tunggul, kayu dan
sampah lainnya.
Jalan panen bebas gangguan
Titi panen sudah ada dan layak guna
Pembangunan infrastruktur diperlukan agar pengumpulan buah di kebun dapat
dilakukan secara efisien.
Gb 21.2. Pasang titi panen yang permanen (beton atau kayu keras)pada loksi
dimana pekerja perlu melintasi parit atau sungai.
E. FREKUENSI
Sekali
F. NORMA
A. TUJUAN
Memanen TBS yang dapat diolah secara ekonomis atau dijual
B. STANDAR
1. Semua tandan matang panen harus dipanen, tanpa merusak pelepah
2. Semua brondolan harus dikutip dan dibawa ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
3. 1 brondolan dijumpai di piringan, tandan siap di panen.
C. ALAT
1. Gancu, jaring panen dan alat pengangkut buah ke dalam truk.
2. Dodos dengan lebar 10 cm dengan tongkat kayu atau besi (Ǿ = 4 cm).
3. Kantong bekas sebagai tempat brondolan.
4. Kapak kecil atau parang dan batu asah.
D. PROSEDUR
1. Setiap pemanen dilengkapi dengan peralatan panen
2. Setiap pemanen diberi sejumlah baris tanaman untuk dipanen, yang tergantung
pada umur tanaman, produksi, bulan panen, dan kemampuan pemanen.
3. Ancak panen dapat diberikan kepada pemanen setelah ancak yang diberikan
sebelumnya sudah dipanen sesuai dengan standar.
4. Apabila jaring panen digunakan, setiap pemanen diberi jaring tersebut sebelum
panen dimulai agar tandan buah dapat segera diletakkan ke dalam jaring di TPH.
5. Pemanen seharusnya memanen dengan sistem “curi buah” tanpa memotong
pelepah di bawah tandan tersebut, sehingga luas daun yang diperlukan oleh
tanaman muda untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman dapat
dipertahankan. Panen dengan cara ini dipertahankan sampai tinggi buah paling
bawah 60 – 90 cm dari permukaan tanah.
E. FREKUENSI
Setiap 7 hari
F. NORMA
G. CATATAN
1. Kriteria panen adalah 1 – 2 brondolan/tandan.
2. Melakukan penunasan 1 – 2 x rotasi untuk membuang pelepah mati pada pangkal
tajuk tanaman secara hati-hati.
A. TUJUAN
1. Memanfaatkan data yang terkumpul dengan baik meliputi : hasil analisis tanah
dan daun, data produksi, maupun data lainnya sehingga dapat dicapai
keuntungan ekonomi secara optimal.
2. Menjaga keseimbangan hara secara optimum agar pertumbuhan tanaman cepat,
sehat dan berproduksi optimal.
D. PROSEDUR
1. Mengumpulkan dan menyusun data sebagai berikut : (a) Keadaan areal, bahan
tanaman, kerapatan, dan luas areal yang ditanami (b) Hasil analisis tanah dan
daun, aplikasi pemupukan yang pernah dilakukan, serangan hama dan penyakit,
sensus pohon dan pola produksi (segera disimpan dalam database begitu data
tersebut tersedia)
2. Manager kebun bertanggung jawab terhadap keberhasilan pengumpulan dan
penyimpanan data yang meliputi analisis tanah, daun, keadaan hama dan
penyakit, serta data sensus lainnya.
3. Manajer kebun akan menentukan data mana yang relevan untuk membantu
pelaksanaan kegiatan lapangan.
E. FREKUENSI
Pengumpulan dan analisis data kelapa sawit merupakan proses yang ber-
kesinambungan.
F. KARTU AUDIT LAPANGAN
Kebun Divisi
Blok Tanggal
Pemeriksa menilai setiap kegiatan sebagai berikut: 1=dibawah standar;
2=standar; 3=lebih baik dari standar; TD=tidak diperiksa
Tahap I Persiapan Pembangunan Kebun
No Kegiatan 1 2 3 TD
1 Survei Verifikasi Tata Ruang
2 Jaringan Jalan
3 Penandaan blok
4 Pembangunan Jalan
5 Pembangunan Jaringan Drainase
6 Land Clearing Areal Hutan
7 Land Clearing Areal Alang-alang
8 Pemancangan untuk Penanaman
9 Pembuatan Teras kontur/Tapak kuda
10 Penanaman Tanaman Penutup Tanah
11 Penanaman
Kebun Divisi
Blok Tanggal
Pemeriksa menilai setiap kegiatan sebagai berikut: 1=dibawah standar;
2=standar; 3=lebih baik dari standar; TD=tidak diperiksa
Tahap II Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
No Kegiatan 1 2 3 TD
1 Sensus
2 Penyisipan
3 Pengendalian gulma di piringan (manual)
4 Pengendalian gulma selektif (manual)
5 Pengendalian gulma jalan panen (khemis)
6 Pengendalian tanaman merambat
7 Kastrasi
8 Pemupukan
9 Persiapan sebelum panen
10 Pengendalian Hama & Penyakit
11 Panen Perdana
12 Sistem informasi Agronomi